Anda di halaman 1dari 8

PENERAPAN PRINSIP BIOTEKNOLOGI DALAM FERMENTASI YOGHURT DENGAN

MENGGUNAKAN DUA JENIS PRODUK SUSU


IMPLEMENTATION OF BIOTECHOLOGICAL PRINCIPLES IN YOGHURT
FERMENTATION USING TWO KINDS OF MILK PRODUCTS
Jilan Nuriah Hasanati*
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Jakarta, Indonesia.
*Corresponding author: meggapikoli@uinjkt.ac.id

Abstrak
Fermentasi merupakan respirasi anaerobik yang umumnya dilakukan oleh organisme prokariotik
seperti bakteri. Penggunaan bakteri untuk fermentasi sudah diaplikasikan sejak ribuan tahun lalu oleh
manusia, sehingga fermentasi termasuk dalam bioteknologi konvensional, salah satunya adalah
fermentasi susu. Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain, panci, kompor, ph meter, oven,
gelas ukur, breaker plastik, termometer, sendok makan dan wadah steril atau botol. Sedangkan bahan
yang digunakan adalah Susu sapi segar 500mL, susu UHT 500mL, kertas aluminium foil, serta biakan
murni bakteri Lactobacillus bulgarius dan Streptococcus thermophillus sebagai starter dalam fermentasi
susu. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa fermentasi merupakan salah satu penerapan dari
bioteknologi konvensional yakni dengan menggunakan mikroorganisme yang berperan dalam
pembuatan ini yaitu bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streotococcus thermophillus. Serta terdapat
perbedaan dari yoghurt yang terbuat dari produk susu segar dan susu UHT baik pembuatannya maupun
pengujian organoplenik yang dihasilkan. Kemudian metode yang digunakan pada penelitian ini yang
pertama adalah pasteurisasi yang bertujuan untuk menghilangkan bakteri-bakteri atau patogen yang
dapat menghambat pertumbuhan dari bakteri yang berperan, pendinginan yang bertujuan untuk
menurunkan suhu lingkungan (Susu) bakteri ke suhu optimum pertumbuhan bakteri, dan inkubasi yang
bertujuan untuk menjaga kondisi lingkungan agar tetap stabil dan sesuai dengan pertumbuhan bakteri.
Penelitian ini menggunakan prinsip bioteknologi konvensional dengan tujuan untuk mengetahui
perbedaan yoghurt yang dibuat dari susu segar dan susu UHT baik dari pembuatan maupun pengujian
organoplenik yang dihasilkan.
Kata kunci: : Inkubasi, starter, fermentasi, yoghurt, bioteknologi, susu segar, susu UHT

Abstract
produced.Keywords: Incubation, starter, fermentation, yogurt, biotechnology, fresh milk, UHT milk
PENDAHULUAN dalam laporan praktikum biologi dasar, 2016)
Bioteknologi merupakan penerapan Dari pernyataan di atas telah jelas
prinsip ilmiah dan rekayasa pengolahannya menunjukkan bahwa fermentasi yoghurt ini
oleh agen biologi yang bertujuan untuk merupakan penerapan dari bioteknologi
menghasilkan barang dan jasa. Yang dimaksud konvensional melihat dari definisi bioteknologi
dengan agen biologi adalah mikroorganisme, itu sendiri, yang menggunakan mikroorganisme
sel hewan, maupun sel tumbuhan. Sedangkan tertentu, yaitu bakteri asam laktat, bakteri asam
barang dan jasa meliputi produk industri laktat yang digunakan pada penelitian ini
berupa bahan pangan, minuman obat, senyawa adalah Lactobacillus bulgaricus dan
biokimia, dan pengolahan limbah. Streptococcus thermophillus.
