Anda di halaman 1dari 58

PENGURUS BESAR

PERSATUAN DRUM BAND INDONESIA (PB-PDBI)


(INDONESIAN DRUM BAND ASSOCIATION)
Alamat : Gd. Wijaya Musik Lt.3 Jln. Pasar Baru No.12 Jakarta Pusat
Email. pbpdbi@rocketmail.com/ info@pbpdbi.or.id/ website : www.pbpdbi.or.id

ILMU DIRIGEN
BAHAN AJARAN UNTUK PENDIDIKAN & PELATIHAN

SERTA KURSUS & PENATARAN

Oleh :

KOLONEL CAJ Drs. MURIANTO BABAY, M.M.

Jakarta, 21 April 2017

DAFTAR ISI
hal
Kata Pengantar i
Sambutan Ketua Umum Pengurus Besar PDBI ii
BAB I Pendahuluan 1
1. Pengertian Dirigen/ Gita Pati 1
2. Tugas Pokok Dirigen/ Gita Pati 2

BAB II Persyaratan Menjadi Dirigen/ Gita Pati 2


1. Aspek Non Teknis 2
2. Aspek Teknis 4

BAB III Teknik Memberi Aba-Aba (Membirama) 6


1. Pengertian Membirama 6
2. Tuntutan Awal Tugas membirama 6
3. Sikap Dirigen/ Gita Pati 7
4. Sikap Tangan Pada Posisi Siap 7
5. Gerakan Awal 7
6. Gerakan Berhenti 8
7. Tangan Kanan dan Kiri 10
8. Dinamika, Tempo, Aksen, Phrasing dan Karakter 10
9. Beberapa Tips 12
10. Pemanasan Sebelum Latihan 14
11. Ambitus (Jangkauan nada) 15
BAB IV Birama 15
1. Pengertian dan Jenis-Jenis Birama 15
2. Aneka Pukulan/ Ayunan Tangan 16
3. Aba-Aba Fermata dan Pukulan Penutup 26
4. Penggunaan Pergelangan Tangan 30
BAB V Paduan Suara/Koor 37
1. Pengertian Paduan Suara 37
2. Jenis-Jenis Paduan Suara 37
3. Latihan Pernafasan 38
4. Intonasi (Penguasaan Notasi/Tepat Bidik Nada) 39
5. Latihan Artikulasi 40
6. Formasi Pabuan Suara dan Orchestra 42
Lampiran - Lampiran
1. Tabel Transposing Alat-Alat Musik 44
2. Tanda - Tanda Penting 47
3. Tanda Tempo 47
4. Tanda Dinamika 49
5. Tanda-Tanda Perubahan 50
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr.Wb. Salam Olahraga!


Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Tuhan Yang
Maha Esa, Komisi Pendidikan dan Penataran Bidang Pembinaan
Prestasi Pengurus Besar Persatuan Drum Band Indonesia telah berhasil
menghimpun dan menyusun data informasi dalam bentuk diktat bahan
ajaran dengan judul Ilmu Dirigen.

Buku ini hanya berupa ringkasan informasi dan data tentang


Pengetahuan Ilmu Dirigen yang disusun sedemikian rupa dengan
harapan dapat menambah wawasan dan referensi bagi para Pelatih
dan Juri Drum Band, Drum Corps, Korps Musik Pemerintah Daerah dan
TNI-Polri terutama untuk semua insan Drum Band Indonesia dalam
rangka mempelajari, memahami serta menerapkan teori yang benar
dalam praktek berolah musik. Diharapkan pada masa mendatang bisa
terwujud sinergitas antar sesama insan musik perwiditraan di tanah air
yang memiliki kesamaan persepsi tentang pengolahan dan penyajian
musik dihadapan publik karena sudah dibekali pemahaman tentang
bagaimana tehnik memberi aba-aba atau mendireksi dengan baik
sesuai dengan teori.

Disamping itu sumber data dan informasi masa kini dalam


menyiapkan bahan ajaran merupakan mata rantai bagi kesinambu-
ngan pembangunan karakter anak bangsa yang menjadi misi
utama PDBI, untuk dapat dikembangkan menuju sempurnanya suatu
naskah bahan ajaran dimasa mendatang.

Dengan karya sederhana ini, kami berharap bisa membantu


kalangan masyarakat pencinta drum band lebih khusus para Pelatih
dan Juri dalam mencari data atau informasi pada media cetak, guna
keperluan referensi pendidikan, pelatihan dan penataran.
Demikian, semoga ridho dan karunia Tuhan yang maha kuasa
tetap menaungi kita dalam pengabdian kepada bangsa dan negara.

Jakarta, 21 April 2017


Komisi Pendidikan dan Penataran

Drs. Murianto Babay, M.M.


Sambutan Ketua Umum
i
PENGURUS BESAR PERSATUAN DRUM BAND INDONESIA

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Salam Olahraga!

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat


karunia hidayah serta inayah-Nya kita masih dapat membaca sebuah
karya yang sangat berguna bagi program serta proses pendidikan dan
pelatihan di lingkungan Persatuan Drum Band Indonesia, dari Komisi
Pendidikan dan Penataran Bidang Pembinaan Prestasi PB-PDBI.
Syukur Alhamdulillah, merupakan suatu kebanggaan dan
kehormatan bagi saya ketika memberikan “Kata Sambutan” pada
penerbitan Bahan Ajaran tentang Ilmu Dirigen, setahu saya sangat
jarang dikalangan komunitas drum band yang mau memperhatikan
ketersediaan bahan referensi khususnya mengenai teori, peraturan,
ketentuan serta buku panduan yang dapat dijadikan pedoman dasar
dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya seiring dengan kiprah
kita mengembangkan perwiditraan di tanah air tercinta.
Bahan ajaran ini sangat berguna dan besar manfaatnya dalam
proses pendidikan dan pelatihan untuk dijadikan buku panduan bagi
para guru, juri, para pelatih dan seluruh komunitas drum band, kiranya
dapat menjadikan buku ini sebagai bahan referensi dalam dunia
pendidikan anak-anak kita agar dapat mengerti, memahami dan
mencintai musik drum band dalam kehidupan sehari-hari seiring
dengan derasnya pengaruh era globalisasi yang semakin tak
terkendali.
Terima kasih “Salam Olahraga”, semoga Allah SWT senantiasa
melimpahkan rakmat, karunia, dan hidayah-Nya kepada kita semua
dalam pengabdian kepada bangsa dan negara. Aamiin!

Jakarta, 21 April 2017


Ketua Umum Pengurus Besar PDBI

Brigjen TNI Rahardjo, S.Sos


ii
ILMU DIRIGEN
(SENI MEMIMPIN MUSIK/MEMBIRAMA/MENDIREKSI)
Oleh : Kolonel Caj Drs. Murianto Babay, M.M.

BAB I. PENDAHULUAN

Pengabah atau yang lebih dikenal dengan istilah Conductor, Filed


Comander (bahasa Inggris), Dirigen (bahasa Belanda), atau Gita Pati
(Indonesia) merupakan figur utama dalam kepemimpinan suatu
kelompok pemain musik baik itu dalam bentuk paduan suara,
ansambel, band atau orkestra. Tugas seorang Dirigen dapat
dianalogikan dengan tugas dan tanggung-jawab seorang panglima di
medan laga, yang mengatur siasat dan strategi yang jitu untuk
memenangkan suatu pertempuran. Sebaliknya seorang Dirigen
berusaha untuk mewujudkan suatu keindahan musikal melalui
permainan musik yang dipimpinnya secara bersama. Oleh karena itu
keberhasilan penampilan suatu kelompok pemusik dalam mewujudkan
keindahan musikal tersebut sepenuhnya tidak terlepas dari
kemampuan mendasar yang harus dimiliki oleg seorang Dirigen/ Gita
Pati, antara lain pengetahuan tentang teori ilmu dirigen yang
mencakup : teori musik, tehnik memberi aba-aba, tehnik permainan
instrumental, tehnik vokal, ilmu harmoni dan komposisi, ilmu bentuk
analisa, sejarah musik serta wawasan tentang repertoir lagu paduan
suara dan orkestra.

1. Pengertian Dirigen atau Gita Pati.


Dirigen (bahasa Belanda) atau Conductor, Field Comander

1
(bahasa Inggris), Gita Pati (Indonesia) adalah orang yang memimpin
kelompok pemain musik atau paduan suara.
Bentuk pergelaran musik yang memerlukan seorang Dirigen
antara lain adalah : Ansambel, Light Orchestra, Orkes Simfoni,
Paduan Suara, Musik Harmoni, Marching Band, Musik Bambu, Musik
Angklung dan lain-lain.

2. Tugas Pokok Dirigen/Gita Pati.


Tugas seorang Dirigen/Gitapati bukan hanya berkisar pada
pengajaran notasi musik dan terminologi musik yang digunakan pada
sebuah lagu yang dimainkan, sebaliknya tugas terpenting adalah
mengajak seluruh pemain dan penyanyi untuk total dalam bermusik
dengan penuh penghayatan dan penjiwaan (ekspresif) yang mendalam
serta dapat mengajak publik penikmat musik untuk turut serta terlibat
atau hanyut pada sajian musik yang sedang dimainkan/disajikan.
Permainan musik atau bernyanyi sama halnya dengan berbicara
dalam percakapan sehari-hari namun yang digunakan disini adalah
bahasa musik, bila dipahami secara benar maka akan menjadi suatu
wahana komunikasi yang cukup efektif. Komunikatif dan tidaknya
suatu sajian musik semuanya tergantung pada kepiawaian seorang
dirigen/gitapati serta seluruh pemain dan penyanyi dalam
mengungkapkan dan menterjemahkan materi lagu yang dimainkan
dengan proyeksi “bunyi yang bermakna” sesuai dengan kehendak
pencipta lagu. Bunyi bermakna yang dimaksudkan disini adalah bunyi
musikal yang mampu membahasakan pesan dan gagasan penciptanya
secara baik dan sempurna.

