SKRIPSI
YUSUP FAUZI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2020
iv
SKRIPSI
YUSUP FAUZI
NPM.200110130090
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2020
v
LEMBAR PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIASI
Yusup Fauzi
vi
HUBUNGAN BOBOT POTONG DENGAN KUANTITAS KULIT DOMBA
PRIANGAN BETINA MUDA PADA MANAJEMEN USAHA
PENGGEMUKAN
SKRIPSI
YUSUP FAUZI
NPM. 200110130090
Menyetujui :
Mengesahkan :
vii
KATA PENGANTAR
Potong Dengan Kuatitas Kulit Domba Priangan Betina muda Pada Manajemen
FakultasPeternakan, UniversitasPadjadjaran.
berkat bantuan, dukungan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan
ini ucapan terimakasih yang tulus penuli sucapkan kepada Ir. Siti Nurachma, M.S.
sebagai Dosen Pembimbing Utama dan Dr. Ir. Jajang Gumilar ,S.Pt.,MM., IPM.,
proposal usulan penelitian ini. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada
Ir. Diky Ramdani, S.Pt., M.Anim.St., Ph.D., IPM., Dr. Wendry Septiyadi
Putranto, S.Pt., M.Si., serta Ir. Drs Nono Suwarno, MP.yang telah memberikan
masukkan pada saat seminar, sehingga penelitian dapat berjalan tapa banyak
kendala. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Dr. Ir. Marina
Sulistyati, M.S. Dosen Wali yang telah memberikan dukungan kepada penulis
viii
Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan pula kepada
Ibunda Juriah dan Ayahanda Sarpin yang telah memberikan doa, pengertian,
sekarang ini. Ucapan terimakasih kepada kakak tercinta Yuli Sopianti, serta rekan
satu angkatan, Ricky, Arif, Oksa, Afdi, Haitsam, Dian, Rizalut, Reza, sekaligus
sahabat serta keluarga Candyland yang telah membantu dan memberi semangat
ini, untuk itu penulis harapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan ke arah yang lebih baik. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca secara umum sebagai salah
Penulis
ix
HUBUNGAN BOBOT POTONG DENGAN KUANTITAS
KULIT DOMBA PRIANGAN BETINA MUDA PADA
MANAJEMEN USAHA PENGGEMUKAN
Yusup Fauzi
ABSTRAK
Domba Priangan banyak dipelihara karena mampu hidup dengan baik pada
berbagai macam kondisi lingkungan dan mudah beradaptasi. Penelitian ini
bertujuan mengetahui hubungan bobot potong dengan kuantitas kulit Domba
Priangan betina muda pada manajemen usaha penggemukan. Penelitian ini telah
dilaksanakan pada bulan Oktober 2019 di kandang Transit Penggemar Sate Kiloan
(PSK) Kp. Bubulak Kota Bogor. Penelitian ini menggunakan 30 ekor Domba
Priangan betina muda berumur dibawah 1 tahun. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu metode deskriptif dengan teknik pengambilan sampel secara
purposive sampling.Peubah yang diamati pada penelitian ini yaitu bobot potong,
bobot kulit, tebal kulit dan luas kulit. Data dianalisis secara statistik menggunakan
regresi kuadratik .Hasil penelitian menunjukan Rataan Bobot Potong, Bobot Kulit,
Tebal Kulit dan Luas kulit Domba Priangan Betina Muda berturut turut sebagai
berikut 20,25 ± 3,18 kg. (16,06 kg – 28,45 kg), 2,17± 0,61 kg, 0,90± 0,18 mm,
6156,89± 675,13Cm2. Hubungan antara berat potong dengan bobot kulit domba
Priangan betina muda mengikuti persamaan regresi kuadratik 𝑌1 = 3,85 −
0,29𝑋 + 0,01𝑋 2 + 𝜀, dengan keeratan hubungan 77,1%. Hubungan antara
berat potong dengan luas kulit mengikuti persamaan regresi kuadratik 𝑌2 = 1,2 𝑥
104 − 7,03 𝑥 102 𝑋 + 20,02𝑋 2 + 𝜀., dengan keeratan hubungan 78%,hubungan
antara bobot potong dengan tebal kulit mengikuti persamaan regresi
kuadratik 𝑌3 =
−3,8 + 0,41𝑋 − 8,34 𝑥 10−3𝑋2 + 𝜀 dengan keeratanhubungan72, 8%.
