Oleh:
KELOMPOK 3
1. BEMI TIYASNA ` (1510611074)
2. FEBRI SANTIKA (1510611088)
3. MUHAMMAD ALI ARDI (1510611090)
4. LAILA MAULIDA HUSNI (1510611097)
5. FITRI OKTAYANI (1510611108)
6. ADE INDRA PURNAMA (1510611112)
7. ASMIKA ARLENIA (1510611122)
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karoten merupakan pigmen alami yang ditemukan pada tanaman, ganggang,hewan
vertebrata dan mikroorganisme. Pigmen ini berwarna kuning sampai merah dan
digunakan sebagai pewarna dalam industry pangan, kosmetik dan industry farmasi.
Selain berperan sebagai zat pewarna karoten juga berperan sebagai provitamin A (bahan
pembentuk vitamin A dalam tubuh). Dengan peranannya itu, keberadaan karoten pada
pangan berfungsi ganda sebagai pewarna dan sebagai provitamin A (Mappiratu dan
Bahri, 2017).
Menurut Ardiansah (2007), beta karoten merupakan antioksidasi yang cukup kuat
yang secara teoritis juga dapat melindungi oksidasi LDL (Low density lipoprotein
serum). Karotenoid merupakan antioksidan yang sangat potensial dalam melindungi
membran lipid terhadap peroksidasi. Konsumsi makanan yang mengandung banyak
karotenoid lebih efektif dapat mencegah kerusakan kolesterol serum dibandingkan
dengan vitamin E. Disamping itu juga, karotenoid yang berasal dari sumber alam lebih
aman dibandingkan dengan karotenoid sintetik. Beta-karoten semua senyawa karotenoid
mengandung sekurang-kurangnya empat gugus metil dan selalu terdapat ikatan ganda
terkonjugasi diantara gugus metil tersebut. Adanya ikatan ganda terkonjugasi dalam
ikatan karotenoid menandakan adanya gugus kromofora yang menyebabkan terbentuknya
warna pada karotenoid. Semakin banyak ikatan ganda terkonjugasi, maka makin pekat
warna pada karotenoid tersebut yang mengarah ke warna merah.Karoten dapat diproduksi
pada medium yang tergolong limbah seperti limbah cair tapioka. Ampas tahu dan limbah
jagung menggunakan inokulum kapang oncom merah, yakni inokulum murni maupun
campuran kapang Neurospora crassa dan Neurospora sitophila. Pada konidia kapang
N.Crassa dan N.Sitophila terdapat karoten pemberi warna merah pada konidia kapang.
Karoten pada konidia dapat dipisahkan melalui proses ekstraksi. Pada percobaan ini
akan dilakukan proses produksi karoten dengan menggunakan limbah tongkol jagung dan
inokulum kapang oncom merah (Mappiratu dan Bahri,2017).Sistim pemeliharaan itik
umumnya bersifat semi intensif dan sedikit yang sudah menerapkan pemeliharaan
intensif. Pada siang hari itik dilepas dipekarangan yang diberi pagar dan malam hari
dikandangkan. Biasanya peternak memberikan makanan 2 konsentrat, 5 dedak dan 3
jagung untuk ternak itik dan ayam, tetapi sekarang ini karena mahalnya harga jagung dan
konsentrat maka timbullah masalah yang cukup serius dalam hal pengadaan pakan
sehingga hanya dedak saja yang diberikan kepada ternak; atau yang lebih parah lagi
ternak dibiarkan mencari makan sendiri di lapangan. Akibatnya makanan yang
dikonsumsi oleh ternak tidak memenuhi standar gizi yang dibutuhkan oleh itik tersebut
sehingga produktifitas ternak rendah karena tampak dari hasil pengamatan di lapangan,
bobot badan itik tidak sesuai dengan umur pemeliharaannya dan produksi telur menjadi
turun sehingga biaya produksi tetap lebih tinggi dari hasil yang diperoleh atau dengan
kata lain usaha yang dilakukan kurang menguntungkan. Untuk mengatasi masalah
tersebut maka perlu dilakukan suatu strategi yaitu memanfaatkan secara efektif dan
efisien bahan- bahan makanan yang berasal dari limbah pertanian yang banyak tersedia di
daerah ini seperti dedak padi dan ampas tahu. Ampas tahu merupakan limbah padat pada
pembuatan tahu, yang berpotensi untuk dijadikan sebagai pakan ternak sumber protein
(protein kasar 27.65 %). Dedak padi merupakan limbah pada penggilingan padi yang
dapat dijadikan pakan ternak sumber karbon dengan kandungan BETN 60,78% dan
kandungan protein kasar 9,08 %. Peternak belum mengetahui bahwa campuran dedak
sebagai sumber karbon dan ampas tahu sebagai sumber protein dapat dijadikan sebagai
substrat bagi kapang.
