Anda di halaman 1dari 12

PEMANFAATAN SAMPAH KANTONG PLASTIK

MENJADI BAHAN BAKAR MINYAK RAMAH


LINGKUNGAN

Disusun Oleh :

Nama Peneliti : 1. Giska Nazilatus Salma


2. Azura Natasya Meica
Bidang Penelitian : Sains Dan Teknologi
Jenjang : Madrasah Tsanawiyah
Nama Pembimbing : Rusna Bahroini, ST

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM


DIREKTORAT KSKK MADRASAH
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 03 PEKANBARU


2021

1
Pemanfaatan Sampah Kantong Plastik Menjadi Bahan Bakar Minyak
Ramah Lingkungan

Bidang Penelitian : Sains Dan Teknologi

A. Latar Belakang

Meteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) menyebutkan data timbunan


sampah di Indonesia di 2020 mencapai 67,8 ton. Pertumbuhan jumlah penduduk juga
diperkirakan akan membuat jumlah ini terus meningkat. Sampah yang semakin
menumpuk akan semakin berdampak banyak pula pada produksi sampah plastik.

Meningkatnya jumlah permintaan plastik disebabkan karena plastik memiliki


banyak kelebihan dibandingkan bahan lainnya. Barang berbahan baku plastik umumnya
lebih ringan, bersifat isolator dan proses pembuatannya lebih murah.

Permasalahan sampah khususnya sampah plastik pembungkus makanan (seperti


bungkus gula, bungkus es dan sejenisnya) dan kantong plastik yang kian hari makin
bertambah ditempat pembuangan sampah, maka banyak upaya yang telah dilakukan
untuk mengkonversi material-material sampah plastik tersebut untuk menghasilkan
bahan bakar. Sifat penyusun sampah plastik yaitu berupa hidrokarbon. Plastik memiliki
nilai kalor yang setara dengan minyak fosil seperti bensin dan solar. Pada dasarnya
plastik berasal dari minyak bumi, sehingga tinggal dikembalikan ke bentuk semula.

Namun bahan plastik memiliki masalah setelah barang tersebut tidak digunakan
lagi. Barang berbahan plastik tidak dapat membusuk, tidak dapat menyerap air, dan
pada akhirnya tidak dapat diuraikan dalam tanah sehingga menimbulkan masalah bagi
lingkungan. “Limbah plastik yang ada pada saat ini pada umumnya hanya dibuang
(lanffill), dibakar atau didaur ulang (recycle).

Pengelolaan sampah plastik dengan cara pembakaran dapat menyebabkan


dampak negatif terhadap lingkungan berupa terjadinya pencemaran udara khususnya
emisi dioxin yang bersifat karsinogen. Pengelolaan sampah plastik lainnya adalah
dengan mendaur ulang sampah plastik menjadi bentuk lain, namun proses daur ulang

2
ini hanya akan merubah sampah plastik menjadi bentuk baru bukan menanggulangi
volume sampah plastik sehingga ketika produk daur ulang plastik sudah kehilangan
fungsinya maka akan kembali menjadi sampah plastik. Oleh karenanya diperlukan
alternatif lain untuk menangani volume sampah plastik ini.

Daur ulang limbah plastik merupakan satu-satunya cara yang dapat mengurangi
jumlah limbah plastik yang ada. Namun kenyataannya hanya sedikit dari limbah plastik
yang dapat didaur ulang dan bahan hasil daur ulang mempunyai kualitas yang rendah
sehingga metode daur ulang dipandang belum efisien untuk memecahkan masalah
limbah plastik. Untuk itu dicari cara lain untuk mengatasi limbah plastik untuk
dijadikan suatu produk yang lebih berguna dan bermanfaat bagi masyarakat melalui
metode penyulingan/pirolisis.

Pirolisis merupakan proses peruraian suatu bahan pada suhu tinggi tanpa adanya
udara atau dengan udara terbatas. Untuk mengetahui kualitas minyak pirolisis, maka
diperlukan berbagai macam pengujian diantaranya uji nilai kalor, uji performa kompor
berbahan bakar minyak pirolisis, uji komposisi kimia, uji viskositas, dan uji massa jenis.

