ILMU DIRIGEN
BAHAN AJARAN UNTUK PENDIDIKAN & PELATIHAN
Oleh :
DAFTAR ISI
hal
Kata Pengantar i
Sambutan Ketua Umum Pengurus Besar PDBI ii
BAB I Pendahuluan 1
1. Pengertian Dirigen/ Gita Pati 1
2. Tugas Pokok Dirigen/ Gita Pati 2
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Salam Olahraga!
BAB I. PENDAHULUAN
1
(bahasa Inggris), Gita Pati (Indonesia) adalah orang yang memimpin
kelompok pemain musik atau paduan suara.
Bentuk pergelaran musik yang memerlukan seorang Dirigen
antara lain adalah : Ansambel, Light Orchestra, Orkes Simfoni,
Paduan Suara, Musik Harmoni, Marching Band, Musik Bambu, Musik
Angklung dan lain-lain.
2
komunikasi ini akan menciptakan rasa simpati dari sesama dan
hanya dapat diwujudkan melalui intensitas latihan yang bertahap,
bertingkat dan berlanjut.
b. Sikap Terbuka dan Organisatoris.
Seorangan dirigen/gita pati yang baik tidak hanya siap
menerima pujian saja, tetapi ia juga harus terbuka terhadap kritik,
saran dan gagasan dari semua pihak. Melalui semua masukan
tersebut seorang dirigen/ gita pati akan termotivasi untuk
mengevaluasi kemampuan dan kinerjanya, yang pada akhirnya
akan membuat dirinya berjiwa besar dan mampu memimpin
sebuah organisasi. Semua saran masukan dapat dijadikan bahan
evaluasi demi berkarya nyata selanjutnya.
c. Tekun dan Kerja Keras.
Ketekunan dan kerja keras dapat diibaratkan dua sisi mata
uang. Seorang dirigen dituntun untuk memiliki semangat bekerja
keras dan tidak cepat merasa puas dengan prestasi yang telah
dicapainya. Ia dituntut untuk selalu mengevaluasi hasil kinerjanya
sebagai bahan analisa guna kesinambungan program kerja
dimasa mendatang. Kerja keras bukan merupakan suatu
persyaratan kondisional, namun harus di sertai dengan ketekunan
untuk tetap berkarya seumur hidup
dalam setiap karya seni yang dihasilkannya.
d. Kreatif dan Inovatif.
Kreatifitas sangat diperlukan dalam menciptakan gairah dan
semangat kerja yang baru guna melakukan interpretasi terhadap
karya musik yang sama dari sisi pandang yang berbeda. Pada
hakekatnya kreatifitas yang tinggi akan memotivasi dirigen dan
pemain musik untuk senantiasa berusaha menemukan hal-hal
yang baru (inovasi) dalam memainkan lagu yang sama secara
berulang, agar tidak terkesan monoton dan cenderung
membosankan pendengar.
e. Kooperatif dan Persuasif.
Keberhasilan suatu kelompok pemusik tidak dapat terlepas dari
kemampuan seorang pemimpinnya, dalam mengolah dan
mengembangkan unsur-unsur musikal yang dimiliki oleh
anggotanya. Diperlukan tindakan yang kooperatif terhadap
seluruh aktifitas kegiatan bersama agar tercipta kekompakan dan
jiwa korsa. Dengan mengembangkan sifat kooperatif terhadap
semua anggota, seorang dirigen telah menciptaka ruang yang
konprehensif bagi keterlibatan dan peran serta anggota pemain
dalam setiap pengambilan keputusan demi kebaikan dan
kemajuan bersama.
f. Memiliki Disiplin dan Loyalitas.
Disiplin dan loyalitas merupakan dua hal yang saling
bertautan, bagaimanapun hebat dan piawainya seseorang tanpa
didukung oleh kedisiplinan diri maka sia-sialah semua.
Misalnya disiplin waktu latihan yang telah ditetapkan harus
ditepati, semua anggota termasuk3 dirigen juga harus loyal
terhadap program kegiatan yang telah ditetapkan bersama.
