NPM : 200110180268
Kelas : Produksi B
TEKNOLOGI DAGING
3. Susut Masak
3. Susut Masak
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ayam yang tidak
dilelahkan memiliki kualitas daging yang baik karena daya ikat airnya tinggi.
[BSN]. 2009. SNI-3924-2009. Mutu Karkas dan Daging Ayam. Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional.
Koswara, S. 2009. Teknologi Praktis Pengolahan Daging. 1–24.
Lawrie, R. A. 2003. Ilmu Daging. Universitas Indonesia. Jakarta
McNitt, J. L. 1983. Livestock Husbandry Techniques. Granada Publishing Limited.
London.
Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknologi Daging. Universitas Gajah Mada Press.
Yogyakarta. Hal. 1, 227, 228, 289, 290, 300.
Suhu Ruang 56 g Agak jelas 0.42 2.76 1.12 0.40 0.56 8.65 0.06 75.12
Dipping 60 g Terlihat 0.39 3.10 1.22 0.39 0.46 8.96 0.05 64.93
minyak
kelapa
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa telur segar yang
didiamkan pada suhu ruang selama satu minggu mempunyai kualitas yang relatif lebih
baik jika dibandingkan dengan telur yang di dipping minyak kelapa.
Badan Standardisasi Nasional . 2008. Telur Ayam Konsumsi. SNI 01-39262008. Jakarta.
Roberts, J. R. 2004. Factors Affecting Eggs Internal Quality in Laying Hens. Rev. J.
Poul. Sci. 41: 161-177.
Whitaker, J.R. and S.R. Tannenbaum. 1977. Food Protein. AVI Publishing Compani,
inc., Westport, Connecticut.
Pengamatan Hasil
Uji Fisik :
˗ Warna ˗ Putih kekuningan
˗ Bau ˗ Normal
˗ Rasa ˗ Manis asin
˗ Konsistensi ˗ Normal
Dalam praktikum susu ini yaitu menguji kualitas susu dengan menggunakan
bahan berupa susu 500 Ml dilakukan 2 jenis pengujian, yaitu pengujian keadaan susu
dan pengujian susunan susu. Susu adalah cairan berawarna putih diperoleh dari
pemerahan sapi atau hewan menyusui lainya yang dapat digunakan sebagai bahan yang
sehat tanpa dikurangi komponennya. (Hardiwiyanto, 1994).
Uji susunan susu yang dilakukan di dalam praktikum adalah uji Berat Jenis
(BJ). Hal tersebut menunjukan bahwa susu tersebut memiliki kekentalan yang cukup
kental. Sesuai dengan penyataan Herdiansyah, (2011) yang menyatakan bahwa jika
berat jenis susu rendah maka kekentalan susu pun rendah, sebaliknya bila kekentalan
susu tinggi maka berat jenisnya pun besar.
Uji keadaan susu yang pertama adalah pengujian fisik dimana pengujian
dilakukan dengan menguji warna, bau , rasa, dan konsistensi. Hasil yang didapatkan
bahwa seua pengujian itu adalah normal. Warna susu dapat berubah ubah sesuai
dengan jenis ternak, jenis pakan, jumlah lemak, bahan padat, dan bahan pembentuk
warna menurut Saleh (2004), mohammad (2002) menyatakan pula bahwa rasa pada
susu dapat berubah atau berkurang setelah beberapa jam pemerahan. Uji kebersihan
susu dilakukan dengan pula sebagai bagian dari uji kekentalan susu. Uji kebersihan
susu dilakukan dengan mengambil sample lalu disaring pada kertas saling dan dilihat
noda yang menempel.
Uji alcohol dilakukan dengan tujuan untuk menguji ada atau tidaknya
penggumpalan pada susu. Menurut Buckle dkk (1987) menyatakan bahwa pengujian
alcohol bertujuan untuk memeriksa dengan tepat tingkat keasaman susu. Dari hasil
yang didapat kan maka susu tersebut sudah tidak baik. Apabila uji alcohol menunjukan
hal positif dimana dengan penambahan alcohol 70% terjadi penggumpalan maka susu
tersebut dalam keadaan tidak baik (soeparno, dkk 2011).
Uji didih dilakukan juga dalam praktikum ini, tujuannya tidak jauh berbeda
Laboratorium
dengan uji alcohol yaitu memeriksa Teknologi Pengolahan
tingkat keasaman susu. HasilProduk Peternakan-2020
yang didapat adalah
susu normal dan tidak terjadi penggumpalan sehingga mendapat nilai 1. Perbedaan
hasil antara uji alcohol dan uji didih ini dapat diakibatkan karena kurang telitinya
dalam pengujian prosedur pengujian tersebut.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Herdiansyah. 2011. Teori dan Prosedur Pengujian Mutu Susu dan Hasil Olahannya.
Liberty. Yogyakarta.
TEKNOLOGI KULIT
Di Indonesia pada proses pengawetan kulit metode yang umum dan sering
kulit digarami menggunakan garam klorin (NaCl+Na₂SO₄) atau garam dapur (NaCl)
dari kadar air awal 65% menjadi ± 30%, selain itu garam yang digunakan juga
memiliki beberapa syarat yaitu garam bebas dari besi (Fe), butiran garamnya ± 1 mm
dan kadar Ca dan Mg harus < 2%. Kulit diawetkan dengan menggunakan metode
penggaraman karena garam dapat berfungsi untuk mengeluarkan dan mendorong air
untuk keluar dari kulit dan klorida juga dapat membunuh mikroorganisme.
pertama menaburi lantai yang akan digunakan sebagai alas atau tempat meletakkan
kulit menggunakan garam yang tidak beryodium agar kulit tidak terkena belatung dan
dapat lebih awet hingga penyimpanan selama 1 bulan. Kemudian letakkan kulit pada
lantai dengan bagian dagingnya yang menghadap keatas, lalu menaburkan garam
kembali pada kulit bagian daging tersebut, lakukan hingga seluruh bagian kulit merata
terkena garam, pastikan juga kulit dilebarkan dan mengembang hingga ke ujung dan
perhatikan bagian lipatan kulit harus terkena garam karena untuk mencegah terjadinya
kebusukan dan ditemukannya belatung pada kulit. Setelah itu dapat dilakukan penamb
ahan sehingga garam pada kulit tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu tebal dan kemudia
n dilipat. Menurut Judoamijojo (1981) kulit yang diawetkan dengan cara ini mampu be
rtahan 10 hari.
Setelah itu hamparkan kulit yang kedua lalu taburkan kembali garam dan
Laboratorium Teknologi Pengolahan Produk Peternakan-2020
lakukan langkah yang sama seterusnya hingga mencapai ketinggian 1 - 1,5 meter.
Setelah tertumpuk setinggi 1 - 1,5 meter kulit yang diletakkan pada bagian teratas
Laboratorium Teknologi Pengolahan Produk Peternakan-2020
KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini yaitu metode penggaraman dan
pengeringan merupakan cara yang paling efektif untuk pengawetan kulit setelah
pemotongan ternak sebelum kulit disamak.
DAFTAR PUSTAKA
Bandung.