Anda di halaman 1dari 14

ANALISA PELUANG USAHA PEMBUATAN KERUPUK IKAN

MAKALAH
MANAJEMEN PRODUKSI OLAHAN HASIL PERIKANAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PENGOLAH PRODUK PERIKANAN

DISUSUN OLEH:
RONA AFWIN AZHARI
NIT. 17.4.02.096

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


BADAN RISET DAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN SIDOARJO

2018
BAB I
PENDAHULUAN

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang sebagian besar luas


wilayahnya merupakan perairan. Ikan merupakan salah satu hasil perikanan
yang banyak dihasilkan di Indonesia dan merupakan sumber protein hewani
yang banyak dikonsumsi masyarakat. Ikan mudah didapat dengan harga yang
relatif murah sehingga dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat.
Kandungan protein yang tinggi pada ikan dan kadar lemak yang rendah sangat
bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia.
Karena manfaat yang tinggi tersebut banyak orang mengkonsumsi ikan
baik berupa daging ikan segar maupun makanan-makanan yang merupakan
hasil olahan dari ikan. Bahkan di Jepang dan Taiwan ikan merupakan makanan
utama dalam lauk sehari-hari.
Salah satu makanan hasil olahan dari ikan adalah kerupuk ikan.  Produk
makanan kering dengan bahan 'baku ikan dicampur dengan tepung tapioka ini"
sangat digemari masyarakat. Makanan ini sering digunakan sebagai pelengkap
ketika bersantap ataupun sebagai makanan ringan. Bahkan untuk jenis makanan
khas  tertentu selalu dilengkapi dengan kerupuk. Makanan ini menjadi
kegemaran masyarakat dikarenakan rasanya yang enak, gurih dan ringan. Selain
rasa yang enak tersebut, kerupuk ikan juga memiliki kandungan zat-zat kimia
yang dtperlukan oleh tubuh manusia.. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan
protein pada ikan tidak banyak yang hilang setelah mengalami pengolahan. Jika
dibandingkan dengan kerupuk udang, kandungan vitamin dan mineral pada
kerupuk ikan lebih rendah.
Proses pembuatan kerupuk ikan sangatlah sederhana dan mudah
diusahakan. Industri ini banyak berkembang di wilayah-wilayah perairan dengan
produksi ikan tinggi. Di samping dapat diusahakan dengan peralatan modern,
usaha ini juga dapat dijalankan dengan peralatan tradisional. Oleh sebab Itulah
usaha kerupuk ikan banyak dilakukan oleh rumah tangga yang merupakan
industri mikro.
Dilihat dari aspek ekonomis, usaha kerupuk ikan merupakan bisnis yang
sangat menguntungkan. Peluang pasar dalam negeri maupun ekspor untuk
komoditi ini masih sangat terbuka.  Hal ini dikarenakan kerupuk ikan merupakan
konsuumsi sehari-hari masyarakat sehingga permintaan untuk kerupuk ikan
relatif stabil bahkan cenderung mengalami kenaikan. Selain mampu
meningkatkan pendapatan bagi pengusaha, usaha ini juga mampu membantu
meningkatkan pendapatan penduduk sekitar yang akhirnya berpengaruh pada
perekonomian daerah.
Dilihat dari aspek sosial, usaha kerupuk ikan mempunyai dampak sosial
yang positif.  Industri kecil rumah tangga ini mampu menyerap tenaga kerja dari
lingkungan sekitar.  Secara tidak langsung ini merupakan upaya penciptaan
lingkungan kerja yang mengurangi jumlah pengangguran di suatu wilayah. Dilihat
dari sisi dampak lingkungan, usaha kerupuk ikan tidak menimbulkan pencemaran
Iingkungan.  Limbah yang dihasilkan dari usaha ini hanyalah air sisa
pembersihan yang tidak mengandung zat-zat kimia dan langsung meresap ke
dalam tanah.
BAB II
STRATEGI PEMASARAN
A. Aspek Pasar dan Pemasaran
Aspek pasar disini menyangkut hal permintaan dan penawaran
kerupuk ikan sedangkan aspek pemasaran meliputi masalah harga, rantai
pemasaran, peluang pasar dan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam
pemasaran kerupuk ikan.

