Anda di halaman 1dari 13

KARYA TULIS ILMIAH

DAMPAK DETERGEN TERHADAP


KEMAMPUAN IKAN BERTAHAN HIDUP

Disusun Oleh : SITI NURFANI


Kelas: XI IPA 3
                        
SMA NEGERI 13 PADANG
TP 2018/2019

1
Kata Pengantar

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas petunjuk dan
bimbingan-Nya sehingga pembuatan karya ilmiah ini yang berjudul “ Dampak Detergen
Terhadap Kemampuan Ikan Bertahan Hidup” dapat diselesaikan sebagai salah satu tugas mata
pelajaran Bahasa Indonesia meskipun masih dalam bentuk yang sangat sederhana.
Karya ilmiah ini dibuat dengan maksud dan tujuan memberikan informasi kepada
pembaca tentang ikan “Dampak Detergen Terhadap Kemampuan Ikan Bertahan Hidup”, dan
menambah wawasan bagi kita semua mengenai pengaruh jenis air terhadap kelangsungan
hidup ikan moli serta untuk memenuhi tugas dari guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibuk Yusdayanti,Spd, dan juga kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan karya ilmiah ini, sehingga dapat
terselesaikan dengan baik.
Penulis berharap agar karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua dalam
meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan terkait “Dampak Detergen Terhadap
Kemampuan Ikan Bertahan Hidup”.
Penulis memohon maaf jika terdapat kesalahan dalam karya ilmiah ini, Seperti peribahasa,
tak ada gading yang tak retak. Karya ilmiah ini tentu masih banyak kekurangannya. Kritik
dan saran yang bersifat membangun demi baiknya karya ilmiah berikutnya sangat penulis
harapkan untuk kesempurnaan karya ilmiah ini.
Sekian, semoga karya ilmiah ini dapat memberikan pengetahuan yang bermanfaat
bagi pembaca.

                                                                                  

Padang, 09 Maret 2019

                                                                                                                         Penulis

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................1
KATA PENGANTAR.............................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 4
A.                 Latar Belakang Masalah....................................................................4
B.                 Rumusan Masalah..............................................................................4
C.                 Tujuan Penelitian...............................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 6
A.                 Tinjauan Pustaka................................................................................6
BAB III METODE PENELITIAN............................................................................8
A.                 Tempat dan Waktu........................................................................... 8
B.                 Alat dan Bahan................................................................................. 8
C.                 Cara Kerja..........................................................................................8
D.                 Populasi dan Sampel.........................................................................8
E.                 Hipotesis............................................................................................8
F.                  Teknik Pengumpulan Data................................................................9
G.                 Metode Penelitian..............................................................................9
H.                Variabel Penelitian.............................................................................9
I.                   Definisi...............................................................................................9
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...............................................11
                 A.    Hasil Penelitian................................................................................................ 11
                 B.     Pembahasan......................................................................................................12
BAB V PENUTUP...........................................................................................................13
                A.    Simpulan...........................................................................................................13      
                B.     Saran..................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN
     A.    Latar Belakang Masalah
Ikan Moli cukup dikenal oleh masyarakat sebagai hiasan aquarium. Perkembangan
ikan Moli di Indonesia mengalami kemajuan yang terus meningkat. Dari sekian banyak jenis
ikan hias, tidak semuanya telah dapat dibudidayakan. Dalam menternakkan ikan Moli harus
diperhatikan bahwa masing-masing jenis mempunyai sifat dan kebiasaan hidup yang
berbeda-beda, misalnya pada tempat hidupnya.
 Air adalah tempat hidup hewan akuantik seperti ikan. Apabila sumber air tempat
kehidupan akuatik tercemar, maka siklus makanan dalam air terganggu dan ekosistem
air/kehidupan akuatik akan terganggu pula. Misal organisme yang kecil/lemah seperti
plankton banyak yang mati karena banyak keracunan bahan tercemar, ikan-ikan kecil
pemakan plankton banyak yang mati karena kekurangan makanan, demikian pula ikan-ikan
yang lebih besar (ikan Moli) pemakan ikan-ikan kecil bila kekurangan makanan akan mati.
Pembuangan limbah ke sungai/sumber-sumber air tanpa treatment sebelumnya,
mengandung tingkat polutan organik yang tinggi serta mempengaruhi kesesuaian air sungai
untuk digunakan manusia dan merangsang pertumbuhan alga maupun tanaman air
lainnya.Selain itu deterjen dalam badan air dapat merusak insang dan organ pernafasan ikan
yang mengakibatkan toleransi ikan terhadap badan air yang kandungan oksigennya rendah
menjadi menurun.
 Untuk itu, di sini akan dijelaskan mengenai pengaruh limbah air detergen terhadap
kelangsungan hidup ikan mas dan tingkah laku ikan yang berada pada perairan yang tercemar
oleh limbah detergen.

