Anda di halaman 1dari 12

Usaha Pembesaran Anak sapi Sapihan

( Program Stocker)

Pengertian Stocker

Stocker adalah anak sapi betina (heifer) atau jantan maupun jantan- kebiri

(steer) sapihan yang belum di- finish atau untuk kepentingan/ usaha lain,

dipelihara/ diberi makan untuk tumbuh, kondisi relatif kurus, namun sehat. Materi

dari stocker digunakan antara lain untuk program finish (feeder ) ataupun

pengganti stok (replacement stock) lama untuk induk maupun (mungkin)

pejantan.

Bahan stocker dapat berasal dari usaha Cow Calf (CC) sendiri atau

pengusaha lain. Yang disebut pertama merupakan kombinasi antara program CC

dan program stocker. Dan yang disebutkan kemudian, dapat merupakan program

stocker khusus dan program finishing, kombinasi inilah yang sering didapatkan di

negara maju ternak.

Beberapa Keuntungan dan Kelemahan Program Stocker

Beberapa keuntungan program stocker yang dapat disebutkan antara lain:

1. Dapat menggunakan hijauan relatif lebih banyak. Ongkos pertambahan

bobot badan diharapkan semurah mungkin, namun tingkat pertambahan

bobot badan minumumnya dalam taraf tertentu.

2. Perputaran modal relaif cepat ( dalam jangka waktu 4-6 bulan).

3. Dapat memanfaatkan suasana dimana harga ternak meningkat untuk

mendapatkan keuntungan yang (agak) banyak dari sebaran harga disaat

tertentu.
4. Program ini fleksibel, penyesuaian besar usaha mudah dilakukan.

5. Resiko kematian relatif lebih kecil dibanding program CC, karena stocker

yang ada merupakan sisa dari anak yang mati dalam program CC.

6. Peralatan yang dibutuhkan, relatif lebih sedikit dan sederhana.

Beberapa kelemahan program stocker yang dapat disebutkan antara lain:

1. Modal yang dibutuhkan biasanya relatif besar dibanding program CC.

2. Memerlukan keahlian yang relatif tinggi dan spesifik dalam hal membeli

dan menjual terutama judging, terutama dalam penyusutan/shringkage.

Sumber Keuntungan dalam Usaha Stocker

Sumber keuntungan dari usaha pembesaran ini adalah

(1). Dari sebaran harga.

(2). Dari feeding margin selama proses pembesaran.

Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah suatu proses yang sangat menarik. Dalam

membesarkan hewan pada program pembesaran ini, pertumbuhan perlu mendapat

perhatian khusus. Mempelajari pertumbuhan sapi khususnya, atau berbagai

implikasi dari perubahan bentuk dan komposisi terhadap efisiensi fungsional.

Daging, beef khususnya, diproduksi dengan adanya pertumbuhan jaringan

tubuh dari ternak pedaging seperti sapi/kerbau. Dalam manipulasi pertumbuhan

guna mendapatkan efisiensi yang lebih besar, kita harus menghayati sifat daging

sapi/kerbau yang menyebabkan konsumen akan menyukainya; sifat ini harus

dipertahankan. Kisaran intuk mengubah komposisi karkas masih luas tanpa

mempengaruhi sifat-sifat dasar dari daging sapi tersebut; dewasa ini masih banyak
variasi tipe karkas yang dikenal sebagai optimum di berbagai bagian dunia.

Tradisi, budaya, kebiasaan dan rasa pribadi dapat mempengaruhi jenis daging sapi

yang dicari oleh konsumen. Jumlah dan distribusi lemak memang mempengaruhi

minat terhadap daging sapi/kerbau tetapi hal ini bervariasi di berbagai negara yang

mempunyai budaya yang berbeda. Bila melampaui suatu nilai optimum, tentu

akan mengurangi minat konsumen terhadap daging tersebut dan mengurangi

produk yang dapat terjual karena harus di trim.

Pertambahan Bobot Badan yang Diharapkan dari Program Stocker

Stocker harus dipelihara sedemikian rupa hingga ongkos pengelolaan,

pemberian makanan, seminimum mungkin untuk suatu pertumbuhan normal

tertentu. Pertambahan bobot badan yang melampaui (anggapan) normal, mungkin

tidak diperlukan.