Aspek Pasar
1. Permintaan
Permintaan kerupuk ikan berasal dari usaha penggorengan,
agen/toko dan pedagang. Secara kuantitatif belum ada data yang
menggambarkan jumlah konsumsi kerupuk ikan. Meskipun demikian
dapat diperkirakan bahwa jumlah konsumsi kerupuk relatif tinggi, karena
makanan olahan ini banyak digemari oleh masyarakat luas. Menurut data
dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), penduduk wilayah
perkotaan (urban) lebih banyak mengkonsumsi kerupuk dibanding
penduduk wilayah pedesaan (rural). Dengan kata lain dapat dikatakan
bahwa pengeluaran untuk konsumsi kerupuk wilayah perkotaan lebih
besar dibanding pengeluaran konsumsi kerupuk penduduk wilayah
pedesaan.
Jumlah konsumsi kerupuk di wilayah perkotaan yang lebih tinggi
dibanding pedesaan dikarenakan pendapatan penduduk di kota yang
lebih tinggi bila dibandingkan dengan pedesaan. Urbanisasi dan mobilitas
penduduk yang sehari-harinya bekerja di kota telah menumbuhkan usaha
penjualan makanan. Selain itu sifat kerupuk sebagai makanan pelengkap
ini sering diabaikan oleh penduduk desa karena lebih fokus pada
pemenuhan kebutuhan yang lebih pokok.
Tabel  Konsumsi dan Pengeluaran Rata-rata perKapita untuk
Kerupuk (wilayah)
Wilayah Banyaknya (ons) Nilai (Rp.)
Perkotaan (Urban) 0.193 154
Pedesaan (Rural) 0.147 99
Perkotaan + 0.166 122
Pedesaan

Sumber : Susenas, Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, 2003

2. Penawaran
Usaha kerupuk ikan banyak diusahakan di daerah-daerah yang
banyak menghasilkan Ikan terutama daerah-daerah pantai dan sungai-
sungai besar seperti di Kalimantan. Meskipun beberapa daerah telah
memproduksi kerupuk Ikan, data mengenai jumlah produksi kerupuk ikan
baik di tingkat nasional maupun daerah belum bisa diperoleh. Sampai
saat ini belum ada survey yang mengidentifikasi jumlah usaha kerupuk
ikan baik di tingkat lokal maupun nasional.
Kerupuk ikan dapat diproduksi sehari-hari dan tidak tergantung
pada musim. Hanya saja kemungkinan terjadi penurunan pasokan
kerupuk pada musim hujan karena produksinya menurun. Tetapi dengan
berkembangnya teknologi, hambatan proses pengeringan pada musim
hujan dapat teratasi sehingga pada musim hujan proses produksi masih
bisa dilakukan meskipun tidak sebanyak pada musim kemarau. Selain itu
pasokan ikan yang bisa diperoleh tiap hari dapat menjamin
keberlangsungan usaha sekaligus pasokan kerupuk.

3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar


Persaingan untuk usaha ini cukup tinggi karena jumlah usaha
pembuatan kerupuk relatif banyak dan jenis kerupuk yang sangat
bervariasi. Peluang pasar untuk produk kerupuk ini dapat diperoleh
dengan menghasilkan produk inovasi baru dengan kualitas rasa yang
lebih enak dan warna ataupun bentuk yang lebih menarik. Berbagai jenis
kerupuk yang ada di pasaran membuat konsumen semakin mempunyai
banyak pilihan.
Selain produk inovasi baru peluang pasar untuk kerupuk ikan
adalah segmen pasar yang sangat luas. Produk ini dikonsumsi secara
luas dari masyarakat berpenghasilan rendah sampai masyarakat
penghasilan tinggi. Kerupuk ikan harganya relatif murah sehingga bisa
dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Diperkirakan jumlah konsumsi
kerupuk ikan akan meningkat seiring dengan pertambahan jumlah
penduduk dan perkembangan gaya hidup masyarakat yang menjadikan
kerupuk ikan sebagai makanan pelengkap sehari-hari.