      B.     Rumusan Masalah
Dari uraian dalam latar belakang, dapat diajukan rumusan masalah sebagai berikut:
1.Apakah ada pengaruh limbah air detergen terhadap perkembangan ikan ?
2.Bagaimanakah pengaruh Detergen terhadap ikan?
3.Apakah ikan akan dapat hidup dalam air detergen?
4.Berapa lama ikan dapat bertahan hidup dalam air detergen?
5.Mengapa ikan yang hidup dalam air yang diberi detergen mati?

C.    Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui pengaruh limbah air detergen
terhadap perkembangan ikan dan mengetahui perbedaan antara perkembangan ikan yang
hidup di air bersih dan hidup di limbah air detergen.

BAB II

4
TINJAUAN PUSTAKA
      A.    Tinjauan Pustaka
Polusi atau pencemaran adalah keadaan dimana suatu lingkungan sudah tidak alami
lagi karena telah tercemar oleh polutan. Misalnya air sungai yang tidak tercemar airnya masih
murni dan alami, tidak ada zat-zat kimia yang berbahaya, sedangkan air sungai yang telah
tercemar oleh detergen misalnya, mengandung zat kimia yang berbahaya, baik bagi
organisme yang hidup di sungai tersebut maupun bagi makhluk hidup lain .
            Polutan adalah zat atau substansi yang mencemari lingkungan. Air limbah
detergen termasuk polutan karena didalamnya terdapat zat yang disebut ABS. Jenis deterjen
yang banyak digunakan di rumah tangga sebagai bahan pencuci pakaian adalah deterjen anti
noda. Deterjen jenis ini mengandung ABS (alkyl benzene sulphonate) yang merupakan
deterjen tergolong keras. Deterjen tersebut sukar dirusak oleh mikroorganisme
(nonbiodegradable) sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan (Rubiatadji,
1993). Lingkungan perairan yang tercemar limbah deterjen kategori keras ini dalam
konsentrasi tinggi akan mengancam dan membahayakan kehidupan biota air dan manusia
yang mengkonsumsi biota tersebut.
Deterjen yang selama ini kita gunakan untuk mencuci pakaian sebenarnya merupakan
hasil sampingan dari proses penyulingan minyak bumi yang diberi berbagai tambahan bahan
kimia seperti fosfat, silikat, bahan pewarna dan bahan pewangi. Generasi awal deterjen
pertama kali muncul dan mulai diperkenalkan ke masyarakat sekitar tahun 1960-an dengan
menggunakan bahan kimia pengaktif permukaan (surfaktan) Alkyl Benzene Sulfonat (ABS)
sebagai penghasil busa.
Awalnya inovasi yang dianggap cemerlang ini mendapatkan respon yang
menggembirakan. Namun seiring berjalannya waktu, ABS setelah diteliti lebih lanjut
diketahui mempunyai efek destruktif (buruk) terhadap lingkungan yakni sulit diuraikan oleh
mikroorganisme. Hal ini menjadikan sisa limbah deterjen yang dikeluarkan setiap hari oleh
rumah tangga akan menjadi limbah berbahaya dan mengancam stabilitas lingkungan hidup
kita.
Beberapa negara di dunia secara resmi telah melarang penggunaan zat ABS ini dalam
pembuatan deterjen dan memperkenalkan senyawa kimia baru yang disebut Linier Alkyl
Sulfonat atau lebih sering jika kita lihat di berbagai label produk deterjen yang kita pakai
dengan nama LAS yang relatif lebih ramah lingkungan. Akan tetapi penelitian terbaru oleh
para ahli menyebutkan bahwa senyawa ini juga menimbulkan kerugian yang tidak sedikit
terhadap lingkungan. Menurut data yang diperoleh bahwa dikatakan alam lingkungan kita
membutuhkan waktu selama 90 hari untuk mengurai LAS dan hanya 50% dari keseluruhan
yang dapat diurai.
Pembuangan limbah ke sungai/sumber-sumber air tanpa treatment sebelumnya,
mengandung tingkat polutan organik yang tinggi serta mempengaruhi kesesuaian air sungai