Selanjutnya sifat loyalitas tersebut harus dikembangkan antar
sesama agar tercipta hubungan bathin yang kuat, saling
menghargai antar yang tua dan yang muda, juga demikian
sebaliknya. Situasi semacam ini tetap di manifestasikan dalam
kehidupan sehari-hari bukan hanya dalam kegiatan latihan sampai
pementasan, namun dapat diterapkan dalam pergaulan dan hidup
kekeluargaan diluar kelompok pemusik yang bersangkutan.
2. Aspek Teknis.
a. Sehat Jasmani dan Rohani.
Kesehatan jasmani dan rohani merupakan persyaratan mutlak
bagi seorang dirigen/gita pati, hal ini sangat berkaitan erat
dengan tugas yang diembannya memang tidak ringan. Ia selalu
dituntut untuk tetap sehat baik secara jasmani maupun rohani
serta memiliki stamina yang prima dalam setiap penampilannya.
b. Pendengaran yang baik.
Pendengaran yang dimaksud disini bukanlah sekedar
kemampuan untuk menangkap dan memahami bunyia-bunyian
yang ada disekitar kita, namun juga kemampuan untuk
mendengar secara musikal. Kemampuan pendengaran musikal
adalah mampu membedakan bunyi tinggi-rendahnya nada yang
sesuai dengan tonenya, irama dan harmoni serta bunyi instrumen
musik yang digunakan apakah sudah di tala/disetem dengan
benar dan lain sebagainya. Kemampuan mendengar secara
musikal itu tentu saja dapat dipelajari dilatih dan dikembangkan
baik secara perorangan maupun kelompok. Melalui latihan yang
teratur seseorang dapat menguasai dan mahir mengembangkan
kemampuan pendengaran musikalnya.
c. Pengetahuan Sejarah Musik dan Teori Musik.
Penguasaan teori musik merupakan suatu keharusan bagi
seorang dirigen/gita pati. Teori musik dapat diibaratkan sebagai
“kosa kata dan tata bahasa” yang kita perlukan dalam komunikasi
verbal atau sebagai rambu-rambu yang harus ditaati dan ditepati
dalam berolah musik. Pengetahuan tentang teori musik
mencakup beberapa aspek antara lain : membaca dan menuliskan
notasi musik (not balok dan not angka), interval, tanda baca,
tempo, dinamika, tanda birama, tanda kunci, tangga nada, akord,
ilmu harmoni dan komposisi serta istilah-istilah dalam musik.
Manfaat positif mempelajari sejarah musik sangat terasa
ketika kita dihadapkan dengan pertanyaan seperti : bagaimana
lagu harus dimainkan dengan benar, bagaimana gaya musik yang
sesungguhnya, warna suara yang harus digunakan, bagaimana
4
formasinya. Dokumentasi yang berkaitan dengan kehidupan sang
pencipta/penggubah lagu, latar belakang kehidupannya, gaya-
karasteristik-aliran musik yang berkembang pada masa sang
komponis membuat lagu hanya dapat kita pelajari melalui sejarah
musik. Tugas seorang dirigen/gita pati adalah hanya untuk
membahasakan kembali gagasan dan pesan komponis tersebut
melalui musiknya dengan menggunakan media idiomatika yang
tersedia pada abad sekarang.
d. Menguasai Ilmu Bentuk Analisa.
Pengetahuan tentang ilmu bentuk analisa membantu seorang
Dirigen/Gita Pati untuk melihat struktur bangun dan keterkaitan
antara setiap komponen musikal dalam suatu lagu secara kritis.
Dengan bantuan ilmu analisa, latihan yang direncanakan dapat
berjalan lebih terarah dan efektif karena dirigen mengetahui
dengan penuh kesadaran tentang “kisah besar” apa yang akan
dituturkan kepada anggota pemain musik maupun penyanyi.
Seperti halnya beberapa persyaratan yang telah disebutkan di
atas, bahwa ilmu analisa sekali lagi bukanlah merupakan bakat,
tetapi tergantung pada adanya minat untuk mau mempelajarinya.
e. Menguasai Tehnik Memberi Aba-Aba.
