MEKANISASI PERTANIAN
“RANCANG BANGUN ALAT PANEN (GALAH) BUAH
MANGGA (Mangifera indica L.) YANG ERGONOMIS DENGAN
MEKANISME SISTEM PEMOTONGAN”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Mekanisasi Pertanian
Disusun oleh:
Kelompok 1:
Amalia Eka Puspita Soraya 4442200001
Tiara Arsyadita 4442200017
Dellanavuri Dhania Yulfa 4442200020
Ismatul Faridah 4442200076
Lusi Oktaviani 4442200102
Shita Shaila 4442200171
Suria Paloh 4442210007
Kelas: 3J
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadhirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kelancaran kepada penulis dalam
menyelesaikan praktikum pada mata kuliah Mekanisasi Pertanian dengan judul
“Rancang Bangun Alat Panen (Galah) Buah Mangga (Mangifera Indica L.) Yang
Ergonomis Dengan Mekanisme Sistem Pemotongan”.
Dalam rangka memenuhi salah satu syarat tugas Mekanisasi Pertanian,
penulis menyusun makalah ini mengenai rancang bangun alat panen yang
ergonomis serta memberikan kemudahan bagi para pengguna. Dalam hasil
praktikum ini penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
1. Ibu Yayu Romdhonah, S.TP., M.Si., P.hD, selaku dosen pengampu mata
kuliah Mekanisasi Pertanian yang sudah memberi arahan dan bimbingan
selama penyusunan dan pembuatan makalah dan alat panen.
2. Pak Kiki Roidelindho S.TP., M.Sc., selaku dosen pengampu mata kuliah
Mekanisasi Pertanian yang sudah memberi arahan dan bimbingan selama
penyusunan dan pembuatan makalah dan alat panen.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan untuk kesempurnaan laporan ini. Harapan penulis semoga
makalah ini dapat memberikan pengetahuan tambahan mengenai alat dan mesin
pertanian yang digunakan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Panen Buah Mangga (Mangifera indica L.) Dengan Galah .......... 18
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
mangga segara adalah teknik pemanenan yang kurang tepat (Suparian et al.,
2006).
Panen merupakan pekerjaan akhir dari budidaya tanaman atau tahap akhir dari
proses budidaya dengan tujuan untuk mengumpulkan komoditi pada tingkat
kematangan yang baik. Ketidak tepatan dalam menentukan saat panen dapat
mengakibatkan susutnya hasil yang tinggi dan juga mutu akan rendah
(Mutiarawati, 2009). Pemanenan buah mangga yang dilakukan oleh petani saat ini
masih dilakukan dengan menggunakan alat petik tradisional yang belum
dilengkapi dengan pisau pemotong, alat bantu turun naik keranjang. Kegiatan
panen dengan pemetikan secara tradisional dapat menyebabkan getah menempel
pada buah, karena pemotongan tangkai buah yang kurang tajam (Yuniarti et al.,
1992). Menurut Priambudi (2019), Proses panen dari tanaman buah mangga
tersebut berbeda-beda. Tanaman buah yang memiliki ketinggian maksimal 2
meter atau masih bisa di jangkau oleh tangan manusia pada umumnya dipanen
dengan cara dipetik langsung dari pohonnya. Tanaman buah yang memiliki
ketinggian melebihi 2 meter atau sudah tidak bisa di jangkau oleh tangan manusia
pada umumnya dipanen dengan menggunakan alat pemetik buah.
Alat pemetik buah yang digunakan pada saat ini masih menggunakan tenaga
manusia untuk menjatuhkan buah. Panen buah-buahan menggunakan cara tersebut
membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup banyak karena buah yang sudah
terkait di ujung alat akan ditarik berkali-kali sampai buah itu jatuh. sehingga
proses panen dengan cara tersebut masih membutuhkan banyak waktu dan tenaga
(Hermanto et al., 2013).