5
untuk digunakan manusia dan merangsang pertumbuhan alga maupun tanaman air
lainnya.Selain itu deterjen dalam badan air dapat merusak insang dan organ pernafasan ikan
yang mengakibatkan toleransi ikan terhadap badan air yang kandungan oksigennya rendah
menjadi menurun. Ikan membutuhkan air yang mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/
liter atau 5 ppm (part per million). Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan akan mati,
tetapi bakteri yang kebutuhan oksigen terlarutnya lebih rendah dari 5 ppm akan berkembang.
Apabila sungai menjadi tempat pembuangan limbah yang mengandung bahan organik,
sebagian besar oksigen terlarut digunakan bakteri aerob untuk mengoksidasi karbon dan
nitrogen dalam bahan organik menjadi karbondioksida dan air. Sehingga kadar oksigen
terlarut akan berkurang dengan cepat dan akibatnya hewan-hewan seperti ikan, udang dan
kerang akan mati.
Keberadaan busa-busa di permukaan air juga menjadi salah satu penyebab kontak
udara dan air terbatas sehingga menurunkan oksigen terlarut. Dengan demikian akan
menyebabkan organisme air kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan kematian (Ahsanet
al, 2005).  
            Ikan adalah organisme air yang responsif atau peka terhadap perubahan yang terjadi
pada lingkungannya. Insang adalah alat yang digunakannya untuk bernafas. Pada insang
terjadi pertukaran O2 dan CO2. Mekanismenya adalah tutup insang menutup  mulut
terbuka  air masuk melalui mulut  lalu air melewati insang, terjadi pertukaran oksigen
dan karbondioksida  mulut menutup, tutup insang (operculum) terbuka dan akhirnya air
keluar dari insang. Oksigen masuk ke aliran darahnya. Ikan mas dapat tumbuh normal, jika
lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian antara 150-1000 m diatas permukaan laut dengan
suhu 20 oC-25 oC pH air antara 7-8 (Herlina, 2002).

6
BAB III
METODE PENELITIAN
A.     Tempat dan Waktu Penelitian
1)      Tempat
Eksperimen dilakukan di rumah peneliti (siswa).
2)     Waktu
Eksperimen dilakukan pada tanggal  08 Maret 2019 . Pada pukul 14.00 – 14.30WIB.
B.     Alat dan Bahan
1)      Bahan :
a)     Detergent
b)     Air bersih
c)      Ikan Moli
2)     Alat :
a)     Gelas Aqua
b)      Stopwatch ( Handphone )

C.     Cara Kerja :
 Sediakan 4 Gelas Aqua, masing – masing gelas diisi air ¾ gelas.
 Beri 1 sdm detergen pada gelas B, 2 sdm pada Gelas C, dan 3 sdm pada gelas D,
gelas        
 A biarkan berisi      air bersih sebagai perbandingan.
 Aduk hingga detergen larut dengan air
 Masukkan ikan secara bersamaan pada masing – masing gelas.
 Lihat perkembangan kondisi fisik ikan hingga terjadi perubahan.
 Buat laporan atas terjadinya perubahan yang terjadi pada fisik ikan.

