OLEH :
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
A. Pengertian Agroindustri
jumlahnya sangat besar. Semakin besar agroindustri itu, semakin besar pula
limbahnya. Jenis, ragam dan jumlah limbah yang dihasilkan dari sektor pertanian,
terdiri dari cairan dan padatan (sludge). Sludge dari limbah agroindustri
mempunyai tekstur yang halus dan mengandung kadar air yang cukup tinggi,
pada bahan baku yang digunakan oleh masing-masing industri dan proses yang
dan mikro ataupun unsur logam berat. Limbah agroindustri yang dapat digunakan
dedak padi yang dihasilkan tergantung pada cara pengolahan. Sebanyak 14.44%
dedak kasar, 26.99% dedak halus, 3% bekatul dan 1 -17% menir dapat dihasilkan
dari berat gabah kering.Dedak padi cukup disenangi ternak. Pemakaian dedak
lagi pemakaian dedakpadi dalam jumlah besar dalam campuran konsentrat dapat
menggunakan bulkdensity ataupun uji apung. Bulk density dedak padi yang baik
adalah 337.2 –350.7 g/l. Makin banyak dedak padi yang mengapung, makin jelek
kualitas dedak padi tersebut. Selain itu uji organoleptik seperti tekstur, rasa,
warna, bau dan uji sekam (flouroglusinol) dapat dipakai untuk mengetahui
kualitas dedak padi yang baik. Bau tengik merupakan indikasi yang baik untuk
12.4%, lemak 13.6% dan serat kasar 11.6%. Dedak padi menyediakan protein
yang lebih berkualitas dibandingkan dengan jagung. Dedak padi kaya akan
Angka konversi pollard dari bahan baku sekitar 25-26%. Pollard merupakan
pakan yang popular dan penting pada pakan ternak, karena palatabilitanya cukup
dibatasi mengingat adanya sifat pencahar yang ada pada pollard. Karena danya
sifat pencahar, maka pollard akan bernilai apabila diberikan pada ternak yang baru
atau setelah melahirkan. Pollard juga akan bernilai sangat baik apabila diberikan
pada ternak-ternak dara. Secara kualitatif kualitas pollard dapat diuji dengan
menggunakan uji bulk density ataupun uji apung. Bulk density pollard adalah
lebih besar atau lebih kecil dapat berarti adanya kontaminasi atau pemalsuan.
Makin banyak pollard yang mengapung, makin banyak sekam yang terdapat pada
pollard tersebut. Uji flouroglunicol dapat juga dipakai untuk menguji sekam
pollard. Selain itu juga uji organoleptik seperti tekstur, raa, warna dan bau dapat
dipakai untuk mengetahui pollard yang baik. Kualitas pollard secara kuantitatif
merupakan salah satu pakan ternak yang popular, dan nilai produksi yang
dicampur dengan butiran dan dengan pakan yang kaya protein seperti bungkil-
bungkilan. Pollard mempunyai nilai yang tinggi ketika dipakai lebih dari ¼ bagian
konsentrat. Kualitas protein pollard lebih baik dari jagung, tetapi rendah daripada
kualitas protein bungkil kedelai, susu, ikan dan daging. Pollard kaya akan phospor
(P) feerum (fe) tetapi miskin akan kalsium (Ca). Pollard mengandung 1.29% P,
tetapi hanya mengandung 0.13% Ca. Bagian terbesar dari P ada dalam bentuk
phitin phospor. Pollard tidak mengandung vitamin A atau vitamin, tetapi kaya
Bir dibuat dari bahan baku yang terdiri dari gandum, beras dan jagung.
Untuk setiap kilogram bahan baku akan menghasilkan limbah yang sama
banyaknya yaitu satu kilogram. Ampas bir cukup disukai ternak, sedangkan
ampas segar yang telah disimpan tanpa perlakuan yang baik dapat menurunkan
palatabilitas. Ampas bir yang dibuat dari bijian yang tidak mengandung
antinutrisi, maka ampas bir juga tidak mengandung antinutrisi. Ampas bir yang
dibuat dari bahan baku gandum akan mempunyai sifat pencahar, sedangkan bila
dipergunakan butiran lain yang tidak mempunyai sifat pencahar, maka ampas bir
kualitas tepung ampas bir dapat diuji dengan menggunakan bulk density ataupun
uji apung. Selain itu juga organoleptik seperti tekstur, rasa, warna dan bau dapat
dipakai untuk mengetahui kualitas ampas bir, analisa PK dan SK perlu dilakukan.
4. Bungkil Kedele
Bungkil kedele merupakan limbah dari industri minyak biji kedele. Bungkil ini
sangat disukai oleh ternak. Namun penggunaannya perlu diperhatikan karena zat
penghambat trypsin mungkin masih tersisa pada bungkil kedele yang diproduksi
dengan pemakaian suhu yang rendah. Secara kualitatif kualitas bungkil kedelai
dapat diuji dengan menggunakan bulk density ataupun uji apung. Bulk density
bungkil kedele yang baik adalah 594.1-610.2 gr/l. Selain itu uji organoleptik
seperti tekstur, rasa, warna dan bau dapat dipakai untuk mengetahui kualitas
bungkil kedelai yang baik. Uji sekam dengan larutan flouroglusinol dapat juga
mekanik adalah 41% dan mempunyai kandungan lemak 4.8%, sedangkan yang
kedele mengandung serat kasar lebih rendah dibandingkan bungkil biji kapas.
lebih rendah dibandingkan dengan bungkil biji kapas yaitu rata-rata 0.63%.