Aspek Pemasaran
1. Harga
Harga kerupuk ikan mengikuti hukum penawaran dan permintaan.
Jika penawaran menurun maka harga kerupuk cenderung naik.
Banyaknya jumlah usaha dengan berbagai jenis kerupuk yang dihasilkan
menyebabkan jumlah penawaran yang cukup besar. Dalam masalah
harga, produsen tidak biisa menentukan harga seperti pada pasar
persaingan sempurna. Pihak yang dapat mempengaruhi harga adalah
pedagang. Banyaknya jenis kerupuk di pasar m.mbuat konsumen bebas
memilih produk sesuai selera, sehingga produk van; laku tersebut akan
naik harganya dan dapat menurunkan harga kerupuk jlnls lain.
Harga rata-rata kerupuk ikan kualitas medium di tingkat produsen
pada tahun 2004 di 5idoarjo mencapai Rp.30.000,- sampai Rp.32.500,-
per bal isi I) kg kerupuk siap goreng atau Rp.6.000,- sampai Rp.6.500,-
tiap kg. Harga kerupuk ikan ini cukup fluktuatif. Perubahan harga tersebut
bervariasi tetapi biasanya masih berada pada kisaran 10%. Kenaikan
harga terjadi pada saat inilah produksi menurun yang disebabkan oleh
kenaikan harga bahan baku dan penurunan produksi terutama pada
musim penghujan.

2. Rantai Pemasaran
Rantai pemasaran menggambarkan bagaimana kerupuk ikan
sampai krpada konsumen. Pengusaha kerupuk ikan sebagian besar
hanya menghasilkan produk sampai pada kerupuk mentah siap goreng.
Hasil produksi berupa kerupuk siap goreng dipasarkan ke konsumen
akhir (rumah tangga) melalui 3 cara yaitu:
(1) Usaha penggorengan
Usaha penggorengan merupakan usaha yang timbul sebagai
usaha pengolahan lanjutan dari kerupuk ikan. Produk dari usaha ini
berupa kerupuk goreng siap konsumsi yang dikemas kemudian dijual
ke konsumen melalui toko, pedagang, pasar ataupun langsung ke
konsumen akhir.
(2) Agen/toko
Agen/toko ini berfungsi sebagai pengepul yang akan menjual
produk kerupuk siap goreng pada penjual eceran atau langsung
kepada konsumen akhir.
(3) Pengecer
Pedagang yang menjual langsung kepada konsumen
Dari pola pemasaran produk di atas, dapat diketahui bahwa
produk akan sampai pada konsumen akhir dalam dua bentuk yaitu
kerupuk mentah siap goreng dan kerupuk goreng siap konsumsi.

3. Kendala Pemasaran
Kendala dalam pemasaran kerupuk ikan adalah masalah harga:
Harga kerupuk ikan per kilogramnya relatif lebih mahal dibandingkan jenis
kerupuk lain yang tidak memakai ikan sebagai campuran.
Mahalnya harga kerupuk ikan udang ini menyebabkan pembeli
untuk produk ini masih terbatas. Masyarakat dengan pendapatan
menengah ke atas mungkin akan membeli kerupuk ikan sebagai
kebutuhan sehari-hari, tetapi untuk masyarakat dengan pendapatan yang
masih rendah konsumsi untuk kerupuk ikan ini masih terbatas pada
acara-acara tertentu yang dianggap istimewa dan untuk konsumsi sehari-
hari lebih memilih kerupuk jenis lainnya yang lebih murah.