Pohon mangga yang sudah berbuah umumnya memiliki tinggi pohon di atas 4
m bahkan ada yang mencapai 10 m lebih. Biasanya buah mangga berada di ujung
cabang pohon sehingga sulit untuk dipetik langsung oleh tangan. Oleh karena itu,
pemetikan buah mangga harus dilakukan dengan menggunakan alat bantu khusus.
Pemetikan mangga harus diusahakan agar tangkainya tidak lepas dari pangkal
buah. Pemotongan tangkai harus dilakukan minimal 10 mm di atas pangkal buah
agar getahnya tidak keluar serta diusahakan agar tidak jatuh ke tanah dan tergores
oleh alat panen (Suparian et al., 2005).
2
Proses pemanenan buah mangga umumnya dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu memanjat pohon dengan memetik buah satu persatu menggunakan tangan
atau menggunakan alat panen yang terbuat dari bambu. Alat panen yang terbuat
dari bambu memiliki beberapa kelemahan antara lain galah tidak dapat dipanjang
pendekkan dan bentuknya sangat sederhana, sehingga perlu didesain alat pemanen
mangga.
Dalam proses pemanenan diperlukannya alat dan mesin untuk mendukung
keberhasilan dalam proses panen. Ada banyak alat dan mesin yang dapat
digunakan dalam proses pemanenan baik secara manuaal maupun modern dengan
mesin yang sudah dimodifikasi. Berbagai alat panen tradisional telah dibuat dan
dipakai oleh petani untuk memanen mangga seperti galah yang masih sederhana
dan belum di lengkapi dengan alat pemotong, dan katrol untuk naik turun kerajang
buah yang ada di galah. Pisau potong yang umumnya terbuat dari kawat pipih.
Sehingga mengakibatkan hasil panen yang kurang baik, karena banyak tangkai
buah yang terpotong dekat pangkal buah (Yuniarti et al., 1992). Menurut
Sapowadia et al. (2001), mekanisme pemotongan tangkai buah sangat
mempengaruhi kapasitas dan kualitas hasil panen buah mangga.
Salah satu solusi dalam permasalahan ini yaitu Selanjutnya dikembangkan
peralatan panen berdasarkan prinsip pemotongan tangkai buah dengan
menggunakan gunting atau pisau potong. Menurut Sapowadia et al. (2001),
mekanisme pemotongan tangkai buah sangat mempengaruhi kapasitas dan
kualitas hasil pemanenan buah mangga. Dilaporkan bahwa alat pemanenan
mangga tipe tumbukan dengan pisau pemotong berbentuk V (impact type model)
memberikan unjuk kerja yang lebih baik dibandingkan dengan model tipe lainnya
(shear type dan impact-cum shear type). Alat pemanen mangga tipe ini dapat
meningkatkan kapasitas pemanenan dan efisiensi biaya, serta menurunkan
kerusakan buah. Selanjutnya Ashari et al. (2004), telah merekayasa alat petik
teleskopik untuk buah mangga, dengan panjang batang tangkai pemetik 6 - 10 m
yang terbuat dari pipa aluminium dan dilengkapi dengan kantong buah. Dengan
menggunakan alat pemetik tersebut maka mutu buah mangga dapat ditingkatkan.
Berdasarkan uraian di atas dikembangkan alat panen mangga berdasarkan
prinsip pemotongan tangkai dan sistem kerja katrol untuk mengangkat keranjang
3
yaitu Rancang Bangun Alat Panen (Galah) Buah Mangga (Mangifera Indica L.)
Yang Ergonomis dengan Mekanisme Sistem Pemotongan Pisau”.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Untuk merancang dan membuat alat pemanenan mangga (Mangifera
indica L.) dengan galah pada mekanisme kerja katrol dan sistem potong.