1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetauhi pengaruh karatenoid yang dihasilkan
oleh kapang terhadap ternak serta fermentasi untuk menghasilkan karoten pada limbah
pertanian.
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan Kegiatan pengabdian yang dilakukan di Kelurahan Pisang, Kota Padang
didapatkan suatu kasus yaitu para petani ternak di kelurahan ini sedang menghadapi
kesulitan dalam pengadaan makanan terutama jagung dan konsentrat yang harganya
mahal. Sebelumnya petani ternak ayam memberikan campuran pakan dengan
perbandingan yaitu 2 konsenrat, 3 jagung dan 5 dedak halus. Akibatnya pertumbuhan
ternak tidak sesuai dengan umur pemeliharaannya dan produksi telur menurun karena
makanan yang dikonsumsi oleh ternak tidak memenuhi standar gizi yang dibutuhkan oleh
ternak tersebut sehingga produktifitas ternak rendah, akibatnya biaya produksi tetap lebih
tinggi dari hasil yang diperoleh atau dengan kata lain usaha yang dilakukan kurang
menguntungkan
. Karoten dapat diproduksi pada medium yang tergolong limbah seperti limbah cair
tapioka. Ampas tahu dan limbah jagung menggunakan inokulum kapang oncom merah,
yakni inokulum murni maupun campuran kapang Neurospora crassa dan Neurospora
sitophila (Anke T. 1997). Dari pengamatan di lapangan, pemberian pakan kaya β karoten
dalam ransum itik sampai 30 % dengan pengurangan 30% jagung dan 25 % konsentrat
tidak menurunkan produksi telur itik dan dapat menurunkan kolesterol itik sebanyak 35%
4. Mengambil gram kapang oncom merah dan ekstraksi. Gram kapang merah
diambil dan diekstraksi dengan campuran aseton/heksan dengan perbandingan 1 :
3 sebanyak 25 mL. Tujuan penambahan aseton adalah selain sebagai pelarut yang
baik aseton juga dapat bereaksi tanpa merusak mikroba yang ada pada suatu
sampel, kemudian dikocok dengan tujuan menghomogenkan campuran yang ada
pada suatu sampel.
5. Memisahkan cairan dengan cara disaring agar filtrat dan residu, dan
menambahkan kembali aseton agar sampel kapang lebih murni, dan
mengocoknya, setelah itu cairan ekstrak karoten yang dihasilkan dipisahkan
pelarutnya dengan menggunakan rotary vakum evaporator.
Menurut Ardiansah (2007) rendemen kapang oncom merah yang dihasilkan adalah
4,134 %. Hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan literatur. Hal ini dikarenakan
kurangnya ketelitian praktikan pada saat praktikum. Faktor-faktor yang mempengaruhi
proses fermentasi ialahsuhu fermentasi tertentu, pH media, kecukupan air, oksigen dan
nutrien untuk tumbuhnya mikroorganisme yang diharapkan. Laju pertumbuhan
mikroorganisme dipengaruhi oleh suhu. Suhu mempengaruhi efisiensi konversi media
menjadi massa sel, yaitu konversi maksimum dicapai pada suhu sedikit dibawah suhu
optimal pertumbuhan kapang.
BAB III
PENUTUP
Fermentasi karoten dapat dilakukan dengan menggunakan tongkol jagung muda
sebagai medium dan kapang Neurospora crassa dan Neurospora sitophila sebagai
inokulum. Tongkol jagung muda berfungsi sebagai penghasil nutrisi untuk kapang
sedangkan kapang Neurospora crassa dan Neurospora sitophila berfungsi sebagai
penghasil karoten. Setelah melakukan perhitungan rendemen massa kapang yang
dihasilkan sebesar 0,4%, dan rendemen karoten yang dihasilkan sebesar 7,67%.
Ardiansah. 2007. Kadar Zat Gizi Dalam Oncom Dalam Penelitian Gizi dan Makanan.
Balai Penelitian Unit Semboja. Bogor
Nuraini. 2006. Isolasi kapang karotenogenik untuk memproduksi pakan kaya b karoten
aplikasinya terhadap ayam ras pedaging dan petelur. Disertasi. Program
Pascasarjana Universitas Andalas Padang.
Nuraini, Sabrina dan S.A. Latif. 2008. Performa ayam dan kualitas telur dengan
penggunaan ransum yang mengandung onggok fermentasi dengan Neurospora
crassa Jurnal Media Peternakan 31,Des 2008 :195-202. ISSN 0126-0472.
Terakreditasi SK Dikti No: 43/DIKTI/Kep/ 2008