B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah Pada Penelitian ini adalah:

1. Bagaimana cara mengubah sampah plastik menjadi BBM ramah lingkungan ?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengantisipasi terjadinya krisis bahan bakar di Indonesia.

2. Untuk memanfaatkan sampah plastik yang biasanya dibuang dan dibakar begitu
saja tanpa mengetahui manfaat dari plastik itu sendiri.
3. Terciptanya alat yang ideal dalam memanfaatkan sampah plastic menjadi BBM.

D. Manfaat Penelitian
1. Memberikan solusi energi alternatif menjadi BBM ramah lingkungan dengan
menggunakan sampah plastik sebagai sumber energi.
2. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang bagaimana proses mengolah
sampah plastik agar bisa menjadi bermanfaat.
3
3. Manfaat ekonomis, memberikan nilai tambah bagi masyarakat sehingga tidak lagi
menggantungkan kebutuhan energi kepada pemerintah.
4. Manfaat social, memberikan nilai edukasi kepada masyarakat
dalam memberlakukan sampah plastic dalam kehidupan sehari-hari,
tidak lagi membuang sembarangan tetapi memanfaatkannya

E. Tinjauan Pustaka

1. Plastik
Plastik adalah Makromolekul yang dibentuk melalui proses polimerisasi
dimana unsur penyusun utama karbon dan hidrogen yang membentuk senyawa
polimer (Surono, 2013). Pada umumnya sampah plastik yang mendominan ditempat
pembuang sampah terdiri dari 46% polietilene (HDPE dan LDPE), 16%
polypropilne(PP), 16%polistirene (PS), 7%polyvinyl (PVC), 5% Polietilene
Tereptalati (PET), 5% Acronitril butadiene styrene (ABS), dan 5% Polimer-polimer
yang lainnya (Vasile, 2002).
Berdasarkan sifatnya, plastik dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu
thermoplastic dan thermosetting. Thermoplastic adalah bahan plastik yang bila digunakan
untuk membuat material tertentu dapat didaur ulang dan dibuat menjadi bentuk material yang
lain melalui proses pemanasan. Contoh thermoplastic antara lain yaitu Polyethylene,
Polypropylene, Nylon, Polycarbonate. Thermosetting adalah plastik yang jika telah dibuat
dalam material tertentu, tidak dapat dicairkan untuk didaur ulang atau dibuat produk lain.
Contoh plastik yang termasuk thermosetting antara lain Phenol formaldehyde, Urea
Formaldehyde, Melamine Formaldehyde (Das & Pandey, 2007; Surono, 2013).

2. Pirolisis
Pirolisis berasal dari dua kata yaitu pyro yang berarti panas dan lysis yang berarti
penguraian atau degradasi, sehingga pirolisis berarti penguraian biomassa oleh panas pada
suhu lebih dari 150°C. Pirolisis merupakan proses thermal cracking yaitu proses perekahan
atau pemecahan rantai polimer menjadi senyawa yang lebih sederhana melalui proses
thermal (pemanasan/pembakaran) dengan tanpa maupun sedikit oksigen.

Pirolisis merupakan proses endotermis artinya proses pirolisis hanya bisa terjadi ketika
dalam sistem diberikan energi panas. Energi panas yang dibutuhkan pada proses ini dapat
bersumber dari tenaga listrik maupun dari tungku pembakaran dengan bahan bakar berupa
limbah kayu seperti potongan-potongan kayu, serbuk gergaji, dan lain-lain. Istilah lain dari
pirolisis adalah “destructive distillation” atau destilasi kering, merupakan proses penguraian

4
yang tidak teratur dari bahan-bahan organik yang disebabkan oleh adanya pemanasan tanpa
berhubungan dengan udara luar.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengkonversi sampah plastik
menjadi bahan bakar cair, antara lain: pyrolysis, thermal cracking, and catalitic
cracking. Diantara ketiga metode tersebut, metode pirolisis adalah metode yang
dianggap paling menjanjikan