2. Untuk mengetahui pengoptimalan produksi panen mangga (Mangifera
indica L.) dengan galah pada mekanisme kerja katrol dan sistem potong.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Memberikan pengetahuan mengenai cara pemanenan mangga (Mangifera
indica L.) menggunakan galah
2. Memberikan informasi mengenai seberapa optimal produksi panen
mangga (Mangifera indica L.) dengan penggunaan galah
3. Menambah wawasan mengenai nilai ergonomis penggunaan galah dalam
pemanenan mangga (Mangifera indica L.)
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
2. Penanganan panen yang baik dapat menekan kerusakan yang terjadi.
Dalam suatu usaha pertanian cara-cara panen yang dipilih perlu
diperhitungkan dengan kecepatan atau waktu yang diperlukan dan dengan
biaya yang rendah.
6
Karena banyaknya kekurangan dari galah yang terbuat dari bambu, maka
dapat dilakukan penginovasian untuk meningkatkan nilai ergonomis dari galah.
Salah satu contoh penginovasian dari galah yaitu dengan pemasangan pisau
pemotong mekanis yang digerakkan oleh motor dc sehingga pemotongan dapat
diatur dengan scalar yang terdapat di bagian batang galah. Selain itu, dapat pula
dipasangkan batang portable yang dapat diatur untuk memasang atau
menggabungkan batang galah secara manual sesuai dengan panjang yang
dibutuhkan (Muzakkir et al., 2014).
7
buah dan biji yang secara generatif dapat tumbuh menjadi tanaman baru (Pracaya,
2011).
Mangga rata-rata berbunga satu kali sehingga panen buah dapatdilakukan
beberapa kali dalam satu periode karena buah tidak masak bersamaan. Mangga
cangkokan mulai berbuah pada umur 4 tahun sedangkan mangga okulasi pada
umur 56 tahun. Buah Panen pertama hanya mencapai 10-15 buah, pada tahun ke-
10 jumlah buah dapat mencapai 300-500 buah/pohon, pada umur 15 tahun
Mencapai 1000 buah/pohon, dan produksi maksimum tercapai pada umur 20
tahun Dengan potensi produksi mencapai 2000 buah/pohon/tahun (Tafajani,
2011).
Tanaman mangga (Mangifera indica L.) bukanlah tanaman asli Indonesia. Di
Indonesia mangga tumbuh baik di daerah rendah yang berhawa panas, tapi juga
masih bisa ditanam sampai dataran tinggi yang berhawa sedang. Mangga tumbuh
berupa pohon berbatang tegak, bercabang banyak, dan bertajuk rindang hijau
sepanjang tahun. Tinggi pohon dewasa bisa mencapai 10-40 m. Umur pohon bisa
mencapai 100 tahun lebih. Morfologi pohon mangga terdiri atas akar, batang,
daun, dan bunga. Bunga menghasilkan buah dan biji (pelok) yang secara generatif
dapat tumbuh menjadi tanaman baru (Jamaludin et al., 2021).
Mangga memiliki bentuk buah yang beragam seperti bentuk bundar, bulat
telur, bulat memanjang, dan pipih, dengan panjang buah berkisar antara 2,5 -
30cm. Warnanya juga beragam, ada yang berwarna hijau, kuning, merah, atau
campuran tergantung dengan varietas mangga itu sendiri. Beragamnya bentuk,
ukuran dan warna yang dimiliki oleh buah mangga menunjukkan bahwa terjadi
keanekaragaman varietas buah mangga khususnya di Indonesia (Fitri et al., 2022).
Petani pada umumnya menentukan masa panen buah mangga berdasarkan
kondisi fisik buah mangga. Kondisi fisik tersebut antara lain: 1) apabila ada warna
putih seperti lilin melekat di buah mangga; 2) bila buah mangga dipencet bagian
ujung bawah sudah terasa empuk, 3) bentuk buah sudah padat penuh terutama
bagian ujung, dan 3) ada bercak warna hitam di bagian pangkal buah. Selain
kondisi fisik, penentuan umur panen juga ditentukan oleh waktu sejak bunga
mekar. Petani biasanya memanen buah mangga setelah buang mangga berumur
kira-kira 4- 5 bulan (110-150 hari) sejak bunga mekar (Waryat, 2022).