BAB II. PERSYARATAN MENJADI DIRIGEN

Kualifikasi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dirigen/gita pati


dapat dibedakan menjadi dua aspek yakni : aspek non teknis dan
aspek teknis. Adapun kedua aspek tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Aspek Non Teknis.
a. Komunikatif dan Simpatik.
Seorang dirigen/gita pati yang baik dituntut untuk mampu
mengembangkan komunikasi yang aktif dengan anggota pemain
musik dan penyanyi. Komunikasi yang aktif akan membantu
kedua belah pihak untuk saling memahami, saling percaya dan
saling asah-asih-asuh. Komunikasi yang perlu dikembangkan
adalah secara verbal maupun secara bahasa isyarat yang sesuai
dengan tanda-tanda isyarat dalam musik tentunya. Kematangan

2
komunikasi ini akan menciptakan rasa simpati dari sesama dan
hanya dapat diwujudkan melalui intensitas latihan yang bertahap,
bertingkat dan berlanjut.
b. Sikap Terbuka dan Organisatoris.
Seorangan dirigen/gita pati yang baik tidak hanya siap
menerima pujian saja, tetapi ia juga harus terbuka terhadap kritik,
saran dan gagasan dari semua pihak. Melalui semua masukan
tersebut seorang dirigen/ gita pati akan termotivasi untuk
mengevaluasi kemampuan dan kinerjanya, yang pada akhirnya
akan membuat dirinya berjiwa besar dan mampu memimpin
sebuah organisasi. Semua saran masukan dapat dijadikan bahan
evaluasi demi berkarya nyata selanjutnya.
c. Tekun dan Kerja Keras.
Ketekunan dan kerja keras dapat diibaratkan dua sisi mata
uang. Seorang dirigen dituntun untuk memiliki semangat bekerja
keras dan tidak cepat merasa puas dengan prestasi yang telah
dicapainya. Ia dituntut untuk selalu mengevaluasi hasil kinerjanya
sebagai bahan analisa guna kesinambungan program kerja
dimasa mendatang. Kerja keras bukan merupakan suatu
persyaratan kondisional, namun harus di sertai dengan ketekunan
untuk tetap berkarya seumur hidup
dalam setiap karya seni yang dihasilkannya.
d. Kreatif dan Inovatif.
Kreatifitas sangat diperlukan dalam menciptakan gairah dan
semangat kerja yang baru guna melakukan interpretasi terhadap
karya musik yang sama dari sisi pandang yang berbeda. Pada
hakekatnya kreatifitas yang tinggi akan memotivasi dirigen dan
pemain musik untuk senantiasa berusaha menemukan hal-hal
yang baru (inovasi) dalam memainkan lagu yang sama secara
berulang, agar tidak terkesan monoton dan cenderung
membosankan pendengar.
e. Kooperatif dan Persuasif.
Keberhasilan suatu kelompok pemusik tidak dapat terlepas dari
kemampuan seorang pemimpinnya, dalam mengolah dan
mengembangkan unsur-unsur musikal yang dimiliki oleh
anggotanya. Diperlukan tindakan yang kooperatif terhadap
seluruh aktifitas kegiatan bersama agar tercipta kekompakan dan
jiwa korsa. Dengan mengembangkan sifat kooperatif terhadap
semua anggota, seorang dirigen telah menciptaka ruang yang
konprehensif bagi keterlibatan dan peran serta anggota pemain
dalam setiap pengambilan keputusan demi kebaikan dan
kemajuan bersama.
f. Memiliki Disiplin dan Loyalitas.
Disiplin dan loyalitas merupakan dua hal yang saling
bertautan, bagaimanapun hebat dan piawainya seseorang tanpa
didukung oleh kedisiplinan diri maka sia-sialah semua.
Misalnya disiplin waktu latihan yang telah ditetapkan harus
ditepati, semua anggota termasuk3 dirigen juga harus loyal
terhadap program kegiatan yang telah ditetapkan bersama.
Selanjutnya sifat loyalitas tersebut harus dikembangkan antar
sesama agar tercipta hubungan bathin yang kuat, saling
menghargai antar yang tua dan yang muda, juga demikian
sebaliknya. Situasi semacam ini tetap di manifestasikan dalam
kehidupan sehari-hari bukan hanya dalam kegiatan latihan sampai
pementasan, namun dapat diterapkan dalam pergaulan dan hidup
kekeluargaan diluar kelompok pemusik yang bersangkutan.

2. Aspek Teknis.
a. Sehat Jasmani dan Rohani.
Kesehatan jasmani dan rohani merupakan persyaratan mutlak
bagi seorang dirigen/gita pati, hal ini sangat berkaitan erat
dengan tugas yang diembannya memang tidak ringan. Ia selalu
dituntut untuk tetap sehat baik secara jasmani maupun rohani
serta memiliki stamina yang prima dalam setiap penampilannya.
b. Pendengaran yang baik.
Pendengaran yang dimaksud disini bukanlah sekedar
kemampuan untuk menangkap dan memahami bunyia-bunyian
yang ada disekitar kita, namun juga kemampuan untuk
mendengar secara musikal. Kemampuan pendengaran musikal
adalah mampu membedakan bunyi tinggi-rendahnya nada yang
sesuai dengan tonenya, irama dan harmoni serta bunyi instrumen
musik yang digunakan apakah sudah di tala/disetem dengan
benar dan lain sebagainya. Kemampuan mendengar secara
musikal itu tentu saja dapat dipelajari dilatih dan dikembangkan
baik secara perorangan maupun kelompok. Melalui latihan yang
teratur seseorang dapat menguasai dan mahir mengembangkan
kemampuan pendengaran musikalnya.
c. Pengetahuan Sejarah Musik dan Teori Musik.
Penguasaan teori musik merupakan suatu keharusan bagi
seorang dirigen/gita pati. Teori musik dapat diibaratkan sebagai
“kosa kata dan tata bahasa” yang kita perlukan dalam komunikasi
verbal atau sebagai rambu-rambu yang harus ditaati dan ditepati
dalam berolah musik. Pengetahuan tentang teori musik
mencakup beberapa aspek antara lain : membaca dan menuliskan
notasi musik (not balok dan not angka), interval, tanda baca,
tempo, dinamika, tanda birama, tanda kunci, tangga nada, akord,
ilmu harmoni dan komposisi serta istilah-istilah dalam musik.
Manfaat positif mempelajari sejarah musik sangat terasa
ketika kita dihadapkan dengan pertanyaan seperti : bagaimana
lagu harus dimainkan dengan benar, bagaimana gaya musik yang
sesungguhnya, warna suara yang harus digunakan, bagaimana
4
formasinya. Dokumentasi yang berkaitan dengan kehidupan sang
pencipta/penggubah lagu, latar belakang kehidupannya, gaya-
karasteristik-aliran musik yang berkembang pada masa sang
komponis membuat lagu hanya dapat kita pelajari melalui sejarah
musik. Tugas seorang dirigen/gita pati adalah hanya untuk
membahasakan kembali gagasan dan pesan komponis tersebut
melalui musiknya dengan menggunakan media idiomatika yang
tersedia pada abad sekarang.
d. Menguasai Ilmu Bentuk Analisa.
Pengetahuan tentang ilmu bentuk analisa membantu seorang
Dirigen/Gita Pati untuk melihat struktur bangun dan keterkaitan
antara setiap komponen musikal dalam suatu lagu secara kritis.
Dengan bantuan ilmu analisa, latihan yang direncanakan dapat
berjalan lebih terarah dan efektif karena dirigen mengetahui
dengan penuh kesadaran tentang “kisah besar” apa yang akan
dituturkan kepada anggota pemain musik maupun penyanyi.
Seperti halnya beberapa persyaratan yang telah disebutkan di
atas, bahwa ilmu analisa sekali lagi bukanlah merupakan bakat,
tetapi tergantung pada adanya minat untuk mau mempelajarinya.
e. Menguasai Tehnik Memberi Aba-Aba.
Seperti yang kita ketahui bahwa bentuk aba-aba yang
diberikan oleh dirigen/gita pati bukan menggunakan bahasa
verbal, melainkan dengan bahasa isyarat melalui gerakan tangan,
mimik wajah, sorotan mata dan lain-lain. Seorang dirigen/gita pati
bukan hanya sekedar belajar gerakan aba-aba, namun harus
didukung oleh aspek pengetahuan dan keterampilan serta dituntut
untuk menguasai berbagai macam tehnik dalam memberi aba-
aba, agar dapat dipahami dan dimengerti oleh seluruh
anggotanya dalam bermain musik. Mengenai keragaman tehnik
dalam memberi aba-aba tersebut akan dibahas dalam Bab
berikutnya.
f. Kemampuan Sight-Singing.
Istilah ini dapat diterjemahkan secara bebas sebagai
kemampuan membaca dan menyanyikan/ memainkan suatu
sistem notasi musik (not angka maupun balok) pada
perjumpaan/kesempatan pertama. Dalam bahasa Latin sight-
singing dikenal dengan istilah prima vista (yang artinya :
pandangan pertama).
Seperti halnya dengan kemampuan mendengar secara
musikal yang berkembang melalui proses latihan secara teratur
dan berdasarkan kebiasaan, demikian juga halnya dengan sight-
singing. Berikut ini adalah beberapa petunjuk praktis yang dapat
digunakan untuk melatih kemampuan dalam membaca dan
5
memainkan/menyanyikan notasi musik :
1) Awali dengan mempelajari interval (jarak antara dua nada
dengan nada-nada lainnya).
2) Kenali harga dan nilai not serta pola-pola ritmis/irama
yang umum digunakan.
3) Lanjutkan dengan mempelajari alur melodi lagu yang
telah anda kenal dengan menyanyikan notasi yang tertulis
selanjutnya dimainkan pada salah satu alat musik yang
dikuasai.
4) Nyanyikan frase-frase melodi pendek dengan interval kecil
dan berpola ritmis sederhana.
5) Tingkatkan kemampuan membaca dan menyanyi anda
dengan mencoba melodi-melodi yang memiliki pola ritmis
maupun interval yang relatif lebih sulit.
g. Kemampuan Memainkan Piano.
Idealnya seorang dirigen/gita pati bisa memainkan salah satu
alat musik utamanya piano atau key board. Dengan bekal
tambahan ini akan sangat bermanfaat bagi dirinya dalam
memanifestasikan harmonisasi suatu lagu, membidik nada dan
interval yang sulit serta menuntun penyanyi dan pemain musik
untuk mendengarkan nada-nada yang dituntut dalam suatu
partitur lagu.

BAB III TEHNIK MEMBERI ABA-ABA (MEMBIRAMA)

1. Pengertian Membirama.
Memberi aba-aba, membirama atau mendireksi pada dasarnya
merupakan suatu bentuk aktifitas seni tersendiri yang mengasyikan
dan menggairahkan. Dalam kegiatan membirama, seluruh aspek
kemanusiaan kita seperti : raga, cipta, rasa dan karsa dilibatkan secara
aktif. Seorang dirigen/gita pati yang baik dituntut untuk memiliki
komitmen yang tinggi terhadap panggilan tugasnya sebagai seorang
pemimpin, komandan, orang tua dan sekaligus sahabat bagi
anggotanya. Perlu disadari bahwa tugas ini akan menyerap dan
menyita waktu, tenaga serta konsentrasi pikiran secara utuh, maka
stamina yang terjaga dengan baik akan merupakan prakondisi mutlak
dan tetap prima.

2. Tuntutan Awal Tugas Membirama.


a. Senantiasa memperlihatkan cara duduk dan berdiri serta
sikap tubuh yang benar kepada anggotanya selama kegiatan
latihan berlangsung.
b. Mengenal dengan baik kemampuan seluruh anggotanya.
c. Memberi aba-aba dengan 6 jelas dan efektif serta tidak
membuat gerakan-gerakan yang membingungkan para
anggotanya.
d. Tidak ikut bernyanyi/bersuara pada saat memberi aba-aba.
e. Tidak membunyikan ketukan baik dengan cara menggunakan
telapak kaki pada lantai, menjentikkan jari atau bertepuk
tangan.
f. Membirama dengan melibatkan seluruh ekspresi tubuh
seperti : badan, tangan, lengan dan mimik wajah.
g. Mengenal dengan baik buah karya musik/ ciptaan lagu yang
akan dibawakan/ dimainkan.

