Anda di halaman 1dari 7

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN
MODUL PRAKTIKUM
PENGELOLAAN LIMBAH PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM - 02 9-9-2019 5 1 dari 4

LAPORAN PRAKTIKUM

Hari/Tanggal : Kamis/07 Oktober 2021


Materi : Pengolahan Limbah Peternakan
Nama : Fadilah Milatunisa
NPM : 200110200031
Kelompok : 02
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. Ellin Harlia, MS

1. Judul Praktikum
Pembuatan POC dan PTO

2. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip dan prosedur pembuatan POC
2. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip dan prosedur pembuatan PTO

3. Kajian Pustaka
3.1 Feses Ayam Pedaging
Dampak negatif yang ditimbulkan usaha peternakan ayam terutama berasal dari
limbah kotoran ayam. Limbah yang dihasilkan dari usaha peternakan ayam terutama
berupa air buangan, kotoran ayam dan bau yang kurang sedap. Bau yang dikeluarkan
berasal dari unsur nitrogen dan sulfida dalam kotoran ayam, yang selama proses
dekomposisi akan terbentuk gas amonia, nitrit, dan gas hidrogen sulfida. Udara yang
tercemar gas amonia dan sulfida dapat menyebabkan gangguan kesehatan ternak dan
masyarakat di sekitar peternakan.
Jumlah kotoran ayam yang dikeluarkan setiap harinya banyak, rata-rata per ekor
ayam 0,15 kg (Charles dan Hariono, 1991). Pada kapasitas ternak ayam sebesar 80.000
ekor akan dihasilkan kotoran sejumlah 3 ton kotoran basah per harinya (Anonim, 2012).
Kotoran ayam yang terdapat di pinggir-pinggir kandang, dapat diolah menjadi bahan
baku pembuatan kompos kotoran ayam. Kandungan hara dalam kompos kotoran ayam
telah diuji oleh Laboratorium Badan Tenaga Atom Nasional Serpong Tangerang (No.
144/DAGST/ AIR.4/96) ini mengandung 4,06% nitrogen, 6,06% fosfor, dan 2,30%
kalium. Selain itu, pengolahan kotoran ayam menjadi kompos dapat juga mencegah
terjadinya polusi air yang disebabkan oleh penggunaan pupuk anorganik yang
berlebihan yang dapat mematikan berbagai jenis organisme air dan memicu tumbuhnya
tumbuhan air yang dapat mempercepat terjadinya pendangkalan (Anonim, 2012)

3.2 Serbuk Gergaji


Serbuk gergaji adalah butiran kayu yang dihasilkan dari proses menggergaji
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
MODUL PRAKTIKUM
PENGELOLAAN LIMBAH PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM - 02 9-9-2019 5 2 dari 4

(Setiyono, 2004). Menurut penelitian yang telah dilakukan Setyorini et al (2006), serbuk
gergaji merupakan salah satu sumber bahan kompos yang mengandung nirogen.
Kandungan nitrogen dalam serbuk gergaji berkisar 0,1%. Sedangkan menurut
Damanauw.J.F (2002) Kandungan kimia yang terdapat dalam serbuk gergaji kayu
antara lain sellulosa, hemisellulosa dan lignin.
Sedangkan menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Tan (1994), serbuk gergaji
kayu mengandung nitrogen cukup tinggi. Kandungan hara dalam serbuk gergaji kayu N
1,33%, P 0,007%, K 0,6%, Ca 1,44%, Mg 0,2%, Fe 999 mg kg-1 , Cu 3 mg kg-1 , Zn 41
mg kg1 , Mn 259 mg kg-1 . Besarnya konsentrasi bahan utama pupuk organik cair akan
mempengaruhi hasil N dalam pupuk.

3.3 Dekomposisi
Merkel (1981) bahwa faktor yang mempengaruhi proses biologis dalam
pengomposan adalah nisbah C/N, kadar air, ketersediaan oksigen, mikroorganisme,
temperatur, dan pH. Nilai C/N yang baik untuk dekomposan adalah 25-30. Menurut SNI
19-7030-2004 kompos yang baik dan siap digunakan harus memenuhi standar warna
kehitaman dan berbau tanah. Hal tersebut pun sesuai dengan pernyataan Djuarnani, N
(2005) bahwa kompos yang telah matang ditandai oleh warna yang gelap, tidak berbau
busuk, struktur remah dan tidak dihinggapi lalat.