8
Waktu petik yang disarankan adalah pada pagi hari yaitu pada pukul 07.00 -
08.00 WIB. Tetapi pada beberapa daerah tertentu, waktu petik lebih disesuaikan
pada budaya serta kebiasaan daerah setempat. Setelah pemetikan sebaiknya buah
jangan langsung terkena sinar matahari karena akan mempercepat kerusakan buah
(Dewandari et al., 2009).
9
BAB III
METODE PERANCANGAN
Mulai
Identifikasi Masalah
dan Pengkajian Literature
10
3.3.1 Konsep Perancangan
Konsep perancangan pada kali ini yaitu meliputi identifikasi masalah,
analisis sistem kerja alat, rancangan fungsional, struktural, dan analisis teknik.
Identifikasi masalah yaitu mengidentifikasi permasalahan yang terjadi dalam
proses pemanenan buah mangga. Analisis sistem kerja alat yaitu meliputi
mekanisme pemanenan mangga seperti apa yang cocok diterapkan. Rancangan
fungsional yaitu penekanan fungsi utama alat secara keseluruhan serta output
yang akan dicapai. Rancangan struktural dan analisis teknik merupakan bagian
penting dari desain alat yang meliputi perencanaan perakitan alat pada posisi yang
sesuai dengan fungsi (Sugandi et al., 2019).
3.3.2 Pembuatan Desain Alat
Pembuatan desain alat merupakan proses pemilihan bentuk dan pemilihan
alat dan bahan yang akan digunakan pada proses pembuatan alat. Penentuan alat
dan bahan yang digunakan yaitu sesuai dengan tahap awal ide rancangan awal
dengan menggunakan pisau pemotong dan galah dengan berat yang ideal sehingga
bersifat ergonomis saat digunakan.
3.3.3 Pembuatan Alat
Proses pembuatan alat pemetik buah mangga ini terdiri dari pemotongan,
tali penarik alat potong, tiang galah sebagai penyambungan, jaring penangkap
buah dan perakitan alat.
3.3.4 Rumus Efektivitas dan Uji Kinerja Alat
Uji kinerja alat pemetik buah mangga yaitu uji fungsional yang bertujuan
untuk mengetahui keefektifan hasil perakitan alat pemetik buah mangga yang
meliputi uji kemampuan petik. Jika sudah berfungsi sesuai perencanaan awal
maka perakitan atau pembuatan alat pemetikan mangga dikatakan berhasil. Jika
belum maka akan dilakukan kajian desain lebih detail dan perbaikan alat.
(Sugandi, et al., 2019).
Nilai pada uji lapang dalam menentukan efektivitas kerja lapang dilakukan
pemanenan mangga dengan menggunakan pengulangan dengan hasilnya
kemudian dirata rata. Rumus yang digunakan ini merupakan rumus yang
digunakan dalam penentuan uji efektivitas untuk menguji keberhasilan rancang
alat panen galah ini, nilai tersebut dapat dihitung dengan rumus:
11
➢ Nilai efektivitas kerja lapang
JB
𝐾𝑃= t
Keterangan:
KP = Kapasitas penggunaan (buah/jam)
JB = Jumlah buah hasil pemetikan
Tp = waktu total pemetikan (jam)
Keterangan:
Output Aktual = Kuantitas hasil panen
Output = Keluaran yang ditargetkan
❖ Ø Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan lebih besar atau
sama dengan 1 (satu), maka akan tercapai efektivitas.
❖ Ø Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan kurang daripada 1
(satu), maka efektivitas tidak tercapai.
3.3.5 Aspek Ergonomis
Aspek ergonomi alat pemetik buah mangga ini disesuaikan dengan
kemampuan manusia untuk mendapatkan kenyamanan dalam menggunakan alat
pemetik buah mangga.
