Anda di halaman 1dari 10

Tugas Makalah

NUTRISI DAN PAKAN TERNAK


“PAKAN HASIL SAMPINGAN AGROINDUSTRI DAN
PENGOLAHANNYA”

OLEH :

NAMA : DIXY TYAS ZULVANDAWA


NIM : L1A117038
KELAS : A

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
A. Pengertian Agroindustri

Agroindustri merupakan bagian dari kompleks industri pertanian sejak

produksi bahan pertanian primer, industri pengolahan atau transformasi sampai

penggunaannya oleh konsumen. Limbah agroindustri adalah limbah organik yang

tidak tercampur dengan limbah-limbah anorganik (plastik, logam, dll) dan

jumlahnya sangat besar. Semakin besar agroindustri itu, semakin besar pula

limbahnya. Jenis, ragam dan jumlah limbah yang dihasilkan dari sektor pertanian,

perkebunan, peternakan dan perikanan sangat bervariasi. Limbah agroindustri

terdiri dari cairan dan padatan (sludge). Sludge dari limbah agroindustri

mempunyai tekstur yang halus dan mengandung kadar air yang cukup tinggi,

yaitu sekitar 50 – 60% serta baunya menyengat. Berdasarkan sumbernya, limbah

agroindustri mempunyai komposisi kimia yang bervariasi. Komposisi tergantung

pada bahan baku yang digunakan oleh masing-masing industri dan proses yang

dialaminya. Secara kimia limbah-limbah mengandung beberapa unsur hara makro

dan mikro ataupun unsur logam berat. Limbah agroindustri yang dapat digunakan

adalah daun singkong, dedak, kulit kopi, onggok.

B. Jenis Pakan Hasil Sampingan Agroindustri

1. Dedak Padi (Oriza sativa)

Dedak padi diperoleh dari penggilingan padi menjadi beras. Banyaknya

dedak padi yang dihasilkan tergantung pada cara pengolahan. Sebanyak 14.44%

dedak kasar, 26.99% dedak halus, 3% bekatul dan 1 -17% menir dapat dihasilkan

dari berat gabah kering.Dedak padi cukup disenangi ternak. Pemakaian dedak

padi dalam ransumternak umumnya sampai 25% dari campuran konsentrat.


Walaupun tidak mengandung zat antinutrisi, pembatasan dilakukan karena

pemakaian dedak padi dalam jumlah besar dapat menyebabkan susahnya

pengosongan saluran pencernaan karena sifat pencahar pada dedak. Tambahan

lagi pemakaian dedakpadi dalam jumlah besar dalam campuran konsentrat dapat

memungkinkan ransum tersebut mudah mengalami ketengikan selama

penyimpanan.Secara kualitatif kualitas dedak padi dapat diuji dengan

menggunakan bulkdensity ataupun uji apung. Bulk density dedak padi yang baik

adalah 337.2 –350.7 g/l. Makin banyak dedak padi yang mengapung, makin jelek

kualitas dedak padi tersebut. Selain itu uji organoleptik seperti tekstur, rasa,

warna, bau dan uji sekam (flouroglusinol) dapat dipakai untuk mengetahui

kualitas dedak padi yang baik. Bau tengik merupakan indikasi yang baik untuk

dedak yang mengalami kerusakan.Kualitas dedak padi secara kuantitatif dapat

dilakukan dilaborotorium dengan menggunakan metode proksimat Dedak padi

yang berkualitas baik mempunyai protein rata-rata dalam bahankering adalah

12.4%, lemak 13.6% dan serat kasar 11.6%. Dedak padi menyediakan protein

yang lebih berkualitas dibandingkan dengan jagung. Dedak padi kaya akan

thiamin dan sangat tingi dalam niasin.

2. Pollard (dedak gandum – Triticum sativum lank)

Pollard merupakan limbah dari penggilingan gandum menjadi terigu.

Angka konversi pollard dari bahan baku sekitar 25-26%. Pollard merupakan

pakan yang popular dan penting pada pakan ternak, karena palatabilitanya cukup

tinggi. Pollard tidak mempunyai antinutrisi, tetapi penggunaan pollard perlu

dibatasi mengingat adanya sifat pencahar yang ada pada pollard. Karena danya
sifat pencahar, maka pollard akan bernilai apabila diberikan pada ternak yang baru

atau setelah melahirkan. Pollard juga akan bernilai sangat baik apabila diberikan

pada ternak-ternak dara. Secara kualitatif kualitas pollard dapat diuji dengan

menggunakan uji bulk density ataupun uji apung. Bulk density pollard adalah

208.7 g/l. Bulk density yang

lebih besar atau lebih kecil dapat berarti adanya kontaminasi atau pemalsuan.

