Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

 Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kita
semua. Sholawat serta salam tetap kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW sehingga penulis
berhasil menyelesaikan Karya Ilmiah tepat pada waktunya yang berjudul “PENGARUH LIMBAH DETERJEN SURF
TERHADAP LINGKUNGAN” . terimakasih kepada ibu guru mata diklat IPA kami yang telah membimbing kami
hingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

Saya menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan karya ilmiah ini.

Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu saya sampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan karya ilmiah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. semoga tugas ini berguna bagi semua pihak.Amin…
                                                                                  15 November  2013

                                                                                 penulis

DAFTAR ISI

Lembar Judul ………………………………………………………………………………………..1

Kata Pengantar………………………………………………………………………………………2

Daftar Isi………………………………………………………………………………………………3

Bab I Pendahuluan…………………………………………………………………………………4

Bab II Kajian Teori………………………………………………………………………………..5

Bab III Metode Penelitian………………………………………………………………………6

Bab IV Pembahasan………………………………………………………………………………7

Bab V penutup ……………………………………………………………………………………..8

Daftar Pustaka…………………………..…………………………………………………………..…9

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
kegiatan ekonomi yang semakin meningkat mengandung resiko pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup
terutama pada lingkungan rumah tangga. Sehingga struktur dan fungsi dasar ekosistem menjadi pendukung
kehidupan menjadi rusak.
Limbah rumah tangga merupakan pencemar air terbesar selain limbah-limbah organisme, pertanian dan bahan
pencemar lainnya. Limbah rumah tangga dapat berupa padatan (kertas, organis dll.) maupun cairan (air cucian,
minyak rgani bekas, dll.).

1. Rumusan masalah
 Bagaimanakah dampak dari limbah deterjen terhadap organisme air?
 Apakah dampak jangka panjang dari limbah deterjen  bagi lingkungan?
1. Tujuan penelitian
1.      Mengetahui bagaimana pengaruh larutan detergen terhadap fisik kecebong.

2.      Sebagai wahana melatatih mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah
yang sistematis dan metodologis.

3.      Menumbuhkan etos ilmiah dikalangan siswa sehingga tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan,
tetapi juga mampu menjadi penghasil  (produsen) pemikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu pengetahuan,
terutama setelah penyelesaian studynya.

4.      Melatih keterampilan dasar untuk penelitian.

1. Manfaat penelitian
2. Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca efektif
3. Melatih untuk menggabungkan bacaan dari berbagai sumber
4. Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan
5. Meningkatkan pengorganisasian fakta atau data secara jelas dan sistematis.
6. Memperoleh kepuasan intelektual.
1. Hipotesis
 Dampak limbah deterjen bagi organisme air sangat buruk, dimana jika terlalu banyak
limbah deterjen yang tercampur dalam air organisme-organisme air yang hidup dalam air itu bisa
mati.
 Dampak jangka panjangnya adalah berkurangnya organisme air dlam lingkungan.
BAB II

KAJIAN TEORI

1. Pengertian Detergent
Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari
bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain
mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Detergen merupakan garam
Natrium dari asam sulfonat.

Rantai hidrokarbon, R, di dalam molekul sabun di atas mungkin adalah rantai hidrokarbon yang lurus atau rantai
hidrokarbon yang bercabang.
Detergen sudah sangat akrab di kehidupan kita, terutama bagi ibu rumah tangga. Detergen digunakan untuk
mencuci pakaian. Untuk menyempurnakan kegunaannya, biasanya pabrik menambahkan Natrium Perborat,
pewangi, pelembut, Naturium Silikat, penstabil, Enzim, dan zat lainnya agar fungsinya semakin beragam. Tapi
diantara zat-zat tersebut ada yang tak bisa dihancurkan/dilarutkan oleh mikroorganisme sehingga otomatis
menyebabkan pencemaran lingkungan. Apabila air yang mengandungi detergen dibuang ke dalam air,
tercemarlah air dan pertumbuhan Alga yang sangat cepat. Hal ini akan menyebabkan kandungan oksigen dalam
air berkurangan dan otomatis ikan, tumbuhan laut, dan kehidupan air lainnya mati.Selain itu limbah Detergen
juga menyebabkan pencemaran tanah yang menurunkan kualitas kesuburan tanah yang mengakibatkan
tanaman serta hidupan tanah termasuk cacing mati. Padahal cacing bisa menguraikan limbah organik, non
organik & menyuburkan tanah.

Bahan utamanya ialah garam natrium yaitu asam organik yang dinamakan asam sulfonik. Asam sulfonik yang
digunakan dalam pembuatan detergen merupakan molekul berantai panjang yang mengandungi 12 hingga 18
atom karbon per molekul.

Detergen pertama disintesis pada tahun 1940-an, yaitu garam natrium dari alkyl hydrogen sulfat. Alkohol
berantai panjang dibuat dengan cara penghidrogenan lemak dan minyak.

Alkohol berantai panjang ini direaksikan dengan asam sulfat menghasilkan alkil hydrogen sulfat yang kemudian
dinetralkan dengan basa.

Natrium lauril sulfat adalah detergen yang baik. Karena garamnya berasal dari asam kuat, larutannya hampir
netral. Garam kalsium dan magnesiumnya tidak mengendap dalam larutannya, sehingga dapat dipakai dengan
air lunak atau air sadah. Pada masa kini, detergen yang umum digunakan adalah alkil benzenasulfonat berantai
lurus. Pembuatannya melalui tiga tahap. Alkena rantai lurus dengan jumlah karbon 14-14 direaksikan dengan
benzena dan katalis Friedel-Craft (AlCl3 atau HF) membentuk alkil benzena. Sulfonasi dan penetralan dengan
basa melengkapi proses ini.