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil pada rancang alat panen galah ini adalah sebagai berikut.
13
tersebut, terdapat dua pisau potong yang tajam yang terbuat dari bahan tahan karat
dan mudah ditajamkan kembali. Dua pisau potong yang tajam tersebut yaitu satu
pisau tetap dan satu pisau gerak. Bagian pisau gerak terdapat sebuah lintasan
untuk mengarahkan gerakan pisau. Keuntungan dari mekanisme penggerak pisau
bolak balik ini adalah pisau gerak dapat kembali ke posisi semula serta ringan
dioperasikan sehingga tidak memerlukan banyak tenaga.
Pembuatan desain alat merupakan tahapan sebelum merancang sebuah alat.
Pembuatan desain alat mencakup proses pemilihan bentuk dan bahan. Rangka
alat pemetik buah mangga ini menggunakan plat besi strip yang dirancang guna
mengurangi berat alat. Bagian mulut pemotong sebagai tempat jalur tangkai buah
terbuka ke samping sehingga memaksimalkan transmisi tenaga dari penggerak
menuju pisau potong. Rangka alat terdiri dari dua bagian yang akan disatukan
menggunakan mur dan baut. Di antara bagian rangka bodi terdapat sebuah ruang
sebagai lintasan pisau gerak. Pada bagian bawah rangka terdapat sebuah lubang
sebagai tempat untuk memasang galah yang akan dikunci dengan mur dan baut.
14
Gambar 5. Desain dan Alat Gunting Dahan Tarik
Bagian komponen yang kedua yaitu alat penggerak dengan menggunakan
door lock actuator dengan mekanisme kerja gerakan bolak-balik untuk memotong
tangkai buah dalam jumlah yang banyak. Pisau tersebut dengan sendirinya akan
kembali menuju posisi awal setelah proses pemotongan. Gunting pemotong
tangkai buah berfungsi untuk memotong tangkai buah yang akan dipetik. Gunting
yang digunakan adalah jenis gunting yang digunakan untuk memotong dahan.
Gunting ini dipilih karena tajam dan kuat untuk memotong tangkai buah yang
memilki karakteristik yang mirip dengan dahan. Mekanisme pemotongan akan
digunakan sebuah sistem penarik untuk membuka dan menutup dua mata pisau
pada gunting. Gunting terdiri dari dua mata pisau yang tajam, yang satu statis dan
yang lain dinamis yang digerakkan melalui tali penarik. Antara dua pangkal mata
pisau dihubungkan dengan sebuah pegas agar mata pisau yang dinamis dapat
kembali ke posisi semula setelah pemotongan.
Penarik gunting pemotong menggunakan bahan berupa tali/benang nilon yang
berfungsi untuk menutup kedua mata pisau pada gunting pada saat melakukan
pemotongan tangkai buah. Ketika tali/benang yang terhubung ke gunting ditarik,
salah satu mata pisau akan menekan tangkai buah sehingga tangkai buah terjepit
diantara dua mata pisau gunting.
15
Bagian komponen yang ketiga yaitu tempat penampungan buah atau jaring
net pemetik buah. Tempat penampungan buah digunakan untuk menampung buah
yang sudah dipotong menggunakan gunting dahan atau pisau pemotong. Diameter
dari jaring net ini berukuran 16 cm dengan panjang jaring yaitu 20 cm dengan
bentuk transparan sehingga proses pemotongan tangkai buah dapat dilihat oleh
operator. Tempat penampung buah dapat menampung 3-4 buah mangga
tergantung dengan ukuran mangga. Alat penangkap buah atau jaring net ini akan
dihubungkan atau dipasang pada tongkat panjang atau galah.
16
mencapai 4.8 meter. Ketinggian galah dapat diatur dengan mekanisme slot
sehingga panjang pendeknya dapat disesuaikan dengan ketinggian buah. Galah
terdiri dari 2 tongkat stik dengan panjang 2,5 meter/stik.