(Dasumia.dkk,2008) Bioteknologi sendiri Dalam pembuatan yoghurt kami
dapat digolongkan menjadi dua yaitu menggunakan dua jenis produk susu yaitu susu
bioteknologi modern dan bioteknologi UHT dan susu sapi segar dengan tujuan
konvesional. Salah satu dari penerapan mengetahui perbedaan dari pembuatan yoghurt
bioteknologi konvensional ialah fermentasi dari kedua jenis susu tersebut, baik cara
yogurt. pembuatannya, serta pengujian organoplenik
Yogurt adalah produk susu fermentasi yang dihasilkan.
berbentuk semi solid yang dihasilkan melalui Melihat manfaat yang dihasilkan oleh
proses fermentasi susu dengan menggunakan produk yoghurt hasil fermentasi dan aman
bakteri asam laktat (Hidayat.dkk, 2006.) dikonsumsi oleh semua umur, maka peneliti
bakteri asam laktat yang biasa digunakan tertarik untuk melakukan penelitian ini yakni
sebagai starter khusus merupakan kultur penerapan prinsip bioteknologi fermentasi
bakteri asam laktat yaitu Streptococcus yoghurt guna mengetahui peranan
thermophilus dan lactobacillus bulgaricus. mikroorganisme tertentu.
Bakteri ini mampu menguraikan laktosa
menjadi asam laktat, asam laktat inilah yang METODOLOGI
menyebaban yoghurt rasanya asam. Laktosa Alat yang digunakan dalam praktikum
(gula susu) merupakan komponen yang sangat ini antara lain, panci, kompor, ph meter, oven,
penting bagi industri pengolahan susu karena gelas ukur, breaker plastik, termometer, sendok
dapat difermentasi menjadi senyawa yang makan dan wadah steril atau botol. Sedangkan
lebih sederhana yaitu asam laktat bahan yang digunakan adalah Susu sapi segar
(Hidayat.dkk, 2006.) 500mL, susu UHT 500mL, kertas aluminium
Faktor-faktor yang mempengaruhi foil, serta biakan murni bakteri Lactobacillus
kehidupan dan pertumbuhan mikroorganisme bulgarius dan Streptococcus thermophillus.
diantaranya , suplai zat gizi, waktu, suhu, air, Cara kerja praktikum ini diawali dengan
pH dan tersedianya oksigen (Powsey. dkk, pembuatan yogurt dengan susu segar. Yaitu
1973)). Proses pertumbumbuhan bakteri stater dengan mengecek pH susu menggunakan kertas
dalam pembuatan yoghurt, diawali dengan pH indikator. Setelah itu panaskan susu yang
peningkatan laju pertumbuhan Streptococcus telah dicek ph-nya, kurang lebih pada suhu
thermophillus memproduksi asam laktat pada 90°C selama 5-10menit. Jangan sampai
pH rendah untuk mengoptimalkan laju mendidih. Kemudian dinginkan pada suhu 40°-
pertumbuhan Lactobacillus bulgaricus, 45°C, dan tambahkan starter Streptococcus
sehingga pada akhirnya pertumbuhan thermophillus dan Lactobacillus bulgarius
Streptococcus thermophillus berlangsung sebanyak 2 sendok makan. Diaduk sampai rata,
lambat dan Lactobacillus bulgaricus dan tuang kedalam wadah steril lalu tutup
memproduksi asam laktat yang menimbulkan dengan aluminium foil dan diinkubasi dalam
penurunan pH (Hamann dan Marth, 1983 di oven pada suhu 40 dan pada suhu kamar selama
20-24 jam. Lakukan hal sama pada pembuatan
yogurt dengan susu UHT. Dari mulai yang merupakan salah satu contoh penerapan
pengecekkan ph susu sampai proses dari bioteknologi konvensional. Yoghurt adalah
dipastuerisasikan. Namun, pada pembuatan ini produk susu fermentasi berbentuk semi solid
tidak ada proses pemanasan susu dan yang dihasilakan melalui proses fermentasi
pendinginan susu. Dan setelah inkubasi susu dengan menggunakan bakteri asam laktat
selesai, hasil yogurt segera disimpan di lemari (Hidayat,dkk, 2006). Dua bakteri fermentasi
es atau dipastuerisasikan pada suhu 65°C asam laktat yang biasa digunakan adalah
selama 30menit agar fermentasi tidak terus Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus
berlanjut. Kemudian uji pH, keasaman dan thermophilus. Pada fermentasi asam laktat telah
organoleptik. diketahui bahwa glikolisis menghasilkan asam
piruvat tanpa adanya oksigen, asam piruvat
tidak dapat masuk kedalam siklus krebs.