Rantai alkil sebaiknya tidak bercabang. Alkil benzenasulfonat yang bercabang bersifat tidak dapat didegradasi
oleh jasad renik (biodegradable). Detergen ini mengakibatkan masalah polusi berat pada tahun 1950-an, yauti
berupa buih pada unit-unit penjernihan serta disungai dan danau-danau. Sejak tahun 1965, digunakan alkil
benzenasulfonat yang tidak bercabang. Detergen jenis ini mudah didegradasi secara biologis oleh
mikroorganisme dan tidak berakumulasi dilingkungaN

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada:

Tanggal: 12 NOVEMBER 2013

Tempat: LINGKUNGAN SEKITAR RUMAH

Waktu: 13.00 – 14.00

1. Alat
1. 3 buah gelas plastic transparan
2. Stopwatch
3. 2 buah sendok makan
4. Lap/tisu
5. Kertas/buku dan pulpen
6. Bahan
1.  9 ekor kecebong
2. 3 gelas air
3. 3 sendok makan deterjen
4. Objek pengamatan
1. Kondisi kecebong sebelum tercemar
2. Kondisi kecebong sesudah tercemar
BAB IV

PEMBAHASAN

1. Hasil penelitian:

  Kondisi kecebong
Bannyaknya deterjen Waktu
yang digunakan pengamatan
N
O Sebelum tercampur Setelah terampur

1 Tidak ada 40 Detik Hidup –

2 1 sendok makan 40 Detik Hidup Mati

3 2 sendok makan 11 Detik Hidup Mati

1. Pembahasan
Dari table dapat di ketahui:

1. Air yang tidak terampur deterjen , kecebong yang berada didalamnya tetap hidup.
2. Air yang tercampur deterjen 1 sendok, kecebong yang berada didalamnya, mampu
bertahan hidup selama 40 detik.
3. Air yang tercampur deterjen 2 sendok, kecebong yang berada didalamnya hanya mampu
bertahan hidup 11 detik saja.
4. Kecebong-kecebong yang berada didalam air yang telah tercemar, tidak mampu bertahan
hidup. Begitu berbahayanya air yang tercemar tersebut bagi organisme air.
Jadi air yang tercemar oleh limbah rumah tangga terutama deterjen dapat menyebabkan pengaruh yang sangat
besar terhadpa lingkungan.
BAB V
PENUTUP

1. Kesimpulan
 Jadi dapat penulis simpulkan bahwa larutaan detergent sangat berpengaruh sekali
terhadap kondisi fisik organism air yang dapat menyebabkan kecebong tersebut melemah
bahkan hingga mati.
1. Saran
1. Manusia hendaknya selalu memelihara dan memperbaiki lingkungan untuk
generasi yang akan dating
2. tindakan-tindakan pencemaran yang dapat merusak lingkungan dan kesehatan
harus dihindarkan
3. perlu adanya penelitian secara ilmiah terhadap lingkungan sehingga masalah-
masalah lingkungan dapat ditanggulangi lebih baik lagi.
Ada kerja sama yang baik dari semua pihak dalam rangkar
4. Ada kerja sama yang baik dari semua pihak dalam rangka mempertahankan
kelestarian dan mencagah terjadinya kerusakan terhadap lingkungan.
BAHAYA LIMBAH DETERJEN TERHADAP LINGKUNGAN DAN

KESEHATAN
Oleh:
Kristin Agustina P
Pendidikan  Kimia

Abstrak
Mencuci merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Deterjen
merupakan bahan yang pencuci yang populer di Indonesia. Deterjen mengandung bahan-
bahan penyusun yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Bahan-bahan penyusun
dari deterjen adalah surfaktan, builder, filler, dan aditif. Bahan-bahan penyusun deterjen
tersebut memiliki dampak bagi pencemaran lingkungan. Salah satu dampak dari pencemaran
lingkungan adalah terjadinya eutrofikasi. Eutrofikasi mengakibatkan terganggunya rantai
makanan yang dapat menyebabkan limbah deterjen masuk ke dalam tubuh manusia. Senyawa
sisa limbah deterjen yang menumpuk di dalam tubuh dapat menyebabkan kanker. Iritasi juga
dapat timbul akibat penggunaan deterjen. Oleh karena itu, konsumen diharapkan mencermati
kandungan yang terdapat dalam deterjen sebelum membeli produk dan memilih deterjen yang
ramah lingkungan.

Kata kunci: deterjen, penyusun deterjen, pencemaran lingkungan, kesehatan

A.      Pendahuluan

Deterjen merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi setiap rumah tangga di

Indonesia. Mencuci dengan menggunakan deterjen merupakan salah satu hal lazim yang

dilakukan oleh ibu rumah tangga. Harga deterjen yang dijual di pasaran pun bervariasi, mulai

dari ukuran kecil dengan harga ribuan rupiah sampai yang berukuran satu kilogram dengan

harga puluhan ribu rupiah. Di Indonesia pun terdapat berbagai macam jenis deterjen yang
dijual di pasaran. Deterjen dapat dengan mudah ditemui di warung-warung kecil, pasar

tradisional, minimarket, maupun di supermarket.