D.     Populasi dan Sampel


1   Populasi                      : Semua jenis ikan
2 Sampel                        :  Ikan Moli

E.      Hipotesis
Ikan mas dapat tumbuh dengan baik apabila airnya tidak dicampuri dengan deterjen, air
merupakan salah satu factor yang mempengaruhi kehidupan ikan mas, jadi Ikan mas tidak
dapat hidup dengan baik apabila airnya terjadi pencampuran dengan deterjen.
Hipotesis
Ho = Tidak ada pengaruh larutan detergent terhadap kondisi fisik ikan.
H1  =  Ada pengaruh larutan detergent terhadap kondisi fisik ikan.

7
F.      Teknik Pengumpuan Data
Data Kualitatif

G.     Metode Penelitian
Eksperimen
H.    Variabel Penelitian
Variabel Bebas           : Jumlah air dan banyaknya kandungan detergent dalam tempat
tersebut.
Variabel terikat              : Lama ikan dapat bertahan hidup.
Variabel kontrol           : Jumlah air  Variabel Bebas, jumlah air dan banyaknya kandungan
detergent dalam tempat tersebut.
I.       Definisi
1)     Air bersih
Air bersih adalah salah satu jenis sumbe rdaya berbasis air yang bermutu baik dan biasa
dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-
hari termasuk diantaranya adalah sanitasi. Air bersih merupakan lingkungan yang tepat untuk
hidup ikan mas.

2)    Deterjen
Deterjen merupakan produk teknologi yang strategis, karena telah menjadi bagian dari
kehidupan sehari-hari masyarakat modern mulai rumah tangga sampai industri. Di sisi lain,
detergen harus memenuhi sejumlah persyaratan seperti fungsi jangka pendek (short therm
function) atau daya kerja cepat, mampu bereaksi pada suhu rendah, dampak lingkungan yang
rendah dan harga yang terjangkau (Jurado et al, 2006).
Produksi deterjen Indonesia rata-rata per tahun sebesar 380 ribu ton. Sedangkan tingkat
konsumsinya, menurut hasil survey yang dilakukan oleh Pusat Audit Teknologi di wilayah
Jabotabek pada tahun 2002, per kapita rata-rata sebesar 8,232 kg (Anonimous, 2009).
Dibandingkan dengan produk terdahulu, sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain
mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Pada
umumnya detergen bersifat surfaktan anionik yang berasal dari derivat minyak nabati atau
minyak bumi (Chantraine F et all, 2009).
Menurut kandungan gugus aktifnya detergen diklasifikasikan sebagai deterjen jenis keras dan
jenis lunak. Deterjen jenis keras sukar dirusak oleh mikroorganisme meskipun bahan deterjen
tersebut dibuang akibatnya zat tersebut masih aktif. Jenis inilah yang menyebabkan
pencemaran air. Salah satu contohnya adalah Alkil Benzena
Sulfonat (ABS). Sedangkan detergen jenis lunak, bahan penurun tegangan permukaannya

8
mudah dirusak oleh mikroorganisme, sehingga tidak aktif lagi setelah dipakai,
misalnya Lauril Sulfatatau Lauril Alkil Sulfonat. (LAS).

3)     Ikan Moli
Ikan Moli — Nama latin ikan Molly adalah Poelicia latipinna Sailfin molly, namun
karena perut ikan ini saat dewasa buncit mirip balon banyak yang menyebutnya ikan molly
balon. Bentuk ikan yang buncit dan lucu inilah yang menjadi daya tarik para penggemar ikan
hias. Dengan corak warna yang bermacam-macam serta harga yang cukup murah,
menjadikan ikan Molly balon diburu penggemar ikan hias dari anak-anak hingga orang
dewasa.