Pertambahan bobot badan yang dimaksud normal tersebut (untuk Bos taurus

) adalah antara 1/3 sampai 3/4 kg/ekor/hari – tergantung pada umur dan bangsa

ternak. Pertambahan bobot badan sangat cepat pada hewan yang relatif masih

muda. Kemudian menurun dengan bertambahnya umur. Pada umur dua tahun,

makanan yang dibutuhkan untuk hidup pokok amat banyak; oleh karena itu

ongkos bertambahnya bobot badan yang sedikit/lamban pada fase itu akan

menjadi lebih mahal; diketahui bahwa hampir semua program dalam usaha

sapi/kerbau pedaging (kecuali program finish) tidak memaksimumkan tingkat

pertumbuhan, relatif terdahap potensi genetiknya. Pembatasan tingkat

pertumbuhan ini paling sedikit pada anak sapi yang diberi creep-feed pada waktu

menyusu yang langsung disambung dengan program finish setelah disapih dengan

100 persen konsentrat.


Banyak wilayah di dunia ini terutama di daerah tropis (misalnya Indonesia)

yang masih mempraktekkan cara beternak tradisional; umumnya sangat

membatasi pertambahan bobot badan.

Pertumbuhan Kompensasi/Compensatory Growth

Pertumbuhan kompensasi terjadi bila hewan yang sebelumnya diberi

makan secara marginal atau under-nutrition, memperoleh kesempatan untuk

berealimentasi dengan ransum bernilai nurtisi lebih baik, kemudian. Hal ini sudah

lama menjadi perhatian (lihat misalnya tinjauan literatur yang telah dibuat oleh

Wilson dan Osbourn, 1960, Allden, 1970, dan O’Donovan, 1984).

Semua jenis ternak yang mengalami kurang makan/under-nutrisi dapat

memperlihatkan kompensasi pertumbuhan (Wilson dan Osbourn, 1960).

Fenomena ini ditandai dengan pertambahan bobot badan yang lebih cepat, luar

biasa, relatif terhadap umur kronologis (Bohman, 1955) atau pertambahan bobot

badan biasa. Dan untuk sapi pedaging, kelihatannya ada beberapa pendapat dalam

mencari penyebabnya, misalnya:

Oleh karena menurunnya kebutuhan untuk hidup pokok (Saubidet dan

Verde, 1976; Ledger dan Sayers, 1977) – hewan-hewan yang diberi makanan

kurang dari semestinya tentu akan mempunyai bobot badan yang lebih rendah

sehingga kebutuhan untuk hidup pokonya akan lebih kecil pada waktu

realimentasi, dan lebih banyak energi yang dapat digunakan untuk

produksi/pertumbuhan pada level konsumsi yang sama.

Juga ada pendapat karena meningkatnya konsumsi makanan (Meyer et

al.,1965; O’Donovan et al.,1972; dan Tayler et al., 1957); dilaporkan bahwa di

samping bertambahnya isi saluran pencernaan, juga karena pertumbuhan jaringan


yang lebih cepat. Nafsu makan yang lebih besar tadi mungkin disebabkan oleh

karena jaringannya belum atau tidak banyak mengalami perubahan negatif selam

under-nutrisi (Palson, 1955).

Pendapat lain adalah karena beberapa perubahan dalam komposisi jaringan

dari pertambahan bobot badan (Meyer et al.,1965, Fox et al.,1972; Baker et

al.,1985). Semakin besar pengurangan cadangan lemak, semakin besar pula

konsumsi dapat diharapkan. Seperti diketahui, konsumsi ruminan dapat

diturunkan dengan pemberian VFA; sedangakan semakin besar cadangan lemak

tubuh, kesanggupan untuk menghilangkan VFA dalam darah relatif menurun

(Lihat Preston dan Willis, 1970). Cukup beralasan kalau dikatakan bahwa sistem

endoktrin secara aktif terlibat dalam proses ini (McManus, 1972).

Peningkatan efisiensi penggunaan makanan selama realimentasi, antara lain

adalah karena:

Lebih besarnya pertambahan bobot badan dibanding ternak dengan

makanan tidak terbatasi; kemudian juga oleh konsumsi (Osbourn dan Wilson,

1960).