3. Sikap Dirigen.
Sikap seorang Dirigen pada umumnya merupakan gabungan dari
gerakan tangan, tubuh dan juga ekspresi wajah. Dirigen harus
memaksa penyanyi dan pemain musik untuk memperhatikan dirinya
terutama gerakan tangannya. Sikap tubuh harus selalu dalam posisi
siap dan waspada, tidak terlalu kendor atau tegang. Sikap yang santai
atau tidak peduli gampang menular. Ekspresi wajah memberikan
petunjuk kepada penyanyi apa yang diharapkan dari mereka.
Seorang dirigen menggunakan kedua matanya untuk memelihara
kontak dengan tiap penyanyi, sekaligus memegang kendali. Dirigen
pada dasarnya memberi pengarahan pada penyanyi sebelum nyanyian
dimulai, sehingga apa yang dilakukan koor sesuai dengan tema yang
diharapkan.

4. Sikap Tangan Pada Posisi Siap.


Penyanyi dan pengiring harus dipersiapkan sebelum memulai
dengan sikap siap. Sikap kedua tangan seperti sedang memegang
bola yang garis tengahnya selebar badan. Kedua telapak tangan
menghadap ke bawah dengan jari-jari yang relaks. Kedua tangan
pada jarak yang sama dengan badan anda. Sikap siap ini bervariasi
tergantung dari karakter lagu yang akan dibawakan.

5. Gerakan Awal.
Setelah kita melakukan posisi siap maka kegiatan selanjutnya
adalah menseting gerakan awal/ gerakan permulaan/ pendahuluan
yang diperlukan saat mulai memberi aba-aba. Sebaiknya dipelajari
setelah menguasai pola-pola dasar membirama dan dapat
melakukannya tanpa ketegangan. Gerakan awal harus dipelajari dan
dikuasai, jangan lagi menghitung “satu-dua-tiga” atau seperti aba-aba
saat lomba lari “bersedia-siap-ya” untuk memulai nyanyian.
a. Fungsi gerakan awal atau gerakan pendahuluan adalah :
1) Meningkatkan presisi/ ketepatan waktu mulai menyanyi/
pemain berbunyi. 7
2) Mengingatkan karakter (termasuk volume) pada awal
lagu yang akan dibawakan.
3) Menjelaskan tempo yang akan diambil.
Gerakan awal didahului dengan sikap siap. Gerakan awal ini
janganlah dipakai untuk memberi tahu setiap kali suatu
kelompok suara harus masuk. Penyanyi/pemain harus selalu
dituntut untuk menghitung semua tanda istirahat, bukan
menunggu tanda dari dirigen.
b. Cara melakukannya :
Pada dasarnya memberi satu ketukan sebelum ketukan
masuk lagu (untuk lagu yang dimulai pada ketukan berat maupun
ringan), membuat sikap badan dan tangan yang antisipatif, serta
pada saat masuk melakukan gerakan yang mantap/tegas, seperti
“ya – bam”, atau seperti aba-aba pada lomba lari :
bersedia...siap...ya! Selalu arahkan pandangan mata ke bagian
penyanyi yang akan mulai bernyanyi, jangan melihat pada teks.
Tetap pandang mereka sampai proses “masuk” ini diselesaikan.
Jangan berpaling karena penyanyi akan merasa kecewa/
diabaikan. Gerakan awal atau gerakan pendahuluan diarahkan
pada pengiring bila lagu diawali dengan intro musik. Pianis/
organis harus melihat ke dirigen sehingga masuk pada saat dan
tempo serta karakter yang dimaksudkan oleh Dirigen.
Gerakan Awal/Gerakan Pendahuluan
0 1.2| 3 1 2 3|2 . 1 1.3 | 5 5 6.6 6.6|5. .
Berki- bar lah bende ra - ku lambang suci gagah perwi- ra

6. Gerakan Berhenti.
Gerakan ini penting karena biasanya penyanyi atau pemain musik
dan dirigen kehilangan konsentrasinya menjelang akhir lagu. Aba-aba
harus selalu diberikan sampai lagu berakhir, bahkan hingga beberapa
saat setelah lagu berhenti. Kontrol dirigen terhadap penyanyi harus
tetap dijaga. Cara paling sederhana adalah menghentikan gerakan
tangan pada ketukan terakhir, menahannya sesuai dengan yang
dikehendaki (apakah itu beberapa ketukan atau fermata), lalu beri
dua gerakan pendek, satu ke atas, satu ke bawah/kesamping, kembali
ke tempat semula : seperti “ ya – stop”.
Pada saat “stop” ini semua suara harus berhenti.

Gambar Posisi lengan dan tangan

Tangan tidak turut bergerak mengikuti setiap gerakan lengan. Posisi telapak
tangan tertelungkup dan menghadap ke lantai, jari-jari tangan merenggang dan
membentuk kurva. Gerakan pergelangan tangan yang terlalu tegang atau sebaliknya
lemah tak bertenaga justru akan dapat merusak alur komunikasi dengan anggota pemain
dan penyanyi.

Gambar Posisi Tangan Netral

Lengan atas (bahu hingga siku) diletakan merapat ke badan namun tidak sampai
menempel. Sudut yang dibentuk antara lengan dan badan sebaiknya tidak melebihi 45
derajat, sehingga lengan dapat ditarik ke muka dengan leluasa. Keuntungan yang
diperoleh dari posisi dasar seperti ini, lengan atas dan tangan dapat digerakan ke depan
badan dan sekaligus mengurangi pergerakan siku. Pergerakan naik dan turun siku dapat
membuyarkan fokus pada ujung jari-jari.
Gambar Posisi tangan dan lengan
(tampak samping)
7. Tangan Kanan dan Kiri. 9
Tangan kiri berfungsi untuk menolong tangan kanan, bila tangan
kanan tidak lagi bisa memberikan pengarahan yang diinginkan.
Cobalah gunakan pedoman berikut ini :
a. Pada dasarnya tangan kanan melakukan semuanya: tempo,
volume, karakter, phrasing, dan gerakan awal serta akhir.
b. Tangan kiri membantu hal-hal yang tidak dapat dilakukan
sendiri oleh tangan kanan seperti memberi gerakan awal,
aksen, volume, tanda untuk menahan nada pada kelompok
suara tertentu. Juga hal-hal lain seperti membalik
teks/partitur lagu, memberi karakter dengan mengepalkan
tangan atau membuat gerakan yang gemulai untuk untuk
permainan suara yang lembut dan mengalir.
c. Membantu tegaskan apa yang sudah dilakukan tangan
kanan.
d. Tangan kiri sebaiknya jangan melakukan pola ketukan
tangan kanan terlalu banyak, hanya pada saat awal atau bila
tempo terasa terlalu berat atau terlalu cepat.