Ikan Moli merupakan salah satu komoditas ikan hias air tawar di Indonesia. Konon ikan ini
berasal dari kawasan Meksiko, Florida, Virginia. Ikan Molly termasuk dalam jenis ikan“live
brearer” (melahirkan anaknya), bukan bertelur dan termasuk ikan omnivora.
Sampai saat ini ada beragam varietas dan warna yang sangat banyak ini disebabkan
persilangan dan mutasi. Keindahan Ikan Molly Balon akan semakin tampak saat ikan ini
sudah cukup besar dan berbentuk seperti bola. Ikan ini akan tampak sangat bagus seperti
maskoki mini.

9
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Penelitian
Kondisi 1 menit ke Kondisi 2 Kondisi 3 menit ke 4 Kondisi 5
Perlakuan Kadar 2 menit ke 3 menit ke 5
Deterjen
Gelas (A) 0 sdm Ikan bergerak Ikan bergerak Ikan bergerak lincah Ikan
Detergen lincah dan sehat. lincah dan dan sehat. bergerak
sehat. lincah dan
sehat.
Gelas (B) 1 sdm Bergerak dengan Mata ikan Insang ikan Ikan mati,
Detergen lambat merah membengkak, terapung
mengeluarkan darah
dan bergerak Miring-
miring lemas dan
mengeluarkan lendir.
Gelas (C) 2 sdm Bergerak dengan Mata ikan Ikan mati ,terapung
Detergen lambat merah,
Berenangnya
miring-miring
dan
mengeluarkan
lendir.
Gelas (D) 3 sdm  Ikan bergerak Ikan mati
Detergen dengan lambat, ,terapung
miring – miring, mata

ikan menjadi merah

,Insang ikan

membengkak dan 

mengeluarkan darah

*Catatan

10
a.Ikan dalam air bersih
Perkembangan pada ikan di air bersih menunjukkan : 
1)      Mata ikan sehat
2)      Bergerak dengan lincah
3)      Insang ikan sehat
4)      Dapat berkembang dengan baik

b.Ikan dalam air deterjen


    Perkembangan pada ikan di air deterjen menunjukkan :
1)      Mata ikan merah
2)      Bergerak dengan lambat
3)      Insang ikan mengeluarkan darah
4)      Insang ikan membengkak
5)      Ikan mengeluarkan lendir akibat Difusi
6)      Tidak dapat berkembang dengan baik, sehingga ikan dapat mati
Dari percobaan di atas ikan yang paling dahulu mati adalah gelas D. Dugaan ikan mati adalah
karena bahan kimia yang terkandung dalam detergen yang dipakai gelas “D” kadar
pengaruhnya sangat banyak. Di ikan Gelas B & C juga mati dengan selisih kurang lebih1
menit.
B.    Pembahasan
Ikan yang berada di air murni terus bergerak aktif, mata normal dan tidak mengalami
gangguan apapun terhadap insangnya karena lingkungannya tidak tercemar. Sedangkan ikan
lainnya berenang di air yang telah tercemari detergen, mereka mengalami gangguan pada
organnya, terutama insang. Insangnya sampai membengkak dan mengeluarkan lendir dan
darah. Ikan pun mulai bergerak lambat, akhirnya mengambang dan mati.
Mengapa insang ikan-ikan dalam limbah air detergen itu membengkak, dan
mengeluarkan lendir? Jawabannya adalah difusi. Difusi adalah perpindahan zat dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Konsentrasi larutan detergen lebih tinggi dari
sitoplasma sehingga partikel detergen berdifusi dari larutan ke sel-sel pada insang ikan.
Larutan detergen terus-menerus berdifusi ke sel-sel insang dan insang pun akhirnya
membengkak. Lama kelamaan sel-sel insang mengalami plasmolisis (pecahnya sel) karena
partikel detergen terus berdifusi. Karena selnya pecah, sitoplasma pun keluar sehingga insang
ikan terlihat mengeluarkan lendir dan mengeluarkan darah. Setelah sel-sel insangnya pecah
, tentu saja ikan kehilangan organ untuk bernapas sehingga akhirnya ikan-ikan pada limbah
detergen lemas dan kemudian mati.