Diketahui pula (Hogan, 1929) bahwa kebutuhan hidup pokok ternak yang

sedang berealimentasi lebih kecil dibanding dengan ternak yang pemberian

makanannya tidak terbatas, walaupun berat badannya sama.

Jaringan yang dibentuk oleh ternak berealimentasi jauh lebih rendah kadar

energinya – kadar lemaknya relatif kurang (Reid et al.,1955). Kesemua faktor

penentu efisiensi tersebut pengaruhnya akan terbatas sampai kondisi sudah

kembali normal. Ternak yang lebih tua, lebih tahan terhadap kurang gizi (Joubert,
1954). Tingkat pemberian makanan selama proses kompensasi menentukan

tingkat kompensasi tersebut (Hinneman dan Von Keuren, 1956).

Keterangan di atas (dapat) memberi petunjuk bahwa pengusaha stocker atau

penggemukan (lihat program finish) akan lebih untuk bila membeli hewan yang

sedang kurang gizi, walaupun sudah kompensasi, harganya rendah, karena bobot

badannya rendah. Dalam praktek, hal tersebut mungkin dapat dihindari dangan

pemeliharaan yang lebh murah di daerah dimana pastora banyak tersedia secara

murah.

Dalam pertumbuhan kompensasi, didapatkan pula perubahan-perubahan

metabolit dalam darah. N-urea darah meningkat dapat merupakan refleksi kadar

protein ransum yang tinggi/atau berlebihan (Lindberg, 1984; Park, 1985), atau

protein digunakan secara lebih efisien (Fox et al., 1972; Park et al., 1987)

termasuk dalam hal depositonya dalam jaringan.

Modifikasi input nutrisi guna memanipulasi komposisi karkas, ruminan,

sudah lama menjadi fokus perhatian para peneliti di samping sekedar manipulasi

pertambahan bobot badan tersebut di atas (Bohman, 1955; Koch, 1982; Nelsen et

al., 1982, dan lain-lain)

Pandangan respons kompensasi dalam literatur masih tidak sama; hal ini

antara lain disebabkan oleh 3 faktor, yaitu :

 Keparahan under-nutrisi

 Sifat dan

 Lama perlakuan pemberian makanan (under-nutrisi)/pertumbuhan yang

diberikan selama pengamatan yang dilaporkan tersebut (Wilson dan Osbourn,

1960; Reid dan White, 1977; O’Donovan, 1984), kemungkinan adanya interaksi
yang kompleks antar ketiga anomali. Tetapi seperti dikatakan tadi di atas, pada

umumnya hasil-hasil penelitian mempunyai kesamaan bahwa dalam kompensasi

pertumbuhan, didapatkan perbaikan efisiensi pertumbuhan dan komposisi karkas

(misalnya Harris dan Widdowson, 1978; Ledin 1984).

Pengaruh Keparahan Pembatasan Pemberian Makanan atau Zat Makanan


ataupun Pertumbuhan

Pembatasan pemberian energy jangka pendek, rata-rata mempunyai

pertambahan bobot badan 0.29 kg/hari lebih rendah ( P< 0,01) dari pada

pembatasan energy yang sedang, selama 77 hari, tetapi mempunyai pertambahan

bobot badan 0.37 kg/hari lebih banyak ( P < 0,01) pada 80-81 hari periode finish (

kompensasi). Perbedaan pertambahan bobot badan dengan pembatasan protein

yang sedang dan yang parah hanya kecil dan taknyata ( P> 0,10) demikian pula

pertambahan bobot badan dan efisiensi dalam periode finish.

Pengaruh Lama/ Periode Pembatasan Pemberian Makanan/Pertumbuhan

Pertambahan bobot badan finish dan Grain/Feed (G/F) sedikit lebih tinggi

( P.0.13 dan 0.09) untuk sapi yang sebelumnya mendapat perlakuan pembatasan

energy jangka panjang (126 hari) disbanding degan jangka pendek (77 hari).

Pertambahan bobot badan finish dan efisiensi penggunaan makanan (G/F)

yang sebelumnya mendapat pembatasan protein jangka pendek lebih tinggi

(P<0.10) dari pada pembatasan pemeberian protein jangka lama.