Mekanisme galah dapat diatur ketinggiannya dengan memanjang-pendekkan
galah yang dibuat slot. Terdapat pengencang pada setiap sambungan antara dua
stik/tongkat. Tujuan pemasangan pin untuk memperkuat sambungan sehingga
stik/tongkat tidak lepas dan turun ke dalam tongkat dibawahnya.
Pembuatan alat pemetikan buah mangga melalui rangkaian sebagai berikut:
proses persiapan alat dan bahan, pemotongan alat, pemasangan alat,
penyambungan, dan perakitan. Perakitan alat berguna untuk menyatukan bagian-
bagian alat yang sudah disiapkan dan dibuat. Penyatuan alat seperti bagian pisau,
dan penampung buah yang dihubungkan dengan galah dapat dilakukan
menggunakan mur dan baut. Berikut desain prototipe alat pemetik buah mangga:
17
4.3 Mekanisme Kerja Alat Panen Mangga (Mangfera indica L.)
Implementasi alat panen galah ini yaitu dengan Mekanisme kerja dari alat
pemetik buah mangga ini dimulai dari persiapan alat panen kemudian pemilihan
buah mangga yang sudah siap panen. Setelah itu alat pemotong dahan atau tangkai
diarahkan ke tangkai buah, Setelah posisi tangkai sudah tepat di depan pisau
pemotong kemudian batang tangkai dipotong dan buah mangga akan jatuh ke
dalam tempat penampungan buah. Waktu pemetikan dihitung mulai dari
pemetikan pertama sampai pemetikan terakhir. Setelah pemetikan selesai,
dilakukan perhitungan terhadap jumlah total buah hasil pemetikan, bobot buah
hasil pemetikan, jumlah buah bertangkai, dan jumlah buah tidak bertangkai serta
dilakukan pengukuran panjang tangkai buah. Teknik pemetikan mangga harus
diusahakan agar tangkai tidak terlepas dari tangkai buah, sehingga pemotongan
dilakukan minimal 10 mm di atas pangkal buah. Menurut Suparian (2006)
Keseragaman hasil pemotongan merupakan hal yang penting dari kualitas
pemanenan buah. Jika pemotongan buah terjadi ketika pangkal buah belum
menempel maka panjang tangkai buah tidak sesuai dengan tinggi penyetelan pisau
pemotong. Besarnya kapasitas pemetikan buah mangga dipengaruhi oleh kondisi
pohon mangga tersebut. Jika buahnya lebat, maka kapasitas pemetikan akan lebih
besar. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap waktu yang dibutuhkan. Asumsi
yang diberikan Suparlan (2006) yaitu Kapasitas pemetikan mangga jenis arumanis
dan indramayu memberikan hasil rata-rata 125kg/jam.
18
diharapkan dari sejumlah input (Schemerhon, 1986). Dimana didapat buah hasil
pemetikan yaitu 6 sampel dan pemetikan dibutuhkan waktu selama 2 menit 30
detik (0,0416 jam). Artinya kapasitas pemetikan buah mangga dengan
menggunakan galah ini yaitu 144 buah/jam atau 72 Kg/jam (dengan asumsi bahwa
6 buah mangga yaitu 3 kg). Kecepatan pemanenan buah mangga ini dipengaruhi
oleh operator atau pemakainya, operator yang sudah berpengalaman akan cepat
dalam mengambil buah mangga dibandingkan pengguna baru. Hal ini sesuai
dengan uji lapang yang dilakukan Suparian et al. (2006), menyatakan kapasitas
pemetikan buah mangga arumanis oleh operator yang belum berpengalaman
sebesar 355 buah/jam, sedangkan oleh operator yang berpengalaman (petani
setempat) mencapai 481 buah/jam. Perhitungan nilai efektivitas yaitu didapatkan
144
bahwa Efektivitas = (50 merupakan output/ target yang ingin dicapai pada
50
setiap satu jam) maka didapatkan hasil 2,88. Berdasarkan rumus uji efektivitas
dimana output aktual berbanding output yang ditargetkan lebih besar atau sama
dengan 1 (satu), maka tercapai efektivitas kinerja alat ini.
