Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji bagi Allah
yang telah melimpahkan nikmat-Nya, serta rahmat karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “PENGARUH LIMBAH DETERJEN
TERHADAP LINGKUNGAN”.
Adapun maksud dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi syarat
kelulusan yang diadakan oleh SMA N 3 UNGGULAN KAYUAGUNG. Selain itu, ditulisnya
karya tulis ilmiah ini agar dapat menambah informasi atau pengetahuan mengenai dampak
dari limbah deterjen terhadap organisme air dan kesehatan manusia.
Akhirnya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu proses penulisan makalah yang berjudul “Pengaruh Deterjen Terhadap
Lingkungan”. Dan juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sugiyono M.M yang telah
mengadakan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini..
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu yang menyebabkan tercemarnya air adalah penggunaan deterjen. Deterjen
merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi setiap rumah tangga di Indonesia. Mencuci
dengan menggunakan deterjen merupakan salah satu hal lazim yang dilakukan oleh ibu
rumah tangga. Harga deterjen yang dijual di pasaran pun bervariasi, mulai dari ukuran kecil
dengan harga ribuan rupiah sampai yang berukuran satu kilogram dengan harga puluhan
ribu rupiah. Di Indonesia pun terdapat berbagai macam jenis deterjen yang dijual di pasaran.
Deterjen dapat dengan mudah ditemui di warung-warung kecil, pasar tradisional,
minimarket, maupun di supermarket.
Persaingan produk deterjen pun terjadi dewasa ini. Produsen mempromosikan produk
buatan mereka dengan berbagai macam cara, antara lain dengan memberi hadiah berupa
piring, gelas, ataupun produk deterjen mereka dalam kemasan kecil. Promosi lainnya
biasanya berupa penambahan bahan pewangi, pelembut, zat aditif, pemutih, dan lain-lain.
Produsen juga mempromosikan produknya yang memberikan busa yang melimpah. Persepsi
penduduk Indonesia saat ini adalah busa yang melimpah akan menghilangkan kotoran yang
ada di pakaian dengan cepat. Namun persepsi ini sebenarnya salah, busa yang melimpah
bukan jaminan akan kebersihan pakaian yang dicuci. Sebaliknya busa deterjen ini akan
menjadi limbah yang sulit diuraikan oleh bakteri.
Limbah yang tidak terurai dengan baik akan menjadi suatu permasalahan bagi
lingkungan. Butuh waktu yang lama agar senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam
limbah deterjen dapat terurai secara alami oleh bakteri. Oleh karena itu, artikel ini diharapkan
dapat membuka wawasan masyarakat akan dampak dari limbah deterjen terhadap lingkungan
dan kesehatan. Masyarakat diharapkan dapat memilih deterjen yang ramah lingkungan serta
tidak mengganggu ekosistem yang ada di alam dengan mengetahui dampak limbah deterjen
terhadap lingkungan dan kesehatan.
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengaruh larutan deterjen terhadap kecebong.
2. Untuk melatih mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitiannya dalam
bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis.
3. Menumbuhkan etos ilmiah dikalangan siswa.
4. Melatih keterampilan dasar untuk penelitian.
1.4 MANFAAT
1. Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca efektif
2. Melatih untuk menggabungkan bacaan dari berbagai sumber
3. Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan
4. Meningkatkan pengorganisasian fakta atau data secara jelas dan sistematis.
5. Melatih untuk penulisan yang benar
1.5 HIPOTESIS
1. Dampak limbah deterjen bagi organisme air sangat buruk, dimana jika terlalu banyak
limbah fdeterjen yang tercampur dalam air maka organisme-organisme yang hidup
dalam air itu bisa mati.
2. Dampak jangka panjangnya adalah berkurangnya organisme air dalam lingkungan.
3. Dampak lainnya akan mengganngu kesehatan manusia.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu
pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan sabun,
deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak
terpengaruh oleh kesadahan air. Detergen merupakan garam Natrium dari asam sulfonat.
Detergen sudah sangat akrab di kehidupan kita, terutama bagi ibu rumah tangga.