HASIL DAN PEMBAHASAN Namun asam piruvat hanya akan mengalami
reduksi secara langsung oleh NADH
Hasil pengamatan :Selama 24 jam untuk
membentuk senyawa 3C, yaitu asam laktat,
suhu ruang dan 4 – 6 jam untuk suhu
tanpa menghasilkan CO2 (Sudjino,dkk, 2009).
inkubator
Lebih jelasnya prinsip proses fermentasi asam
Maca Bah Ra Tekst p Aro laktat adalah pemecahan laktosa menjadi
m an sa ur H ma bentuk monosakarida dan dari monosakrida
Perlak tersebut dengan bantuan enzim yang dihasilkan
uan oleh Lacbacillus sp. Akan diubah menjadi asam
Suhu Susu + ++ 5 + laktat
Ruang Sega Proses dari fermentasi asam laktat jika
37oC r dilihat dari jalur metabolismenya berawal dari
Susu ++ ++ 5 ++ pengubahan satu molekul glukosa menjadi dua
UH molekul asam piruvat. Pada proses ini
T merupakan tahapan glikosis sehingga
Suhu Susu ++ ++ 4 ++ dihasilkan dua molekul ATP kemudian
Inkuba Sega + dilanjutkan ke tahapan dekarboksilasi oksidatif
si 40o r dan dua asam piruvat yang dihasilkan akan
C Susu ++ +++ 4 ++ diubah menjadi dua molekul asam laktat. enzim
UH + yang berperan dalam proses ini adalah enzim
T laktat Dehidrogenase
Dalam pembuatan yoghurt ini kami
Keterangan :
menggunakan bakteri sebagai starter khusus
Rasa : Normal/Hambar:+
(kultur bakteri asam laktat) dengan
Agak Asam :++
menggunakan dua jenis susu yaitu susu sapi
Asam :+++
segar dan susu UHT. Pertama adalah
Tekstur : sedikit Encer : +
pembuatan yoghurt dari susu sapi segar, pada
Agak kental : ++
susu segar sebelum memulai fermentasi, susu
Kental : +++
tersebut harus dipanaskan terlebih dahulu agar
Aroma : normal :+
semua mikroba yang ada pada susu bisa hilang
Agak asam tape : ++
karena nanti akan menghambat pertumbuhan
Asam tape : +++
bakteri starter, perlu diketahui hal ini
dikarenakan susu segar merupakan susu yang
Pembahasan
didapatkan langsung dari hasil pemerasan, jadi
Penelitian kali ini kami melakukan
sangat memungkinkan jika terdapat banyak
sebuah percobaan yaitu fermentasi yoghurt
bakteri di dalam susu tersebut. Ketika proses
pemanasan berlangsung tidak boleh dilakukan , suhu 25 – 40 0C (bakteri mesofil), ada juga
sampai mendidih dan usahakan sambil diaduk. bakteri yang tumbuh diatas 60 0C (bakteri
Hal ini dilakukan agar dapat membunuh termofil) (Prihatiwi, 2008 di dalam
mikroba kontaminan yang masih terdapat pada churotaay.blogspot.com).
susu tersebut. Kemudian didinginkan dengan Waktu merupakan faktor penting dalam
suhu 40 - 45 ℃ , diinokulasi dengan 3 – 5 % pengaturan suhu. Makin tinggi suhu makin
kultur starter Lacbacillus bulgaricus dan sedikit waktu yang dibutuhkan untuk
Streptococcus thermophillus, kemudian mematikan mikroorganisme dan makin besar
pemeraaman atau inkubasi yaitu proses kemungkina terjadinya kerusakan sel, begitu
dimana susu yang sudah diinokulasi dipelihara pun pada proses pemanasan atau pasteurisasi.