Kata Kunci: Domba Priangan, Kuantitas kulit, Bobot Kulit, Tebal Kulit, Luas Kulit
x
CORRELATION OF SLAUGHTER WEIGHT AND QUANTITATIVE
CHARACTERISTIC SKIN OF PRIANGAN LAMB FEMALE ON
FATTENING MANAGEMENT
Yusup Fauzi
ABSTRACT
Priangan Lamb is widely preserved because it is able to live well on a wide
range of environmental conditions and adaptable. This research aims to know
the correlation of slaughter weight and the quantitativeof skin of Priangan lamb
female in the management of fattening. This research was conducted in October
2019 in the transit housing of the Penggemar Sate Kiloan (PSK) at Bubulak
Regencyin Distric of Bogor . This study used 30 Priangan lamb female aged 1
year. The method used in this research is a descriptive method with sampling
techniques in purposive samples. The variable observed in this study were
slaughter weight, weight of skin, thick skin and area of skin. The Data were
analyzed statistically using quadratic regression. The results showed that
averageof slaughter weight, skind wight, thick of skin and area repectively were
20.25 ± 3.18 kg, 2.17± 0.61 kg, 0.90± 0.18 mm, 6156,89± 675.13 Cm2.The
correlation between slaughter weight and skin weight of young Priangan sheep
following the quadratic regression equation 𝑌1 = 3,85 − 0,29𝑋 + 0,01𝑋 2 + 𝜀,
on 77.1% level of correlation.The correlation between slaughter weight and
skin area of young Priangan sheep following the quadratic regression
equation
𝑌2 = 1,2 𝑥 104 − 7,03 𝑥 102𝑋 + 20,02𝑋2 + 𝜀, on 78% level of correlation. The
correlation between slaughter weight and skin thick of young Priangan sheep
following the quadratic regression equation 𝑌3 = −3,8 + 0,41𝑋 − 8,34 𝑥 10−3𝑋2
+ 𝜀, on 72,8% level of correlation.
xi
DAFTAR ISI
Bab Halaman
ABSTRAK...................................................................................... x
ABSTRACT ................................................................................... xi
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................... 3
1.4 Kegunaan Penelitian .................................................................. 4
1.5 Kerangka Pemikiran .................................................................. 4
1.6 Waktu dan Lokasi Penelitian ..................................................... 9
II KAJIAN KEPUSTAKAAN
2.1 Domba Priangan ........................................................................ 10
2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Domba.................................. 12
2.3 Deskripsi kulit ........................................................................... 15
2.3.1Pengertian Kulit Mentah .................................................. 16
2.3.2Tijauan Makroskopis Kulit............................................... 18
xii
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Kulit ................... 20
2.5Sistem Pemeliharaan .................................................................. 21
RINGKASAN................................................................................. 43
LAMPIRAN ................................................................................... 50
BIODATA ...................................................................................... 58
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
xiv
DAFTAR ILUSTRASI
Nomor Halaman
1 Kurva pertumbuhan..................................................................................13
xv
DAFTAR GRAFIK
Nomor Halaman
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
2 Ouput SPSS............................................................................................52
xvii
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
lingkungan, dan prolific menjadikan ternak ini sebagaisalah satu ternak yang
menghasilkan daging, domba memiliki hasil ikutan yang sangat diminati terutama
kulitnya sebagai salah satu bahan baku bagi industri penyamakan kulit.
perayaan hari Raya Idul Adha, sehingga harga domba jantan lebih tinggi dari
harga domba betina. Hal ini menyebabkan pemotongan domba di hari biasa
Tahun 2014 pada Pasal 18 Ayat 4 yang berbunyi, setiap orang dilarang
karena merupakan penghasil ternak yang baik, kecuali untuk keperluan penelitian,
Populasi Domba di Jawa Barat tahun 2019 mencapai 12.014.083 ekor dari
populasi domba terbanyak adalah wilayah Jawa Barat, dan yang dipelihata
umumnya adalah Domba Garut, Domba Priangan, dan Domba Lokal. Jawa Barat
memiliki jenis domba unggulan yang sebagai sumber daya genetik asli Jawa Barat
yaitu Domba Priangan yang biasanya digunakan sebagai penghasil daging dan
Domba Garut yang biasanya digunakan untuk kesenian domba tangkas. Domba
Priangan adalah hasil persilangan tidak terarah antara persilangan Domba Merino
dengan domba Lokal dan Domba Kaapstad, namun kajian secara ilmiah belum
diungkap, khususnya dari sisi komposisi darah (Merkens dan Soemirat, 1926 yang
daging, Domba Priangan lebih dipilih umtuk dipelihara karena harganya lebih
terjangkau dari Domba Garut namun memiliki bobot badan yang tidak jauh
berbeda.
kuantitas kulit mentah segar yaitu diantaranya bobot kulit mentah segar, luas kulit
mentah segar dan tebal kulit mentah segar. Kulit merupakan bagian dari tubuh
yang menutupi seluruh permukaan tubuh dan mempunyai beberapa fungsi yang
penting. Kondisi kulit dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin dan bangsa ternak.
Kuantitas kulit mentah segar sangat dipengaruhi oleh pakan, umur, bangsa, jenis
produksi.
Domba Priangan yang semakin banyak diminati, sebab permintaan akan
daging domba terus meningkat, namun stok domba jantan siap potong tidak dapat
produktif ikut dipotong untuk memenuhi permintaan daging domba, secara tidak
langsung menyebabkan hasil ikutan dari ternak domba berupa kulit juga ikut
bertambah. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan
Bobot Potong Dengan Kuantitas Kulit Domba Priangan Betina muda pada
1. Berapa Bobot Potong dan kuantitas kulit (bobot kulit, luas kulit, tebal
1. Mengetahui berapa bobot potong dan kuantitas kulit (bobot kulit, luas
kulit, tebal kulit) mentah segar Domba Priangan betina muda yang
dihasilkan.