8. Dinamika, Tempo, Aksen, Phrasing dan Karakter.


Setelah gerakan dasar dikuasai, maka selanjutnya gerakan-
gerakan yang lebih sulit perlu dipelajari untuk memberi aba-aba pada
elemen musik yang lainnya sebagaimana pembahasan berikut ini.
a. Dinamika
Piano (lembut) dan forte (keras) dapat ditunjukkan oleh
ukuran gerakan tangan. Buatlah gerakan sekecil mungkin
untuk pianissimo yang masih dapat dilihat oleh penyanyi dan
kemudian buatlah gerakan lebar untuk fortissimo. Ingatlah
ukuran gerakan untuk kedua ekstrim ini dan jangan
melewatinya. Bila terjadi perubahan dinamika buatlah
gerakan yang menunjukkan dinamika yang dikehendaki
sebelum waktunya. Gunakanlah tangan kiri untuk mengatur
kecepatan atau lambatnya suatu crescendo/ diminuendo.
b. Tempo
Tempo sangat memegang peranan penting dalam penyajian
suatu lagu, cepat-lambatnya lagu dinyanyikan merupakan
tanggung jawab penuh seorang Dirigen agar tidak muncul
kesan monoton yang pada akhirnya membuat jenuh
pendengar. Perlu diperhatikan bahwa tempo cepat tidak
efektif bila dilakukan dengan gerakan yang besar/ melebar
(meskipun forte) dan tempo lambat tidak terlihat bila
dilakukan dengan gerakan yang kecil/ menyempit.
Gunakan pedoman berikut ini :
1) Untuk mempercepat atau menegaskan tempo bila
penyanyi/ pengiring melambatkan tempo lagu, gunakan
gerakan kecil tapi dengan jelas.
2) Untuk memperlambat 10 tempo atau menjaga tempo agar
tidak lari, gunakan gerakan yang besar dan lebar.
3) Pelihara terus kontak mata dan wajah dengan penyanyi
dan pengiring.
c. Aksen
Berilah pantulan yang tinggi pada satu ketukan sebelum
tanda aksennya, dan kemudian jangan memantul terlalu
tinggi pada ketukan beraksen. Gunakan tangan kiri untuk
membantu tangan kanan dalam memberikan sinyal-sinyal.
d. Phrasing
Phrasing adalah penataan kalimat dalam lagu. Biasanya
suatu lagu terdiri atas kalimat panjang dan pendek yang
dipisahkan dengan tanda ( ‘ ) meskipun lebih sering dirigen
harus menganalisa sendiri makna dan isi yang terkandung
dalam lagu sesuai dengan kehendak penciptanya. Biasanya di
tempat ini penyanyi mengambil nafas, untuk memberi aba-
aba pada phrasing, gerakan tangan dihentikan pada akhir
suatu frase dan bergerak lagi untuk memulai frase yang
baru. Hal yang paling penting dalam Phrasing ini adalah
kesiapan pernafasan penyanyi yang maksimal karena apabila
terjadi pemenggalan kalimat lagu (bernafas ditengah kalimat)
maka akan menimbulkan makna lagu berubah atau salah
ditafsirkan dan pada akhirnya tidak elok didengar.
e. Karakter.
Para komposer dalam mencipta lagu sering menggunakan
tanda-tanda khusus pada karyanya dengan maksud agar lagu
tersebut terdengar membahana, megah dan berkarakter.
Untuk itu seorang Dirigen dituntut harus dapat mewujudkan
pesan yang terkandung dalam lagu tersebut. Uraian diatas
baru sampai pada aba-aba yang diberikan untuk karakter
lagu yang legato (bersambung). Untuk gaya yang lain
diperlukan ayunan tangan yang berbeda yakni :
1) Marcato. Gunakan gerakan yang lebih energik, pukulan
yang lebih keras dengan sudut balik yang lebih tajam.
2) Staccato. Pukulan cepat berbalik memantul dengan sudut
yang tajam tanpa menghentikan gerakan. Gerakan lebih
berupa garis, bukan lagi lengkungan.
3) Maestoso. Agung dan megah. Buat gerakan ke bawah
yang berat dan sedikit lebih lambat dan mengalir.
Hal inilah yang paling sulit dilakukan, gerakan harus tenang
tanpa hentakan, tetapi ketukan tetap jelas. Diperlukan
control otot dan syaraf. Semua gerakan harus lambat dan
terus mengalir, namun gerakan memantul tetap ada dan
jelas. 11
9. Beberapa Tips
Selain teknik aba-aba yang sudah dijelaskan di atas, ada
beberapa hal di luar teknis yang bisa membantu mempelajari suatu
lagu baru, baik secara individu maupun dalam proses latihan. Untuk
itu marilah kita simak beberapa Tips sebagai berikut :
a. Gunakan Cermin.
Seorang pemusik memerlukan latihan individual, tidak
terkecuali bagi seorang Dirigen. Seorang pemain instrument
atau penyanyi dapat mengecek bunyi yang dihasilkan
dengan telinganya. Seorang Dirigen yang berlatih sendiri
mengecek penampilannya di depan cermin, karena tidak ada
suara yang dikeluarkan. Lakukan koreksi diri sendiri apakah
aba-aba yg diberikan sudah jelas dan dimengerti penyanyi
dan pengiring.
b. Latihan Dengan Tempo Lambat.
Dalam proses latihan sudah tentu kita akan dihadapkan pada
situasi belajar memahami struktur lagu dengan harapan lagu
tersebut dapat dinyanyikan sesuai dengan kehendak
penciptanya. Seperti juga pemusik untuk menguasai bagian
yang sulit, Dirigen juga perlu melakukan latihan dalam
tempo lambat terlebih dahulu untuk menguasai detil
musiknya. Apabila sudah mencapai tingkat mahir baru
dimainkan dalam tempo sesungguhnya.
c. Semua Ketukan Diberikan.
Meskipun penyanyi tidak menyanyi, bila musik masih
berlangsung, apakah itu instrument sedang istirahat,
tetaplah memberi semua ketukan sehingga penyanyi tahu
dimana anda berada.
d. Wajah.
Ekspresi wajah penting dalam kepemimpinan dan juga
interpretasi musik. Jangan memimpin dengan muka seperti
mayat, tanpa ekspresi. Hindari juga wajah yang terlalu
tegang karena akan mempengaruhi ketegangan otot
produksi suara dari penyanyi atau pemain musik.
e. Menyanyi sambil memimpin.
Jangan ikut menyanyi bila sedang memimpin, (kecuali dalam
proses pelatihan) karena suara koor tidak akan terdengar,
tertutup suara sendiri. Meskipun demikian mulut boleh ikut
mengucapkan teks (tanpa berbunyi) untuk membantu
penyanyi masuk atau menjaga tempo. Hendaknya hal ini
dibatasi pada awal kalimat lagu saja.
f. Mencatat pada teks/ partitur lagu.
Jangan menganggap hal ini kegiatan yang amatiran. Semua
Dirigen besar/ ternama pasti melakukannya. Beri tanda-
tanda
yang komunikatif pada tempat yang penting atau
sering
12
terjadi kesalahan pada saat latihan, sehingga waktu
memimpin lagu tersebut dapat memberikan aba-aba sesaat
sebelum waktunya tiba.
g. Melihat ke penyanyi/ ke pemain.
Selalu jaga kontak dengan penyanyi dengan menatap
mereka terutama pada tempat-tempat yang sulit. Jangan
korbankan kontak ini untuk melihat teks karena takut
kehilangan bacaan partitur. Penyanyi akan merasa
ditinggalkan bila pada saat yang sulit Dirigen menundukkan
kepala dan melihat ke teks di bawahnya.
h. Proses latihan yang bermutu.
Kemegahan sekelompok paduan suara atau orkes simfoni
terletak pada proses latihannya. Pada saat itulah semuanya
terjadi: penguasaan suatu lagu, pengertian antar personel,
peningkatan teknik (vocal, aba-aba, pengiring). Sebuah
paduan suara dan orkes pengiring tidak akan maju atau
bertahan keberadaannya tanpa adanya latihan. Latihan rutin
adalah latihan yang paling bermanfaat untuk meningkatkan
mutu suatu permainan bersama. Untuk itu setiap latihan
perlu adanya persiapan dan pengorganisasian yang matang.
i. Persiapan Dirigen
1) Pemilihan dan penguasaan lagu : not, syair, phrasing,
tempo yang cocok dan kerangka harmoni.
2) Menyediakan teks atau partitur lagu (lebih baik berikan
tugas ini pada orang lain).
3) Menyiapkan tempat latihan yang memadai dan dukungan
logistik yang cukup.
4) Menyiapkan pengiring (pianis/ organis) : nada dasar.
5) Merencanakan agenda latihan (pemanasan, inti latihan,
evaluasi pencapaian hasil dan penutup).
j. Persiapan pengiring (Pianis/ Organis)
1) Mengadakan latihan sendiri guna memahirkan iringan
pada lagu yang disepakati bersama sesuai nada dasarnya.
2) Membuat intro lagu yang harmonis dan mudah dipahami
penyanyi.
3) Lagu-lagu yang dinyanyikan empat suara harus dibuatkan
aransemen iringan, sesuai dengan komposisi suara koor.
Kedua hal diatas (sub-sub pasal i dan j), sebaiknya dilakukan
di luar jam latihan, karena waktu latihan yang sangat
terbatas bisa dimanfaatkan seefisien mungkin, apalagi di kota
besar dimana waktu sangat berharga. Jangan sia-siakan
orang banyak yang sudah berkumpul sementara anda sendiri
masih melakukan tugas anda yang belum selesai.
10. Pemanasan Sebelum Latihan 13
Sebelum mulai latihan seorang Dirigen harus mempersiapkan
anggota koor serta pemain musiknya dengan latihan pemanasan
(Vokalisasi/Instrumentasi). Yang menjadi tujuan pemanasan adalah
menyiapkan organ-organ produksi suara untuk menghasilkan suara
yang diinginkan baik vokal maupun suara alat musik, selain itu juga
untuk membangun konsentrasi dalam proses mempelajari lagu.
a. Maksud pemanasan.
Pemanasan dimaksudkan untuk menghasilkan suara koor dan
alat musik yang berkualitas meliputi tiga hal sebagai berikut :
1) Energi : Suara penuh tenaga, yang “mengangkat”, bukan
suara/bunyi yang datar, lelah bahkan cenderung turun
atau hanya mendengung.
2) Indah Natural : Suara yang indah dan enak didengar,
fleksibel, empuk meskipun pada nada rendah, forte atau
bernada tinggi.
3) Resonansi. Suara seakan-akan berasal dari kepala dengan
dorongan angin dari diafragma, bukan tenggorokan atau
dada, serta dapat memenuhi seluruh bidang. Apabila hal ini
dapat terwujud, maka suara penyanyi kurang-lebih sama
karena dihasilkan dengan cara yang sama. Inilah yang
menjadi tujuan suatu paduan suara, yakni dengan
memadukan suara manusia yang berlainan warnanya.
Mekanisme produksi suara yang dipakai untuk berbicara
harus disesuaikan dengan kebutuhan saat bernyanyi.
Khusus pemain alat musik tiup tehnik pemanasan ini
harus dilakukan dengan benar, mengingat semua
rongga yang kosong dalam tubuh saat meniup pasti
akan mengalami tekanan yang berat terutama rongga
dalam kepala. Pemanasan sebaiknya dilakukan selama 5-
10 menit, namun dengan keseriusan yang tinggi.
b. Proses Pemanasan.
Penyanyi diharapkan mengetahui tujuan dari masing-masing
langkah pemanasan berikut ini :
1) Relaksasi. Untuk mengendorkan otot-otot bernyanyi yang
tegang. Putar kepala beberapa kali (kedua arah), putar
kedua bahu, mengangkat tangan ke atas, latihan nafas
dengan diafragma dengan tetap mengangkat dada.
2) Resonansi. Untuk menghasilkan suara yang bulat dan
empuk. Lakukan tindakan seperti menguap, hmmmm
(dari nada C turun satu oktav ke bawah C),
bersenandung dengan lembut 5-4-3-2-1 (lalu “mi-me-ma-
mo-mu”), lalu naik setengah nada. Gunakan huruf “m”
untuk membangkitkan rongga resonansi di kepala.
14
3) Energi. Nyanyikan 1-2-3-4-5-4-3-2-1 dengan (do,ma,mo
atau ha), terus naik setengah nada. Juga 5555 – 5555 -
5 4 3 2 1 dengan “ha” 5 nada terakhir legato.
4) Indah. Bernyanyi dengan legato. 1 – 5 4 3 2 1 dengan
vocal : ni – ah, ni – eh , di – o. Jika keempat hal ini
sudah diberikan, bila perlu Dirigen dapat juga
menambahkan latihan lain untuk meningkatkan kualitas
paduan suaranya seperti tersebut berikut ini :
5) Sensitivitas antar penyanyi dengan Dirigen : lakukan
latihan dinamika dari p - f - p - pp.
6) Menyeragamkan huruf hidup : a – i – u – e – o dan
variasinya : ni-ea-e-i, u - wi - yu - wi - yu, i- yo - i- yo- i.
Gunakan nada yang sama atau naik ½ laras sekaligus
melatih menangkap nada.
7) Ketepatan nada : mainkan nada secara acak atau secara
bertahap naik dan turun pada piano/ organ, dan mintalah
pada anggota koor untuk mengikutinya.
8) Fleksibilitas : 1234-2345-3456-4567-567i, dengan suku
kata “ya” dan tempo yang cepat atau dengan 1231-3453-
4564-5675-67i6-7i2i (fanalafa-nalafana-lafanala-fanalafa)
11. Ambitus (Jangkauan Nada)
Jangkauan nada dari masing-masing kelompok suara manusia
dan alat musik :
a. Sopran : c’ – a”:c’-d’-e’-f’-g’-a’-b’-c’’-d’’-e’’-f’’-g’’-a’’
b. Alto : f – d” : f-g-a-b-c-d-e-f-g-a-b-c’-d’-e’f’-g’-a’-b’-c”-d”
d. Tenor : c – a’ : c-d-e-f-g-a-b-c’-d’-e’-f’-g’-a’
e. Bas : F – d’ : F-G-A-B-c-d-e-f-g-a-b-c’-d’
f. Alat musik : Sesuai dengan jenis dan macam karakter alat
yang diproduksi oleh pabrikan (lihat lampiran).

BAB IV B I R A M A

1. Pengertian dan Jenis-Jenis Birama.


Birama atau metrum/ maat ialah ketukan-ketukan (tekanan-
tekanan) yang datangnya berulang-ulang secara teratur dalam waktu
yang sama (Atan Hamdju, 1989:26). Birama juga dapat diartikan
ayunan rangkaian gerak kelompok beberapa pulsa, yang ketukan
pertamanya mendapat aksen kuat sedang ketukan lainnya ringan,
berlangsung secara berulang-ulang dan teratur (Jamalus, 1989).
Penulisan birama perulangan yang satu dengan yang berikutnya
dibatasi oleh garis tegak lurus yang disebut satu birama. Misal lagu
ditulis dengan birama 2/4 berarti setiap birama terdapat 2 ketukan,
tiap ketukan notnya bernilai 1/4. Jenis-jenis birama adalah sbb :
15
a. Birama Binair (genap), yaitu lagu bertekanan kelipatan dua :
1) Tunggal (sederhana) ; 2/1, 2/2, 2/4, 2/8, 2/16.
2) Majemuk (campuran) ; 4/1, 4/2, 4/4, 4/8.
b. Ternair (ganjil)
1) Tunggal (bersahaja) ; 3/1, 3/2, 3/4, 3/8, 3/16.
2) Majemuk (campuran) ; 6/2, 6/4, 6/8, 6/16, 9/2, 9/4, 9/8,
9/16, 12/4, 12/8, 12/16.
c. Birama menyimpang dari binair dan ternair ;
1) 5/4 (3/4 + 2/4) atau (2/4 + 3/4)
2) 7/4 (3/4 + 4/4) atau (4/4 + 3/4)
d. Birama gantung ; jika kita perhatikan banyak lagu yang
pada biramanya kurang (tidak genap sesuai tanda birama),
misalnya: Lagu Indonesia Raya pada birama awal hanya
terdapat satu ketukan, kekurangan ketukan itu dilengkapi
pada birama terakhir lagu tersebut. Hal ini berarti lagu
tersebut mempunyai birama gantung. Penulisan tanda
birama diletakkan sebelah kiri atas lagu dilanjutkan nada
dasar lagu tersebut.
Misalnya: di sudut kiri atas judul lagu tertulis lagu 4/4 C= do
1) Angka di atas (Pembilang) berguna untuk menunjukkan
jumlah ketukan dalam tiap Birama yakni 3 ketuk.
2) Angka di bawah (Penyebut) digunakan untuk menunjuk-
kan nilai not dari tiap ketukan yakni ¼.
3) Notasi birama terdiri dari :
a) Tanda birama ; ialah tanda berbentuk bilangan
pecahan bersusun yang menunjukkan birama mana
yang digunakan pada sebuah lagu.
b) Ruang (ruas) birama; tempat untuk menuliskan notasi
kelompok irama yang termasuk dalam satu ayunan
birama, terletak diantara dua garis birama.
c) Garis birama ; garis dalam notasi musik yang
membatasi ruang (ruas) birama (birama satu dengan
birama berikut atau sebelumnya).
d) Garis penutup ; ialah garis birama yang terdiri dua
garis, garis pertama tipis dan garis kedua tebal pada
akhir penulisan notasi lagu.