pada suhu yang telah ditentukan, yaitu suhu Lingkungan dapat pula mempengaruhu bakteri,
ruang dan suhu inkubator. dalam keadaan asam kemampuan bakteri untuk
Kedua adalah pembuatan yoghurt dari tumbuh pada suhu tinggi berkurang. Pada
susu UHT, Susu UHT (Ultra High sumber air panas yang bersifat asam suhu
Temperature) merupakan susu yang diolah tertinggi untuk bakteri dapat tumbuh 80 0C,
menggunakan pemanasan dengan suhu tinggi sedangkan pada keadaan basa suhu tertinggi
(135-145 0C) dan dalam waktu yang singkat dapat lebih dari 90 0C. Selain tu pH juga
selama 2-5 detik (Badan Standarisasi Nasional mempengaruhi faktor pertumbuhan dari
1998). Pemanasan dengan suhu tinggi bakteri. Secara umum bakteri mempunyai pH
bertujuan untuk membunuh seluruh optimun netral. Minimum dan maksimun pH
mikroorganisme (baik pembusuk maupun untuk pertumbuhan adalah 5 – 9.
patogen) dan sporanya. Waktu pemanasan
yang relatif singkat dimaksudkan untuk
Uji organoplenik
mencegah kerusakan nilai gizi susu serta
Berdasarkan hasil uji organoplenik
untuk mendapatkan warna, aroma, dan rasa
menunjukkan bahwa yoghurt yang dibuat dari
yang relatif tidak berubah seperti susu segar
susu segar dan susu UHT dengan inkubasi yang
(Harianja, 2009). Berdasarkan pernyataan
berbeda terdapat sedikit perbedaan hal ini
tersebut, proses pembuatan yoghurt dari susu
ditandai dengan adanya perbedaan rasa, aroma,
UHT tidak lagi melalui proses pemanasan dan
serta tekstur dari hasil yoghurt yang dihasilkan,.
pendinginan hal ini karena mikroba
Susu Segar
kontaminan yang seharusnya ada pada susu,
telah hilang karena susu tersebut telah di Untuk susu segar pemeramannya
strerilisasikan. Kemudian proses-proses terbagi menjadi dua ada yang menggunkan
selebihnya sama dengan pembuatan yoghurt inkubator dengan suhu 40 0C selama 4-6 jam
dari susu segar. dan ada yang menggunakan suhu ruang 37 0C
proses pemanasan atau pasteurisasi selama 24 jam. yoghurt dari susu segar dengan
dapat juga dilakukan pada suhu yang relatif suhu ruang memiliki rasa yang kurang sedap
rendah tetapi harus dalam waktu yang relatif atau hambar dibandingkan dengan yang ada
lama atau pada suhu tinggi akan tetapi dalam pada suhu inkubator. Menurut Abraham et al.
waktu yang relatif singkat, semakin tinggi (1993) kualitas yoghurt sangat dipengaruhi
suhu pemanasnya semakin singkat waktu oleh jenis susu, starter dan suplemen
pemanasnya. hal ini ada kaitanya dengan digunakan dalam pembuatan yoghurt.
pertumbuhan bakteri yang ada pada bahan Sedangkan pada yoghurt yang diinkubasi pada
baku tersebut . faktor fisik yang sangat suhu inkubator, jenis susu tidak mempengaruhi
mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah penerimaan panelis terhadap rasa yoghurt.
suhu (Luci W, 1995). Ada bakteri yang Waktu di awal pengecakan sudah terasa asam,
tumbuh pada suhu 0 -31 0C (bakteri psiknofil) hal itu terjadi karena starter bakteri dapat
bersinergi untuk membentuk asam, sehingga
lactobacilus bulgaricus dapat tumbuh lebih Susu UHT
baik karena adanya asam format yang di Untuk susu UHT , rasa yang dihasilkan
produksi oleh Streptococcus thermophillus. cukup asam hal ini menandai bahwa bakteri
Kemudia selain rasa, aroma juga menjadi asam laktat berhasil menfermentasikannya.