kulit Domba Priangan betina muda. Selain itu, hasil penelitian dapat digunakan
sebagai informasi dasar mengenai kulit mentah segar (bobot kulit, luas kulit, tebal
kulit) Domba Priangan betina muda dan dapat dijadikan dasar acuan dalam
generasi kelima atau lebih yang beradaptasi pada lingkungan dan atau manajemen
ciri dan karakteristik luar serta sifat keturunan yang sama dari satu spesies, (SK
banyak tersebar di Jawa Barat umumnya Domba Garut, Domba Priangan, dan
Domba Garut adalah salah satu rumpun domba yang berasal dari Provinsi
Jawa Barat. Domba Garut memiliki ciri khas yaitu kuping rumpung (<4 cm) atau
ngadaun hiris (4-8 cm) dengan ekor ngabuntut beurit atau ngabuntut bagong
(Heriyadi, 2011). Domba Garut merupakan sumber daya genetik ternak dari
Kabupaten Garut, Jawa Barat, Indonesia yang telah ditetapkan sebagai rumpun
asli Indonesia oleh Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor
anatara Domba lokal, Domba Merino, dan Domba Kaapstad yang berkembang di
Domba Garut ataupun sebaliknya walaupun berasal dari daerah yang sama. Hal
ini dikarenakan Domba Garut adalah domba yang memiliki kombinasi daun
persilangan tiga bangsa domba yaitu Kaapstad, Merino, dan Domba lokal. Domba
Priangan banyak ditemukan di berbagai wilayah di Jawa Barat yang memiliki ciri
hampir sama seperti Domba Garut hanya saja berbeda pada bagian telinga dengan
ciri khas memiliki bentuk telinga rubak (>8 cm) dengan ekor ngabuntut beurit
keunggulan yaitu, mampu melahirkan lebih dari satu ekor anak perkelahiran, tidak
lingkungan dan relatif lebih murah dibandingkan dengan Domba Garut. Berbeda
dengan domba garut yang lebih banyak digunakan untuk kesenian domba tangkas,
yearling, dan mutton. Lamb adalah domba berumur dibawah 12 bulan, sedangkan
yearling adalah domba yang berumur 12-24 bulan, dan mutton adalah domba
mencapai dewasa tubuh pada umur 60 minggu yaitu pada usia yearling
untuk kebutuhan komoditas kuliner, pada umumnya adalah domba betina umur
12-24 bulan (yearling) dengan bobot karkas 15 kg sampai 20 kg dan domba yang
berumur dibawah 12 bulan (lamb) dengan bobot karkas kurang dari 10 kg.
yang digunakan adalah betina. Hal ini disebabkan domba jantan pada umumnya
dipelihara untuk dijual pada hari raya Idul Adha, dengan pertimbangan harga jual
relatif tinggi sehingga dapat memberikan keuntungan yang besar. Disisi lain
ditinjau dari segi ekonomis. Besar kecilnya bobot potong termasuk yang dicapai
tubuh ternak, maka perubahan bentuk dan ukuran tubuh lainnya akan mengikuti,
pertumbuhan pada ternak. Domba jantan muda memiliki potensi untuk tumbuh
lebih cepat dari pada domba betina muda, hal ini disebabkan pertambahan bobot
badan lebih cepat, konsumsi pakan lebih banyakndan penggunaan pakan yang
lebih efisien untuk pertumbuhan badan (Herman, 2003), akan tetapi walaupun
pertumbuhannya lebih cepat, domba jantan mengandung lebih banyak otot dan
tulang, dan lebih sedikit lemak dari pada domba betina. Domba betina memiliki
keempukan daging yang lebih empuk, hal tersebut dikarenakan ternak jantan lebih
aktif dibandingkan ternak betina. Domba betina juga menghasilkan daging yang
(Berg dan Butterfield, 1976), sehingga tingginya kadar lemak akan mempengaruhi
cita rasa.
Pertumbuhan kulit sejalan dengan perubahan bobot tubuh, semakin bobot
tumbuh naik makan ukuran-ukuran tubuh juga ikut meningkat. Hal ini
menyebabkan kuantitas fisik kulit yaitu, bobot kulit, tebal kulit, dan luas kulit
dan kondisi ternak. Ukuran tubuh seperti panjang badan dan lingkar dada
merupakan parameter yang menentukan berat dan luas kulit seekor ternak.
Peningkatan bobot badan ternak akan diikuti oleh peningkatan kuantitas kulit
meliputi berat, luas, dan tebal (Anderson dan Kisser, 1971, yang disitasi oleh
Soeparno, 2005). Umumnya, kulit hewan betina mempunyai bobot rata- rata yang
lebih ringan dari pada kulit hewan jantan tetapi mempunyai daya tahan renggang
Dilihat dari beratnya, kulit mentah memilki dua istilah utama yaitu Hide dan
Skin. Hide adalah kulit mentah yang memiliki berat lebih dari 15kg dan skin
adalah kulit mentah yang memiliki berat kurang dari 15kg. Kulit domba ssecara
umum termasuk kedalam skin. Kulit memiliki besar 10-12% dari bobot tubuh
(Judoamidjojo, 1981). Persentase kulit Domba Ekor Tipis pada bobot potong 15-
20 kg yaitu 9,77% (Wisnu, 2009). Persentase domba lokal betina pada kulit yaitu
sebesar 10,03% (Muyasaroh, 2007). Domba Priangan muda dengan bobot potong
rata-rata 17,5kg memiliki rataan bobot kulit mentah 1,175kg, sedangkan pada
bobot potong dengan rata-rata 25 kg memiliki rataan bobot kulit mentah 1,1743
didapatkan luas kulit sebesar 0,6 mm dan tebal kulit sebesar 1,45 mm.
