BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bobot badan sangat penting diketahui karena sangat menentukan harga jual atau
pembelian sapi, namun kenyataannya bobot badan tersebut sangat sulit diukur, hal ini disebabkan
karena sapinya kurang jinak, alat pengukur bobot badan terlalu besar dan mahal serta tidak selalu
tersedia timbangan di pasar-pasar hewan sehingga para peternak kesulitan dalam menentukan
harga jual atau beli sapi yang lebih sering tidak menguntungkan bagi peternak.
Kelemahan sistem perdagangan ternak sapi di Indonesia memiliki tingkat human error
yang cukup tinggi dan belum adanya kebijakan standarisasi proses penjualan ternak yang
mengakibatkan peternak mengalami kerugian. Oleh karena itu perlu dikembangkan cara
pendugaan bobot badan ternak dengan ketepatan yang dapat digunakan sebagai alternatif oleh
peternak sehingga dapat memonitor pertumbuhan ternaknya dan mempermudah proses
pendugaan bobot badan ternak di pasar hewan pada saat dijual.
Pembentukan model hubungan antara statistik vital dengan bobot badan dalam
pengamatan ini dapat dinyatakan dalam beberapa hal yaitu nilai korelasi, serta analisis regresi
yang nantinya akan menghasilkan persamaan yang dapat dijadikan acuan untuk menduga bobot
badan berdasarkan ukuran statistik vital (panjang badan dan lingkar dada) sebagai bahan
perbandingan terhadap pendugaan bobot badan menggunakan rumus Schoorl dan modifikasi.
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
C.
Tujuan
Pelaksanaan praktikkum ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui bobot sapi dengan menggunakan rumus schrool dan rumus modifikasi.
2. Mengetahui hubungan antara ukuran statistik vital (panjang badan dan lingkar dada) terhadap
bobot sapi.
D. Manfaat
1. Mahasiswa dapat menaksir bobot sapi dengan menggunakan rumus schrool dan rumus
modifikasi.
2. Mengetahui hubungan antara ukuran statistik vital (panjang badan dan lingkar dada) terhadap
bobot sapi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
B.
Kemudian Rumus ini disesuaikan oleh Lambourne dengan mengonversi ke dalam satuan
yang cocok dengan kehidupan masyarakat kita, yakni
Sejumlah peneliti mencoba membuktikan keakuratan rumus-rumus itu diuji-cobakan
terhadap beberapa kelompok sapi, domba, kambing antara bobot taksir dan bobot timbangan.
Hasilnya rumus Scheiffer dan Lambourne lebih mendekati berat real sapi, domba, kambing
sebenarnya dengan tingkat kesalahan di bawah 10 persen. Sedangkan rumus Schoorl tingkat
kesalahannya mencapai 22,3 persen.
Perbedaan perhitungan berat pada mahluk hidup adalah wajar, karena bobot hewan
sangat dipengaruhi situasi dan kondisi lingkungan, yakni gelisah (stress), habis makan, banyak
minum atau baru buang feses. Hewan yang ditimbang sekalipun, akibat buruk perlakuan dan
pengangkutan dapat menyebabkan susut tubuh 5-10%.
BAB III
ISI
ACARA
TANGGAL
TEMPAT
Mengukur panjang badan, Panjang badan diukur secara lurus dengan tongkat ukur dari ujung
sendi haluan ( bagian depan bahu )sampai ke tonjolan tulang duduk, kemudian mencatat hasil
yang di peroleh.
4. Mencatat dan menghitung hasil pengukuran dengan rumus schrool dan modifikasi.
IDENTITAS TERNAK
a. No. Ternak
:9
b. Jenis Kelamin
: Jantan
A. HASIL PENGAMATAN
1. Pengamatan judging
Dari Samping : Segi empat
Depan
: Bulat
Belakang
: Bulat
Gambar 1. Sapi tampak samping
2. Ukuran Tubuh
Panjang Badan : 123 cm
L ingkar Dada
: 158 cm
B. PEMBAHASAN
Penilaian kondisi tubuh perlu dilakukan karena pengamatan ini bertujuan untuk
mengetahui kondisi ternak potong secara visual. Dari hasil pengamatan praktik dari samping
tubuh sapi berbentuk segi empat dan dari belakang tubuh sapi terlihat bulat hal ini
menanandakan sapi memiliki tubuh yang cukup gemuk.
Dalam penaksiran bobot badan ternak sapi, pengukuran lingkar dada dilakukan dengan
cara melingkari pita ukur pada tubuh ternak tepat dibelakang kaki depan. Pita ukur harus
dikencangkan sehingga pita ukur pada bagian dada terasa. Sebelum dilakukan pengukuran di atas
ternak harus dalam posisi normal, kaki depan dan belakang harus sejajar satu sama lain dan
kepala ternak harus menghadap kedepan.
Pada pengukuran lingkar dada pada ternak menunjukkan berat badannya, di mana
semakin panjang lingkar dadanya maka semakin berat bobot badan ternak tersebut dan
sebaliknya semakin pendek lingkar dada suatu ternak maka berat badan ternak tersebut ringan
atau ternak tersebut kurang sehat/ kurus.
Hasil pengukuran pada sapi potong dengan nomor urut 09 didapat Panjang Badan (PB)
sapi 123 cm. dan Lingkar Dada (LD) 156 cm, sehingga dapat di hitung menggunakan rumus
scrool dan modifikasi sebagai berikut:
Hasil Pengukuran
Perhitungan dengan rumus schrool:
= (156 + 22)2
100
= 1782
100
= 316,84 Kg
Perhitungan dengan rumus Modifikasi :
= 1562 x 123
10840
= 24336 x 123
10840
= 2993328
10840
= 276,137 Kg
Selisih antara perhitungan rumus schrool dengan rumus Modifikasi pada pengukuran adalah
40,702 Kg
Selisih antara perhitungan dengan rumus schrool dengan rumus Modifikasi memiliki
selisih yang cukup besar yakni 40,75 Kg, hal ini dikarenakan dalam proses pengukuran ternak
dalam kondisi yang tidak tenang yang disebabkan keramaian di sekitar kandang karena terlalu
banyak orang yang menjadikan ternak sapi yang kami amati tidak dalam posisi normal.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan :
1.
Kita dapat menaksir bobot sapi dengan perhitungan menggunakan rumus schrool dan
modifikasi.
2. Semakin besar ukuran statistik vital (panjang badan dan lingkar dada) semakin besar bobot sapi.
B. Saran
Dari hasil pesmbahasan, penulis menyarankan :
1. Diharapkan kepada praktikan agar berhati-hati, bersikap tenang dan teliti saat melakukan
pengukuran dan pengamatan ternak sapi supaya tidak ada kesalahan dalam pengamatan maupun
2.
pengukuran.
Di harapkan pada praktikan supaya tidak ribut pada saat praktikum berlangsung agar ternak
supaya ternak tenang dan tidak mengalami stress.
DAFTAR PUSTAKA
http://rezafaisa.blogspot.com/2013/05/laporan-manajemen-ternak-potong.html
laporan manajemen ternak potong/
http://cybex.deptan.go.id/lokalita/menaksir-bobot-badan-sapi-tanpa-alat-timbang