Seperti yang kita ketahui bahwa bentuk aba-aba yang
diberikan oleh dirigen/gita pati bukan menggunakan bahasa
verbal, melainkan dengan bahasa isyarat melalui gerakan tangan,
mimik wajah, sorotan mata dan lain-lain. Seorang dirigen/gita pati
bukan hanya sekedar belajar gerakan aba-aba, namun harus
didukung oleh aspek pengetahuan dan keterampilan serta dituntut
untuk menguasai berbagai macam tehnik dalam memberi aba-
aba, agar dapat dipahami dan dimengerti oleh seluruh
anggotanya dalam bermain musik. Mengenai keragaman tehnik
dalam memberi aba-aba tersebut akan dibahas dalam Bab
berikutnya.
f. Kemampuan Sight-Singing.
Istilah ini dapat diterjemahkan secara bebas sebagai
kemampuan membaca dan menyanyikan/ memainkan suatu
sistem notasi musik (not angka maupun balok) pada
perjumpaan/kesempatan pertama. Dalam bahasa Latin sight-
singing dikenal dengan istilah prima vista (yang artinya :
pandangan pertama).
Seperti halnya dengan kemampuan mendengar secara
musikal yang berkembang melalui proses latihan secara teratur
dan berdasarkan kebiasaan, demikian juga halnya dengan sight-
singing. Berikut ini adalah beberapa petunjuk praktis yang dapat
digunakan untuk melatih kemampuan dalam membaca dan
5
memainkan/menyanyikan notasi musik :
1) Awali dengan mempelajari interval (jarak antara dua nada
dengan nada-nada lainnya).
2) Kenali harga dan nilai not serta pola-pola ritmis/irama
yang umum digunakan.
3) Lanjutkan dengan mempelajari alur melodi lagu yang
telah anda kenal dengan menyanyikan notasi yang tertulis
selanjutnya dimainkan pada salah satu alat musik yang
dikuasai.
4) Nyanyikan frase-frase melodi pendek dengan interval kecil
dan berpola ritmis sederhana.
5) Tingkatkan kemampuan membaca dan menyanyi anda
dengan mencoba melodi-melodi yang memiliki pola ritmis
maupun interval yang relatif lebih sulit.
g. Kemampuan Memainkan Piano.
Idealnya seorang dirigen/gita pati bisa memainkan salah satu
alat musik utamanya piano atau key board. Dengan bekal
tambahan ini akan sangat bermanfaat bagi dirinya dalam
memanifestasikan harmonisasi suatu lagu, membidik nada dan
interval yang sulit serta menuntun penyanyi dan pemain musik
untuk mendengarkan nada-nada yang dituntut dalam suatu
partitur lagu.
1. Pengertian Membirama.
Memberi aba-aba, membirama atau mendireksi pada dasarnya
merupakan suatu bentuk aktifitas seni tersendiri yang mengasyikan
dan menggairahkan. Dalam kegiatan membirama, seluruh aspek
kemanusiaan kita seperti : raga, cipta, rasa dan karsa dilibatkan secara
aktif. Seorang dirigen/gita pati yang baik dituntut untuk memiliki
komitmen yang tinggi terhadap panggilan tugasnya sebagai seorang
pemimpin, komandan, orang tua dan sekaligus sahabat bagi
anggotanya. Perlu disadari bahwa tugas ini akan menyerap dan
menyita waktu, tenaga serta konsentrasi pikiran secara utuh, maka
stamina yang terjaga dengan baik akan merupakan prakondisi mutlak
dan tetap prima.
3. Sikap Dirigen.
Sikap seorang Dirigen pada umumnya merupakan gabungan dari
gerakan tangan, tubuh dan juga ekspresi wajah. Dirigen harus
memaksa penyanyi dan pemain musik untuk memperhatikan dirinya
terutama gerakan tangannya. Sikap tubuh harus selalu dalam posisi
siap dan waspada, tidak terlalu kendor atau tegang. Sikap yang santai
atau tidak peduli gampang menular. Ekspresi wajah memberikan
petunjuk kepada penyanyi apa yang diharapkan dari mereka.
Seorang dirigen menggunakan kedua matanya untuk memelihara
kontak dengan tiap penyanyi, sekaligus memegang kendali. Dirigen
pada dasarnya memberi pengarahan pada penyanyi sebelum nyanyian
dimulai, sehingga apa yang dilakukan koor sesuai dengan tema yang
diharapkan.