2. Aneka Pukulan/ Ayunan Tangan


Pada dasarnya hanya ada dua gerak penting pukulan birama,
yaitu gerak turun dan gerak naik. Latar belakangnya adalah tarian
rakyat Yunani kuno : pada pukulan birama ringan (arsis) kaki
diangkat dan pada pukulan birama berat (thesis) kaki dihentakan
ketanah.
16
Secara umum dalam tehnik memberi aba-aba, tangan kanan
bertugas untuk mengaba tanda sukat suatu lagu. Pola aba-aba
akan ditandai oleh kejelasan ictus (titik pukul) dan rebound
(gerak pantul) serta pergerakan dari satu titik ke titik lainnya.

Gerakan gesture tangan


kanan
berat ringan

Diagram Turun dan Naik


Gaya atau Karakter Musikal
Beberapa gaya atau karakter musikal yang perlu diketahui yaitu :
Legato, marcato, leggiero, portato dan staccato.

Dalam perkembangan selanjutnya kedua gerak pokok birama itu


mengalami perubahan-perubahan kecil sehingga pada hakekat-nya
hanya ada tiga gerakan pokok : yang pertama pukulan terberat selalu
dilukiskan dengan gerakan ke bawah (menurut hukum alam, gaya
grafitasi) yang kedua ialah pukulan berat dilukiskan dengan gerakan
keluar dengan maksud supaya gerakan tersebut bisa dilihat dengan
jelas dan ketiga pukulan ringan dilukisakan dengan gerakan keatas.
Seorang Dirigen yang baik tidak melakukan pukulan birama secara
skematis atau yang kaku. Pukulan birama seperti yang tertera di bawah
ini adalah gerakan tangan kanan Dirigen/ Gita Pati, untuk melakukan
dengan dua tangan silahkan menggerakan tangan kiri secara simetrik
mengikuti gerakan tangan kanan.
17
birama satuan
1/1. ½, 1/4
birama satuan menurut pola dalam praktek
1/1. 1/2, 1/4

birama per-dua
2/1. 2/2, 2/4, 6/8

birama per-dua
2/1. 2/2, 2/4, 6/8

birama per-tiga
3/2. 3/4, 3/8, 9/8
18

a. Matra Dua

Matra dua dalam empat ketuk

A.T. Mahmud

Seperti kita ketahui bahwa matra dua dapat di aba dalam dua atau empat ketuk
tergantung pada tempo lagu. Pada lagu bertempo cepat, pola pertama menjadi pilihan
yang tepat. Perubahan dari pola pertama ke pola ke dua, atau pola dua dengan
subdivisinya sangat dianjurkan terutama bila terjadi perubahan tempo secara drastis,
seperti misalnya pada bagian bertanda rallentando atau ritardando.
19
b. Matra Tiga
Pola aba-aba untuk matra tiga mencakup : 3/4, 3/2, dan 3/8, misalnya lagu
“Burung Kakatua” atau “Naik-Naik Ke Puncak Gunung”.

Pola aba-aba untuk matra tiga

Gerakan Awal

| 0

Gerakan Awal

| 0
20
birama per-enam 21

6/2. 6/4, 6/8

birama per-tujuh
7/2. 7/4, 7/8
a. Rangkaian 4 - 3

b. Rangkaian 3 - 4
22
Melihat gambar-gambar di atas jelas bahwa tiap-tiap pukulan
selalu menjurus ke bawah, mulai dari titik tertinggi sampai terendah,
dan langsung disusul oleh pentalan ke atas seperti bola karet yang
terpental jika dilempar ke lantai. Pada saat pentalan ini gerakan tangan
berkecepatan tinggi dan berenergi.
Perhatikan bahwa tiap-tiap pukulan pertama dijatuhkan lebih
rendah dari pada pukulan lain. Pukulan-pukulan tengahan berada pada
ketinggian yang sedang, dan pukulan terakhir diayunkan ke atas
mencapai titik semula.
Salah ! Seharusnya !

Semua gerak pukulan birama bisa dilakukan dalam tiga bentuk


yang tampaknya berlainan, disesuaikan dengan jiwa musik yang
dimainkan. Untuk lagu-lagu Mars gerakannya harus tajam dan tegas
dalam aksentuasi ritmiknya, sedangkan untuk lagu Hymne harus
dibawakan secara agung dengan gerakan yang lembut dan mengalir.
Untuk lagu-lagu yang berkarakter sedang digunakan cara setengah
lembut dan setengah tegas.
Contoh :

tegas lembut

sedang
Pembagian gerak pukulan yang agak istimewa terdapat pada bagian
kelompok-kelompok tiga nada (triol) yang terjadi pada birama-birama per 6,
per 9 dan per 12 dalam tempo lambat, sehingga tiap notnya mendapat
pukulan. Dalam hal seperti ini tiap triol dipukul dengan tiga gerakan yaitu
turun-naik-turun, dengan catatan bahwa gerak turun yang terakhir sekaligus
disertai pengambilan titik pukul yang ke enam seperti skema berikut ini.
birama per enam
6/2, 6/4, 6/8
Pukulan bertanda yaitu ke dua dan ke empat berarti gerak itu harus
dipertajam. Pukulan ke tiga dan ke enam sebagai gerak terakhir dari kedua
triol itu langsung menjurus ke posisi berikutnya. Sama saja halnya dengan
pukulan birama di bawah ini.

Gerakan di atas ini sebenarnya sudah merupakan gerakan yang terbagi,


artinya karena lambatnya tempo maka tiap-tiap triol diberi tiga pukulan.
Gerakan terbagi bisa terjadi pula pada gerak pukulan birama lain, yaitu pada
lagu-lagu yang bertempo Largo, Lento bahkan pada Andante juga. Pada
lagu berikut ini pukulan perdua tidak mungkin dilakukan secara skematis.

24
Contoh lain adalah pukulan birama per empat yang terbagi
seperti ini :pula birama-birama lain bisa dijadikan pukulan terbagi
Demikian
BAGIMU NEGERI
atau bersubsidi.
Bes = do 4/4 Largo Lihat contoh dibawah ini : Cip : Kusbini

birama per tiga terbagi birama per sembilan terbagi


3/2. 3/4 9/2. 9/4, 9/8
Pa - da - mu Ne - gri ka - mi ber - bak- ti
Disini pukulan per empat biasa tidak mungkin dilakukan karena
lebarnya pukulan birama. Kalau dipaksakan juga, gerakan itu
semakin tidak jelas atau temponya menjadi makin cepat. Lagu
semacam ini harus dipimpin dengan cara sebagai berikut :
(secara keseluruhan menjadi 8 ketuk)
birama per dua belas terbagi
12/4, 12/8

25
3. Aba-aba Fermata dan Pukulan Penutup
Pada hakekatnya, aba-aba pada fermata adalah pukulan
penutup. Perlu ditekankan bahwa yang teramat penting dalam
aba-aba fermata adalah kejelasan dan ketegasan. Ada dua macam
Fermata, yakni fermata yang langsung disambung dengan
passage berikutnya dan fermata longa (panjang). Keduanya
menggunakan tehnik yang sama yakni : bahwa gerak pukulan
birama harus diulang sekali lagi untuk membuka passage
berikutnya dalam tempo yang dikehendaki (bisa kembali ke tempo
semula atau tempo yang baru).
Aba-aba yang terbaik pada fermata adalah gerak kebawah
mengambil tempat kira-kira di tengah antara titik terendah dan
titik tertinggi. Sebab gerak pukulan terlalu rendah tidak jelas
terlihat, apabila gerakan terlalu tinggi ini tidak pantas terlihat
(over style).
Berikut ini adalah contoh Fermata yang langsung disambung ke
passage berikutnya.
Dengan passage baru Dengan passage baru
yang lembut yang tajam

kiri kanan kiri kanan


Pada fermata, tangan dirigen bergerak ke atas, dimulai dati titik yang
mendapat fermata. Gerak lambat ke atas itu harus disambungkan dengan
pukulan ulangan yang merupakan persiapan inset baru. Untuk menghindari
para pemusik berhenti bermain, gerak sambungan itu harus melengkung,
dibuat sedemikian rupa sehingga para pemusik/penyanyi tak akan terhenti
dan sekaligus meyakini akan mulainya inset baru. Contoh yang baik untuk ke
dua fermata ini ialah “Die Beredsamkeit” (Joseph Haydn) dan passage berikut
::

Berikut ini adalah fermata yang langsung berhenti. Pada


fermata berhenti baik di tengah-tengah lagu maupun akhir lagu,
gerak lambat itu harus dihentikan pada suatu titik habis yang jelas
untuk para pemain musik atau penyanyi.

26
persiapan
inset baru

titik habis titik habis

lambat lambat

kiri kanan

Gerak naik yang lambat dari kedua tangan itu mempunyai


pengaruh kuat untuk para pemusik atau penyanyi, sebagai
tuntunan agar nada-nada tetap dibunyikan. Sebaliknya sedikit saja
gerakan itu berhenti, akan mengakibatkan para pemusik dan
penyanyi berhenti juga atau menjadi ragu-ragu. Itulah sebabnya
gerak ke atas harus dilakukan selambat mungkin sesuai jumlah
hitungan ketukan yang dikehendaki Dirigen dalam fermata
tersebut dan untuk menjaga jangan sampai tangan Dirigen
kehabisan ruang gerak. Pukulan penutup dapat dilakukan dengan
dua macam gerak yang berlawanan, yaitu keluar atau kedalam.
keluar ke dalam

kiri kanan kiri kanan


Keduanya sama baiknya, tergantung dari selera Dirigen. Akan tetapi gerak
yang lurus kadang-kadang bisa menguntungkan untuk suatu penutup yang
tajam :

kiri kanan
27
Penyelesaian akhir suatu fermata dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, antara
lain :

28
29
4. Penggunaan Pergelangan Tangan

Cara penggunaan pergelangan tangan ini harus terlaksana


dengan sewajarnya. Hal ini bisa di lakukan dengan cara
menekukan telapak tangan pada waktu mencapai titik hitungan
dan menegakannya pada waktu titik “dan”.