B. ASPEK TEKNIS & PRODUKSI


Dalam hal ini akan dibahas mengenai teknis pembuatan kerupuk
ikan.  Secara teknis pembuatan kerupuk ikan relatif mudah dilakukan karena
bahan-bahan yang mudah didapat dan alat-alat yang digunakan cukup
sederhana
Lokasi Usaha
Lokasi usaha pengolahan produk ikan sebaiknya dilakukan di daerah-
daerah yang dekat dengan wilayah perairan baik wilayah dekat pantai
ataupun sungai-sungai besar agar dapat memperoleh bahan baku
dengan harga yang lebih murah. Untuk pembuatan kerupuk ikan tidak
memerlukan lokasi usaha yang spesifik. Rumah tangga pada umumnya
dapat melakukan usaha ini sepanjang memiliki tanah lapang yang cukup
untuk proses penjemuran. Pada lokasi usaha yang hanya memiliki tanah
sempit dapat melakukan penyesuaian dengan membuat tempat
penjemuran pada bagian atas bangunan yang dibuat bertingkat.
Fasilitas Produksi dan Peralatan
a. Fasilitas Produksi
(1) Bangunan untuk proses produksi
Bangunan digunakan untuk aktivitas proses produksi yang
meliputi penyiapan bahan baku, pembuatan adonan, pencetakan,
pengukusan, pendinginan, pemotongan, pengeringan penjemuran
dan penyimpanan. Luas lahan yang digunakan tergantung pada jenis
dan banyaknya fasilitas yang dimiliki atau dengan kata lain skala
usaha yang dimiliki. Layout pabrik diatur sesuai dengan urutan tahap-
tahap produksi. Hal ini memudahkan untuk proses pemindahan
barang dari masing-masing tahap. Ruangan untuk tempat
pemotongan misalnya merupakan ruangan yang langsung tembus ke
lahan penjemuran untuk memudahkan proses pengangkutan kerupuk
setelah dipotong untuk selanjutnya dijemur. Gudang penyimpanan
output disesuaikan dengan jumlah produksi.
(2) Lahan penjemuran
Lahan penjemuran untuk pengeringan kerupuk ini relatif lebih
luas dibandingkan bangunan tempat produksi yang lain. Tanah yang
digunakan untuk penjemuran disemen agar kerupuk basah yang
dijemur tidak kotor oleh tanah. Di pinggir-pinggir lahan penjemuran
diberi atap untuk penyimpanan sementara kerupuk yang belum
kering pada waktu malam hari atau saat hujan.
b. Peralatan
Kerupuk ikan dapat diproduksi dengan alat yang sederhana atau
dengan peralatan dengan teknologi modern. Untuk industri rumah tangga
yang memproduksi kerupuk ikan baik untuk dikonsumsi sendiri ataupun
dijual dengan likala yang masih kecil dapat menggunakan alat-alat yang
sederhana. Adapun alat-alat sederhana yang digunakan untuk
pembuatan kerupuk ikan yaitu:
1) Baskom
2) Dandang
3) Alat penghancur bumbu (cobek)
4) Pisau
5) Tampah (Nyiru)
6) Kompor
7) Loyang
8) Sendok
Usaha pembuatan kerupuk ikan dengan skala yang besar
menggunakan alat-alat dengan teknologi yang lebih modern. Penggunaan
teknologi modern ini dapat mengurangi jumlah pekerja sekaligus
menghasilkan produk dengan jumlah yang lebih banyak dalam waktu
yang singkat. Adapun peralatan modern yang digunakan dalam proses
pembuatan kerupuk ikan antara lain:
1) Alat penghancur ikan
Digunakan untuk melumatkan ikan yang telah dibersihkan kepala
dan sisiknya sehingga diperoleh daging ikan yang telah ditumbuk
halus dan siap dicampur dengan bahan lain.
2) Alat pelembut bahan (mulen)
Mesin ini digunakan untuk melembutkan campuran ikan yang
telah dihaluskan dan adonan tepung dan bumbu. Mesin ini
berkapasitas hingga 10 kg dan dapat dijalankan oleh 1 (satu) orang
tenaga kerja.
3) Bak pencampur bahan
Bak ini berbentuk persegi empat dengan ukuran panjang rata-rata
2 meter dan lebar 1 meter yang terbuat dari kayu. Ukuran bak ini bisa
disesuaikan dengan kebutuhan kapasitas muatan yang diinginkan.
4) Pencetak
Mesin pencetak ini digunakan untuk mencetak adonan, berbentuk
silinder sebelum dimasukkan ke cetakan sesuai ukuran yang
diinginkan. Terdapat juga meja press agar adonan yang tercetak
menjadi lebih padat dan kenyal. Mesin cetak ini membutuhkan 1
orang tenaga kerja untuk menjalankannya.
5) Alat pengukus (dandang)
Alat pengukus (dandang) berbentuk tabung panjang yang terbuat
dari aluminium.
6) Mesin pemotong
Mesin pemotong ini digunakan untuk memotong kerupuk yang
telah didinginkan selama 1 hari (24 jam). Mesin ini dijalankan oleh 2
(dua) orang tenaga kerja.
7) Oven
Oven digunakan untuk mengeringkan kerupuk terutama pada saat
sinar matahari kurang atau pada saat musim hujan. Oven berbentuk
persegi panjang yang terbuat dari eor-coran semen dan pasir yang
terbagi dalam dua bagian. Bagian atas merupakan tempat kerupuk
yang akan dikeringkan sedangkan bagian bawah berupa kolong untuk
mengalirkan panas. Oven terdiri dari dryer dan mesin diesel.
c. Bahan Baku
Terdapat bermacam-macam jenis kerupuk yang pembuatannya
menggunakan bahan baku yang berbeda-beda. Seperti namanya,
kerupuk ikan merupakan kerupuk yang berbahan baku ikan. Berbagai
jenis ikan dapat dlgunakan untuk pembuatan kerupuk ikan, namun tidak
semua jenis ikan dapat dibuat kerupuk ikan. Adapun jenis ikan yang
sering dibuat kerupuk antara lain Ikan tenggiri dan ikan pipih, serta ikan-
ikan lainnya. Selain ikan, usaha ini menggunakan bahan baku lain yaitu
tepung tapioka, tepung terigu, tepung sagu dan telur.
Bumbu juga digunakan dalam pembuatan kerupuk ikan untuk
mennmbal1 rasa lezat dan gurih. Adapun bumbu-bumbu yang digunakan
adalah garam, gula dan penyedap rasa. Zat pewarna sering digunakan
sebagai bahan tambahan untuk memberikan warna agar lebih menarik.
Teknologi
Dalam usaha pembuatan kerupuk ikan dapat menggunakan teknologi
tradisional ataupun teknologi modern. Perbedaan teknologi ini berkaitan dengan
jenis peralatan yang digunakan selama proses produksi.
a. Teknologi tradisional
Peralatan yang digunakan pada teknologi ini mudah diperoleh sebab
merupakan peralatan yang sering dipakai dalam rumah tangga pada
umumnya. Selain alat, tenaga kerja merupakan faktor utama dalam hasil
produksi kerupuk, sebab beberapa proses produksi mengandalkan tenaga
manusia. Penggunaan peralatan sederhana ini sangat mempengaruhi
jumlah produksi yang dihasilkan dan mutu. Dengan hanya menggunakan
teknologi tradisional ini terkadang hanya dapat menghasilkan 1 (satu) kali
adonan. Kapasitas produksi dengan alat sederhana ini sangat keeil dengan
mutu yang kurang baik.
b. Teknologi modern
Pembuatan kerupuk dengan teknologi modern menggunakan
peralatan seperti mesin cetak otomatis yang menghasilkan bentuk yang lebih
variatif, mesin pemotong yang lebih eepat dan penggunaan oven,
Penggunaan teknologi ini dapat menghasilkan jumlah produksi yang berlipat-
lipat jika dibandingkan dengan teknologi sederhana. Dalam satu hari dapat
dilakukan 3-4 kali adonan kerupuk. Selain itu dengan teknologi ini akan
menghemat jumlah tenaga kerja yang digunakan yang akan menurunkan
biaya operasional.
c. Teknologi menengah
Pada pembuatan kerupuk dengan teknologi menengah
menggunakan peralatan yang terdiri dari mesin-mesin dengan kapasitas
yang relatif masih rendah.