Berdasarkan hal tersebut, Domba Priangan betina muda akan menghasilkan kulit
mentah segar anatara 8-12% dari bobot potongnya. (Yurmiati dan suradi, 2010)
hubungan antara bobot potong dengan kuantitas kulit Domba Priangan muda.
dilaksanakan di kandang Transit Penggemar Sate Kiloan (PSK) Kp. Bubulak Kota
Bogor.
10
II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Domba merupan salah satu jenis yang sangat diminati oleh masyarakat, di
ekonomis cukup tinggi. Taksonomi domba menurut Joseph (2007) adalah sebagai
berikut:
Domba di Indonesia menjadi tiga jenis kelompok yaitu Domba Ekor Tipis,
Domba Ekor Gemuk, dan Domba Priangan. Awal mula terbentuknya Domba
Priangan dimulai pada Tahun 1864. Saat itu pemerintah Belanda mulai
memasukkan beberapa ekor Domba Merino yang diserahkan pada KF Holle, lalu
11
penggemar domba, antara lain kepada Bupati Limbangan (satu pasang) dan
kepada Van Nispen seekor pejantan Merino yang pada saat itu kebetulan memiliki
seekor Domba Kaapstad. Selain itu disebarkan ke beberapa daerah lain, seperti ke
Kaapstad, namun kajian secara ilmiah belum diungkap, khususnya kajian dari sisi
komposisi darah (Merkens dan Soemirat, 1926 dikutip oleh Heriyadi, 2011).
Domba Priangan memiliki ciri-ciri morfologi yang meliputi: Kepala pendek, lebar
dan dalam serta profilnya cembung, ekornya berbetuk segitiga dengan timbunan
lemak pada pangkal ekor dan mengecil pada bagian bawah, telinga besar panjang
lebih dari 8 cm (rubak). Domba Priangan jantan bertanduk besar, kokoh, dan
ukurannya kecil, warna bulu pada Domba Priangan sangat bervariasi, ada yang
Pertumbuhan meliputi dua proses yang sangat erat, yaitu pertambahan bobot
badan secara terus menerus sampa tercapai dewasa tubuh serta dewasa kelamin
dan kedua adalah perubahan bentuk dan komposisi tubuh yang disebut
pertambahan sel yang terjadi sejalan dengan pertambahan volume tubuh, sehingga
bobot hidup, bentuk, dimensi linier dan komposisi tubuh, termasuk perubahan
komponen-komponen tubuh seperti otot, lemak, tulang dan organ serta komponen
kimia terutama air, lemak protein dan abu karkas. (Soeparno, 2005). Perubahan
pertumbuhan berjalan lambat atau sama sekali berhenti (Tilman, dkk, 1989).
Sejalan dengan pendapat Edey (1983) menyatakan bahwa pertumbuhan postnatal
(setelah lahir) untuk setiap spesies ternak mamalia adalah serupa, laju
tersebut menghasilkan kurva yang berbentuk sigmoid, seperti yang terlihat pada
ilustrasi 1.
Periode prenatal dapat dibedakan menjadi tiga periode, berupa proses yang
berkesinambungan, yaitu periode ovum, embrio dan fetus. Periode postnatal dapat
dibagi menjadi dua periode, yaitu periode pertumbuhan sebelum penyapihan dan
pertumbuhan yang diplot dari berat terhadap waktu memiliki kurva berbentuk S.
Kurva tersebut mirip untuk semua spesies ternak dan mewakili proses
pertumbuhan dan perkembangan yang terus menerus dari seekor hewan dari lahir
sampai dewasa (Acker dan Cunningham, 1991). Hal tersebut sesuai dengan
besar sebelum mencapai pubertas, semakin lambat saat menjelang dan telah
mencapai dewasa tubuh. Laju pertumbuhan ditentukan oleh factor, antara lain
potensi pertumbuhan dari masing-masing individu ternak dan pakan yang tersedia.
Dimensi tubuh dan bobot badan yang dihasilkan ternak merupakan manifestasi
daging, tulang, lemak dan organ lainnya. Pertambahan berat badan akan
tidak berlangsung secara bersamaan, namun pertumbuhan ini terjadi pada waktu
dan laju pertumbuhan yang berbeda-beda. Pertumbuhan tulang, otot dan lemak
di pengaruhi oleh umur, pakan, bangsa dan jenis kelamin (Boggs dan merkel,
yang relatif cepat sedangkan pertumbuhan otot relatif lambat. Setelah mencapai
otot mulai meningkat. Menjelang dewasa tubuh, pertumbuhan tulang dan otot
Ukuran panjang dan lebar kulit sangat erat hubungannya dengan ukuran
panjang badan dan lingkar dada. Pertambahan ukuran panjang dan lingkar dada
akan diikiti oleh perubahan ukuran panjang kali lebah kulit (luas kulit). Ukuran
lingkar dada mempunyai hubungan yang erat dengan bobot badan, sehingga bobot
badan yang berbeda akan menyebabkan perbedaan ukuran lebar dan luar kulitnya.
bahwa kulit merupakan tenunan sel-sel hidup yang akan tumbuh dan berkembang
kulit sekitar 10 – 12% dari tubuh dan yang mendapatkan makanan bergizi tinggi
Kulit merupakan organ terbesar dari tubuh yang meutupi seluruh permukaan
tubuh dan mempunyai beberapa fungsi yang penting. Selanjutnya dikatakan pula
bahwa kulit merupakan tenunan dari tubuh hewan yang terbentuk dari sel-sel
(1) Melindungi alat-alat tubuh yang terletak dibawahnya dari pengaruh luar
sekitarnya.