Pengaruh Jenis Zat Makanan yang Dibatasi dalam Periode Pembatasan


Pemberian Makanan/Pertumbuhan

Penampilan sapi dengan pembatasan konsumsi protein umunya lebih

inferior dibandingkan dengan pembatasan pemberian energy sebelum


berealimentasi. Pertambahan bobot badan sapi yang mengalami pembatasan

pemebrian protein ( sedikit, sedanng, parah/banyak) walaupun angkanya lebih

kecil, namun tidak berbeda nyata ( P.> 0.10) dengan angka pertambahan bobot

badan yang didapatkan pada sapi yang mengalami pembatasan pemberian energy

yang parah dalam jangka waktu/periode yang pendek.

Sesudah dalam periode finish (realimentasi) hasil analisis perbandingan

orthogonal menunjukan bahwa pertambahan bobot badan, konsumsi dan efisiensi

tidak berbeda. Sapi yang mendapatkan pembatasan pemberian protein

memerlukan waktu yang lebih lama ( P<0,001) dari pada sapi dengan pembatasan

energy ; cenderung lebih ringan dari pada awalnya dan lebih berat karkasnya di

akhir periode penggemukan.

Evaluasi penampilan penggemukan ( menggunakan analisis regresi)

menunjukkan bahwa sapi dengan pembatasan protein dan energy cenderung

mempunyai respos yang berbeda terhadap perubahan tingkat pembatasan

sebelumnya ( P:0.12 dan 0.08 untuk pertambahan bobot badan finish dan efisiensi

finish). Besarnya pertambahan bobot badan kompensasi sebagai respons terhadap

perubahan-perubahan pembatasan sebelumnya lebih besar pada hewan yang

mendapat pembatasan energy ( disbanding dengan sapi yang mendapat perlakuan

pembatasan protein).

Pengaruh umur sapi yang digunakan dalam Pengamatan Deplesi dan Replesi

Pemeliharaan stocker di musim kemarau Pengaruh ini dapatdibagi atas

beberapa kondisi sebagai berikut :

Tudor et al. (1980) melaporkan bahwa bila anak sapi Hereford umur 4

haridibatasi. Pertambahan bobot badanya selama 200 hari sebelum realitensasi


(dengan ransum berkualitas tinggi), maka anak sapi tersebut akan menimbun lebih

banya klemak bobot badan kosong /empry body weight (EBW) dibanding dengan

anak –anak sapi control.

Abdalla et al. (1988) melaporakan peningkatan perlemakan karkas bila anak

sapi (Holstein umur 50 hari sebelumnya dibatasi kadar protein ransumnya selama

210 hari (kemudian berealimentasi dengan ransum kaya akan energy).

Mader et al. (1989) melaporkan bahwa sapi darah berumur 8 bulan yang

mendapat perlakuan back-grounding dengan ransum berhijauan tinggi, bobot

karkasnya lebih tinggi dibanding dengan ransum berkonsentrat tinggi terus

menerus.

Yeates melaporkan (1969) melaporkan pula bahwa hewan-hewan dewasa

yang mengalami undernutrisi memperlihatkan penciutan potongan melintang

dari urat daging. Tidak ada kerusakan serat selama periode penurunan bobot

badan yang ekstrem. Disamping fase produksi , tingkat produksi juga

mempengaruhi persentase lean dalam tubuh sapi-sapi dewasa.

Callow et al. (1950) melaporkan komposisi pertambahan bobot badan induk

sapi : 58 persen lemak dan 7 persen protein.

Garrett(1974) melaporkan komposisi bobot badan kosong pertambahan bobot

badan induk sapi Hereford 76 persen lemak, 7 persen protein dan 16 persen air.

Pemeliharaan Stocker di Musim Kemarau

hendaknya merupakan suatu persiapan untuk menggunakan hijauan pastora

pada musim hujan yang akan dating secara maksimum. Stocker yang diberi

makanan cukup baik dan mempunyai kondisi cukup baik di musimkemarau,

umumnya tidak mempengaruhi harapan tersebut.


Sebagai patokan, stocker akan dipelihara dengan murah dengan hijauan pada

musimhujan, hendaknya pertambahan bobot badannya tidak melebihi 0,75

kg/ekor/hari. Selanjutnya, walaupun pertambahan bobot badan tersebut di musim

kemarau maupun di pastora musim hujan akan bervariasi banyak factor yang

mempengaruhinya namun dapat dikatakan bahwa setiap pertambahan bobot badan

di musimkemarau (X kg/ekor/hari) diikuti dengan pertambahan bobot badan (X-

0,5 kg) di pastora musim hujan, dianggap normal. Pembatasan pertambahan bobot

badan yang seksama, bukan hanya penting dalam program stocker tetapi efek

keuntungan tersebut akan terasa pada program brikutnya (finishing).