Proses Pirolisis adalah proses pemecahan material oleh temperatur pada


temperatur sekitar 230oC, ketika itu ada senyawa yang tidak stabil secara termal, dan
zat terbang pada sampah plastik akan pecah dan menguap bersamaan dengan
senyawa lainnya (Aprian dkk, 2009). Pirolisis adalah proses dekomposisi material
organik secara thermal pada suhu tinggi tanpa adanya oksigen (Mustofa dkk, 2013).
Dalam suatu proses pirolisis ada faktor–faktor atau kondisi yang mempengaruhi
terhadap keluaran dari hasil proses pirolisis adalah sebagai berikut :
1. Waktu , semakin lama proses pirolisis. Produk yang dihasilkan (limbah padat, tar, gas
dan minyak) akan meningkat.
2. Suhu , sangat mempengaruhi produk yang dihasilkan karena menurut persamaan
Arrhenius, suhu dekomposisi termal yang tinggi dari nilai konsekuensi konstan yang
lebih besar meningkatkan laju pirolisis dan kenaikan konversi.

3. Ukuran partikel, terhadap hasil, semakin besar ukuran partikel, luas permukaan per
satuan berat menjadi lebih kecil, sehingga proses semakin lambat.
4. Berat Partikel, semakin banyak bahan yang dimasukkan maka akan menyebabkan
hasil bakar cair (tar).

Plastik yang mengalami proses pirolisis akan terdekomposisi menjadi material-


material pada fase cair dalam bentuk minyak bakar, fase gas berupa campuran gas
yang dapat terkondensasi maupun tidak dapat terkondensasi dan fase padat berupa
residu maupun tar (Hamidi dkk, 2013). Dibandingkan dengan bio-fuel seperti biodisel
maupun bioetanol, minyak hasil pirolisis plastik memiliki beberapa kelebihan. Minyak
hasil pirolisis tidak mengandung air sehingga nilai kalorinya lebih besar. Selain itu,
minyak hasil pirolisis tidak mengandung oksigen sehingga tidak menyebabkan korosi
(Hidayah & Syafrudin, 2018).

5
F. METODE PENELITIAN

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode Eksperimen. Populasinya adalah


sampah kantong plastik yang di ambil dari tempat pembuangan sampah di lingkungan MTsN 3
Pekanbaru. Sampelnya di ambil sebanyak 200 gr kantong plastik.

1. Bahan dan Alat


Bahan dan alat yang digunakan pada penelitian ini berupa:
1. Membersihkan Limbah Kantong Plastik (LDPE), mencuci dan mengeringkan
Limbah Plastik dengan cara penjemuran dibawah matahari, Kemudian Limbah-
limbah Plastik dicacah dengan ukuran 2 cm.
2. Minyak tanah dan solar yang digunakan sebagai bahan bakar pembanding diperoleh
dari Stasiun Pompa Bensin Umum (SPBU) Pertamina sehingga spesifikasi bahan bakar
yang diperoleh sesuai standar Pertamina.
3. 1 set reaktor pirolisis
4. Air sebagai pendingin
5. Timbangan

6. Stopwatch
7. Gelas ukur
8. Termometer
9. Pipet
10. Tungku pembakaran
11. Cawan
Rangkaian alat pirolisis yang digunakan pada penelitian ini disajikan pada
Gambar 1.

6
Gambar 1.
Rangkaian Alat Pirolisis Plastik

2. Prosedur Eksperimen

Kantong plastik dalam kondisi kering sebanyak 200 gram dimasukkan ke


dalam alat pirolisis yang dilengkapi sistem pendingin dan penampung destilat.
Kantong plastik (LDPE) pada fase padat selanjutnya diubah menjadi fase cair
(minyak) dengan menggunakan proses thermo cracking (pirolisis).

Proses perubahan fase dari padat menjadi cair berlangsung dalam dua tahap.
Tahap pertama, perubahan fase padat menjadi gas dilakukan dengan cara memanaskan
kantong plastik (padat) dengan menggunakan kompor LPG. Tahap kedua, perubahan
fase gas menjadi cair dengan cara mengkondensasikan gas yang terbentuk pada tahap
pertama sehingga diperoleh destilat berupa minyak (cair).