Sampai pada titik hitung turun menjurus ke titik


“dan” terus bergerak hitungan
kejurusan naik

Pada lagu yang dimulai dengan huruf “Z” (bahasa Jerman)


ekuivalen dengan “ts” kita, adalah sempurna sekali kalau kita
memberikan pukulan persiapan/gerakan pendahuluan dengan
ujung jari telunjuk dirapatkan pada ujung ibu-jari sehingga
merupakan semacam bentuk cincin.

Dengan pukulan persiapan/


gerakan pendahuluan yang
lembut, tapi dengan diberi titik
pental yang jelas, posisi jari ini
memberi bantuan besar bagi para
pemain musik dan penyanyi untuk
mengucapkan huruf “Z” tepat pada
waktunya.
Catatan : huruf “Z” adalah
titik pertama nada harus bunyi
dengan kata lain saat masuk yang
tepat (timming).
Ada beberapa petunjuk praktis dan latihan30 yang dapat di ikuti dalam melatih
penggunaan dan pengendalian tangan kiri :
a. Perlu selalu diingat dalam pikiran bahwa posisi tangan kanan berada tepat di depan
tubuh. Kemudian berlatih menempatkan posisi tangan kiri sedikit ke bawah tangan
kanan - kurang lebih setinggi pinggang. Jari-jari tangan dalam posisi terbuka,
mengembang keluar dan agak ditekuk, telapak tangan menghadap ke bawah.
Pergelangan tangan rileks namun bertenaga dan tangan berfungsi sebagai
kepanjangan lengan (lihat gambar di bawah).

Gambar Penempatan Tangan Kiri


Gambar Tangan Kiri diputar ke atas Telapak Tangan Kiri menghadap ke atas

31
Telapak
Gambar
Tangan
Tangan
KiriKiri
menghadapke
diputar ke bawah

Gambar
Gambar
Telapak
Tangan
Tangan
Kiri diputar
Kiri
menghadapke bawah
ke bawah

(5) Turunkan tangan kiri ke posisi semula dan lanjutkan gerakan mengaba hanya
dengan menggunakan tangan kanan saja. (lihat gambar di bawah hal 33)

(6) Ulangi latihan dengan menambahkan gerakan tangan kiri yang bergerak lambat ke
atas dan menuju posisi tengah tubuh pada sudut yang bergerak secara bertahap
dari 180 derajat ke 90 derajat (lihat gambar di bawah halaman 33)

(7) Pada titik puncak Crescendo balikan telapak tangan ke bawah secara perlahan dan
kembali ke posisi awal (lihat gambar di bawah halaman 33)

b. Untuk menghasilkan gerakan yang memiliki intensitas, tangan kiri dapat diletakan
sedikit di bawah garis imajiner kemudian secara perlahan dan bertahap bergerak naik.
Gerakann jari-jari tangan kiri sedikit ditarik keluar dan direnggangkan. Pada
permulaan gerakan telapak tangan dapat dibuka dan mengarah pada tubuh. Bersamaan
dengan gerakan naiknya tangan, telapak tangan akan bergerak dari samping menuju
tengah. Sudut perubahan telapak tangan tidak melebihi 45 derajat. Satu hal yang
perlu diingat bahwa bersamaan dengan naiknya tangan, bahu tangan kiri harus tetap
dalam keadaan rendah dan rileks.

c. Untuk mewujudkan suatu garis horizontal yang mengalir atau suatu pengkalimatan
yang menyambung, tangan kiri dapat diperpanjang ke sisi kiri dirigen dan diletakan
sedikit di bawah garis imajiner dengan telapak tangan menghadap ke bawah. Gerakan
tangan secara perlahan dan dalam tempo yang konstan ke sisi kanan hingga melewati
bagian tengah tubuh. Melalui latihan ini anda dapat mengingatkan para pemain dan
penyanyi untuk tidak mengambil nafas atau memenggal kalimat lagu pada bagian
yang mestinya menyambung.

32
Gambar Tangan Kiri dalam posisi normal dan rileks

Gambar Tangan Kiri pada titik puncak Gambar Tangan Kiri menunjukan
Crescendo Diminuendo

Gambar Tangan Kiri menunjukan Crecendo

33
Gambar Tangan Kiri menunjukan suatu
Pengkalimatan yang bersambung

d. Untuk menekankan piano atau pianissimo yang ditunjukan oleh gesture tangan kanan,
tangan kiri sebaiknya diletakan cukup dekat ke tubuh sedikit bergeser kesebelah kiri,
dan telapak tangan membentuk sudut 45 derajat dengan lantai (lihat gambar bawah).

e. Untuk memberi aba-aba pengambilan nafas dapat dilakukan dengan menggunakan


tangan kiri. Ulurkan tangan kiri ke muka sehingga berada sedikit di atas garis
imajiner, dan telapak tangan membentuk sudut 45 derajat dengan lantai (lihat gambar
hal. 35).

f. Untuk menandai akhir dari suatu bunyi, tangan kiri dijulurkan ke muka dan berada
sedikit di atas garis imajiner sehingga telapak tangan membentuk sudut 90 derajat
dengan lantai (lihat gambar hal. 35).

Gambar Tangan Kiri menekankan tanda dinamika


piano atau pianissimo (lembut/sangat lembut)

34
Gambar Aba-aba untuk pengambilan nafas (inhalasi)

Gambar Aba-aba untuk mengakhiri suatu bunyi

g. Untuk mengakhiri suatu bunyi secara lebih jelas maka tangan ataupun kombinasi
tangan dan lengan dapat digunakan. Semakin besar volume ataupun intensitas bunyi
yang dihasilkan, akan semakin besar pula gerakan aba-aba yang harus diperagakan.
35
Carilah posisi mulut yang terbaik untuk menggabungkan antara vokal “a” yang
memiliki resonansi yang penuh dan vokal “u” yang memiliki fokus muklut ke depan.

Terkadang sebagai pelatih/pengaba, kita perlu menyamakan persepsi dari para


penyanyi tentang huruf vokal yang kita inginkan agar tercipta homogenitas. Berkaitan
dengan hal tersebut Guy B. Webb dalam artikelnya The Tools of A Choral Musician
memperkenalkan diagram sinyal tangan/jari-jari yang dapat membantu kita sebagai
pelatih/pengaba untuk menunjukan huruf vokal yang diinginkan dari setiap penyanyi

= i (me) = 3 (earth)

= 1 (it) = ͻ (awe)

= ε (met) = A (up)

= q (father) = ae (cat)

= o (go) = ʊ (full)

= u (noon) = ә (apart)
BAB V PADUAN36SUARA/KOOR

1. Pengertian Paduan Suara.


Paduan suara atau Koor (dari bahasa Belanda) merupakan
istilah yang merujuk kepada ensembel musik yang terdiri atas
penyanyi-penyanyi maupun musik yang dibawakan oleh ensembel
tersebut. Umumnya suatu kelompok paduan suara membawakan
musik paduan suara yang terdiri atas beberapa bagian suara (bahasa
Inggris: part, bahasa Jerman: Stimme).
Pengertian paduan suara  adalah penyajian musik vocal yang
terdiri dari 15 orang atau lebih yang memadukan berbagai warna
suara menjadi satu kesatuan yang utuh dan dapat mengungkapkan
jiwa lagu yang dibawakan. Paduan suara biasanya dipimpin oleh
seorang dirigen (bahasa Belanda) atau choirmaster/ conductor
(bahasa Inggris) yang umumnya sekaligus adalah pelatih paduan
suara tersebut. Umumnya paduan suara terdiri atas empat bagian
suara (misalnya sopran, alto, tenor, dan bas), walaupun dapat
dikatakan bahwa tidak ada batasan jumlah suara yang terdapat dalam
paduan suara. Selain empat suara, jumlah jenis suara yang paling
lazim dalam paduan suara adalah tiga, lima, enam, dan delapan. Bila
menyanyi dengan satu suara, paduan suara tersebut di istilahkan
menyanyi secara unisono.
Paduan suara dapat bernyanyi dengan atau tanpa iringan alat
musik. Bernyanyi tanpa iringan alat musik biasanya disebut
bernyanyi a cappella. Bila bernyanyi dengan iringan, alat musik
pengiring paduan suara dapat terdiri atas alat musik apa saja, dengan
pemain solo, ansambel atau bahkan suatu orkestra penuh.
Untuk latihan paduan suara, alat pengiring yang digunakan biasanya
adalah piano, bahkan jika pada penampilannya digunakan alat musik
lain atau ditampilkan secara a cappella.

2. Jenis-Jenis Paduan Suara :


a. Paduan Suara UNISONO yaitu Paduan suara dengan
menggunakan satu suara.
b. Paduan Suara 2 suara sejenis, yaitu paduan suara yang
menggunakan 2 suara manusia yang sejenis, contoh : Suara
sejenis Wanita, Suara sejenis Pria, Suara sejenis anak-anak.
c. Paduan Suara 3 sejenis S – MS – A, yaitu paduan suara
sejenis dengan menggunakan suara Sopran 1, Mezo Sopran,
dan Alto.
d. Paduan Suara 3 suara Campuran S – A – B, yaitu paduan
suara yang menggunakan 3 suara campuran ,  contoh :
Sopran, Alto dan Bass.

e. Paduan suara 3 sejenis T - 37


T – B, yaitu paduan suara 3 suara
sejenis pria dengan suara Tenor 1, Tenor 2 dan Bass.
f. Paduan Suara 4 suara Campuran, yaitu paduan suara yang
mengguanakan suara campuran pria dan wanita, dengan
suara S – A – T – B (Sopran, Alto, Tenor, Bass). 

Pengkatagorian lain untuk paduan suara adalah berdasarkan


jumlah penyanyi di dalamnya, misalnya :
a. Ensembel vokal atau kelompok vokal (3 - 12 penyanyi)
Paduan suara kecil atau paduan suara kamar (12-28
penyanyi)
b. Paduan suara besar (lebih dari 28 penyanyi)
c. Paduan suara juga dapat dikatagorikan menurut jenis atau
genre karya yang dibawakannya, misalnya: Wiener
Sängerknaben, paduan suara anak laki-laki dari Wina, Austria
selanjutnya sbb :
1) Paduan suara simfonik
2) Paduan suara opera
3) Paduan suara lagu keagamaan (musica sacra)
4) Paduan suara lagu populer
5) Paduan suara jazz
6) Paduan suara lagu rakyat (folk song)
7) Paduan suara pertunjukan (show choir), yang anggota-
8) anggotanya menyanyi dan menari dalam penampilan yang
seringkali menyerupai pertunjukan drama musical.
d. Selain itu, paduan suara dapat dikatagorikan menurut
lembaga tempat paduan suara tersebut berada, misalnya :
a. Paduan suara gereja d. Paduan Suara Umum
b. Paduan suara sekolah e. Paduan Suara Profesional
c. Paduan suara mahasiswa
3. Latihan Pernafasan
Cara bernafas yang baik pada saat bernyanyi sebagai berikut :
38
a. Jangan menggunakan cara pernafasan di mana pada waktu
menghirup udara, dada dan bahu terangkat, ini membuat leher
menjadi tegang dan mengganggu produksi suara.
b. Pada waktu bernafas daerah sekitar lingkar perut
mengembang dan pada waktu membuang napas mengempis.
Pada waktu menghembuskan nafas untuk memproduksi suara,
otot-otot di sekitar perut mengencang dan secara konstan
mendorong ke dalam (mengempis) dengan berlahan-lahan dan
terus-menerus sampai kalimat lagu habis. Ini yang disebut
SUPPORT dan SUSTAIN.
c. Tarik nafas atau hirup nafas anda dalam 8 hitungan (8
detik):
1 2 3 4 5 6 7 8 Tahan nafas anda dalam 4
hitungan (4 detik) : 1 2 3 4, keluarkan nafas anda dengan
berdesis (suara ular) dalam 8 hitungan : 1 2 3 4 5 6 7 8
Bisa juga hal itu disebut 8 4 8 karena menghirup nafas
dalam 8 hitungan, menahan nafas dalam 4 hitungan dan
mengeluarkan nafas dalam 8 hitungan. Lakukan latihan itu
berulang- ulang, dan saat mengeluarkan nafas, desis anda bisa
diganti dengan mengucapkan suku kata mo, me atau mu, dll.