Makin banyak pollard yang mengapung, makin banyak sekam yang terdapat pada

pollard tersebut. Uji flouroglunicol dapat juga dipakai untuk menguji sekam

pollard. Selain itu juga uji organoleptik seperti tekstur, raa, warna dan bau dapat

dipakai untuk mengetahui pollard yang baik. Kualitas pollard secara kuantitatif

dapat dilakukan dilaboratorium dengan mengunakan metode proksimat Pollard

merupakan salah satu pakan ternak yang popular, dan nilai produksi yang

dihasilkan tampaknya lebih besar daripada yang diperkirakan dari kandungan

protein dan kecernaan nilai zat makanannya. Pemberian pollard biasanya

dicampur dengan butiran dan dengan pakan yang kaya protein seperti bungkil-

bungkilan. Pollard mempunyai nilai yang tinggi ketika dipakai lebih dari ¼ bagian

konsentrat. Kualitas protein pollard lebih baik dari jagung, tetapi rendah daripada

kualitas protein bungkil kedelai, susu, ikan dan daging. Pollard kaya akan phospor

(P) feerum (fe) tetapi miskin akan kalsium (Ca). Pollard mengandung 1.29% P,

tetapi hanya mengandung 0.13% Ca. Bagian terbesar dari P ada dalam bentuk

phitin phospor. Pollard tidak mengandung vitamin A atau vitamin, tetapi kaya

akan niacin dan thiamin.


3. Ampas Bir

Bir dibuat dari bahan baku yang terdiri dari gandum, beras dan jagung.

Untuk setiap kilogram bahan baku akan menghasilkan limbah yang sama

banyaknya yaitu satu kilogram. Ampas bir cukup disukai ternak, sedangkan

ampas segar yang telah disimpan tanpa perlakuan yang baik dapat menurunkan

palatabilitas. Ampas bir yang dibuat dari bijian yang tidak mengandung

antinutrisi, maka ampas bir juga tidak mengandung antinutrisi. Ampas bir yang

dibuat dari bahan baku gandum akan mempunyai sifat pencahar, sedangkan bila

dipergunakan butiran lain yang tidak mempunyai sifat pencahar, maka ampas bir

yang dihasilkannya pun tidak mempunyai sifat pencahar. Secara kualitatif

kualitas tepung ampas bir dapat diuji dengan menggunakan bulk density ataupun

uji apung. Selain itu juga organoleptik seperti tekstur, rasa, warna dan bau dapat

dipakai untuk mengetahui kualitas ampas bir, analisa PK dan SK perlu dilakukan.

4. Bungkil Kedele

Bungkil kedele merupakan limbah dari industri minyak biji kedele. Bungkil ini

sangat disukai oleh ternak. Namun penggunaannya perlu diperhatikan karena zat

penghambat trypsin mungkin masih tersisa pada bungkil kedele yang diproduksi

dengan pemakaian suhu yang rendah. Secara kualitatif kualitas bungkil kedelai

dapat diuji dengan menggunakan bulk density ataupun uji apung. Bulk density

bungkil kedele yang baik adalah 594.1-610.2 gr/l. Selain itu uji organoleptik

seperti tekstur, rasa, warna dan bau dapat dipakai untuk mengetahui kualitas

bungkil kedelai yang baik. Uji sekam dengan larutan flouroglusinol dapat juga

dilakukan untuk mengevaluasi kualitas bungkil kedele. Kualitas bungkil kedele


secara kuantitatif dapat dilakuakan dilaboratorium dengan menggunakan metode

proksimat Kandungan protein bungkil kedele yang diperoleh dengan cara

mekanik adalah 41% dan mempunyai kandungan lemak 4.8%, sedangkan yang

diperoleh dengan pelarutan mempunyai kandungan lemak sebesar 1.32%. Bungkil

kedele mengandung serat kasar lebih rendah dibandingkan bungkil biji kapas.

Bungkil kedele agak rendah mengadung kalsium (0.27%). Kandungan phospor

lebih rendah dibandingkan dengan bungkil biji kapas yaitu rata-rata 0.63%.

Seperti biji kedele, bungkil kedele tidak menyediakan carotin dan vitamin D.

Bungkil kedele tidak kaya riboflavin tetapi kandungannya lebih tinggi

dibandingkan dengan jagung dan butiran lainnya. Kandungan niacin tidak tinggi.

Kandungan thiamin bungkil kedele sama dengan butiran lainnya.

5. Ampas Tahu

Ampas tahu merupakan limbah dari pabrik tahu yang jumlahnya bervariasi

tergantung dari proses pembuatan. Jumlah ampas tahu yang dihasilkan berselang

dari 25% sampai 67% dengan rata-rata adalah 39.2%. Ampas ini cukup disukai

ternak terutama yang masih segar. Ampas tahu berasal dari kedele dan oleh karena

itu anti nutrisi yang terdapat pada ampas tahu adalah sama dengan kedele hanya

konsentrasinya lebih sedikit karena telah mengalami pengolahan. Ampas tahu

tidak mempunyai sifat pencahar. Akan tetapi penanganan ampas tahu segar harus

sebaik mungkin, Penanganan yang tidak baik terhadap ampas tahu segar dapat

mengakibattkan penurunan nilai nutrisi dan juga menurunkan palatabilitas. Secara

kualitatif ampas tahu dapat diuji dengan bulk density. Selain itu uji oragnoleptik

seperti tekstur, rasa, warna dan bau dapat dipakai untuk mengetahui kualitas
ampas tahu yang baik. Kualitas ampas tahu secara kuantitatif dapat dilakukan

dilaboratorium dengan metode proksimat . Ampas tahu tersedia dalam bentuk

basah. Kandungan air ampas tahu tinggi yaitu sekitar 89.96%. Komposisi kimia

ampas tahu bervariasi yang salah satunya tergantung pada proses pembuatan yang

beragam. Ampas tahu sudah banyak digunakan untuk pakan ternak. Dilapangan

ampas tahu digunakan berkisar 12% sampai 95% dari campuran konsentrat.