Persaingan produk deterjen pun terjadi dewasa ini. Produsen mempromosikan

produk buatan mereka dengan berbagai macam cara, antara lain dengan memberi hadiah

berupa piring, gelas, ataupun produk deterjen mereka dalam kemasan kecil. Promosi lainnya

biasanya berupa penambahan bahan pewangi, pelembut, zat aditif, pemutih, dan lain-lain.

Produsen juga mempromosikan produknya yang memberikan busa yang melimpah. Persepsi

penduduk Indonesia saat ini adalah busa yang melimpah akan menghilangkan kotoran yang

ada di pakaian dengan cepat. Namun persepsi ini sebenarnya salah, busa yang melimpah

bukan jaminan akan kebersihan pakaian yang dicuci. Sebaliknya busa deterjen ini akan

menjadi limbah yang sulit diuraikan oleh bakteri.

Limbah yang tidak terurai dengan baik akan menjadi suatu permasalahan bagi

lingkungan. Butuh waktu yang lama agar senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam

limbah deterjen dapat terurai secara alami oleh bakteri. Oleh karena itu, artikel ini diharapkan

dapat membuka wawasan masyarakat akan dampak dari limbah deterjen terhadap lingkungan

dan kesehatan. Masyarakat diharapkan dapat memilih deterjen yang ramah lingkungan serta

tidak mengganggu ekosistem yang ada di alam dengan mengetahui dampak limbah deterjen

terhadap lingkungan dan kesehatan.

B.       Pembahasan

Deterjen merupakan salah satu produk industri yang biasa digunakan di dalam

kehidupan manusia. Salah satu manfaat dari deterjen adalah untuk melindungi kebersihan dan

kesehatan manusia. Deterjen biasanya digunakan dalam industri maupun rumah tangga
sebagai bahan pencuci atau pembersih. Dalam rumah tangga khususnya digunakan untuk

mencuci pakaian.

Deterjen dalam arti luas menurut Srikandi Fardiaz (1992:66) adalah bahan yang

digunakan sebagai pembersih, termasuk sabun pencuci piring alkali dan cairan pembersih.

Definisi yang lebih spesifik dari deterjen adalah bahan pembersih yang mengandung senyawa

petrokimia atau surfaktan sintetik lainnya. Deterjen merupakan bahan yang mengandung

senyawa petrokimia karena terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi.

Gambar 1. Reaksi pembuatan deterjen

Deterjen berfungsi sebagai penghilang kotoran berupa minyak yang serupa dengan

sabun, yaitu dengan cara  mengemulsi lemak, minyak atau gemuk (grease), tetapi deterjen

tidak menyebabkan gumpalan seperti pada sabun (Hiasinta A. Purnawijayanti, 2001: 22).

Mengemulsikan lemak yang dimaksud dalam hal ini adalah membuat fasa lemak menjadi

emulsi sehingga lemak mudah terlepas dari pakaian. Fungsi lain dari deterjen menurut Cichy

dalam buku Hiasinta A. Purnawijayanti (2001:22) adalah sebagai berikut:

1.      Mendispersi (memecah) kotoran dan merubah fasanya menjadi suspensi  dalam larutan.

2.      Melarutkan padatan dan mengemulsikan cemaran minyak sehingga mudah dihilangkan.


3.      Mensuspensikan kotoran yang tidak larut ke dalam larutan dan mencegah kotoran menempel

kembali pada permukaan pakaian.

4.      Membuat efektivitas air sebagai pelarut meningkat sehingga kotoran mudah larut dalam air.

Deterjen pada umumnya mengandung surfaktan. Surfaktan dalam deterjen berfungsi

sebagai bahan pembasah yang menyebabkan turunnya tegangan permukaan air. Dengan

menurunnya tegangan permukaan air maka air lebih mudah meresap ke dalam pakaian yang

dicuci. Surfaktan (surface active agents) atau bahan pembasah (wetting agents) merupakan

bahan organik yang berperan sebagai bahan aktif pada deterjen, sabun, dan shampoo (Hefni

Effendi, 2003:217). Selain itu molekul-molekul surfaktan membentuk ikatan-ikatan di antara

partikel kotoran dan air. Keadaan ini terjadi karena molekul surfaktan bersifat bipolar, di

mana salah satu ujungnya bersifat nonpolar dan larut dalam kotoran, sedangkan ujung yang

lainnya bermuatan dan larut di dalam air. Oleh karena itu, partikel kotoran yang menempel

pada pakaian terlepas dan mengapung atau terlarut dalam air. Surfaktan yang paling umum

digunakan adalah alkil sulfonat linier (ASL) dan salah satu contohnya adalah

dodesilbenzensulfonat dengan rumus struktur sebagai berikut:

Gambar 2. Dodesilbenzensulfonat
Surfaktan dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu surfaktan anionik, surfaktan

kationik, surfaktan nonionik, dan surfaktan amphoteric (zwitterionic). Contoh-contoh dari

beberapa surfaktan adalah sebagai berikut:


Surfaktan Anionik Surfaktan Kationik Surfaktan Nonionik Surfaktan Amfoterik
1.    Natrium linier alkil
benzene sulfonat
2.    Linier alkilbenzene1.     Stearalkonium 1.     Dodesil dimetil-
sulfonat klorida amina 1.    Cocoampho
3.    Petroleum 2.     Benzakonium 2.     Coco diethanolamide carboxyglycinate
sulphonate klorida 3.     Alcohol ethoxy lates 2.    Cocamidopropyl-
4.    Natrium lauril eter3.     Quaternarny 4.     Alkohol linier primer betaine
sulfonat ammonium 5.     Polimer 3.    Asil etilena
5.    Alkil sulfat compounds 6.     Alcohol 4.    Betaines
6.    Alkohol sulfat 4.     Senyawa amina polyethoxylate 5.    Imidazolin