4. Intonasi (Penguasaan Notasi/Ketepatan Membidik Nada).


Intonasi adalah membidik nada dengan tepat atau menyanyikan
nada dengan tepat. Untuk bisa memiliki intonasi yang baik, kita
sebaiknya berlatih dengan alat musik seperti piano atau
keyboard
supaya nada yang kita mainkan pasti dan terkontrol. Tapi hal ini
dapat diakali jika kita tidak memiliki alat musik tersebut. Kita bisa
merekam suara piano tersebut di handphone dan kita dapat pelajari
sewaktu-waktu setiap ada kesempatan.
Contoh:
Kita dapat memainkan tangga nada C kemudian D dan E
secara berurutan di piano atau gitar (mungkin kita bisa minta teman
kita untuk memainkannya), kemudian kita rekam di handphone. Nada
yang dapat direkam mungkin adalah sebagai berikut:

Ascending : :Do Re Mi Fa Sol La Si Do


1 2 3 4 5 6 7 1
Descending : Do Si La Sol Fa Mi Re Do atau
1 7 6 5 4 3 2 1
Ascending :
Do Mi Re Fa Mi Sol Fa La Sol Si La Si Do
1 3 2 4 3 5 4 6 5 7 6 7 1
Descending : 39
Do La Si Sol La Fa Sol Mi Fa Re Mi Do
1 6 7 5 6 4 5 3 4 2 3 1
Anda bisa melakukan variasi lain misalnya:
Ascending : 1 2 3 4-2 3 4 5- 3 4 5 6- 4 5 6 7-
5 6 7 1

Descending: 1 7 6 5 - 7 6 5 4 - 6 5 4 3 - 5 4 3 2 -
4 3 2 1

5. Latihan Artikulasi
Beberapa alat artikulasi yang tadi perlu dilatih secara baik dan benar,
supaya bisa menghasilkan suara yang indah.
a. Pita Suara
Bagaimana melatihnya agar tidak kaku, sehingga getaran
yang dihasilkannya tidak tersendat sendat.
Dengan nada:1 2 3 4 | 5 4 3 2 | 1 2 3 4 | 5 4 3 2 | 1 . .
Bunyikan dengan nanana dan mamama dari kunci C- Cis - D - Dis.
Dengan nada dasar c - B - Bes - A & As, bunyikan nada dan
nyanyikan dengan suku kata sebagai berikut :
5 4 3 2 |1 2 3 4 | 5 4 3 2 | 1 2 3 4 | 5 . . . |
No no no no no no no no no no no no no no no no no.............
Yo yo yo yo yo yo yo yo yo yo yo yo yo yo yo yo yo.............
Dengan nada dasar G - A - B - C - D bunyikan staccato :
1 0 3 0 5 0 | 1 0 5 0 3 0 | 1 0 3 0 5 0 |
1 0 5 0 3 0 | 1
Nyanyikan: na na na nana dan ma ma ma ma

b. Bibir
Bibir atas dan bawah harus lentur pada saat membentuk suara,
tidak kaku atau kejang. Bibir ini dapat dilatih dengan
mengucapkan huruf- huruf : u - m - l – a - u - d atau dipotong
yaitu : ui ui ui ui ui ui dan oe oe oe oe oe oe
dengan satu nada yang ditahan beberapa saat atau
membunyikan : mmmmmaaaaa- mmmmmooooo – mmmmmeeeee
– mmmmuuuuu
dengan ringan dan rasakan bagian bagian luar dari bibir itu
berbentuk corong atau terompet.

40
c. Rahang Bawah
Rahang kita yang kaku itu ibaratkan engsel yang sudak
tidak aktif. Hal ini mengganggu keindahan suara, dan cara
melatihnya adalah dengan Membunyikan secara berulang ulang
hingga lancar :

12 34 54 32 | 12 34 54 32 | 12 34 54 32 | 1 .
mi mi mi mi mi dstnya
ya ya ya ya ya dstnya
wa wa wa wa wa wa dstnya

5|5 5 4 5 6|6 6 5 6 7|7 7 6 7 1| 1 1 7 1.|


3|3 3 2 3 4|4 4 3 4 5|5 5 4 5 6| 6 6 5 6.|
1|1 1 7 1 2|2 2 1 2 3|3 3 2 3 4| 4 4 3 4.|
ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya
(a,e,i,o,u) mama ma ma ma ma ma ma (a,e,i,o,u)
ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha (a,e,i,o,u)

d. Lidah
Lidah yang kaku atau tidak luwes itu juga dapat menghambat
atau mengganggu keutuhan suara. Untuk melatihnya dapat
dilakukan dengan :
1) Membunyikan : aaaaaaaa dengan ujung lidah membentuk
lingkaran kecil di dalam mulut, kemudian gerakkan lidah ke
kanan dan ke kiri dengan cepat.
2) Membunyikan : ru ro ra – pli plo pla - la la la berulang
ulang dan semakin cepat namun harus benar
pengucapannya.
3) Juga dapat dilakukan dengan bersiul ria dan merasakan
ujung lidah menyentuh belakang gigi bawah.
4) Yang perlu diperhatikan pada saat latihan ini adalah :
a) Posisi jakun harus tetap berada di bawah atau pada posisi
rendah.
b) Tenggorokan dan rongga mulut selalu pada posisi seperti
sedang menguasai.
c) Rasakan juga bahwa semua suara yang keluar dari
mulut melintas dikedua mata dan berbunyi di ubun ubun.

41
6. Formasi Paduan Suara dan Orchestra

Tenor Bas
Bas
Tenor

Orkestra
Sopra Alto
n
Sopran Alto

Sepanjang
Sepanjangpengalaman, bentuksusunan
pengalaman, bentuk susunan seperti
seperti ini yang
ini adalah adalah
terbaik.
yang Susunan
Bentukterbaik. sepertibukan
Komposisi
melengkung di bawah ini kurang
seperti
sekedar untuk menguntungkan
susunan ini dari
dibawah melainkan
keindahan, kurang
segi proyeksi tiap suara.
untukmenguntungkan.
alasan akustik. Kalau tidak sangat terpaksa, jangan menderetkan
penyanyi-penyanyi secara garis
Teno lurus karena bisa
Bas mengurangi kebulatan
bunyi. Sopran Alto
Menurut pengalaman, untuk memainkan karya-karya polifonik dari
komponis a capella yang terkenal, Orkes sebaiknya ditempuh tehnik
menyusun sebagai berikut : (lihat gambar hal. 43 di bawah ini)

42
Susunan seperti ini akan membantu memudahkan Dirigen dalam
memberi bimbingan kepada tiap kelompok suara. Disamping itu
susunan ini menguntungkan karena suara-suara luar benar-benar
ditempatkan diluar, yakni Sopran dan Bas.
Untuk acara siaran radio atau televisi, susunan seperti yang di atas
ini menguntungkan, karena masing-masing kelompok suara berada pada
jarak yang ssama dari mikrofon. Namun untuk keperluan siaran radio,
bisa juga ditempuh susunan tergambar di bawah ini.

LAMPIRAN - 43
LAMPIRAN
TABEL TRANSPOSING ALAT MUSIK

Nama Pitch Main di Tangga Nada


Alat Musik in do re mi fa sol la si do’
Piano C c d e f g a b c’
Bell Lyra C c d e f g a b c’
Flute C c d e f g a b c’
Picolo D bes c d es f g a bes’
Oboe C c d e f g a b c’
Clarinet Es a b cis d e fis gis a’
Clarinet Bes d e fis g a b cis d’
Bass Clarinet A es f g as bes c d es’
Fagot/ Bassoon C c d e f g a b c’
Sopran Saxophone Bes d e fis g a b cis d’
Alto Saxophone Es a b cis d e fis gis a’
Tenor Saxophone Bes d e fis g a b cis d’
Bariton Saxophone Es a b cis d e fis gis a’
Trompet Bes d e fis g a b cis d’
Cornet Piston Bes d e fis g a b cis d’
Franc Horn F g a b c d e fis g’
Corno Horn/Mello Es a b cis d e fis gis a’
Alto Horn Es a b cis d e fis gis a’
Tenor Horn Bes d e fis g a b cis d’
Bariton Horn Bes d e fis g a b cis d’
Euphonium Bes d e fis g a b cis d’
Trombon Slide C c d e f g a b c’
Trombon Valve Bes d e fis g a b cis d’
Tuba Bes d e fis g a b cis d’
Bass Sousaphone Es a b cis d e fis gis a’
Bass Sousaphone Bes d e fis g a b cis d’
Keterangan :
1. Penemu/pencipta alat musik telah mendesain sedemikian rupa
dengan maksud agar wilayah jangkauan (ambitus) dari setiap alat
musik dapat menjangkau bunyi yang dikehendaki, dengan demikian
pabrik memproduksi alat musik tersebut ke berbagai pitch/stem/in
misalnya Clarinet in Es : dibuat lebih kecil agar dapat menjangkau dan

44
memenuhi kebutuhan suara/ nada-nada tinggi.
Clarinet in Bes untuk nada-nada sedang dan Bass Clarinet in A untuk
kebutuhan produksi nada-nada rendah.
2. Tabel ini dibuat untuk mempermudah para penulis lagu atau
arranger serta para pelatih untuk mentransposing sebuah lagu yang
akan dimainkan oleh beberapa alat musik dalam suatu konser,
sehingga tercipta keharmonisan dan keselarasan bunyi. Kesalahan
penentuan tangga nada pada penulisan partitur/score tiap alat musik
adalah hal yang sangat fatal, bisa dibayangkan misalnya Trompet in
Bes bermain di tangga nada C dan Corno Horn in Es juga bermain di
tangga nada yang sama, maka apa yang terjadi dapat dipastikan bunyi
yang keluar adalah penuh disonant/keruh dan fals. Semestinya Corno
Horn in Es bermain di tangga nada G (1 #).
3. Perkembangan masa kini sudah banyak pabrik yang memproduksi
alat musik dengan pitch/stem/in = C, terutama dalam peralatan
marching hal ini dimaksudkan untuk mempermudah tehnik pelatihan
dan permainan musik bersama (band, ansamble) sambil bergerak,
misalnya alat musik Trombon Valve in Bes diproduksi menjadi
Trombon Marching in C. Demikian pula terhadap alat musik yang
corongnya menghadap ke bawah atau ke atas telah di rubah
bentuknya menjadi menghadap ke depan semuanya. Beberapa contoh
mari kita lihat gambar berikut ini :