5. Gerakan Awal.
Setelah kita melakukan posisi siap maka kegiatan selanjutnya
adalah menseting gerakan awal/ gerakan permulaan/ pendahuluan
yang diperlukan saat mulai memberi aba-aba. Sebaiknya dipelajari
setelah menguasai pola-pola dasar membirama dan dapat
melakukannya tanpa ketegangan. Gerakan awal harus dipelajari dan
dikuasai, jangan lagi menghitung “satu-dua-tiga” atau seperti aba-aba
saat lomba lari “bersedia-siap-ya” untuk memulai nyanyian.
a. Fungsi gerakan awal atau gerakan pendahuluan adalah :
1) Meningkatkan presisi/ ketepatan waktu mulai menyanyi/
pemain berbunyi. 7
2) Mengingatkan karakter (termasuk volume) pada awal
lagu yang akan dibawakan.
3) Menjelaskan tempo yang akan diambil.
Gerakan awal didahului dengan sikap siap. Gerakan awal ini
janganlah dipakai untuk memberi tahu setiap kali suatu
kelompok suara harus masuk. Penyanyi/pemain harus selalu
dituntut untuk menghitung semua tanda istirahat, bukan
menunggu tanda dari dirigen.
b. Cara melakukannya :
Pada dasarnya memberi satu ketukan sebelum ketukan
masuk lagu (untuk lagu yang dimulai pada ketukan berat maupun
ringan), membuat sikap badan dan tangan yang antisipatif, serta
pada saat masuk melakukan gerakan yang mantap/tegas, seperti
“ya – bam”, atau seperti aba-aba pada lomba lari :
bersedia...siap...ya! Selalu arahkan pandangan mata ke bagian
penyanyi yang akan mulai bernyanyi, jangan melihat pada teks.
Tetap pandang mereka sampai proses “masuk” ini diselesaikan.
Jangan berpaling karena penyanyi akan merasa kecewa/
diabaikan. Gerakan awal atau gerakan pendahuluan diarahkan
pada pengiring bila lagu diawali dengan intro musik. Pianis/
organis harus melihat ke dirigen sehingga masuk pada saat dan
tempo serta karakter yang dimaksudkan oleh Dirigen.
Gerakan Awal/Gerakan Pendahuluan
0 1.2| 3 1 2 3|2 . 1 1.3 | 5 5 6.6 6.6|5. .
Berki- bar lah bende ra - ku lambang suci gagah perwi- ra
6. Gerakan Berhenti.
Gerakan ini penting karena biasanya penyanyi atau pemain musik
dan dirigen kehilangan konsentrasinya menjelang akhir lagu. Aba-aba
harus selalu diberikan sampai lagu berakhir, bahkan hingga beberapa
saat setelah lagu berhenti. Kontrol dirigen terhadap penyanyi harus
tetap dijaga. Cara paling sederhana adalah menghentikan gerakan
tangan pada ketukan terakhir, menahannya sesuai dengan yang
dikehendaki (apakah itu beberapa ketukan atau fermata), lalu beri
dua gerakan pendek, satu ke atas, satu ke bawah/kesamping, kembali
ke tempat semula : seperti “ ya – stop”.
Pada saat “stop” ini semua suara harus berhenti.
Tangan tidak turut bergerak mengikuti setiap gerakan lengan. Posisi telapak
tangan tertelungkup dan menghadap ke lantai, jari-jari tangan merenggang dan
membentuk kurva. Gerakan pergelangan tangan yang terlalu tegang atau sebaliknya
lemah tak bertenaga justru akan dapat merusak alur komunikasi dengan anggota pemain
dan penyanyi.
Lengan atas (bahu hingga siku) diletakan merapat ke badan namun tidak sampai
menempel. Sudut yang dibentuk antara lengan dan badan sebaiknya tidak melebihi 45
derajat, sehingga lengan dapat ditarik ke muka dengan leluasa. Keuntungan yang
diperoleh dari posisi dasar seperti ini, lengan atas dan tangan dapat digerakan ke depan
badan dan sekaligus mengurangi pergerakan siku. Pergerakan naik dan turun siku dapat
membuyarkan fokus pada ujung jari-jari.
Gambar Posisi tangan dan lengan
(tampak samping)
7. Tangan Kanan dan Kiri. 9
Tangan kiri berfungsi untuk menolong tangan kanan, bila tangan
kanan tidak lagi bisa memberikan pengarahan yang diinginkan.