19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat disampaikan yaitu panen merupakan
pekerjaan akhir dari budidaya tanaman atau tahap akhir dari proses budidaya
untuk mengumpulkan komoditi yang sudah matang. Alat panen adalah sebuah alat
yang memudahkan pekerjaan manusia untuk memanen komoditi agar tidak
memakan waktu yang lama. Ada banyak alat dan mesin yang dapat digunakan
dalam proses pemanenan baik secara manual maupun modern dengan mesin yang
sudah dimodifikasi. Alat panen yang dibuat adalah alat pemetik buah mangga
yang biasa disebut juga dengan galah.
Galah adalah alat panen semi mekanis yang berguna untuk memetik buah.
Alat jenis ini umumnya terbuat dari bambu dengan bentuk panjang berkisar 1,5-2
meter yang pada ujungnya terdapat pengait dan wadah buah. Penggunaan galah
sebagai alat panen buah memiliki kelebihan yang berupa tidak memerlukan biaya
yang terlalu besar. Akan tetapi, dari penggunaan galah ini masih banyak
kelemahannya seperti tidak dapat diatur panjang pendeknya dan susah untuk
dibawa serta disimpan karena memiliki bentuk yang panjang. Modifikasi galah
yang dibuat menggunakan pisau potong atau gunting dahan yang terbuat dari
bahan stainles steel, alat penggerak door lock actuator, dan tempat penampungan
buah atau jaring net pemetik buah serta galah sendiri yang berbentuk teleskopik
terbuat dari bahan alumunium.
5.2 Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk memodifikasi dari desain tempat
penampungan buah atau jaring net agar dapat menampung buah lebih banyak.
Selain itu, perlu juga adanya modifikasi dari desain galah dengan menambah
panjang dari galah agar dapat menjangkau buah lebih jauh.
20
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, A., R. Paramawati, dan S. Triwahyudi. 2004. Rekayasa Alat Pemetik dan
Wadah Transportasi Lokal untuk Mempertahankan Mutu Buah Manggis.
Prosiding Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian. Balai Besar
Pengembangan Mekanisasi Pertanian.
Basuki, E., dan Prarudiyanto, A. 2015. Penyimpanan Mangga Secara Modifikasi
Atmosfir dengan Penggunaan Ca(OH)2 Sebagai Absorbent. Pro Food
(Jurnal Ilmu Dan Teknologi Pangan). Vol. 1(1): 8–14.
Baswarsiati, Yunita, M. Taufiq, Y. Santoso, Siswoto dan D. D Kuncoro. 2006.
Varietas Unggul Mangga Podang Urang. Balas Pengkajian teknologi
Pertanian (BPTP) Karang Ploso, Jawa Timur, Malang.
Dewandari, K. T., Mulyani, I. dan Setyabudi, D. A. 2009. Konsep SOP untuk
Penanganan Pascapanen Mangga CV. Gedong untuk Tujuan
Ekspor. Jurnal Standardisasi. Vol. 11(1): 12-19.
Diptaya, D.B.P.P., Gunadnya, I.B.P., dan Setiyo, Y. 2020. Rancang Bangun Alat
Pemanen Buah Salak Sederhana. Jurnal Biosistem dan Teknik Pertanian.
Vol. 8(2) :321.
Fitri, Z. E., Aprilia, R., Madjid, A. dan Imron, A. M. N., 2022. Ensiklopedia
Digital Berdasarkan Klasifikasi Varietas Buah Mangga (Mangifera spp.)
Menggunakan Algoritma Backpropagation. Komputika: Jurnal Sistem
Komputer. Vol. 11(2): 113-120.