(4) Membantu proses sekretorik dan eksretorik dari berbagai unsur di dalam
tubuh.
susunan saraf.
Kulit mentah dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu kulit mentah
yang berasal dari hewan yang berukuran besar seperti sapi, kuda dan banteng yang
lazim di sebut hide dan kulit mentah yang berasal dari hewan berukuran kecil,
seperti domba, kambing, rusa, kelinci dan reptile disebut skin. Pemberian istilah
hide dan skin juga dibedakan berdasarkan bobot kulit waktu masih mentah, yaitu
bila selembar kulit mentah bobotnya sekitar 15kg atau lebih disebut hide dan bila
bervariasi. Factor yang menyebabkan variasi ini banyak diantaranya ialah faktor
Kulit mentah atau kulit segar adalah salah satu bagian dari tubuh ternak
yang baru ditinggalkan dari tubuh yang beratnya 8-10% dari bobot hidupnya
(Djojowidagdo, 1984). Kulit mentah yang baru ditinggalkan dari hewan bersifat
mudah busuk karena merupakan media yang baik untuk tumbuh dan berkembang
biaknya mikroorganisme.
Kulit mentah dibagi kedalam dua golongan yaitu kulit mentah segar dan
kulit mentah kering. Kulit mentah segar adalah kulit yang baru dilepas atau
dikuliti dari tubuh hewan dan bersifat masih labil, sedangkan kulit mentah kering
adalah kulit mentah segar yang telah mengalami proses pengeringan dengan sinar
segar mengandung kadar air 30% dari bobot kulitnya, sedangkan dalam kulit
Mutu kulit II dengan syarat : berbau khas kulit domba , cerah, bersih,
dan bulu tidak rontok. Kandungan airnya pada kulit mentah segar
Mutu kulit III denga syarat : bebbau khas kulit domab, warna tidak
cerah, kurang elastis, kandungan air pada kulit mentah tidak maksimum
Tanda 100A : panjang > dari 100cm dan lebar > dari 60 cm.
perut, kaki, leher dan ekor bahkan ada pula daerah kepala. Daerah satu dengan
lainya mempunyai sifat-sifat yang berbeda, diantaranya tebal kulit hewan kira-kira
bergeser dari daerah pundak (gumba) yang tertebal dan berangsur-angsur samakin
tipis sampai daerah ekor, sedangkan secara lateral maka daerah tulang punggung
yaitu :
Daerah ini mempunyai mutu yang relatif paling baik bila dibandingkan
dengan daerah-daerah lain. Derah ini meliputi 55% dari seluruh kulit.
Daerah ini merupakan daerah yang paling tebal dan memiliki tenunan
yang lebih longgar. Luas daerah ini 23% dari seluruh kulit.
terutama pada bagian perut. Daerah ini meliputi 22% dari seluruh kulit.
Untuk lebih jelasnya mengenai pembagian bentuk umum dari kulit disajikan pada
ilustrasi 4.
Jenis bangsa, bersifat baik atau buruk pada kulit hewan dapat
berat rata-rata lebih ringan dari kulit ternak jantan, akan tetapi kulit
(2) Sistem Semi Intensif merupakan perpaduan antara sistem ekstensif dan
(3) Sistem Intensif, dimana pemeliharaan dengan sistem ini biasanya ternak
(penguat).
pemberian pakan rumput saja tanpa adanya pemberian pakan tambahan/ pakan
penguat (Suharto dan Zulqoyah, 2005). Hal tersebut tentunya berpengaruh pada
III
Mahesa Mutiara Tani dengan sistem pemeliharaan intensif. Kulit mentah segar ini
(1) Satu buah timbangan duduk berkapasitas 150 kg dengan tingkat ketelitian
0,5kg untuk menimbang bobot potong.
(2) Satu buah timbangan gantung berkapasitas 150kg dengan tingkat ketelitian
melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis
gambaran dari setiap variabel yang meliputi jumlah data, nilai maksimum, nilai
minimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi dari setiap variabel. Nilai
minimum merupakan nilai terkecil atau batas bawah data, kemudian nilai
maksimum merupakan nilai tertinggi atau batas atas data. Nilai mean atau nilai
rata-rata adalah hasil penjumlahan dari seluruh data dibagi dengan seluruh jumlah
data, dan standar deviasi yang menjadi pengukur rata-rata penyimpangan masing-
pengamatan terhadap peristiwa yang akan terjadi dilakukan satu kali atau lebih.
serimya. Adapun antara umur dengan susunan gigi domba dapat dilihat pada
tabel 1.
