UNIVERSITAS PADJADJARAN
MODUL PRAKTIKUM
PENGELOLAAN LIMBAH PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM - 02 9-9-2019 5 1 dari 82
LAPORAN PRAKTIKUM
1. Judul Praktikum
Perhitungan Nisbah C/N,Kadar Air Bahan Organik dan Dekomposisi Awal
2. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses dekomposisi awal.
3. Kajian Pustaka
Dekomposisi adalah penghancuran secara metabolik bahan organik dengan hasil sampingan
berupa energi, materi anorganik dan bahan organik lain yang lebih sederhana (Haneda,
2012). Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi laju dekomposisi ini meliputi faktor
bahan organik dan faktor tanah. Faktor bahan organik meliputi komposisi kimiawi, nisbah
C/N, kadar lignin dan ukuran bahan, sedangkan faktor tanah meliputi temperatur,
kelembaban, tekstur, struktur dan suplai oksigen, serta reaksi tanah, ketersediaan hara
Bahan organik merupakan sisa-sisa mahkluk hidup baik tumbuhan atau hewan yang telah
mengalami komposisi, yang menyediakan bahan-bahan organik pada setiap tahunya. Nisbah
C/N bahan organik merupakan perbandingan antara karbon dan nitrogen bahan organik.
Nisbah C/N menggambarkan berapa molekul karbon sebagai sumber energi yang diperlukan
oleh mikroorganisme untuk menguraikan berapa molekul nitrogen sebagai sumber nutrisi.
4. Hasil Pengamatan
Gambar 1 Proses penjaitan karung Gambar 2 Memasukan bahan dekomposan
1. Proses penjaitan karung supaya berbentuk bidang datar pada bagian bawah karung
5. Pemberian lubang pada bagian atas, tengah, dan bawah untuk pengukuran suhu
dekomposan
4. Pembahasan
Pada pembuatan dekomposisi awal memerlukan beberapa bahan dan alat yang perlu
disiapkan seperti feses sapi (menggunakan feses sapi potong), jerami padi yang sudah
jerami bentuknya sama sehingga memudahkan saat pencampuran bahan), karung plastik,
tali rapia, jarum, karton tebal, timbangan, tongkat bambu, termometer, ada hal pertama yang
harus diperhatikan sebelum dilakukan pembuatan dekomposisi awal, pada campuran bahan
organik harus memenuhi beberapa syarat diantaranya nisbah C/N 25-30 dan kadar air
optimal sebanyak 40-60% ( untuk kadar optimal sebesar 55%) dalam hal ini perlu dilakukan
perhitungan nisbah C/N dan kadar air terlebih dahulu al ini dikarenakan supaya diketahui
berapa jumlah bahan bahan yang akan digunakan pada saat pembuatan dekomposisi awal.
Langkah pertama yang dilakukan timbang masing-masing bahan mulai dari jerami, feses
dan lain-lain sesuai dengan perhitungan nisbah C/N dan kadar air yang sudah di ketahui
sebelumnya setelah ditimbang masukan kedalam bak plastik. Lalu campurkan jerami padi
yang sudah dipotong dengan feses sapi ( feses yang digunakan feses sapi potong) sampai
merata/homogen. Jika pada saat pencampuran bahan yang digunakan kadar airnya kurang,
maka perlu penambahan air, namun apabila kadar air terlalu tinggi maka perlu dilakukan
pengiringan atau penambahan bahan dengan kadar air yang lebih rendah. Siapkan karung
lalu jahit karung tersebut, ujung dan tengah karung bagian bawah diikat sedemikian rupa,
setelah selesai dijahit balikan karung dan dirapihkan hasilnya bagian yang dijahit pada
bagian bawah akan berbentuk datar. Setelah bahan dekomposisi dan karung sudah
disiapkan, langkah selanjutnya masukan bahan dan susun kedalam karung plastik, pada
bagian bawah karung diisi dengan potongan jerami kering dengan besar ±2cm/1kg. Hal ini
bertujuan untuk menyerap kelebihan air pada bahan campuran, lalu padatkan menggunakan
tongkat bambu, tujuanya adalah memompa oksigen ke dalam susunan bahan campuran
dengan tongkat bambu yang sama selapis sampai karung terisi penuh. Setelah penuh,
lapisan atas dilapisi kembali dengan jerami padi kering dengan ketebalan ±2cm/1kg. Fungsi
dari jerami padi ini adalah untuk menyerap bau yang timbul pada saat proses dekomposisi
awal, lalu tutup dengan karton tebal selebar dengan diameter karung, fungsi dari karton ini
adalah mencegah penguapan dan menahan panas sehingga tidak keluar ke tumpukan bagian
atas. Lalu beri lubang pada karung di bagian atas, tengah dan, bawah, dekomposan sebagai
tempat pengukuran suhu. Lalu lakukan pengukuran suhu pada ketiga lobang tersebut setiap
hari ( dimulai dari hari ke-0 sampai ke-7). Setelah hari ke-7 , amati hasil dekomposisi yang
terjadi ( dari tampilan fisik, warna, dan bau). Kompos yang baik adalah kompos yang sudah
mengalami pelapukan dengan ciri-ciri warna yang berbeda dengan warna bahan
pembentuknya, tidak berbau, kadar air rendah, dan mempunyai suhu yang sama dengan
suhu ruang (Yuniwati, 2012). Perubahan sifat fisik kompos yaitu warna kompos dari kuning
kecoklatan menjadi coklat kehitaman terjadi akibat adanya proses penguraian yang
dilakukan oleh mikroba. Dekomposan dikeluarkan dari karung dan masukan ke kotak kayu
lalu dekomposan di remahkan dan dikeringkan ( diangin-angin) selama 14 hari ( hingga
kadar airnya ±20%). Dekomposan kering digunakan sebagai bahan baku pada proses
5. Kesimpulan
Pada pembuatan dekomposan awal ada berbagai macam yang harus diperhatikan mulai dari
bentuk fisik, warna dan bau. Jika dari pengamatan tersebut, maka hasilnya pada pengolahan
selanjutnya akan menghasilkan bahan dan kompos yang baik.
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
MODUL PRAKTIKUM
PENGELOLAAN LIMBAH PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
. Daftar Pustaka MODUL PRAKTIKUM - 02 9-9-2019 5 4 dari 82
Laju Dekomposisi Serasah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq). Jurnal Silvikultur
Tropika, 3(3): 161-167.
Yuniwati, M.; Iskarima, F.; Padulemba, A. 2012. Optimasi kondisi proses pembuatan
kompos dari sampah organik dengan cara fermentasi menggunakan EM4. Jurnal
Teknologi 2012, 5, 172-181.