Cobalah gunakan pedoman berikut ini :
a. Pada dasarnya tangan kanan melakukan semuanya: tempo,
volume, karakter, phrasing, dan gerakan awal serta akhir.
b. Tangan kiri membantu hal-hal yang tidak dapat dilakukan
sendiri oleh tangan kanan seperti memberi gerakan awal,
aksen, volume, tanda untuk menahan nada pada kelompok
suara tertentu. Juga hal-hal lain seperti membalik
teks/partitur lagu, memberi karakter dengan mengepalkan
tangan atau membuat gerakan yang gemulai untuk untuk
permainan suara yang lembut dan mengalir.
c. Membantu tegaskan apa yang sudah dilakukan tangan
kanan.
d. Tangan kiri sebaiknya jangan melakukan pola ketukan
tangan kanan terlalu banyak, hanya pada saat awal atau bila
tempo terasa terlalu berat atau terlalu cepat.
BAB IV B I R A M A
birama per-dua
2/1. 2/2, 2/4, 6/8
birama per-dua
2/1. 2/2, 2/4, 6/8
birama per-tiga
3/2. 3/4, 3/8, 9/8
18
a. Matra Dua
A.T. Mahmud
Seperti kita ketahui bahwa matra dua dapat di aba dalam dua atau empat ketuk
tergantung pada tempo lagu. Pada lagu bertempo cepat, pola pertama menjadi pilihan
yang tepat. Perubahan dari pola pertama ke pola ke dua, atau pola dua dengan
subdivisinya sangat dianjurkan terutama bila terjadi perubahan tempo secara drastis,
seperti misalnya pada bagian bertanda rallentando atau ritardando.
19
b. Matra Tiga
Pola aba-aba untuk matra tiga mencakup : 3/4, 3/2, dan 3/8, misalnya lagu
“Burung Kakatua” atau “Naik-Naik Ke Puncak Gunung”.
Gerakan Awal
| 0
Gerakan Awal
| 0
20
birama per-enam 21
birama per-tujuh
7/2. 7/4, 7/8
a. Rangkaian 4 - 3
b. Rangkaian 3 - 4
22
Melihat gambar-gambar di atas jelas bahwa tiap-tiap pukulan
selalu menjurus ke bawah, mulai dari titik tertinggi sampai terendah,
dan langsung disusul oleh pentalan ke atas seperti bola karet yang
terpental jika dilempar ke lantai. Pada saat pentalan ini gerakan tangan
berkecepatan tinggi dan berenergi.
Perhatikan bahwa tiap-tiap pukulan pertama dijatuhkan lebih
rendah dari pada pukulan lain. Pukulan-pukulan tengahan berada pada
ketinggian yang sedang, dan pukulan terakhir diayunkan ke atas
mencapai titik semula.
Salah ! Seharusnya !
tegas lembut
sedang
Pembagian gerak pukulan yang agak istimewa terdapat pada bagian
kelompok-kelompok tiga nada (triol) yang terjadi pada birama-birama per 6,
per 9 dan per 12 dalam tempo lambat, sehingga tiap notnya mendapat
pukulan. Dalam hal seperti ini tiap triol dipukul dengan tiga gerakan yaitu
turun-naik-turun, dengan catatan bahwa gerak turun yang terakhir sekaligus
disertai pengambilan titik pukul yang ke enam seperti skema berikut ini.
birama per enam
6/2, 6/4, 6/8
Pukulan bertanda yaitu ke dua dan ke empat berarti gerak itu harus
dipertajam. Pukulan ke tiga dan ke enam sebagai gerak terakhir dari kedua
triol itu langsung menjurus ke posisi berikutnya. Sama saja halnya dengan
pukulan birama di bawah ini.
24
Contoh lain adalah pukulan birama per empat yang terbagi
seperti ini :pula birama-birama lain bisa dijadikan pukulan terbagi
Demikian
BAGIMU NEGERI
atau bersubsidi.