Kemudian kepala dilepaskan dari tubuh pada sendi occipto alantis, lalu
Bobot potong, Bobot kulit mentah segar, Luas kulit mentah segar dan Tebal kulit
A – B = Panjang Kulit
C – D = Lebar Kulit
X – Y = Garis Bantu
Ilustrasi 5. Cara pengukuran Luas kulit Mentah (Yurmiati dan Suradi, 2010)
tiga tempat yaitu, bagian punggung, leher dan perut. Kemudian ketiga
Keterangan :
B = Bagian Leher
K = Bagian Punggung
P = Bagian Perut
Ilustrasi 6. Cara pengukuran tebal kulit mentah segar (Yurmiati dan Suradi, 2010)
3.2.3 Peubah yang Diamati
Bobot kulit mentah segar Domba Priangan betina lamb dalam satuan
(Wazah, 2009).
Luas kulit mentah segar Domba Priangan betina lamb dalam satuan
cebtimeter. Luas kulit yang didapatkan adalah hasil kali antara garis
panjang dengan garis lebar permukaan kulit mentah segar seperti yang
mentah segar.
Model analisis regresi non linier model kuadratik dipilih karena penelitian
variabel independen (X) sehingga akan diperoleh suatu kurva yang membentuk
garis lengkung menaik (𝛽2> 0) atau menurun (𝛽2< 0). Analisis regresi kuadratik
dapat menganalisis peramalan nilai pengaruh serta membuktikan ada atau tidak
𝑌 = 𝛽0 + 𝛽1 X + 𝛽2 𝑋 2 + 𝜀
Keterangan:
Y = Kuantitas Kulit Domba Priangan Betina
x = Bobot Potong Domba Priangan Betina
𝛽0 , 𝛽1 , 𝛽2 = Parameter
𝜀 = Galat atau residual model
Keterangan :
r = Koefisien korelasi
n = Jumlah sampel
Koefisien Determinasi
Riduwan dan Akdon (2013), variabel dependen yang dipengaruhi oleh variabel
Keterangan:
Hasil yang diperoleh akan berada pada interval 0 ≤ r 2 ≤ 1, semakin kecil hasil
BAB IV
Bogor. TPH ini merupakan milik perorangan dengan fasilitas yang masih
tradisional. Fasilitas dan sarana yang dimiliki TPH yaitu, kandang penampungan
berkapasitas 30-40 ekor yang terbuat dari bahan kayu, tempat pemotongan domba,
tempat penggantungan karkas, tempat pencucian jeroan dan sumber air yang
wilayah Bogor dan sekitarnya. Domba tersebut berasal dari beberapa peternak
antara lain Mahesa, Tawakal, Hidayah, Kukoh, dan Agro. Menurut informasi
pemilik TPH Pak Adit, domba yang diotong bakalannya berasal dari Pak Adit
kriteria siap untuk dipanen dibeli kembali oleh Pak Adit untuk dipotong, untuk
Priangan yang dibeli dan di potong di TPH ini tergantung dari umur yang telah di
tentukan dan bobot yang sesui dengan kebutuhan. Rata – rata pemotongan per hari
33
yaitu 10-40 ekor dan proses pemotongan dilakukan pada pagi hari. Domba yang
dipotong diperiksa terlebih dahulu kondisinya karena ternak yang sakit atau cacat
tidak dipotong.
4.2 Bobot Potong, Bobot Kulit, Luas Kulit dan Tebal kulit
Bobot badan dengan bobot kulit mentah segar, serta luas kulit memiliki
hubungan yang erat (Chaniago dan Obst 1980; Soeparno, 2005) Hasil penelitian
dapat dilihat pada Tabel 3.Bobot kulit mentah dan luas kulit erat kaitannya dengan
bobot dan besar tubuh domba, karena kulit merupakan pembungkus dari tubuh
domba secara keseluruhan. Besar serta luas kulit ini akan dipengaruhi oleh
kulit meliputi berat, luas, dan tebal (Anderson dan Kisser,1971,yang disitasioleh
Soeparno,2005). Bobot kulit, luas kulit, serta tebal kulit hasil penelitian disajikan
Tabel 3. Rataan Bobot Potong, Bobot Kulit, Luas dan Tebal Kulit Domba
Priangan Betina Muda
Standar
No Uraian N Minimum Maksimum Rataan
Deviasi
1 Bobot Potong (Kg) 16,60 28,45 20,25 3,18
2 Bobot kulit (Kg) 1,30 4,35 2,17 0,61
30
3 Luas Kulit (𝑐𝑚2) 5162,60 8085,00 6156,89 675,13
4 Tebal Kulit (mm) 0,52 1,18 0,90 0,18
Berdasarkan hasil pengujian statistik deskriptif pada Tabel 3 menunjukkan
bahwa domba dengan rata-rata bobot potong 20,25kg memiliki rata-rata bobot
kulit 2,17kg dengan rata-rata luas kulit 6156,89 cm2 dan tebal kulit 0,90mm. Hasil
rataan bobot kulit mentah 1,175kg, sedangkan pada bobot potong dengan rata-rata
Hasil penelitian yang diperoleh rataan bobot kulit mentah segar Domba
Priangan betina sebesar 2,1767 ± 0,61 kg atau 10,76 % dari bobot badanmentah
Priangan betina muda memiliki bobot kulit sekitar 10,76% dari bobot potong.Hal
ini berada pada kisaran hasil penelitian (Yurmiati dan suradi, 2010) pada domba
Ukuran mutu kulit yang dihasilkan oleh Domba Priangan betina muda
panjang > dari 100 cm dan lebar > 60 cm menurut standar pertanian Indonesia
subsektor peternakan (1990). Mutu kulit Domba Priangan betina muda termasuk
kategori kelas 2 yaitu memiliki kerusakan maksimum 10%, kulit tidak gembos,
liat dan lemas, sedikit bekas irisan, sedikit lobang lobang, sedikit penyakit, agak
mengikuti bentuk tubuh, berubahnya ukuran badan maka kulitpun ikut berubah
terkait ukurannya. Dalam penelitian ini dilakukan Analisa regresi kuadratik untuk
Priangan betina. Bobot potong sebagai variable independen dan kuantitas kulit
meliputi bobot kulit, luas kulit dan tebal kulit sebagai variable dependen.