Detergen digunakan untuk mencuci pakaian. Untuk menyempurnakan kegunaannya, biasanya
pabrik menambahkan Natrium Perborat, pewangi, pelembut, Naturium Silikat, penstabil,
Enzim, dan zat lainnya agar fungsinya semakin beragam. Tapi diantara zat-zat tersebut ada
yang tak bisa dihancurkan/dilarutkan oleh mikroorganisme sehingga otomatis menyebabkan
pencemaran lingkungan. Apabila air yang mengandungi detergen dibuang ke dalam air,
tercemarlah air dan pertumbuhan Alga yang sangat cepat. Hal ini akan menyebabkan
kandungan oksigen dalam air berkurangan dan otomatis ikan, tumbuhan laut, dan kehidupan
air lainnya mati.Selain itu limbah Detergen juga menyebabkan pencemaran tanah yang
menurunkan kualitas kesuburan tanah yang mengakibatkan tanaman serta hidupan tanah
termasuk cacing mati. Padahal cacing bisa menguraikan limbah organik, non organik &
menyuburkan tanah. Bahan utamanya ialah garam natrium yaitu asam organik yang
dinamakan asam sulfonik. Asam sulfonik yang digunakan dalam pembuatan detergen
merupakan molekul berantai panjang yang mengandungi 12 hingga 18 atom karbon per
molekul.
Detergen pertama disintesis pada tahun 1940-an, yaitu garam natrium dari alkyl
hydrogen sulfat. Alkohol berantai panjang dibuat dengan cara penghidrogenan lemak dan
minyak. Alkohol berantai panjang ini direaksikan dengan asam sulfat menghasilkan alkil
hydrogen sulfat yang kemudian dinetralkan dengan basa. Natrium lauril sulfat adalah
detergen yang baik. Karena garamnya berasal dari asam kuat, larutannya hampir netral.
Garam kalsium dan magnesiumnya tidak mengendap dalam larutannya, sehingga dapat
dipakai dengan air lunak atau air sadah.
Pada masa kini, detergen yang umum digunakan adalah alkil benzenasulfonat berantai
lurus. Pembuatannya melalui tiga tahap. Alkena rantai lurus dengan jumlah karbon 14-14
direaksikan dengan benzena dan katalis Friedel-Craft (AlCl3 atau HF) membentuk alkil
benzena. Sulfonasi dan penetralan dengan basa melengkapi proses ini. Rantai alkil sebaiknya
tidak bercabang. Alkil benzenasulfonat yang bercabang bersifat tidak dapat didegradasi oleh
jasad renik (biodegradable). Detergen ini mengakibatkan masalah polusi berat pada tahun
1950-an, yauti berupa buih pada unit-unit penjernihan serta disungai dan danau-danau. Sejak
tahun 1965, digunakan alkil benzenasulfonat yang tidak bercabang. Detergen jenis ini mudah
didegradasi secara biologis oleh mikroorganisme dan tidak berakumulasi dilingkungan
Bahan utamanya ialah garam natrium yaitu asam organik yang dinamakan asam
sulfonik.Asam sulfonik yang digunakan dalam pembuatan detergen merupakan molekul
berantai panjang yang mengandungi 12 hingga 18 atom karbon per molekul.
Detergen pertama disintesis pada tahun 1940-an, yaitu garam natrium dari alkyl
hydrogen sulfat. Alkohol berantai panjang dibuat dengan cara penghidrogenan lemak dan
minyak.
Alkohol berantai panjang ini direaksikan dengan asam sulfat menghasilkan alkil hydrogen
sulfat yang kemudian dinetralkan dengan basa.
Natrium lauril sulfat adalah detergen yang baik. Karena garamnya berasal dari asam kuat,
larutannya hampir netral. Garam kalsium dan magnesiumnya tidak mengendap dalam
larutannya, sehingga dapat dipakai dengan air lunak atau air sadah. Pada masa kini, detergen
yang umum digunakan adalah alkil benzenasulfonat berantai lurus. Pembuatannya melalui
tiga tahap. Alkena rantai lurus dengan jumlah karbon 14-14 direaksikan dengan benzena dan
katalis Friedel-Craft (AlCl3 atau HF) membentuk alkil benzena. Sulfonasi dan penetralan
dengan basa melengkapi proses ini.
Rantai alkil sebaiknya tidak bercabang. Alkil benzenasulfonat yang bercabang bersifat tidak
dapat didegradasi oleh jasad renik (biodegradable). Detergen ini mengakibatkan masalah
polusi berat pada tahun 1950-an, yauti berupa buih pada unit-unit penjernihan serta disungai
dan danau-danau. Sejak tahun 1965, digunakan alkil benzenasulfonat yang tidak bercabang.
Detergen jenis ini mudah didegradasi secara biologis oleh mikroorganisme dan tidak
berakumulasi dilingkungan.
BAB III
METODE PENELITIAN