Corno Horn,
Mellophone

Tenor Horn, Bariton Horn,


Euphonium & Tuba
45

Cornet, Alto Horn,


Cornet, Alto Horn, Mellophone
Mellophone
Model Marching

Franc Horn Franc Horn


Model Aslinya Model Marching
46
TANDA-TANDA PENTING

Selain tanda birama, legato, Fermata dan sebagainya, dalam


musik masih ada tanda-tanda lain yang tidak kalah pentingnya pada
pengungkapan makna dan jiwa sebuah lagu yang ditunjukan dengan
kode atau kata Latin/ bahasa Italia atau singkatannya. Secara garis
besar tanda-tanda penting tersebut dapat digolongkan menjadi tiga
bagian besar yakni :
 Yang berhubungan dengan waktu disebut Tanda Tempo.
 Yang berhubungan dengan suara disebut Tanda Dinamika
 Yang berhubungan dengan perasaan= Campuran dari ke duanya

A. Tanda Tempo.
Sesuai dengan watak dan karakteristik lagu, kita bisa mengenal ada
lagu-lagu yang lambat (kalem), lagu yang sedang dan lagu yang
cepat. Sebenarnya berdasarkan perasaan kita dapat menetapkan
sesuatu lagu harus dimainkan dengan cepat atau lambat, tetapi akan
lebih mudah bila pada permulaan penulisan lagu dicantumkan tanda
tempo (biasanya pada pojok kanan atas) naskah lagu atau sebelah kiri
dari judul lagu, berupa suatu kata dari bahasa Latin atau berupa angka
kecepatan lagu dari alat pengukur tempo ciptaan Johan Nepomuk
Maelzel (1770-1838) berasal dari Switzerlan yaitu Metronom.
Contoh : 90 M.M (artinya kecepatan lagu 90 per menit dari alat
Metronom Maelzel).

1. Tempo yang sangat lambat :


a. Grave (40-44 MM) = berat, sangat lambat,
khikmad dan berat.
b. Largissimo (44-46 MM) = sangat lebar, sangat
perlahan-lahan.
c. Largo (46-50 MM) = luas, lebar, kadang ditam-
bah kata-kata lagi misalnya : ma non troppo = jangan
berlebih-lebihan, assai/molto = lebih luas, lebih lebar.
d. Adagio (52-54 MM) = lambat, perlahan-lahan.
e. Lento (56-58 MM) = lambat menarik-narik,
merana.

2. Tempo yang lambat ugahari (tidak terlalu lambat)


a. Larghetto (60-66 MM) = lambat tapi lebih cepat
sedikit dari largo.
b. Andante (68-76 MM) = secepat orang berjalan.
c. Andantino (78-84 MM) = sedikit lebih cepat dari
pada Andante.
3. Tempo sedang. 47
a. Maestoso (86-94 MM) = agung dan mulia.
b. Moderato (96-104 MM) = sedang; juga merupakan
singkatan dari Allegro
Moderato.
c. Allegretto (108-116 MM) = agak ramai, ringan dan
agak cepat (Mars).
4. Tempo cepat.
a. Allegro (126-138 MM) = cepat, hidup, riang.
b. Allegro Con Brio = ramai dan suka cita.
c. Allegro Con Fuoco = berapi-api, menyala-nyala.
d. Allegro Con Spirito = ramai dan bersemangat.
e. Allegro Agitato = ramai, bernafsu.
f. Allegro Assai, Allegrissimo,
Allegro Vivace = sangat ramai, suka cita.
5. Tempo yang sangat cepat.
a. Vivace (152-176 MM) = hidup, riang, suka cita.
b. Presto (178-192 MM) = cepat.
c. Presto Assai = sangat cepat.
d. Prestissimo = secepat mungkin.
e. Presto Volante (194-200 MM) = tercepat.
6. Tanda Tempo Perubahan
a. rit       (Rittenuto) =Makin lama makin lambat
b. ritard  (Ritardando) = Makin lambat, tapi perlahan-lahan
c. Accelerando (accel) = semakin cepat
d. Fermata (U) =lamanya diatur oleh Dirigen
bersama pemain atau penyanyi
e. Staccato (^) = terputus-putus
f. a.t    (A Tempo) = Tempo harus kembali ke tempo
semula setelah sebelumnya mengalami perubahan.
7. Penambahan istilah lain. Kata-kata yang digunakan seperti
berikut :
a. Con amore = dengan penuh cinta
b. Conbrio = dengan hidup
c. Con fiesta = dengan meriah
d. Con espressione = dengan penuh perasaan
e. Con dolore = dengan sedih
f. Con mastoso = dengan agung
g. Misalnya dari istilah adagio menjadi adagio con maestoso
h. Menambah akhiran “etto” yang berarti agak, dan akhiran
“issimo” yang berarti sangat. Misalnya jika Allegretto yang
berarti agak cepat dan Allegrissimo yang berarti sangat
cepat.
48
B. Tanda Dinamika.
Tanda dinamika ini dipergunakan untuk membeda-bedakan kekuatan
suara atau keras-lunaknya musik kita mainkan, seperti tersebut di
bawah ini :
1. ppp : singkatan pianissimo possibile = paling lembut
2. pp : singkatan pianissimo = sangat lembut
3. p : singkatan piano = lembut
4. mp : singkatan mezzo piano = agak lembut
5. f : singkatan forte = kuat/keras
6. ff : singkatan fortissimo = sangat keras
7. fff : singkatan fortissimo possibile = lebih keras dari ff
8. mf : singkatan mezzo forte = sedang, cukup keras
Tanda-tanda tersebut ditulis di atas not balok/titiknada dan
berlaku untuk sebagian dari lagu (kalimat lagu). Tetapi ada
pula tanda-tanda dinamik yang hanya berlaku untuk satu
titiknada yaitu :
a. fp : singkatan forte piano = mulai dengan keras
dan diikuti lembut.
b. sf/sfz : singkatan sforzato = bertekanan
c. rf/rfz/ : singkatan rinforzato atau = dikuatkan (menjadi
rinf : rinforzando keras)
d. sfp : singkatan sforzato piano = mula-mula kuat dan
segera lembut lagi (hampir sama dengan fp)

C. Tanda-Tanda Yang Menunjukan Perubahan.


(perubahan cepat-lambat dan perubahan keras-lunaknya suara)
1. Untuk mengurangi kecepatan :
a. ritenuto (rit atau riten) = ditahan kembali
b. rilascando (rilasc) = melambatkan kecepatan
c. ritardando (ritard) = lambat laun/melambat
d. ralentando (rall/rallent) = menjadi lambat
e. calando (cal) = berkurang kecepatannya/
menjadi tenang
2. Untuk menambah kecepatan :
a. Accelerando (accel) = semakin cepat
b. Stringendo (string) = mendesak, agar dipercepat
3. Perubahan secara berangsur-angsur/ secara bertahap :
a. poco a poco ; sedikit demi sedikit /makin lama makin......
b. poco a poco rallentando ; makin lama makin lambat
c. poco apoco accelerando ; makin lama makin cepat,segera

4. Untuk menambah atau mengurangi


49 semangat :
a. piu moto ; lebih bergerak (un poco piu moto)
b. piu vivo ; lebih hidup (un poco piu vivo)
c. memo moto ; gerakan berkurang (un poco memo moto)
d. memo vivo ; kecepatan berkurang (un poco memo vivo)
Keterangan pengertian kata :
un poco ; sedikit (un poco cresc)
molto ; banyak (misalnya : lento molto)
memo ; kurang (memo moso : kurang gerakan, tenang)
piu ; lebih (piu vivo : lebih hidup/ girang)
assai ; sangat (allegro assai : sangat cepat)
non tropo ; jangan terlalu banyak (adagio ma non tropo)
sempre ; selalu (sempre legato : selalu bersambung)
5. Untuk mempercepat bagian yang besar :
a. Stretto ; mempercepat bagian yang lebih besar (phrase)
b. Stretta ; peralihan kecepatan yang mendadak, dalam
tempo yang cepat.
6. Untuk mengurangi, menambah dan merubah mat :
a. Tempo rubato ; mencuri mat, mengurangi nilai pada suatu
nada dan menambahkan pada nada lain.
b. Senza tempo ; tidak memakai mat (birama), pelaksana-
annya terserah pada pelaku. Ini sama dengan ; a piacere
= dengan persetujuan/ad libitum (ad lib : sesuka hati).
c. a tempo ; kembali ke mat yang telah ditetapkan
sebelumnya setelah ada perubahan atau tempo primo
(disingkat : tempo imo) = menurut tempo pertama.
d. Al rigore del tempo ; menurut kecepatan mutlak seperti
yang telah ditetapkan dengan pasti.
7. Untuk mengurangi kekuatan bunyi :
a. Crescendo (cres) : makin lama makin kuat.
b. Decrescendo (decresc) : menjadi lembut.
c. Deminuendo (dim) : berkurang, suara menjadi lembut.
d. Mancando (manc) : kurangi, kurangkan.
e. Perdendosi (perd) : suaranya menghilang (fiet out).
f. Smorzando (smorz) : merana, lalu makin menghilang.
g. Morendo (mor) : habis (makin lama makin habis).
D. Tanda Pernyataan.
Musik tidak hanya sekedar merupakan deretan nada-nada dengan
tinggi-rendah (alunan) tertentu yang disertai irama, dinamika, tempo
dan tanda-tanda agogiek lainnya. Tetapi musik lebih merupakan suatu
ekspresi pengejawantahan jiwa baik dari penciptanya maupun oleh
pemusiknya (vokal dan instrumental).
Disamping tanda-tanda yang telah
50 dibahas di atas, masih sangat
diperlukan tanda-tanda lain untuk menyatakan isi jiwa tersebut, dan ini
disebut “tanda-tanda pernyataan” berupa kata-kata maupun
singkatan. Hal ini dimaksudkan agar musik akan lebih cemerlang,
lebih hidup dan mampu menggetarkan hati pendengarnya, sesuai
dengan tema lagunya. Tanda-tanda pernyataan dimaksud adalah
sebagai berikut :
Affitto : murung, suasana duka
Agitato : bergerak, bersemangat
Amabile : bersungguh-sungguh, mantap, indah
Amoroso : ritmis, suasana suka/cinta
Animoso : tegas bersemangat
Appassionato : dengan perasaan yang mendalam
Arioso : melodious
Brillante : cemerlang, gagah
Brioso : berapi-api, hidup
Cantabile : lemah lembut, dalam ritme melodious
Cantando : melaras, merayu
Con animo : bersemangat, bersuka cita
Con teberezza : lemah lembut
Dolorose : pilu, sedih
Dolce : manis, merdu
Energico : gagah, keras
Eroica : menunjukan kepahlawanan (heroik)
Expressivo : ekspresif, lincah
Furioso : galak (wild)
Fuoco/Fuocoso : berapi-api (con fuoco)
Gracioso : indah, menawan
Giusto : pasti, dengan keyakinan
Gustopo : ekspresif, aktif
Lamentoso : mengeluh
Leggiero : ringan, tanpa beban
Maestoso : mulia, agung
Marcato : bertekanan
Religioso : hormat, megah
Risoluto : tetap, standard
Scherzando : bersenda gurau
Semplice : sederhana
Sostenuto : tegap
Tranquelo : tenang
Virgoroso : berapi-api, kuat
Istilah-istilah musik lainnya dapat kita temukan pada kamus khusus
musik.
51
CATATAN

Anda mungkin juga menyukai