Nilai koefisien korelasi antara bobot kulit dan bobot potong adalah sebesar
0,771 dan memiliki nilai positif. Menurut Sarwono (2020), apabila nilai korelasi
berada di antara 0,75 – 0,99 maka tingkat kekuatan hubungan tersebut masuk ke
dalam kategori korelasi yang sangat kuat. Artinya bobot kulit dan bobot potong
Nilai koefisien korelasi antara luas kulit dan bobot potong adalah sebesar
0,787 dan memiliki nilai positif. Dan nilai koefisien korelasi antara tebal kulit
dan bobot potong adalah sebesar 0,728 dan memiliki nilai positif.
0,99 maka tingkat kekuatan hubungan tersebut masuk ke dalam kategori korelasi
yang sangat kuat. Artinya antara luas kulit, tebal kulit dan bobot potong memiliki
positif sebesar 0,29, artinya bobot potong dengan bobot kulit memiliki hubungan
yang searah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa apabila bobot potong naik
sebesar 1 Kg, maka bobot kulit akan naik sebesar 0,29 Kg.
Priangan betina muda menyebabkan bobot kulit semakin tinggi pula.Hasil tersebut
sesuai dengan hasil penelitian Chaniago dan Obst (1980), bahwa hubungan bobot
potong dengan bobot kulit memiliki hubungan positif atau searah, yaitu makin
besar nilai bobot potong (X), makin besar pula nilai bobot kulit..
yang akan berpengaruh terhadap bobot kulitnya. Keadaan ini sesuai dengan
hubungan positif sangat nyata terhadap bobot kulit. Besarnya pengaruh umur
potong terhdap bobot kulit segar cukup tinggi yaitu sebesar 82,91 persen
(yurmiaty, 1991).
memiliki nilai positif sebesar 703,17 artinya bobot potong dengan luas kulit
memiliki hubungan yang searah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa apabila
bobot potong naik sebesar 1 Kg, maka luas kulit akan naik sebesar 703,17cm2.
betina akan diikuti dengan peningkatan luas kulit Domba Priangan betina, dimana
luas kulitDomba Priangan betina dapat dijelaskan oleh bobot potongnya, dengan
dan pertambahan ukuran sel tubuh, proses tersebut terjadi sejalan dengan
besarnya volume tubuh, sehingga luas kulit yang membungkus permukaan tubuh
akan meningkat pula, akibatnya bobot badan yang berbeda akan menghasilkan
luas kulit yang berbeda pula (Maynard dan Loosli, 1969 ; Ensminger, 1969). Hal
tersebut sejalan dengan pendapat (Anderson dan Kisser,1971,yang disitasioleh
ukuran lingkaran dada dan panjang badan akan diikuti oleh perubahan ukuran luas
kulit. Ukuran lingkar dada mempunyai hubungan yang erat dengan bobot badan,
sehingga bobot badan yang berbeda akan menyebabkan perbedaan ukuran lebar
dan luas kulitnya. Hal ini membuktikan bahwa panjang dan lebar badan domba
panjang dan lebar badan pada domba meskipun pada umur yang sama, belum
tentu memberikan pertambahan panjang danlebar yang sama, karena hal ini
positif sebesar 0,41, artinya bobot potong dengan tebal kulit memiliki hubungan
yang searah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa apabila bobot potong naik
sebesar 1 Kg, maka tebal kulit akan naik sebesar 0,41 mm.
Priangan betina akan diikuti dengan peningkatan tebal kulit Domba Priangan
betina, dimana tebal kulit Domba Priangan betina dapat dijelaskan oleh bobot
potongnya, dengan keeratan hubungan 72,8%. Hal ini sesuai dengan pendapat
Anderson dan Kisser (1971) dalam Yurmiati dan Suradi (2006), bahwa
peningkatan bobot badan ternak akan diikuti oleh peningkatan kuantiatas kulit
BAB V
5.1. Kesimpulan
bahwa terdapat hubungan yang erat anatar bobot potong dengan bobot kulit, luas
muda 20,25± 3,18 kg, minimal 16,06 kg dan maksimal 28,45 kg. Rataan
Rataan tebal kulit , 0,90± 0,18 mm, minimal 0,52 mm dan maksimal 1,18
mm. Rataan luas kulit 6156,89 ± 675,13Cm2 ,minimal 5162,60 Cm2 dan
hubungan anatara bobot potong dengan bobot kulit Domba Priangan betina
hubungan antara bobot potong dengan luas kulit: 𝑌2 = 1,2 𝑥 104 − 7,03
bobot kulit dan bobot potong adalah sebesar 0,771 artinya bobot kulit dan
sangat kuat. Selanjutnya nilai koefisien korelasi antara luas kulit dan bobot
potong adalah sebesar 0,787 dan memiliki nilai positif. Dan nilai koefisien
korelasi antara tebal kulit dan bobot potong adalah sebesar 0,728, artinya
antara luas kulit, tebal kulit dan bobot potong memiliki hubungan positif
5.2. Saran
oleh peternak karena kasus tersebut bertentangan dengan aturan. Namun hal
tersebut perlu usaha lebih dari kalangan akademisi, pemerintah dan Dinas
RINGKASAN
betina adalah bersifat prolific atau mampu melahirkan anak lebih dari satu ekor
setiap tahunnya. Salah satu bangsa ternaj yang dapat diandalkan sebagai penghasil
daging.