BAB V
PENUTUP

11
A.    Kesimpulan
Air yang tercemari detergen dapat mengancam kehidupan organisme yang hidup di
dalamnya, salah satunya adalah ikan. Jadi dapat penulis simpulkan bahwa larutaan detergent
sangat berpengaruh sekali terhadap kelangsungan hidup hidup ikan dan kondisi fisik ikan
tersebut melemah bahkan hingga mati. Dampak dari kondisi tesebut maka akan menyebabkan
populasi ikan-ikan di sungai berkurang.
 Selain ikan masih banyak organisme lain, seperti fitoplankton, zooplankton/protozoa,
cyanobacteria dan lain-lain. Jika organisme-organisme seperti fitoplankton mati, maka
zooplankton akan mati karena tidak ada makanan, ikan-ikan mas pun akan mati karena
zooplankton yang biasa dimakan tidak ada. Dengan kata lain detergen dan polutan lainnya
yang mencemari air dapat memusnahkan seluruh organisme yang hidup di dalamnya.

B.     Saran
Saran yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca yaitu :
1)      Gunakanlah detergen sebijaksana mungkin, jangan buang air cucian ke perairan yang banyak
organisme yang hidup di dalamnya.
2)     Gunakanlah ilmu pengetahuan kita untuk menciptakan solusi masalah ini, misalnya detergen
yang ramah lingkungan.
3)     Untuk para peneliti selanjutnya di harapkan dapat membuah kan hasil yang lebih baik dari
sebelumnya.
4)      Jangan terlalu banyak menggunakan limbah rumah tangga (larutan detergen) karena sangat
berpengaruh terhadap biotic air ( ikan ).  

DAFTAR PUSTAKA

12
Afri Yunia Pradani. 2011. Pengaruh Kadar Detergen dalam Air.
(Online).http://afriyuniapradani.blogspot.com/2011/05/pengaruh-kadar-deterjen-dalam-
air.html. Diakses pada tanggal 17 Mei 2013 Pukul 14.00 WIB.
Ahsan S. 2005. Effect of Temperature on Wastewater Treatment with Natural and Waste
Materials [Original Paper] . Clean Technology Enviroment Policy. 7:198-202.
Chaca Tasya. 2012. Ikan Mas.
(Online). http://cha2tasya.blogspot.com/2012/04/.html. Diakses pada tanggal 16 April 2013
Pukul 14.00 WIB.
Heryani. A, Puji, H. 2008. Pengolahan Limbah Deterjen Sintetik dengan Trickling Filter
[Makalah Penelitian]. (Online).http://eprints.undip.ac.id Diakses pada tanggal 11 Mei 2013
Pukul 13.00 WIB.
Nepi Pujianti. 2011. Metode Ilmiah Pengaruh Larutan.
(Online).http://nepipujianti.blogspot.com/2011/11/metode-ilmiah-pengaruh-larutan.html.
Diakses pada tanggal 11 Mei 2013 Pukul 13.00 WIB.
Sigid hariyadi. 2004. BOD dan COD Sebagai Parameter Pencemaran Air Dan Baku Mutu Air
Limbah.
Soekidjo Notoatmojo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Penerbit PT Rineka Cipta.
Umi Purnama Mangetsu. 2012. Pengaruh Pencemaran Lingkungan Terhadap
Mikroorganisme (ikan). (Online).http://umikireinapurnama.blogspot.com/2012/04/laporan-
praktikum-x-pengaruh-pencemaran.html. Diakses pada tanggal 11 Mei 2013 Pukul 13.00
WIB.
Wiji Agustin Sasmita. 2012. PENGARUH KADAR DETERJEN TERHADAP KEMAMPUAN
HIDUP IKAN MAS(Cyprinus
Carpio). (Online).http//wijiagustinsasmita.blogspot.com/2012/10/Pengaruh kadar deterjen
dalam air.10 oktober 2012 . Diakses pada tanggal 11 Mei 2013 Pukul 13.00 WIB.

13

Anda mungkin juga menyukai