Seperti biji kedele, bungkil kedele tidak menyediakan carotin dan vitamin D.
dibandingkan dengan jagung dan butiran lainnya. Kandungan niacin tidak tinggi.
5. Ampas Tahu
Ampas tahu merupakan limbah dari pabrik tahu yang jumlahnya bervariasi
tergantung dari proses pembuatan. Jumlah ampas tahu yang dihasilkan berselang
dari 25% sampai 67% dengan rata-rata adalah 39.2%. Ampas ini cukup disukai
ternak terutama yang masih segar. Ampas tahu berasal dari kedele dan oleh karena
itu anti nutrisi yang terdapat pada ampas tahu adalah sama dengan kedele hanya
tidak mempunyai sifat pencahar. Akan tetapi penanganan ampas tahu segar harus
sebaik mungkin, Penanganan yang tidak baik terhadap ampas tahu segar dapat
kualitatif ampas tahu dapat diuji dengan bulk density. Selain itu uji oragnoleptik
seperti tekstur, rasa, warna dan bau dapat dipakai untuk mengetahui kualitas
ampas tahu yang baik. Kualitas ampas tahu secara kuantitatif dapat dilakukan
basah. Kandungan air ampas tahu tinggi yaitu sekitar 89.96%. Komposisi kimia
ampas tahu bervariasi yang salah satunya tergantung pada proses pembuatan yang
beragam. Ampas tahu sudah banyak digunakan untuk pakan ternak. Dilapangan
ampas tahu digunakan berkisar 12% sampai 95% dari campuran konsentrat.
Berdasarkan perhitungan kadar air yang ada pada ampas tahu, maka sebaiknya
ampas tahu basah tidak diberikan ke ternak lebih dari 41%. Kandungan TDN
ampas tahu berkisar antara 21-24% tergantung pada cara pengolahan dan kualitas
bahan baku.
6. Ampas Kecap
Bahan baku untuk membuat kecap adalah biji kedele. Ampas kecap dihasilkan
sebesar 59.7% dari bahan baku kedele. Ampas ini cukup disukai oleh ternak.
Ampas kecap berasal dari kedele dan oleh karena itu anti nutrisi yang terdapat
pada ampas kecap adalah sama dengan kedele hanya konsentrasinya lebih sedikit
pencahar. Tetapi perlakuan yang tidak baik terhadap ampas kecap khususnya
ampas kecap segar dapat mengakibatkan tumbuhnya jamur yang selanjutnya dapat
ampas kecap dapat diuji dengan menggunakan bulk density ataupun uji apung.
Selain itu uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna dan bau dapat dipakai untuk
mengetahui kualitas ampas kecap yang baik. Kualitas ampas kecap secara
daerah ampas kecap masih dipergunakan untuk makanan manusia. Ampas kecap
Bungkil kacang tanah adalah merupakan limbah dari pengolahan minyak kacang
tanah. Bungkil kacang tanah disukai ternak dan merupakan supplemen protein
tumbuhan yang berkualitas baik. Tapi bungkil ini mempunyai anti nutrisi yang
Secara kualitatif kualitas bungkil kacang tanah dapat diuji dengan uji bulk density
ataupun uji apung. Bulk density bungkil kacang tanah adalah 465.6 g/l. Selain itu
juga uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna dan bau dapat dipakai untuk
mengetahui kualitas bungkil kacang tanah yang baik. Uji sekam dengan
proksimat. Bungkil kacang tanah mengandung protein sekitar 46.62% dan serat
kasar 5.5%. Bila serat kasar lebih tinggi maka telah terjadi pemalsuan sekam dan
karena itu produk tersebut tidak dapat disebut bungkil kacang tanah tetapi bungkil
kacang tanah dan sekam. Bungkil kacang tanah mempunyai protein tercerna (DP)
42.4% dan TDN 84.5%. Nilai ini lebih tinggi dari bungkil kedele. Bungkil kacang
tanah dan sekam mengandung protein kasar (PK) 41%, protein tercerna 36.6%
dan total nutrien tercerna (TDN) 73.3% lebih tinggi dari PK, DP dan TDN
8. Onggok
Onggok merupakan limbah pabrik tapioca dan gula. Angka konversi ubi kayu
menjadi onggok berkisar antara 60-65%. Sebagai sumber energi, onggok lebih
rendah dibandingkan dengan jagung dan ubi kayu akan tetapi lebih tinggi dari
pada dedak. Walaupun komposisi tepung ubi kayu lebih tinggi dari pada gaplek
akan tetapi kadar HCN tepung ubi kayu lebih tinggi daripada onggok. Penggunaan
onggok dalam ransum unggas paling tinggi 5% dari ransum, untuk babi 25-30%