Selain itu domba memiliki hasil ikutan yang cukup potensial untuk
dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomis cukup tinggi yaitu kulit. Kulit
merupakan salah satu bagian tubuh yang terdiri atas tenunan sel-sel hidup yang
ternak. Kulit jadi yang baik dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas (berat, tebal
serta luas) kulit mentah. Factor tersebut sangat menentukan nilai jualnya
“Hubungan Bobot Potong dengan Kuantitas Kulit Domba Priangan Betina Muda
yang dikelola oleh saudara Aditya Guzwatutohir Rahmawanto S.Pt. pada tanggal
10 hingga 15 Oktober 2019 dan pengolahan data dilakukan pada bulan April
2020.
44
antara bobot potong dengan kuantitas kulit Domba Priangan Betina Muda. Hasil
daging domba mengenai bobot potong dan persentase karkas Domba Priangan
Betina Muda.
diamati pada penelitian ini yaitu bobot potong, bobot kulit, tebal kulit dan luas
kulit.Sampel yang diteliti yaitu Domba Priangan Betina Muda sebanyak 30 ekor
dengan umur di bawah 1 tahun yang diperoleh dari peternak di daerah Bogor.
(X) sehingga akan diperoleh suatu kurva yang membentuk garis lengkung menaik
(𝛽2> 0) atau menurun (𝛽2< 0). Analisis regresi kuadratik dapat menganalisis
peramalan nilai pengaruh serta membuktikan ada atau tidak hubungan kausalitas
Bobot Potong Domba Priangan Betina Muda pada penelitian ini sebesar (16,06 kg
– 28,45 kg). Adanya hubungan anatara bobot potong dengan bobot kulit Domba
potong dengan luas kulit Domba Priangan betina muda mengikuti persamaan
dengan bobot kulit adalah 0,771, koreslasi bobot potong dengan luas kulit adalah
0,787, korelasi bobot potong dengan tebal kulit adalah 0,728 dan memiliki nilai
positif. Artinya bobot kulit, luas kulit, tebal kulit dan bobot potong memiliki
DAFTAR PUSTAKA
Boggs, D.L. dan markel. R.A. 1993. Line Animal Carcass Evolution and
Selection Manual Fourth Edition. Kendall/Hunt Publishing Company. 3-
13.
Departemen Perindustrian. 1980. Istilah dan Definisi untuk Kulit dan Cara
Pengolahan-Pengujian Fisis dan Kimiawi. SII No. 0360-80. Depatemen
Perindustrian Republik Indonesia. Jakarta. Hal 1-10.
Heriyadi, D., 2011. Pernak-Pernik Senarai Domba Garut. Unpad press. Bandung.
Halaman 1-68.
Herman, R. 2005. Produksi Karkas dan Non Karkas Domba Priangan dan Ekor
Gemuk pada Bobot potong 17,5kg dan 25,0kg. Depatemen Ilmu Produksi
Ternak, Fakultas Peternakan – IPB. Bogor. Hal 3-7.
Maynard, L.A. dan J.K. Loosli. 1979. Animal Nutrition. Seventh Edition.
Mc.Graw Hill Book Company, Inc. New York. 516-421.
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Gajdah Mada University Press.
Yogyakarta. Hal 23.
Sudarmono dan sugeng. 2009. Sapi Potong (edisi revisi). Penebar Swadaya.
Jakarta
Sugiyono. 2014. Statistika untuk Penelitian. Penerbit Alfabeta. Bandung. Hal 29.
Suharto dan Zulqoyah. L. 2005. Perbandingan karkas Domba Betina dan Jantan
Pada Umur Potong Tujuh Bulan di Pemotongan Tradisional. Prosiding
Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian. Hal 131-134.
Wisnu Widiarto, R. Widiati dan I.G.S.Budi Satria. 2009. Pengaruh berat potong
dan harga pembelian domba dan kambingbetina Terhadap groosmargin
jagal di rumah potong hewan mentik, kresen, Bantul. Fakultas Peternakan
Universitass Gadjah Mada. Yogyakarta.
Yumiarti, H. dan Suradi K. 2010. Hubungan Berat Potong Dengan Kuantitas Pelt
Domba Lokal Jantan. Prosiding Seminar Nasional Peternakan
Berkelanjutan 2. Fakultas Peternakan. Universitas Padjadjaran. Sumedang.
Hal 655-660.
50
LAMPIRAN
51
Correlations
Bobot Potong
(Kg)
Bobot kulit (Kg) Pearson Correlation .771
Luas Kulit (m2) Pearson Correlation .787
Tebal Kulit (mm) Pearson Correlation .728
Regression
BIODATA