bagian dari pengujian arganoplenik. aroma Hal ini juga ditandai dengan turunya pH pada
yoghurt dipengaruhi oleh karena adanya susu. Kemudian aroma, untuk susu UHT aroma
senyawa tertentu dalam yoghurt seperti yang dihasilkan seperti aroma yoghurt pada
senyawa asetaldehida, diasetil , asam asetat umumnya . hanya saja pada suhu ruang aroma
dan asam-asam lain yang jumlahnya sangat yang dihasilkan masih sedikit berbau susu
sedikit . Senyawa ini dibentuk oleh bakteri biasa sementara untuk suhu inkubator
Streptococcus thermophillis dari laktosa susu, aromanya agak asam, kemudian tekstur yang
diproduksi juga oleh beberapa strain bakteri dihasilkan cukup baik seperti bubur , tidak
Lactobacillus bulgaricus (Syainah. dkk, 2014). terlalu encer dan tidak terlalu padat
Aroma yang ada pada yoghurt dari suhu ruang
jauh lebih kurang sedap dibandingkan dengan
suhu inkubator . hal ini mungkin terjadi SIMPULAN
karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan Dari praktikum ini dapat disimpulkan
praktikan, karena pada saat penelitian ini bahwa yoghurt adalah minuman yang terbuat
khususnya saat pasteurisasi sempat terjadi dari susu sapi dengan cara difermentasikan oleh
penggumpalan dan hal itu akan mempengaruhi bakteri Lactobacillus bulgaricus dan
pertumbuhan dari bakteri lain dan akan Streptococcus thermophillus. Bakteri
menghambat pertumbuhan bakteri starter. Lactobacillus bulgaricus berperan pada
Perlu diketahui pada proses inkubasi pembentukan aroma sedangkan bakteri
khususnya pemeraman menggunakan Streptococcus thermophillus berperan pada
inkubator umumnya mikroba akan berkerja pembentukan cita rasa. Pembuatan yoghurt
secara optimun karena suhu sedemikian rupa merupakan contoh dari bioteknologi
telah di atur, berbeda dengan suhu yang terlalu konvensional/tradisional. Proses pemanasan
tinggi atau terlalu rendah itu justru akan ditujukan untuk mematikan mikroba yang ada
mengakibatkan mikroba akan mati atau dalam susu. Sedangkan proses pendinginan
bahkan akan memperbanyak pertumbuhan ditujukan untuk memberikan kondisi optimum
mikroba sehingga menjadi tidak stabil. setelah susu dipanaskan, dan proses inkubasi
Kemudian tekstur, tekstur yang dihasilkan dilakukan karena bakteri bekerja secara optimal
baik yang ada di suhu ruang maupun suhu di suhu yang hangat.
inkubator memiliki kesamaan tekstur yaitu
lembut dan kental , kekentalan pada yoghurt
dipengaruhi oleh penggumpalan , REFERENSI
penggumpalan tersebut dapat disebabkan oleh
kegiatan enzim atau penambahan asam. Buckle, K. A. dkk. 1958. Ilmu Pangan.
Laktosa dalam susu digunakan oleh bakteri Jakarata. Universitas Indonesia.
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus Hidayat, Nur dkk. 2006. Mikrobiologi Industri.
thermophilus sebagai sumber karbon dan Yogyakarta. Penerbit ANDI
energi utama. Selama proses fermentasi Harianja, Duma. 2009. Kajian Tingkat
laktosa berubah menjadi asam piruvat , yang Keamanan Susu UHT (ULTRA HIGHT
selanjutnya berubah menjadi asam laktat , TEMPERATURE) Impor Terhadap
asam laktat menyebabkan penurunan pHyang Mikroba Bacillus cereus. Tesis. Bogor :
berarti meningkatkan keasamaan sehingga Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
kasein yang ada pada susu menjadi tidak stabil Bogor
,dan menggumpal mebentuk gel yoghurt. Muslimin, Lucia W. 1995. Mikrobiologi
Lingkungan. Universitas Hasanudin
Syainah, Ermina dkk. 2014. Kajian
Pembuatan Yoghurt Dari Berbagai
Jenis Susu dan Inkubasi Yang
Berbeda Terhadap Mutu dan Daya
Terima. Jurnal Skala Kesehatan. Vol
5. 1.
AL-KAUNIYAH: Journal of Biology, 11(2), 2018

Sirait, N. (2009). Terong cepoka (Solanum Yousaf, Z., Wang, Y., & Baydoun, E. (2013).
torvum) herba yang berkhasiat sebagai Phytochemistry and pharmacological
obat. Warta Penelitian dan studies on Solanum torvum Swartz.
Pengembangan Tanaman Industri, 15(3), Journal of Applied Pharmaceutical
10-12. Science, 3(4), 152-160.
Taiz, L., & Zeiger, E. (2002). Plant physiology
3rd edition. Oxford: Sinauer Associates.

Anda mungkin juga menyukai