Tabel 1. Contoh surfaktan

Jenis surfaktan yang biasa digunakan dalam deterjen adalah alkylbenzene

sulphonate (ABS) yang bersifat resisten terhadap dekomposisi biologis. Hal ini bisa berarti

jika ABS atau alkilbenzene sulfonat ini sukar diuraikan secara biologis oleh bakteri. Dewasa

ini, surfaktan jenis ABS telah digantikan oleh linear alkyl sulphonate (LAS) yang dapat

diuraikan oleh bakteri secara biologis (biodegradeble). LAS memiliki tingkat biodegradasi

sebesar 90% sedangkan ABS hanya sebesar 50-60%. Surfaktan juga memiliki dampak negatif

mengganggu transfer gas di dalam sel. Jika surfaktan bereaksi dengan sel dan membran sel

maka surfaktan akan menganggu pertukaran gas yang berlangsung antar sel. Pertukaran

oksigen yang tidak berlangsung dengan lancar akan mengakibatkan pertumbuhan sel

terhambat. Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilanganya kelembaban

alami kulit, dan meningkatkan permeabilitas permukaan luar. Derajat keasaman (pH) deterjen

yang tinggi akan menyebabkan tangan iritasi (panas, gatal, dan mengelupas).
Selain surfaktan deterjen juga mengandung builder (bahan

pembentuk). Builderberfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara

menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air. Contoh dari builder adalah Sodium tri poly

phosphate(STPP), Nitril tri acetate (NTA), Ethylene diamine tetra acetate (EDTA), zeolit,

dan  asam sitra. Air yang mengandung fosfat dapat menyebabkan keracunan apabila

terminum oleh manusia. Menurut Damin Sumardjo (2008: 630), persenyawaan fosfat

anorganik yang dipakai sebagai builder (bahan pengawet busa) ternyata dapat mencemari air

seperti persenyawaan fosfat anorganik yang terdapat pada pupuk. Pencemaran ini membuat

air disungai menjadi bau. Bau busuk ini berasal dari gas NH3 dan H2S yang berasal dari

peruraian bakteri anaerob. Air sungai yang tercemar sulit dimanfaatkan oleh masyarakat

untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari.

Air sungai yang tercemar limbah deterjen berakibat buruk bagi flora dan fauna yang

hidup di sungai. Ikan dan tumbuhan yang ada di sungai dapat mati karena ekosistem tempat

hidup mereka tercemar. Zat yang terdapat dalam limbah deterjen dapat memacu pertumbuhan

eceng gondok dan gulma air sehingga dapat mengakibatkan ledakan jumlah tanaman tersebut.

Ledakan jumlah tanaman tersebut akan mengakibatkan pendangkalan dan menyumbat aliran

air sungai. Tanaman yang menutupi permukaan air akan menghambat masuknya sinar

matahari dan oksigen ke air. Hal ini akan berdampak pada kualitas air dan ikan-ikan menjadi

sulit untuk bertahan hidup. Penelitian juga menunjukkan bahwa deterjen mempunyai

pengaruh terhadap flora dan fauna yang hidup di sungai. Deterjen anionik bersifat lebih

toksik terhadap udang air (Gammarus polex) dibandingkan dengan deterjen kationik atau

nonionik. Sedangkan ikan lebih sensitif terhadap pengaruh deterjen nonionik atau deterjen

kationik dibandingkan dengan deterjen anionik (Damin Sumardjo, 2008: 631).


Deterjen dapat membentuk banyak busa dalam air dan banyak jenis deterjen sukar

sekali diuraikan oleh enzim-enzim bakteri pengurai sehingga akan tetap utuh dan berbusa.

Limbah deterjen yang tidak dapat diurai dalam waktu yang singkat ini menyebabkan polusi

udara karena baunya yang tidak sedap. Menurut Petra Widmer dan Heinz Frick (2007: 42),

deterjen terurai dalam hitungan minggu hingga bulanan sedangkan persyaratan ekolabel

memberikan jangka waktu peruraian limbah deterjen di lingkungan alam hanya dua hari.

Selain itu deterjen dalam air buangan dapat meresap ke air tanah atau sumur-sumur di

masyarakat. Air yang tercemar limbah deterjen tidak baik bagi kesehatan karena dapat

menyebabkan kanker. Kanker ini diakibatkan oleh menumpuknya surfaktan di dalam tubuh

manusia.

Bahan lain yang terkandung dalam deterjen adalah filler (pengisi). Filler adalah

bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi

menambah kuantitas. Contoh Sodium sulfat. Sedangkan aditif adalah bahan

suplemen/tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut,

pemutih, pewarna. Bahan aditif ini sebenarnya tidak berhubungan langsung dengan daya cuci

deterjen. Aditif ditambahkan untuk komersialisasi produk/agar produk dapat menarik

perhatian konsumen. Contoh dari aditif adalah enzim, boraks, Natrium klorida, Carboxy

methyl cellulose (CMC). Sayangnya diantara zat-zat tersebut ada yang tak bisa dihancurkan

oleh mikroorganisme sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan. Limbah detergen juga

menyebabkan pencemaran tanah yang menurunkan kualitas kesuburan tanah yang

mengakibatkan tanaman serta hidupan tanah termasuk cacing mati. Padahal cacing berfungsi

untuk menguraikan limbah organik, non organik & menyuburkan tanah.


C.      Penutup

1.      Kesimpulan

Banyaknya jenis deterjen yang beredar di pasaran sebaiknya membuat konsumen

lebih jeli dalam memilih produk deterjen yang ramah lingkungan. Limbah deterjen yang tidak

mudah diuraikan oleh bakteri. Bakteri membutuhkan waktu yang lama untuk dapat

menguraikan limbah deterjen. Sisa limbah deterjen yang tidak terurai akan menyebabkan

pencemaran air. Air yang tercemar biasanya berbau busuk dan tidak bisa dimanfaatkan untuk

kebutuhan sehari-hari.

Penggunaan fosfat sebagai builder mengakibatkan terjadinya ledakan jumlah eceng

gondok di perairan. Eceng gondok yang melimpah di perairan akan menyebabkan ekosistem

terganggu. Ikan-ikan akan kekurangan oksigen sehingga ikan akan mati dan populasi ikan

menurun. Limbah deterjen yang masuk ke rantai makanan akan masuk ke tubuh manusia.

Surfaktan yang berasal dari limbah deterjen dapat menyebabkan kanker apabila menumpuk di

dalam tubuh. Surfaktan yang terkandung dalam deterjen juga dapat menyebabkan iritasi kulit

yang ditandai dengan rasa panas, gatal bahkan kulit mengelupas jika bersentuhan langsung.

Dengan demikian konsumen deterjen diharapkan mencermati kandungan yang terdapat dalam

deterjen sebelum membeli produk dan memilih deterjen yang ramah lingkungan.

D.      Daftar Pustaka
Damin Sumardjo. (2008). Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran. Jakarta:
EGC.
Hefni Effendi. (2003). Telaah Kualitas Air, Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan.
Yogyakarta: Kanisius.
Hiasinta A. Purnawijayanti. (2001). Sanitasi, Higine, dan Keselamatan Kerja dalam Penggolahan
Makanan. Yogyakarta: Kanisius.
Srikandi Fardiaz. (1992). Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius.
Widmer, Petra & Frick, Heinz. (2007). Hak Konsumen dan Ekolabel. Yogyakarta: Kanisius.
LEMBAR PENGESAHAN
              Karya tulis berjudul, “Pengaruh Limbah Deterjen Terhadap Lingkungan“ disusun
oleh Erlina Lutfiantica, dengan NISN.9988458720. Telah disahkan dengan syarat pemenuhan
tugas mata pelajaran aplikasi presentasi Semester genjil kelas XII, di lingkungan
SMK Negeri 2 Kabupaten Tebo Tahun Ajaran 2014/2015.

Rimbo Bujang,    Oktober 2015

Disetujui oleh

Pembimbing Materi,                                                   Pembimbing Teknis,

Evi Novalia, SE                                                          Evi Novalia,


SE                                                          
NIP. 197906102008012005                                        NIP.
197906102008012005                                         

Disahkan oleh
Kepala SMK N 2 Kab. Tebo

Sadiyo, S.Pd
NIP. 19670726 199412 1 001

ABSTRAK
ERLINA LITFIANTICA. Pengaruh Limbah Deterjen Terhadap Lingkungan
Kata kunci : Deterjen dan Lingkungan
Mencuci merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh masyarakat.Deterjan merupakan
bahan pencuci yang pupuler di Indonesia. Deterjen mengandung bahan-bahan penyusun yang
dapat menyababkan pencemaran lingkungan. Bahan-bahan penyusun dari deterjen adalah
surfaktan, builder, filter, dan adiktif. Bahan-bahan penyusun deterjen tersebut memiliki
dampak bagi pencemaan lingkungan salah stu dampak pencemaran lingkungan adalah
terjadinya eutrofikasi. Eutrofikasi mengakibatkan terganggunya rantai makanan yang dapat
menyebabkan limbah deterjen masuk ke dalam tubuh manusia. Senyawa sisa limbah deterjen
yang menumpuk di dalam tubuh dapat menyebabkan kanker.iritasi juga dapat timbul akibat
penggunaan deterjen. Oleh karena itu kita diharapkan mencermati kandungan yang terdapat
dalam deterjen sebelum membeli produk dan memilih deterjen yang ramah lingkungan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang  

           Kegiatan ekonomi yang semakin meningkat mengandung resiko pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup terutama pada lingkungan rumah tangga. Sehingga struktur dan
fungsi dasar ekosistem menjadi pendukung kehidupan menjadi rusak.
Limbah rumah tangga merupakan pencemaran air terbesar selain limbah-limbah organisme,
pertanian dan bahan pencemaran lainnya. Limbah rumah tangga dapat berupa cairan seperti 
air cucian baju (deterjen).

1.2  Rumusan Masalah

1.      Bagaimanakah dampak dari limbah deterjen terhadap air?


2.      Apakah dampak jangka panjang dari limbah deterjen bagi lingkungan?

1.3 Tujuan Penulisan

1.      Untuk mengetahui pengaruh larutan deterjen terhadap kecebong.


2.      Untuk melatih mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan
ilmiah yang sistematis dan metodologis.
3.      Menumbuhkan etos ilmiah dikalangan siswa.
4.      Melatih keterampilan dasar untuk penelitian.

1
1.4  Metode Penulisan

            Dalam membuat karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode kajian pustaka,
kualitatif (pengumpulan data) untuk mendapatkan gambaran tentang limbah deterjen di
lingkungan sekitar.

1.5 Manfaat Penulisan
1.      Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif
2.      Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber
3.      Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan
4.      Malatih untuk penulisan yang benar
2
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian 
            Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu
pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan sabun,
deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak
terpengaruh oleh kesadahan air. Detergen merupakan garam Natrium dari asam sulfonat.
             Detergen sudah sangat akrab di kehidupan kita, terutama bagi ibu rumah tangga.
Detergen digunakan untuk mencuci pakaian. Untuk menyempurnakan kegunaannya, biasanya
pabrik menambahkan Natrium Perborat, pewangi, pelembut, Naturium Silikat, penstabil,
Enzim, dan zat lainnya agar fungsinya semakin beragam. Tapi diantara zat-zat tersebut ada
yang tak bisa dihancurkan/dilarutkan oleh mikroorganisme sehingga otomatis menyebabkan
pencemaran lingkungan. Apabila air yang mengandungi detergen dibuang ke dalam air,
tercemarlah air dan pertumbuhan Alga yang sangat cepat. Hal ini akan menyebabkan
kandungan oksigen dalam air berkurangan dan otomatis ikan, tumbuhan laut, dan kehidupan
air lainnya mati.Selain itu limbah Detergen juga menyebabkan pencemaran tanah yang
menurunkan kualitas kesuburan tanah yang mengakibatkan tanaman serta hidupan tanah
termasuk cacing mati. Padahal cacing bisa menguraikan limbah organik, non organik &
menyuburkan tanah.

3
2.2 Zat yang Terkandung
            Bahan utamanya ialah garam natrium yaitu asam organik yang dinamakan asam
sulfonik.Asam sulfonik yang digunakan dalam pembuatan detergen merupakan molekul
berantai panjang yang mengandungi 12 hingga 18 atom karbon per molekul.
            Detergen pertama disintesis pada tahun 1940-an, yaitu garam natrium dari alkyl
hydrogen sulfat. Alkohol berantai panjang dibuat dengan cara penghidrogenan lemak dan
minyak.
Alkohol berantai panjang ini direaksikan dengan asam sulfat menghasilkan alkil hydrogen
sulfat yang kemudian dinetralkan dengan basa.
Natrium lauril sulfat adalah detergen yang baik. Karena garamnya berasal dari asam kuat,
larutannya hampir netral. Garam kalsium dan magnesiumnya tidak mengendap dalam
larutannya, sehingga dapat dipakai dengan air lunak atau air sadah. Pada masa kini, detergen
yang umum digunakan adalah alkil benzenasulfonat berantai lurus. Pembuatannya melalui
tiga tahap. Alkena rantai lurus dengan jumlah karbon 14-14 direaksikan dengan benzena dan
katalis Friedel-Craft (AlCl3 atau HF) membentuk alkil benzena. Sulfonasi dan penetralan
dengan basa melengkapi proses ini.
Rantai alkil sebaiknya tidak bercabang. Alkil benzenasulfonat yang bercabang bersifat tidak
dapat didegradasi oleh jasad renik (biodegradable). Detergen ini mengakibatkan masalah
polusi berat pada tahun 1950-an, yauti berupa buih pada unit-unit penjernihan serta disungai
dan danau-danau. Sejak tahun 1965, digunakan alkil benzenasulfonat yang tidak bercabang.
Detergen jenis ini mudah didegradasi secara biologis oleh mikroorganisme dan tidak
berakumulasi dilingkungan.
4
BAB III
Pengaruh Limbah Deterjen Terhadap Lingkungan
3.1 Dampak Dari Limbah Deterjen Terhadap Air
         Polusi atau pencemaran adalah keadaan dimana suatu lingkungan sudah tidak alami lagi
karena telah tercemar oleh limbah. Misalnya air yang tidak tercemar airnya masih murni dan
alami, tidak ada zat-zat kimia yang berbahaya, sedangkan air sungai yang telah tercemari
oleh detergen misalnya, mengandung zat kimia yang berbahaya, baik bagi organisme yang
hidup di sungai tersebut maupun bagi makhluk hidup lain yang tinggal di sekitar sungai
tersebut.
           Limbah adalah zat atau substansi yang mencemari lingkungan. Air limbah detergen
termasuk Polutan karena didalamnya terdapat zat yang disebut ABS. Jenis deterjen yang
banyak digunakan di rumah tangga sebagai bahan pencuci pakaian adalah deterjen anti noda.
Deterjen jenis ini mengandung ABS (alkyl benzene sulphonate) yang merupakan deterjen
tergolong keras. Deterjen tersebut sukar dirusak oleh mikroorganisme (nonbiodegradable)
sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Lingkungan perairan yang tercemar
limbah deterjen kategori keras ini dalam konsentrasi tinggi akan mengancam dan
membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang mengkonsumsi biota tersebut. 

3.2  Dampak Jangka Panjang Dari Limbah Deterjen bagi Lingkungan


Air yang tercemari detergen dapat mengancam kehidupan organisme yang hidup di
dalamnya, salah satunya adalah ikan. Selain ikan masih banyak organisme lain, seperti
fitoplankton, zooplankton/protozoa, cyanobacteria, dan lain-lain. 
5
Jika organisme-organisme seperti fitoplankton mati, maka zooplankton akan mati karena
tidak ada makanan, ikan-ikan pun akan mati karena zooplankton yang biasa dimakan tidak
ada. Dengan kata lain detergen dan polutan lainnya yang mencemari air dapat
memusnahkan seluruh organisme yang hidup di dalamnya.Besar tidaknya pengaruh detergen
dan polutan lainnya pada ikan dan makhluk hidup lain tergantung pada konsentrasi polutan
tersebut. Semakin tinggi konsentrasi polutan, semakin besar pengaruhnya.
Sabun dan detergen dapat menjadikan lemak dan minyak yang tadinya tidak dapat bercampur
dengan air menjadi mudah bercampur. Sabun dan detergen dalam air dapat melepaskan
sejenis ion yang memiliki bagian yang suka air (hidrofilik) sehingga dapat larut dalam air dan
bagian yang tidak suka akan air (hidrofobik) sehingga larut dalam minyak atau lemak.Jika
dalam pakaian yang dicuci dengan detergen terdapat kotoran lemak maka bagian ion yang
bersifat hidrofobik masuk ke dalam butiran lemak atau minyak dan bagian ion tersebut yang
bersifat hidrofilik akan mengarah ke pelarut air. Keadaan ini menyebabkan butiran-butiran
minyak akan saling tolak-menolak karena menjadi bermuatan sejenis. Akibatnya, kotoran
lemak atau minyak yang telah lepas dari pakaian tidak dapat saling bersatu lagi dan tetap
berada dalam larutan.
Kita perlu hati-hati dalam memilih bahan pembersih, bahan tersebut jangan sampai
menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap lingkungan. Beberapa jenis detergen sukar
diuraikan oleh pengurai. Jika detergen ini bercampur dengan air tanah yang dijadikan sumber
air minum manusia atau binatang ternak maka air tanah tersebut akan membahayakan
kesehatan. Oleh karena itu, kita sebaiknya memilih detergen yang limbahnya dapat diuraikan
oleh mikrorganisme (biodegradable). 
6
Pengaruh buruk yang dapat ditimbulkan oleh pemakaian detergen yang tidak selektif atau
tidak hati-hati adalah:
1.      rusaknya keindahan lingkungan perairan;
2.      terancamnya kehidupan hewan-hewan yang hidup di air; dan
3.      merugikan kesehatan manusia.
Gunakanlah detergen sebijaksana mungkin, jangan buang air cucian ke perairan yang banyak
organisme yang hidup di dalamnya. 

7
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
 Jadi dapat penulis simpulkan bahwa larutan deterjen sangat perpengaruh sekali terhadap
kondisi fisik organism air yang dapat menyebabkan makhluk air tersebut melemah bahkan
hingga mati.
Polusi atau pencemaran adalah keadaan dimana suatu lingkungan sudah tidak alami lagi
karena telah tercemar oleh limbah. Misalnya air yang tidak tercemar airnya masih murni dan
alami. Lingkungan perairan yang tercemar limbah deterjen kategori keras ini dalam
konsentrasi tinggi akan mengancam dan membahayakan kehidupan biota air dan manusia
yang mengkonsumsi biota tersebut. 
Air yang tercemari detergen dapat mengancam kehidupan organisme yang hidup di
dalamnya, salah satunya adalah ikan. Selain ikan masih banyak organisme lain, seperti
fitoplankton, zooplankton/protozoa, cyanobacteria, dan lain-lain.

4.2 Saran
Manusia hendaknya selalu memelihara dan memperbaiki lingkungan sekitarnya untuk
keindahan limgkungan agar tidak tercemari oleh limbah deterjen
Tindakan-tindakan pencemaran yang merusak lingkungan harus dihindarkan
Perlu adanya penelitian secara ilmiah  terhadap lingkungan sehingga masalah-masalah
lingkungan dapat ditanggulani dengan baik
Ada kerja sama yang baik dari semua pihak dalam lingkungan sekitar dalam rangka
mempertahankan kelestarian dan mencegah terjadinya kerusakan terhadap lingkungan.
8
DAFTAR PUSTAKA
https://kusjunianto.wordpress.com/2013/12/16/karya-ilmiah-pengaruh-deterjen-limbah-
rumah-tangga-terhadap-lingkungan/

http://risza-risanty.blogspot.com/2013/05/pengaruh-limbah-terhadap-kelangsungan.html

http://ayo-berbagi-ilmumu.blogspot.com/2015/02/karya-ilmiah-mengetahui-dampak-air.html

http://tutorjunior.blogspot.com/2009/10/mengetahui-dampak-air-limbah-detergen.html