Hermanto, C. I, N dan H, Sri. 2013. Kekayaan dan Keragaman Buah Tropika
Nusantara. Jakarta: IAARD PRESS.
Jamaludin, J., Rozikin, C. dan Irawan, A. S. Y. 2021. Klasifikasi Jenis Buah
Mangga dengan Metode Backpropagataion. Techné: Jurnal Ilmiah
Elektroteknika. Vol. 20 (1): 1-12.
Mutiarawati, T. 2007. Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian. Bandung:
Universitas Padjajaran.
Mutiarawati, T. 2009. Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian. Fakultas
Pertanian. Bandung: Universitas Padjadjaran Press.
21
Muzakkir, M., Avicienna U, M., Muhammad, A W. 2014. “Galaoo” (Galah
Otomatis) Inovasi Alat Pemetik Buah dengan Sistem Elektronik Sebagai
Solusi Bagi Petani Manggis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Prabawati, D. P. 2019. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Kulit Pisang Kepok (Musa
acuminate Balbisiana) dan Lama Penyimpanan terhadap Mutu Buah
Mangga (Mangifera indica) Sebagai Bahan Untuk Mengembangkan
Sumber Belajar Biologi Video Materi Pemanfaatan Limbah Bagi Sma
Kelas X. Skripsi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press.
Pracaya. 2011. Bertanam Sayur Organik. Jakarta: Penebar Swadaya.
Prakoso, J. Bayu, Retno D. A., M. Nur Faiz, Ilham A.B., Novita Erma P.L. 2016.
“Gamanik” Galah Mangga Elektronik Alat Pemetik Buah Mangga
Elektronik dengan Pisau Pemotong Rotary Berbasis Scissors Mechanism
dan Kontrol Radio Frekuensi. Sentrinov: Seminar Nasional Terapan riset
Inovatif. Vol. 1(2): 205-209.
Priambudi, R. W. 2019. Rancang Bangun Alat Pemetik Buah dengan Pisau
Penggerak Bolak-balik. Skripsi. Jember: Universitas Jember Press.
PSEKP Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. 2015. Mekanisme
Pertanian dan perspektif Ekonomi dan Kesejakteraan Petani. Laporan
Analisis Kebijakan. Bogor.
Sapowadi, B. D., R. A. Gupta, H. N Patel and S. R. Pund. 2001. Design and
Development of a Mango Harvesting Device. Agriculture Mechanization
in Asia, Africa and Latin America. Vol. 32(1): 31-34.
Schermerhorn, J. J. R. 1986. Management for Productivity. New York: John
Willey and Sons.
Setyono. 2001. Usaha Tani dan Penanganan Pasca Panen. Bogor: Maju Jaya.
Siregar, Sari A., Saipul Bahri D., Sulastri P., Riswanti S. 2012. Uji Jenis Mata
Pisau Pada Alat Pemetik Buah. J. Rekayasa Pangan dan Pert. Vol. 1(1):
94-96.
Sugandi, W. K., Thoriq, A. Yusuf, A., dan Iqradiella,A. 2019. Rancang Bangun
dan Uji Kinerja Alat Pemanen Buah Manggis. Jurnal Teknik Pertanian
Lampung. Vol 8 (4): 273-279
22
Suparian, G. Gultom., P. Widodo, dan Supriyanto. 2006. Rekayasa dan Evaluasi
Kinerja Alat Pemetik Buah Mangga. Jurnal Enjenering Pertanian. Vol.
4(2): 53-60.
Waryat dan Nurawan Agus. 2022. Keragaan Penanganan Pasca Panen Mangga di
Kabupaten Cirebon. Jurnal Ilmiah Respati. Vol. 13(1) : 64-74.
Yuniarti, R., D. Wijadi, dan C. Hermanto. 1992. Rekayasa Alat Panen Mangga.
Laporan Penelitian Sub Baliharto: Malang.
23