C.    ASPEK MANAJEMEN
Aspek manajemen ini sangat diperlukan dalam suatu proyek bisnis
untuk pengelolaan dan pengendaliannya sehingga mencapai apa yang
menjadi tujuan suatu proyek tersebut namun dalam bisnis krupuk ikan ini
kurang  memperhatikan dari aspek manajemen karena usaha ini terlalu
simple untuk menerapkan sistem manajemen ini dan berfokus pada rasa dan
keanekaragaman dari produk itu sendiri dan bagaimana manajemen
pemasarannya dalam memperkenalkan pada konsumen.

D.    ASPEK SUMBER DAYA MANUSIA


Tenaga kerja yang diperlukan dalam pembuatan kerupuk tidak
memerlukan keahlian khusus. Dalam hal ini tenaga kerja pria dan wanita
dapat dipekerjakan pada semua tahap pembuatan. Akan tetapi tenaga kerja
laki-laki sebagian besar ditempatkan pada proses penyiapan bahan,
pencetakan, pengukusan, dan pemotongan sedangkan tenaga kerja wanita
banyak digunakan pada tahap pemotongan, penjemuran dan pengepakan.
Selain tenaga kerja tetap, terkadang diperlukan tenaga kerja borongan jika
sewaktu-waktu terjadi lonjakan pesanan atau pada musim kemarau dimana
proses produksi meningkat.
ASPEK KEUANGAN/FINANSIAL

1. Asumsi dan Parameter Untuk Analisis Keuangan


Analisis keuangan, proyeksi penerimaan dan biaya didasarkan pada
asumsi yang terangkum dalam Tabel Asumsi dibawah ini. Periode proyek
adalah 5 tahun. Tahun ke nol sebagai dasar perhitungan nilai
sekarang(present value) adalah tahun ketika biaya investasi awal
dikeluarkan. Dengan menggunakan mesin peralatan dan jumlah tenaga kerja
seperti yang tercantum dalam tabel asumsi dibawah ini, seorang pengusaha
mampu memproduksi 310 kg kerupuk.
Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan

Jumlah/
No Asumsi Satuan Keterangan
Nilai

1. Periode proyek tahun 5 Periode 5 tahun


2. Luas tanah m2 2.000
- Luas bangunan m2 500
- Luas tanah
m2 1.500
penjemuran
3. Sarana Transportasi Unit 1 Mobil box
4. Hari kerja selamal
tahun
- tenaga kerja tetap Hari 285
- tenaga borongan Hari 200
5 Produksi dan Harga
Produksi per hari /kg 620
2 adonan per hari.
produksi @310 kg
Kerupuk
Harga kerupuk ikan /kg 6.000
6. Penggunaan tenaga
Kerja
Tenaga Manajerial orang 2
-Tenaga kerja tetap orang 14
Tenaga kerja
orang 4
borongan
7. Upah tenaga kerja
Tenaga Manajerial Rp/hr 36.000
Tenaga kerja tetap Rp/hr 18.000
Tenaga kerja
Rp/hr 22.000
borongan
8. Penggunaan bahan
baku untuk satu kali adonan
Tepung tapioka Kg 300
Ikan Kg 50
Garam Kg 10
Gula Kg 12,5
Telur Kg 10
Penyedap Kg 2
Pewarna Kg 0,25
9. Discount Factor/suku
% 17%
bunga

2. Komponen Biaya Investasi dan Biaya Operasional


a. Biaya Investasi
Biaya investasi merupakan biaya tetap yang besarnya tidak
dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan. Biaya investasi untuk usaha
kerupuk ikan terdiri dari beberapa komponen diantaranya biaya perijinan,
sewa tanah, pembelian mesin atau peralatan produksi, peralatan pendukung
dan sarana transportasi.
Biaya perijinan meliputi ijin usaha dari Departemen Perindustrian dan
Perdagangan dan Departemen Kesehatan dengan jumlah biaya
Rp.600.000,- dan masa berlaku selama 3 tahun. Sewa tanah dibayarkan tiap
tahun, sehingga setiap tahun harus dikeluarkan biaya untuk komponen sewa
tanah ini. Pada tahun-tahun tertentu dilakukan reinvestasi untuk pembelian
mesin atau peralatan produksi yang umur ekonomisnya kurang dari 5 tahun.
Jumlah biaya investasi keseluruhan pada tahun 0 adalah Rp.299.339.000,-.
Biaya investasi
No Jenis Biaya Nilai Penyusutan
1 Perizinan 600.000 0
2 Sewa Tanah dan Bangunan 150.000.000 1
3 Mesin/Peralatan Produksi 107.030.000 43.994.750
4 Peralatan lain 1.709.000 221.800
5 Mobil box 40.000.000 4.000.000
Jumlah Biaya Investasi 299.399.000 48.216.550

Komponen terbesar untuk biaya investasi ini adalah sewa tanah yang
mencapai 50,11% dari total biaya investasi pada awal usaha. Komponen
terbesar kedua adalah biaya pembelian mesin/peralatan produksi yaitu
sebesar 35,74% dari total biaya investasi. Sedangkan 14,15% sisa biaya
untuk investasi merupakan biaya investasi untuk pembelian peralatan
lainnya, mobil angkutan dan perijinan.
b. Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan biaya variabel yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh jumlah produksi. Komponen dari biaya operasional adalah
pengadaan bahan baku dan pembantu, peralatan operasional, biaya
transportasi, listrik dan telepon, serta upah tenaga kerja. Biaya operasional
selama satu tahun dihitung berdasarkan jumlah hari produksi . Jumlah hari
produksi dalam setahun 285 hari (asumsi yang digunakan adalah 1 tahun,
t=365 hari, dikurangi hari Iibur minggu dan Iibur nasional 64 hari dan jumlah
hari tidak berproduksi selama 16 hari).
Biaya operasional yang diperlukan selama satu tahun mencapai
Rp.711.298.900,-Biaya bahan baku menyerap sebesar 73,12% dari total
biaya operasional per tahun. Komponen biaya terbesar kedua adalah biaya
penggunaan tenaga kerja yang mencapai 15,45% dari total biaya
operasional tiap tahunnya.
Tenaga kerja yang digunakan terdiri dari tenaga kerja tetap dan
borongan ditambah 2 orang tenaga kerja manajerial yang berasaldari
anggota keluarga dengan upah/gaji tenaga manajerial diasumsikan dua kali
Iipat upah tenaga kerja tetap. Tenaga kerja borongan hanya digunakan
dengan jumlah hari kerja yang lebih sedikit, karena hanya dibutuhkan pada
saat terjadi kenaikan permintaan.
No Jenis Biaya Nilai (Rp.)
1 Bahan Baku 520.125.000
2 Bahan Pembantu 16.200.000
3 Peralatan Operasional 11.700.000
4 Biava transportasi 14.400.000
5 Biaya Ustrik 7.200.000
6 Biaya telepon 1.800.000
7 Tenaga Kerja 109.940.000
8 Biaya Pemeliharaan 29.933.900
 Jumlah Biaya Operasional Per Tahun 711.298.900

3. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja


Kebutuhan investasi maupun modal kerja tidak harus dipenuhi
sendiri.  Jumlah modal yang dibutuhkan untuk memulai usaha kerupuk ikan
sebesar Rp.374.212.568,-. Jumlah kredit investasi yang dibiayai oleh bank
sebesar 70% dari total kebutuhan investasi. Dengan kata lain pengusaha
harus menyediakan dana sendiri sebesar 30% dari total dana investasi.
Dalam analisis Inl jumlah dana kredit investasi sebesar Rp.209.537.300,-.
Besarnya kredit modal kerja ditentukan berdasarkan kebutuhan dana
awal untuk satu kali siklus produksi. Usaha pembuatan kerupuk ikan
mempunyai slklus Produksi (dan pembuatan sampai memperoleh
penerimaan dari penjualan) kurang leblh selama 30 hari atau 1 bulan.
Sehingga jumlah kredit modal kerja yang dibutuhkan adalah:
Kebutuhan modal kerja = (siklus produksi/hari kerja dalam setahun) x
biaya operasional selama 1 tahun
= (30/285) x Rp.711.298.900
= Rp.74.873.568,-
Jumlah kredit modal kerja dari bank dipersyaratkan sebesar 70% dari
kebutuhan dana modal kerja. Dengan demikian jumlah kredit modal kerja
sebesar 70% x Rp.74.873.568 = Rp.52.41l.498,-.
Jumlah dan sumber dana untuk usaha kerupuk ikan disajikan dalam
Tabel 5.4.  berikut:
Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja
No Rincian Biaya Proyek Total Biaya !
1 Dana investasi yang bersumber dari
a, Kredit 209.537.300
b. Dana sendiri 89.801.700
Jumlah dana investasi 299.339.000
2 Dana modal keria bersumber dari
a. Kredit 52.411.498
b. Dana sendiri 22.462.071
Jumlah dana modal keria 74.873.568
3 Total dana proyek yanq bersumber dari
a. Kredit 261.948.798  
b. Dana sendiri 112.263.771
Jumlah dana proyek 374.212.568

4. Proyeksi Produksi dan Pendapatan Kotor


Jumlah produksi selama satu tahun sebesar 176.700 kg. Jumlah ini
diperoleh dari jumlah adonan per tahun dikalikan dengan jumlah produksi
per adonan. Dalam satu tahun dilakukan adonan 570 kali dengan jumlah
produksi per adonan sebesar 310 kg kerupuk. Harga kerupuk ikan
diasumsikan sebesar Rp.6.000,- tiap kg, sehingga pendapatan produksi
kerupuk per tahun sebesar Rp.l.060.200.000,-. Pendapatan sampingan
diperoleh dari penjualan kantong bekas tepung tapioka (sak) per tahun rata-
rata Rp.1.368.000,-. Penerimaan kotor dalam setahun disajikan dalam Tabel
berikut ini :
Produksi dan Pendapatan Kotor per Tahun
No Uraian Satua Jumlah Harga Nilai (Rp.)
n Satuan

1 Penjualan per tahun Kg 176.700 6.000 1.060.200.000


2 Penjualan sak per Sak 3.420 400 1.368.000
tahun
3 Pendapatan kotor 1.061.568.000
Dari tabel di atas diketahui bahwa aliran penerimaan usaha
pembuatan kerupuk ikan adalah Rp.1.061.568.000 per tahun. Sedangkan
untuk aliran biaya terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional yang
telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya.