Bes = do 4/4 Largo Lihat contoh dibawah ini : Cip : Kusbini
25
3. Aba-aba Fermata dan Pukulan Penutup
Pada hakekatnya, aba-aba pada fermata adalah pukulan
penutup. Perlu ditekankan bahwa yang teramat penting dalam
aba-aba fermata adalah kejelasan dan ketegasan. Ada dua macam
Fermata, yakni fermata yang langsung disambung dengan
passage berikutnya dan fermata longa (panjang). Keduanya
menggunakan tehnik yang sama yakni : bahwa gerak pukulan
birama harus diulang sekali lagi untuk membuka passage
berikutnya dalam tempo yang dikehendaki (bisa kembali ke tempo
semula atau tempo yang baru).
Aba-aba yang terbaik pada fermata adalah gerak kebawah
mengambil tempat kira-kira di tengah antara titik terendah dan
titik tertinggi. Sebab gerak pukulan terlalu rendah tidak jelas
terlihat, apabila gerakan terlalu tinggi ini tidak pantas terlihat
(over style).
Berikut ini adalah contoh Fermata yang langsung disambung ke
passage berikutnya.
Dengan passage baru Dengan passage baru
yang lembut yang tajam
26
persiapan
inset baru
lambat lambat
kiri kanan
kiri kanan
27
Penyelesaian akhir suatu fermata dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, antara
lain :
28
29
4. Penggunaan Pergelangan Tangan
31
Telapak
Gambar
Tangan
Tangan
KiriKiri
menghadapke
diputar ke bawah
Gambar
Gambar
Telapak
Tangan
Tangan
Kiri diputar
Kiri
menghadapke bawah
ke bawah
(5) Turunkan tangan kiri ke posisi semula dan lanjutkan gerakan mengaba hanya
dengan menggunakan tangan kanan saja. (lihat gambar di bawah hal 33)
(6) Ulangi latihan dengan menambahkan gerakan tangan kiri yang bergerak lambat ke
atas dan menuju posisi tengah tubuh pada sudut yang bergerak secara bertahap
dari 180 derajat ke 90 derajat (lihat gambar di bawah halaman 33)
(7) Pada titik puncak Crescendo balikan telapak tangan ke bawah secara perlahan dan
kembali ke posisi awal (lihat gambar di bawah halaman 33)
b. Untuk menghasilkan gerakan yang memiliki intensitas, tangan kiri dapat diletakan
sedikit di bawah garis imajiner kemudian secara perlahan dan bertahap bergerak naik.
Gerakann jari-jari tangan kiri sedikit ditarik keluar dan direnggangkan. Pada
permulaan gerakan telapak tangan dapat dibuka dan mengarah pada tubuh. Bersamaan
dengan gerakan naiknya tangan, telapak tangan akan bergerak dari samping menuju
tengah. Sudut perubahan telapak tangan tidak melebihi 45 derajat. Satu hal yang
perlu diingat bahwa bersamaan dengan naiknya tangan, bahu tangan kiri harus tetap
dalam keadaan rendah dan rileks.
c. Untuk mewujudkan suatu garis horizontal yang mengalir atau suatu pengkalimatan
yang menyambung, tangan kiri dapat diperpanjang ke sisi kiri dirigen dan diletakan
sedikit di bawah garis imajiner dengan telapak tangan menghadap ke bawah. Gerakan
tangan secara perlahan dan dalam tempo yang konstan ke sisi kanan hingga melewati
bagian tengah tubuh. Melalui latihan ini anda dapat mengingatkan para pemain dan
penyanyi untuk tidak mengambil nafas atau memenggal kalimat lagu pada bagian
yang mestinya menyambung.
32
Gambar Tangan Kiri dalam posisi normal dan rileks
Gambar Tangan Kiri pada titik puncak Gambar Tangan Kiri menunjukan
Crescendo Diminuendo
33
Gambar Tangan Kiri menunjukan suatu
Pengkalimatan yang bersambung
d. Untuk menekankan piano atau pianissimo yang ditunjukan oleh gesture tangan kanan,
tangan kiri sebaiknya diletakan cukup dekat ke tubuh sedikit bergeser kesebelah kiri,
dan telapak tangan membentuk sudut 45 derajat dengan lantai (lihat gambar bawah).
f. Untuk menandai akhir dari suatu bunyi, tangan kiri dijulurkan ke muka dan berada
sedikit di atas garis imajiner sehingga telapak tangan membentuk sudut 90 derajat
dengan lantai (lihat gambar hal. 35).
34
Gambar Aba-aba untuk pengambilan nafas (inhalasi)
g. Untuk mengakhiri suatu bunyi secara lebih jelas maka tangan ataupun kombinasi
tangan dan lengan dapat digunakan. Semakin besar volume ataupun intensitas bunyi
yang dihasilkan, akan semakin besar pula gerakan aba-aba yang harus diperagakan.
35
Carilah posisi mulut yang terbaik untuk menggabungkan antara vokal “a” yang
memiliki resonansi yang penuh dan vokal “u” yang memiliki fokus muklut ke depan.
= i (me) = 3 (earth)
= 1 (it) = ͻ (awe)
= ε (met) = A (up)
= q (father) = ae (cat)
= o (go) = ʊ (full)
= u (noon) = ә (apart)
BAB V PADUAN36SUARA/KOOR
Descending: 1 7 6 5 - 7 6 5 4 - 6 5 4 3 - 5 4 3 2 -
4 3 2 1
5. Latihan Artikulasi
Beberapa alat artikulasi yang tadi perlu dilatih secara baik dan benar,
supaya bisa menghasilkan suara yang indah.
a. Pita Suara
Bagaimana melatihnya agar tidak kaku, sehingga getaran
yang dihasilkannya tidak tersendat sendat.
Dengan nada:1 2 3 4 | 5 4 3 2 | 1 2 3 4 | 5 4 3 2 | 1 . .
Bunyikan dengan nanana dan mamama dari kunci C- Cis - D - Dis.
Dengan nada dasar c - B - Bes - A & As, bunyikan nada dan
nyanyikan dengan suku kata sebagai berikut :
5 4 3 2 |1 2 3 4 | 5 4 3 2 | 1 2 3 4 | 5 . . . |
No no no no no no no no no no no no no no no no no.............
Yo yo yo yo yo yo yo yo yo yo yo yo yo yo yo yo yo.............
Dengan nada dasar G - A - B - C - D bunyikan staccato :
1 0 3 0 5 0 | 1 0 5 0 3 0 | 1 0 3 0 5 0 |
1 0 5 0 3 0 | 1
Nyanyikan: na na na nana dan ma ma ma ma
b. Bibir
Bibir atas dan bawah harus lentur pada saat membentuk suara,
tidak kaku atau kejang. Bibir ini dapat dilatih dengan
mengucapkan huruf- huruf : u - m - l – a - u - d atau dipotong
yaitu : ui ui ui ui ui ui dan oe oe oe oe oe oe
dengan satu nada yang ditahan beberapa saat atau
membunyikan : mmmmmaaaaa- mmmmmooooo – mmmmmeeeee
– mmmmuuuuu
dengan ringan dan rasakan bagian bagian luar dari bibir itu
berbentuk corong atau terompet.
40
c. Rahang Bawah
Rahang kita yang kaku itu ibaratkan engsel yang sudak
tidak aktif. Hal ini mengganggu keindahan suara, dan cara
melatihnya adalah dengan Membunyikan secara berulang ulang
hingga lancar :
12 34 54 32 | 12 34 54 32 | 12 34 54 32 | 1 .
mi mi mi mi mi dstnya
ya ya ya ya ya dstnya
wa wa wa wa wa wa dstnya
d. Lidah
Lidah yang kaku atau tidak luwes itu juga dapat menghambat
atau mengganggu keutuhan suara. Untuk melatihnya dapat
dilakukan dengan :
1) Membunyikan : aaaaaaaa dengan ujung lidah membentuk
lingkaran kecil di dalam mulut, kemudian gerakkan lidah ke
kanan dan ke kiri dengan cepat.
2) Membunyikan : ru ro ra – pli plo pla - la la la berulang
ulang dan semakin cepat namun harus benar
pengucapannya.
3) Juga dapat dilakukan dengan bersiul ria dan merasakan
ujung lidah menyentuh belakang gigi bawah.
4) Yang perlu diperhatikan pada saat latihan ini adalah :
a) Posisi jakun harus tetap berada di bawah atau pada posisi
rendah.
b) Tenggorokan dan rongga mulut selalu pada posisi seperti
sedang menguasai.
c) Rasakan juga bahwa semua suara yang keluar dari
mulut melintas dikedua mata dan berbunyi di ubun ubun.
41
6. Formasi Paduan Suara dan Orchestra
Tenor Bas
Bas
Tenor
Orkestra
Sopra Alto
n
Sopran Alto
Sepanjang
Sepanjangpengalaman, bentuksusunan
pengalaman, bentuk susunan seperti
seperti ini yang
ini adalah adalah
terbaik.
yang Susunan
Bentukterbaik. sepertibukan
Komposisi
melengkung di bawah ini kurang
seperti
sekedar untuk menguntungkan
susunan ini dari
dibawah melainkan
keindahan, kurang
segi proyeksi tiap suara.
untukmenguntungkan.
alasan akustik. Kalau tidak sangat terpaksa, jangan menderetkan
penyanyi-penyanyi secara garis
Teno lurus karena bisa
Bas mengurangi kebulatan
bunyi. Sopran Alto
Menurut pengalaman, untuk memainkan karya-karya polifonik dari
komponis a capella yang terkenal, Orkes sebaiknya ditempuh tehnik
menyusun sebagai berikut : (lihat gambar hal. 43 di bawah ini)
42
Susunan seperti ini akan membantu memudahkan Dirigen dalam
memberi bimbingan kepada tiap kelompok suara. Disamping itu
susunan ini menguntungkan karena suara-suara luar benar-benar
ditempatkan diluar, yakni Sopran dan Bas.
Untuk acara siaran radio atau televisi, susunan seperti yang di atas
ini menguntungkan, karena masing-masing kelompok suara berada pada
jarak yang ssama dari mikrofon. Namun untuk keperluan siaran radio,
bisa juga ditempuh susunan tergambar di bawah ini.
LAMPIRAN - 43
LAMPIRAN
TABEL TRANSPOSING ALAT MUSIK
44
memenuhi kebutuhan suara/ nada-nada tinggi.
Clarinet in Bes untuk nada-nada sedang dan Bass Clarinet in A untuk
kebutuhan produksi nada-nada rendah.
2. Tabel ini dibuat untuk mempermudah para penulis lagu atau
arranger serta para pelatih untuk mentransposing sebuah lagu yang
akan dimainkan oleh beberapa alat musik dalam suatu konser,
sehingga tercipta keharmonisan dan keselarasan bunyi. Kesalahan
penentuan tangga nada pada penulisan partitur/score tiap alat musik
adalah hal yang sangat fatal, bisa dibayangkan misalnya Trompet in
Bes bermain di tangga nada C dan Corno Horn in Es juga bermain di
tangga nada yang sama, maka apa yang terjadi dapat dipastikan bunyi
yang keluar adalah penuh disonant/keruh dan fals. Semestinya Corno
Horn in Es bermain di tangga nada G (1 #).
3. Perkembangan masa kini sudah banyak pabrik yang memproduksi
alat musik dengan pitch/stem/in = C, terutama dalam peralatan
marching hal ini dimaksudkan untuk mempermudah tehnik pelatihan
dan permainan musik bersama (band, ansamble) sambil bergerak,
misalnya alat musik Trombon Valve in Bes diproduksi menjadi
Trombon Marching in C. Demikian pula terhadap alat musik yang
corongnya menghadap ke bawah atau ke atas telah di rubah
bentuknya menjadi menghadap ke depan semuanya. Beberapa contoh
mari kita lihat gambar berikut ini :
Corno Horn,
Mellophone
A. Tanda Tempo.
Sesuai dengan watak dan karakteristik lagu, kita bisa mengenal ada
lagu-lagu yang lambat (kalem), lagu yang sedang dan lagu yang
cepat. Sebenarnya berdasarkan perasaan kita dapat menetapkan
sesuatu lagu harus dimainkan dengan cepat atau lambat, tetapi akan
lebih mudah bila pada permulaan penulisan lagu dicantumkan tanda
tempo (biasanya pada pojok kanan atas) naskah lagu atau sebelah kiri
dari judul lagu, berupa suatu kata dari bahasa Latin atau berupa angka
kecepatan lagu dari alat pengukur tempo ciptaan Johan Nepomuk
Maelzel (1770-1838) berasal dari Switzerlan yaitu Metronom.
Contoh : 90 M.M (artinya kecepatan lagu 90 per menit dari alat
Metronom Maelzel).