Analisis

Analisis massa jenis minyak hasil pirolisis, minyak tanah dan solar dilakukan
dengan cara mengukur volume dan massa masing-masing sampel. Tiap- tiap sampel
diambil 5 ml dengan gelas ukur selanjutnya sampel ditimbang untuk diperoleh massa
sampel. Massa jenis sampel dihitung dengan persamaan (1).

……………..…. (1)

dimana ρ adalah massa jenis, m adalah massa sampel dan V adalah volume sampel.

Analisis unjuk kerja minyak hasil pirolisis, minyak tanah dan solar dilakukan
dengan menganalisis lama pembakaran masing-masing sampel bahan bakar, unjuk
kerja sampel dalam menaikkan suhu (memanaskan) air dan mengukur volume air yang
tersisa setelah dipanaskan dengan menggunakan masing-masing sampel bahan bakar.

Analisis lama pembakaran dilakukan dengan mengambil 5 ml masing-masing


sampel bahan bakar yang dimasukkan ke 3 tungku pembakaran yang berbeda. Waktu
yang dibutuhkan masing-masing sampel bahan bakar untuk membakar material
sampai habis akan dihitung dan dianalisis.

7
Analisis unjuk kerja sampel bahan bakar dalam menguapkan air dilakukan
dengan mengukur memanaskan 15 ml air selama 4 menit. Selanjutnya volume air
yang tersisa setelah dilakukan pemanasan dengan 3 sampel bahan bakar yang
berbeda diukur dan dianalisis.

Jadwal Penelitian

No.
Jadwal Penelitian Waktu

1 Tahap Persiapan Mei 2021


2 Penyusunan Proposal Minggu Pertama Juni 2021 –
Minggu ketiga Juli 2021
3 Pengembangan Instrumen Penelitian Minggu ketiga Agustus 2021
4 Pengurusan Surat Izin Penelitian 31 Agustus 2021
5 Pengumpulan Data Minggu pertama – Minggu kedua
September 2021
6 Penganalisisan Data Minggu ketiga September –
Minggu pertama Oktober 2021
7 Penyusuan Draft Laporan Penelitian Minggu kedua Oktober 2021
8 Editing dan Revisi Penelitian Minggu ketiga Oktober 2021
9 Pengumpulan laporan akhir 25 Oktober 2021
Penelitian

G. Daftar Pustaka

8
Aprian , Ramadhan P. And Munawar , Ali 2012. Pengolahan Sampah Plastik
Menjadi Minyak Menggunakan Proses Pirolisis. Envirotek : Jurnal Ilmiah
Teknik Lingkungan, 4 (1). Issn 2085- 501-X.

Hamidi, N., Tebyanian, F., Massoudi, R., Whitesides, L. (2013). Pyrolysis of Household
Plastic Wastes. British Journal of Applied Science & Technology, 3(3), 417-439

Hidayah, N, Syafrudin. (2018). A Review on Landfill Management in the Utilization of


Plastic Waste as an Alternative Fuel. Proceeding The 2nd International Conference on
Energy, Environmental and Information System (ICENIS 2017). Semarang:
Universitas
Diponegoro 15-16 Agustus 2017

Mustofa k,D,dkk. 2014 “ polytecti conversion machine of plastik into oil fuel with
continuos systemand reservoir wet – steam oil with 20 kg capacitiesi. Proceedings
of AISC taiwan 2013”.

Santoso, J., 2010, “Uji sifat minyak pirolisis dan uji performasi Kompor berbahan
bakar minyak pirolisis dari Sampah plastik”.

Surono, U.B.2013. berbagai metode konversi sampah plastik menjadi bahan bakar
minyak. Jurnal tehnik vol 3 no 1 Tentang Kebersihan Lingkungan dan dampak
bahayadariLimbah (http://dinkes.palembang.go.id/?
nmodul=dokumen&judul=alamat-kontak#)

Vasile, C, brebu, 2002, “ solid waste treatment by pyrolysis methods”Jurnal of


environmental protection and ecologi no 1, 230-235

9
i

Anda mungkin juga menyukai