3.4 Pupuk Organik Cair


Berdasarkan bentuknya, pupuk organik dibedakan menjadi dua, yakni pupuk cair
dan padat. Pupuk cair adalah larutan yang berisi satu atau lebih pembawa unsur yang
dibutuhkan tanaman yang mudah larut. Kelebihan pupuk cair adalah mampu
memberikan hara sesuai kebutuhan tanaman. Selain itu, pemberiannya dapat lebih
merata dan kepekatannya dapat diatur sesuai kebutuhan tanaman. (Hadisuwito,2012).
Kebutuhan pupuk cair terutama yang bersifat organik cukup tinggi untuk
menyediakan sebagian unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman, dan merupakan suatu
peluang usaha yang potensial karena tata laksana pembuatan pupuk organic cair
tergolong mudah (Hadisuwito, 2012). Pupuk organik cair dapat dibuat dari bahan
organik cair (limbah organik cair), dengan cara mengomposkan dan memberi aktivator
pengomposan sehingga dapat dihasilkan pupuk organik cair yang stabil dan
mengandung unsur hara lengkap (Oman,2003).

3.5 Pembenah Tanah Organik


Pembenah tanah merupakan suatu bahan yang dapat digunakan untuk
mempercepat pemulihan/perbaikan kualitas tanah. Bahan organik selain dapat berfungsi
sebagai sumber hara, fungsinya sebagai pembenah tanah juga telah banyak dibuktikan
(Suriadikarta et al., 2005; Rachman et al., 2006).
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
MODUL PRAKTIKUM
PENGELOLAAN LIMBAH PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM - 02 9-9-2019 5 3 dari 4

Berdasarkan senyawa unsur pembentuk utamanya, pembenah tanah bisa dibedakan


sebagai pembenah tanah organic, hayati, dan mineral. Penggunaan pembenah tanah
yang bersumber dari bahan organik sebaiknya menjadi prioritas utama, selain terbukti
efektif dalam memperbaiki kualitas tanah dan produktivitas lahan, juga bersifat
terbarukan, insitu dan relative murah, serta bisa mendukung konservasi karbon dalam
tanah. Kelemahannya adalah dibutuhkan dalam dosis relative tinggi. Beberapa
pembenah mineral juga efektif dalam meningkatkan kualitas tanah, namun tetap harus
disertai dengan penggunaan pembenah tanah organi.
Sebagai pembenah tanah bahan aktif utama dari bahan organic adalah unsur
karbon; oleh karena itu salah satu persyaratan teknis minimal pembenah tanah organic
yang tercantum dalam Permentan Nomor 70/Permentan/SR.140/10/2011, adalah
kandungan C organik minimal adalah 15%. Tujuan akhir dari penggunaan pembenah
tanah adalah untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan
produksi tanaman, perkembangan biota tanah, serta meningkatkan ketahanan tanah
terhadap erosi.

4. Hasil Pengamatan
4.1 Pupuk Organik Cair

Gambar 1. Dekomposan kering

Gambar 2. Proses Ekstraksi


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
MODUL PRAKTIKUM
PENGELOLAAN LIMBAH PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM - 02 9-9-2019 5 4 dari 4

Gambar 3. Proses Filtrasi dan Hasil Pengomposan

4.2 Pembenah Tanah Organik

Gambar 1. Pencampuran bahan Gambar 2. Proses menghomogenkan


bahan

Gambar 3. Proses aerasi Gambar 4. Proses pemasukan


ke dalam galon

Gambar 5. Proses fermentasi di dalam galon


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
MODUL PRAKTIKUM
PENGELOLAAN LIMBAH PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM - 02 9-9-2019 5 5 dari 4

5. Pembahasan
5.1 Pupuk Cair Organik
Proses pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) merupakan tahapan lanjutan setelah
dekomposisi awal berakhir. Dimana dekomposisi yang telah dikeringkan melalui proses
dekomposan selama 2 minggu akan diproses kembali menjadi pupuk organic cair.
Substrat yang telah kering lalu dilakukan ekstraksi menggunakan air panas. Ekstraksi
ini bertujuan untuk mensuspensikan mikroorganisme pengurai. Ekstraksi menggunakan
air panas bertujuan untuk mematikan mikro-organisme pengurai. Perubahan yang
terjadi pada proses ekstraksi yaitu dekomposan menjadi berwarna gelap karena hal ini
menandakan bahwa dalam air hasil filtrasi tersebut terdapat banyak bahan organic cair
didalamnya.
Proses selanjutnya yaitu filtrasi (penyaringan), bertujuan untuk memisahkan
suspense mikroorganisme pengurai dan bahan organic sederhana ( padatan ). Hasil
filtrasi dinamakan filtrate yaitu suspense mikoorganisme. Filtrate kental hasl filtarasi
pertama ini diproses untuk pembuatan pupuk organic cair. Sedangkan filtar encer hasil
filtrasi kedua diproses untuk pembuatan feed aditif atau probiotik. Substrat yang
dihasilkan dari proses filtrasi dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan
vermikompos dan Biogas. Proses pengomposan cari berlangsung secara aerob dan perlu
dilakukan aerasi setiap hari agar proses pengomposan berjalan dengan baik. Proses
pengomposan cair dianggap selesai apabila :
1. POC tidak berbau
2. pH netral
3. Bila POC dilarutkan dengan air akan larut sempurna tanpa membentuk endapan
4. POC berwarna gelap namun tidak keruh saat dilarutkan dengan air
5. Bila dirasakan tesktur POC seperti air tanpa ada rasa kesat maupun licin ditangan.