Sangat penting diperhatikan bahwa stocker jangan sampai lapar, karena akan

memboroskan energy akibat gelisah yang disebabkan oleh karena lapar tersebut.

Sehubungan dengan rekomendasi tersebut diatas, sebaiknya peternak

menyediakan hijauan yang baik dalam jumlah yang cukup untuk pertambahan

bobot badan normal dan penambahan hijauan bahan makanan lain yang rendah

kualitasnya secara ab libitum. Diketahui bahwa stocker dapat mengomsumsi

ransum kering udara sebanyak 2.5 persen dari bobot badannya/ekor/hari bila

berkondisi sedang, yang lebih kurus, konsumsinya lebih rendah.

Bentuk hijauan yang dapat disimpan untuk musim kemarau adalah hay atau

silase dan jerami. Untuk daerah tropis, lebih baik dianjurkan silase. Hal ini

disebabkan karena hay akan cepat rusak karena terutama karotenya

dalampenyimpanan dan beberapa sebab lain.

Penggunaan Bahan Makanan Penguat Untuk stocker di Musim Kemarau

Para peternak hendaknya mengetahui bahwa pemakaian konsentrat atau

tidqk untuk stocker di musim kemarau ditentukan pula oleh sifat dan jumlah
hijauan yang di praktekkan, tingkat pemberian makanan (plane of nutrition) yang

akan dipraktekkan dalam musim hujan yang dihadapi. Stocker umur setahun

membutuhkan sumber protein sebanyak ± 2 kg (0,3-0,7 kg) yang dapat diganti

dengan 4,2 kg leguminosa. Hijauan berkualitas baik dapat digantikan dengan biji-

bijian bila keadaan memungkinkan.

Penggunaan sumber protein perlu dipertimbangkan untuk memungkinkan

hijauan berkualitas rendah banyak dapat tercerna dan selanjutnya dapat

terkonsumsi lebih banyak pula. Pastora dimusim kemarau diasumsi hanya kaya

akan energy dibanding dengan kadar protein, terutama bila hijauan tersebut sudah

menjadi tua. Bila menggunakan grain untuk meningkatkan kadar protein, maka

jumlah yang dibutuhkan untuk mencapai kadar protein yang sama akan lebih

banyak. Karena jumlahnya banyak, maka hewan tidak akkan banyak

mengkonsumsi hijauan dan tidak ekonomis.

Biasanya bila jumlah bungkil kedelai yang dibutuhkan melebihi kisaran

tersebut diatas, tidak akan banyak lagi pengaruhnya. Penggunaan grain akan lebih

efisien bila rumput pastora lebih tinggi kadar proteinnya.

Pengelolaan Stocker di Musim Hujan

Rata-rata tingkat konsumsi paling tinggi pada stocker yang diberi

suplementasi protein paling lama. Tidak ada pengaruh pemberian vitamin. Hewan

yang mendapat suplementasi selama 40 hari nyata lebih kecil pertambahan bobot

badannya disbanding dengan suplementasi selama 70 hari (p < 0,01); tetapi tidak

ada perbedaan antara pemberian suplemen selama 70 hari dan yang diberi

suplemen protein selama 100 hari di musim kemarau tersebut.


Oleh karena itu bahan pakan yang ideal bagi stocker adalah pastora yang

baik, maka problema di musim hujan akan jauh kurang dibanding di musim

kemarau. Hijauan yang baik akan kaya zat-zat makanan yang penting untuk

pertumbuhan dan zat-zat tersebut dalam keadaan seimbang untuk prouksi tulang

dan daging di samping itu baik untuk keshatan sistem pencernaan.

Pertambahan bobot badan stocker di musim hujan banyak tergantung pada

kondisi ternak ketika mulai dilepas di pastora (perhatikan compensatory growth)

dan jenis hijauan yan tersedia (banyak dipengaruhi oleh cuaca).

Anda mungkin juga menyukai