Berdasarkan perhitungan kadar air yang ada pada ampas tahu, maka sebaiknya

ampas tahu basah tidak diberikan ke ternak lebih dari 41%. Kandungan TDN

ampas tahu berkisar antara 21-24% tergantung pada cara pengolahan dan kualitas

bahan baku.

6. Ampas Kecap

Bahan baku untuk membuat kecap adalah biji kedele. Ampas kecap dihasilkan

sebesar 59.7% dari bahan baku kedele. Ampas ini cukup disukai oleh ternak.

Ampas kecap berasal dari kedele dan oleh karena itu anti nutrisi yang terdapat

pada ampas kecap adalah sama dengan kedele hanya konsentrasinya lebih sedikit

karena telah mengalami pengolahan. Ampas kecap tidak mempunyai sifat

pencahar. Tetapi perlakuan yang tidak baik terhadap ampas kecap khususnya

ampas kecap segar dapat mengakibatkan tumbuhnya jamur yang selanjutnya dapat

mengakibatkan menurunnya nilai nutrisi ampas tersebut. Secara kualitatif kualitas

ampas kecap dapat diuji dengan menggunakan bulk density ataupun uji apung.

Selain itu uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna dan bau dapat dipakai untuk

mengetahui kualitas ampas kecap yang baik. Kualitas ampas kecap secara

kualitatif dapat dilakukan dilaboratorium dengan menggunakan metode proksimat


. Ampas kecap masih mempunyai nilai gizi yang baik. Oleh karena itudibeberapa

daerah ampas kecap masih dipergunakan untuk makanan manusia. Ampas kecap

mempunyai kandungan protein berkisar antara 21-34% tergantung pada proses

pengolahan dan kualitas bahan baku yang digunakan.

7. Bungkil Kacang Tanah

Bungkil kacang tanah adalah merupakan limbah dari pengolahan minyak kacang

tanah. Bungkil kacang tanah disukai ternak dan merupakan supplemen protein

tumbuhan yang berkualitas baik. Tapi bungkil ini mempunyai anti nutrisi yang

dapat mengakibatkan kelenjar thyroid membesar dan juga mempunyai sifat

pencahar, tapi pengaruhnya lebih randah dibandingkan dengan kacang tanah.

Secara kualitatif kualitas bungkil kacang tanah dapat diuji dengan uji bulk density

ataupun uji apung. Bulk density bungkil kacang tanah adalah 465.6 g/l. Selain itu

juga uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna dan bau dapat dipakai untuk

mengetahui kualitas bungkil kacang tanah yang baik. Uji sekam dengan

flouroglucinol dapat juga dilakukan. Kualitas bungkil kacang tanah secara

kuantitatif dapat dilakukan dilaboratorium dengan menggunakan metode

proksimat. Bungkil kacang tanah mengandung protein sekitar 46.62% dan serat

kasar 5.5%. Bila serat kasar lebih tinggi maka telah terjadi pemalsuan sekam dan

karena itu produk tersebut tidak dapat disebut bungkil kacang tanah tetapi bungkil

kacang tanah dan sekam. Bungkil kacang tanah mempunyai protein tercerna (DP)

42.4% dan TDN 84.5%. Nilai ini lebih tinggi dari bungkil kedele. Bungkil kacang

tanah dan sekam mengandung protein kasar (PK) 41%, protein tercerna 36.6%
dan total nutrien tercerna (TDN) 73.3% lebih tinggi dari PK, DP dan TDN

bungkil biji kapas.

8. Onggok

Onggok merupakan limbah pabrik tapioca dan gula. Angka konversi ubi kayu

menjadi onggok berkisar antara 60-65%. Sebagai sumber energi, onggok lebih

rendah dibandingkan dengan jagung dan ubi kayu akan tetapi lebih tinggi dari

pada dedak. Walaupun komposisi tepung ubi kayu lebih tinggi dari pada gaplek

akan tetapi kadar HCN tepung ubi kayu lebih tinggi daripada onggok. Penggunaan

onggok dalam ransum unggas paling tinggi 5% dari ransum, untuk babi 25-30%

dan untuk ruminansia 40% dari ransum.


DAFTAR PUSTAKA

America Feed Industry Association Inc. 1985. Feed Manufacturing Technology.


Arlington, Virginia.
Anggorodi. R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Dasar Umum. Gramedia. Jakarta.
Bongdan. A.V. 1977. Tropical Agriculture Series. Longman. London.

Anda mungkin juga menyukai