5. Proyeksi Rugi Laba dan Break Even Point


Tingkat keuntungan atau profitabilitas dari usaha yang dilakukan,
merupakan bagian penting dalam analisis keuangan dari rencana kegiatan
investasi. Keuntungan dihitung dan selisih antara penerimaan dan
pengeluaran tiap tahunnya. Tabel kelayakan usaha dibawah ini,
menunjukkan keuntungan (surplus) selama periode proyek.
Hasil perhitungan proyeksi laba rugi menunjukkan bahwa pada tahun
pertama usaha ini telah untung sebesar Rp.144.968.618-. Laba ini akan
meningkat untuk tahun-tahun berikutnya karena komponen biaya angsuran
kredit yang semakin berkurang. Laba rata-rata selama periode proyek
adalah Rp.196.001.526,- per tahun. Profit margin rata-rata per tahun sebesar
18,46%.
Dengan mempertimbangkan biaya tetap, biaya variabel dan hasil
penjualan kerupuk Ikan, dan hasil analisis diperoleh BEP rata-rata selama 5
tahun untuk usaha ini adalah sebesar Rp.362.713.898,- atau dengan jumlah
produksi sebesar 60.452 kg per tahunnya dengan harga kerupuk ikan per kg
sebesar Rp.6.000,-
Tabel  Kelayakan Usaha
No Kriteria Kelayakan Nilai

1 Net SIC ratio pada DF 17% 1,60


2 NPV pada DF 17% (Rp) 223.409.530
3 IRR (%) 46,37
4 PSP (usaha) 3 tahun 11 bulan

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jangka waktu pengembalian


seluruh biaya investasi adalah 3 tahun 11 bulan. Dengan demikian usaha ini
layak dilaksanakan karena jangka waktu pengembalian investasi lebih kecil
dari periode proyek.

ASPEK HUKUM

Usaha kerupuk ikan merupakan industri pengolahan makanan, maka ia


harus mendapat ijin dari instansi terkait seperti Departemen Perindustrian dan
Perdagangan serta Departemen Kesehatan. Perijinan tersebut diantaranya
adalah tanda daftar industri, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Surat Ijin Usaha
Perdagangan (SIUP), tanda daftar perusahaan dan ijin SB/MD dari Departemen
Kesehatan,dan ijin bebas gangguan lingkungan (HO). Namun demikian dalam
usaha ini kami baru beberapa yang sudah ada sedang yang lain masih dalam
proses pengadaan perijinan terhadap Departemen terkait.

ASPEK EKONOMI &  SOSIAL SERTA AMDAL

A.  ASPEK EKONOMI &  SOSIAL


Dalam bab ini akan dibahas aspek ekonomi & sosial dari usaha
kerupuk ikan. Aspek ini berkaitan dengan dampak usaha terhadap
perekonomian baik bagi pengusaha maupun bagi perekonomian secara
umum di wilayah tempat tinggal. Aspek ekonomi sangat terkait erat dengan
aspek sosial karena dampak yang ditimbulkan bersifat social yaitu
menyangkut kebutuhan orang lain terutama di sekitar wilayah usaha.
Usaha kerupuk ikan mempunyai dampak yang positif baik bagi
pengusaha, penduduk wilayah setempat. Bagi pengusaha dampak ekonomi
dari usaha ini adalah peningkatan
pendapatan. Usaha kerupuk ikan merupakan bisnis yang sangat
menguntungkan karena mempunyai peluang pasar yang sangat luas.
Banyaknya industri rumah tangga untuk usaha ini dapat memacu kenaikan
pendapatan rumah tangga sehingga kesejahteraan rumah tangga
meningkat. Secara makro produksi kerupuk ikan yang tinggi dapat
memberikan kontribusi kepada pendapatan daerah setempat. Meskipun bisa
dikatakan harga per unit kerupuk ikan relatif murah, tetapi perlu diingat
bahwa komoditi ini dapat diproduksi dalam jumlah besar dalam waktu yang
singkat. Kesempatan untuk ekspor ke luar negeri masih terbuka lebar
sehingga dapat menjadi peluang untuk menambah devisa.
Selain merupakan bisnis yang menguntungkan, usaha ini akan
memberi dampak sosial yang positif melalui penyerapan tenaga kerja.
Tenaga kerja yang ada biasanya berasal dari saudara, tetangga sekitar atau
penduduk wilayah setempat. Dengan menciptakan pekerjaan yang dapat
menyerap pekerja dari wilayah sekitar usaha, secara tidak langsung usaha
ini telah membantu mengurangi jumlah pengangguran khususnya di daerah
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai