PENDAHULUAN
Dari Pantauan satelit NOAA18, ada 46 titik api di Riau. Sementara itu satelit Modis ada 137
titik. Jumlah ini telah berkurang sehari sebelumnya yang mencapai 168 titik dan 2.046 titik,
ini berdampak pada jarak pandang hanya 300 meter di Pekanbaru. Adapun menurut Kepala
Bidang Data BNPB, Agus Wibowo menyebutkan, Satelit NOAA telah mendeteksi 1.311 titik
panas di daratan pulau Sumatrea selama dua pecan ini pada Maret 2014.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah mulai melakukan pemadaman dari udara hingga
mengaktifkan generator di darat untuk mengurangi kepekatan asap. Upaya pemadaman dari
udara, untuk mengatasi bencana asap di Riau maka pada Jum’at pagi ini akan dikerahkan
pesawat Hercules C-130 untuk memmodifikasi cuaca. Dan dari darat akan dioperasikan enam
unit ground based generator system sprayer di Bandara Sultan Syarif Kasim II di Pekanbaru.
Menteri Lingkungan Hidup juga berharap ratifikasi perjanjian polusi asap lintas batas segera
dicapai karena dinilai sangat penting dalam penanganan kabut asap akibat kebakaran lahan.
Dari sisi penegakkan hukum, sebagaimana perintah Presiden SBY agar penegakkan hukum
lebih digiatkan. Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Riau, Kombes Yohanes Widodo
mengungkapkan bahwa dari 37 laporan polisi, Polda Riau telah menetapkan 39 tersangka, 5
diantaranya telah masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO).
Harapan masyarakat semoga darurat kabut asap bisa cepat diatasi oleh pemerintah, dan kita
sebagai masayarakat wajib mendukung dan membantu apa yang telah dilakukan pemerintah
selama ini.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Pertanyaannya, apakah kita mau mengoptimalkan fasilitas, data, informasi dan
teknologi yang sudah ada? Lalu setelah perangkat pemantauan titik panas itu dilihat, maukah
pengambil keputusan berbuat obyektif dalam rangka meminimalkan kebakaran hutan dan
lahan?