LATAR BELAKANG

              Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di


suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air
tanah akibat aktivitas manusia. Danau, sungai, lautan dan air tanah
adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan
merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Selain
mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan polutan. Berbagai
macam fungsinya sangat membantu kehidupan manusia.
Pemanfaatan terbesar danau, sungai, lautan dan air tanah adalah
untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran
pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya
berpotensi sebagai objek wisata.
            Salah satu yang menyebabkan tercemarnya air adalah
penggunaan deterjen.  Deterjen adalah pembersih sintetis yang
terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi, yang terdiri dari
bahan kimia yang dapat memberikan dampak negatif pada biota
yang hidup di laut ataupun sungai. Salah satu biota yang merasakan
dampak dari penggunaan deterjen tersebut adalah ikan. Banyak
kasus yang kita dengar bahwa sering terjadi kematian ikan akibat
pencemaran air yang di sebabkan oleh penggunaan deterjen oleh
ulah manusia. Deterjen tersebut bisa membuat ikan-ikan yang ada
pada perairan menjadi terganggu, pernafasan nya terganggu,
bahkan bisa membuat ikan menjadi mabuk dan akhirnya berujung
pada kematian.
              Ikan nila adalah salah satu jenis ikan yang hidup di
perairan tawar. Ikan nila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : hidup
di air tawar; tubuhnya bersisik; mempunyai insang; berwarna hitam
keabu-abuan; dan ciri lain yang dimiliki oleh ikan pada
umumnya       . Di Indonesia ikan nila banyak dibudidayakan
sebagai hewan peliharaan maupun diperjual belikan sebagai
konsumsi. Umumnya ikan nila tidak dapat bertahan hidup di air yang
tercemar dengan kadar pencemaran yang cukup tinggi.

RUMUSAN MASALAH
    Bagaimana pengaruh detergen terhadap pernafasan ikan nila?

TUJUAN PENELITIAN
           Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan kami
mengadakan penelitian ini adalah sebagai berikut:
    Untuk mengetahui pengaruh deterjen terhadap pernafasan ikan.
    Untuk membandingkan kecepatan pernafasan ikan di air tercemar
dengan air yang tidak    tercemar (dalam air murni)

MANFAAT PENELITIAN
              Berdasarkan tujuan dari penelitian di atas manfaat
mengadakan pratikum ini adalah sebagai berikut:
    Agar dapat mengetahui pengaruh detrejen terhadap pernafasan
ikan.
    Agar dapat  membandingkan kecepatan pernafasan ikan di air
tercemar dengan air yang    tidak tercemar (dalam air murni)

HIPOTESIS
              Berdasarkan ilmu pengetahuan yang telah kami
peroleh, kami berpendapat bahwa:
    Ikan yang hidup di air tawar murni, akan tetap hidup secara normal.
    Semakin banyak kadar detergen yang diujikan, maka semakin
sedikit kadar oksigen yang terkandung di dalam air, sehingga ikan
akan sulit untuk bernafas dan kemungkinan terburuk adalah
kematian pada objek penelitian (ikan nila)
EKSPERIMEN / PERCOBAAN
1.      Waktu dan Tempat
Penelitian ini kami lakukan pada hari Senin, 02 September 2013,
pukul 16.00 WIB. Penelitian ini bertempat di rumah salah satu
anggota kelompok kami.
2.      Langkah Penelitian
a.  Alat dan bahan         
Air, ikan nila (berukuran kecil), detergen, stopwatch, gelas aqua
bekas
b. Langkah-langkah
1)      Sediakan 4 gelas aqua bekas yang telah diisi dengan air yang sama
banyaknya.
2)      Masukkan satu ekor ikan kedalam masing-masing gelas.
3)      Gelas  1 tidak diberikan perlakuan apa-apa.
4)      Masukkan deterjen kedalam gelas 2, 3, dan 4 dengan ketentuan
perbandingan banyaknya detergen 2:3:4
5)      Hitung kecepatan pernafas ikan pada masing-masing gelas mulai
dari masuknya detergen selama 1 menit
6)      Hitung lagi kecepatan bernafas ikan setelah 10 menit selama 1
menit.
7)      Lakukan berulang-ulang sampai setengah jam.
8)      Amati apa yang terjadi dengan kondisi ikan setelah 1 jam
pengamatan.
9)      Masukkan data kedalam tabel.
10)  Bandingkan perbedaan dari ke empat perlakuan tersebut.
3.      Variabel penelitian
a.  Variabel terikat         : kecepatan pernafasan ikan
b. Variabel bebas          : kadar detergen
c.  Variabel kontrol        : jumlah air murni semula, jenis ikan, waktu
penelitian.
4.      Hasil Penelitian
No. waktu Jumlah pergerakan mulut ikan
Gelas I Gelas II  Gelas III Gelas IV
1 0 menit 90 68 43 31
2 10 menit 88 12 7 -
3 20 menit 91 - - -
4 30 menit 89 - - -
- Konsentrasi 0 ml 10 ml 15 ml 20 ml
detergen
Tabel 1. Jumlah pergerakan mulut ikan tiap 10 menit

No. waktu Kondisi ikan


Gelas I Gelas II Gelas III Gelas IV
1 0 menit O oOo oOo oOo 
2 10 menit O Oo Oo o
3 20 menit O o o o
4 30 menit O o o o
Tabel 2. Kondisi fisik ikan

Keterangan:
O            : sehat dan bergerak lincah
oOo        : berenang melambat
Oo          : berenang sangat lambat, insang berdarah,
mengeluarkan feses
o             : ikan mati

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami lakukan, kami dapat
menyimpulkan bahwa:
1.      Konsentrasi detergen sangat berpengaruh terhadap kelangsungan
hidup ikan nila.
2.      Ikan yang ditempatkan di air murni tidak mengalami kematian atau
gejala-gejala yang menandakan akan mati.
3.      Setelah dicemari oleh detergen, ikan mengalami hal-hal sebagai
berikut:
         Berenang melambat
         Insang berdarah
         Mengeluarkan feses
         Mati 
4.      Semakin banyak kadar detergen yang diujikan, menyebabkan ikan
lebih cepat mati.
Berdasarkan kesimpulan yang telah kami tarik, kami dapat
menyatakan bahwa hipotesis kami adalah benar.

Anda mungkin juga menyukai