5.2 Pembenah Tanah Organik


Pupuk POC merupakan pupuk yang digunakan untuk memperbaiki kualitas tanah.
Dimana bahan yang digunakan adalah bahan organik yang potensial sehingga dapat
memanfaatkan ketersediaan yang ada menjadi lebih bermanfaat. Menurut Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 261 Tahun 2019 menyatakan bahwa pupuk POC memiliki
kandungan C organik minimal 10%.
Prosedur pembuatannya adalah dengan menimbang bahan sesuai dengan
presentase kebutuhan. Kemudian campurkan dan homogenkan dengan batang pengaduk
selanjutnya lakukan proses aerasi dengan alat aerator. Proses aerasi dilakukan agar
memberikan asupan oksigen pada mikroorganisme untuk pertumbuhan, karena proses
fermentasi yang dilakukan bersifat aerob. Proses aerasi dilakukan selama 15-20 menit
setiap hari atau dua kali dalam seminggu. Fungsinya adalah agar mikroorganisme tetap
hidup dan dapat menguraikan senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana. Proses
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
MODUL PRAKTIKUM
PENGELOLAAN LIMBAH PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM - 02 9-9-2019 5 6 dari 4

fermentasi dilakukan selama 2-3 minggu,

6. Kesimpulan
1. Pupuk Organik cair merupakan tahapan selanjutnya dari proses dekomposisi awal.
Pembuatan POC meliputi tahapan ekstraksi, filtasi dan pengomposan
2. Filtrate merupakan suspense mikroorganisme dalam bentuk cair pada proses filtrasi,
sedangkan substrat merupakan bahan organic berupa padatan
3. Proses pengomposan cari dianggap selesai apabila POC tidak berbau, Ph netral, bila
POC dilarutkan dengan air akan larut sempurna tanpa membentuk endapan, POC
berwarna gelap namun tidak keruh saat dilarutkan dengan air dan bila dirasakan
tesktur POC seperti air tanpa ada rasa kesat maupun licin ditangan
4. Prosedur pembuatan PTO di meliputi penimbangan, pencampuran bahan, aerasi, dan
fermentasi yang bersifat aerob
5. Proses fermentasi pembuatan pupuk PTO dilakukan selama 2-3 minggu dengan
dilakukan aerasi selama 15-20 menit setiap hari atau dua kali dalam seminggu.
6. Penentuan layak tidaknya PTO digunakan yaitu setelah mendapat hasil analisis di
laboratorium untuk mengetahui kandungan C organic, Nitrogen, Fosfor dan Kalium.

7. Daftar Pustaka
Hadisuwito, S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. PT Agromedia Pustaka. Jakarta
Hidayatullah, Gunawan, K. Mudikdjo dan N. Erliza. 2005. Pengelolaan Limbah Cair
Usaha Peternakan Sapi Perah Melalui Penerapan Konsep Produksi Bersih.
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Vol 8 No 1, Maret
2005: 124-136
Oman. 2003. Kandungan Nitrogen (N) Pupuk Organik Cair Dari Hasil Penambahan
Urine Pada Limbah (Sludge) Keluaran Instalasi Biogas Dengan Masukan Feces
Sapi. Skripsi. Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Rochayati, S, Mulyadi dan Sri Adiningsih.1990. Penelitian efisiensi penggunaan pupuk
di lahan sawah. Prosiding lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk V.
Puslitbangtanak, Bogor
Depari E, K., Deselina., Hidayat F., Senoaji G. 2014. Pemanfaatan Limbah Kotoran
Ayam Sebagai Bahan Baku Pembuatan Kompos. Jurusan Kehutanan, Fakultas
Pertanian, Universitas Bengkulu
Darian A., Nurida N, L., Sutono. 2010. Penggunaan Pembenah Tanah Organik untuk
Perbaikan Kualitas Tanah Typic Kanhapludults Tamanbogo, Lampung. Jurnal
Tanah dan Iklim No.13
Darian A., Nurida N, L., Sutono., L Neneng., Hartatik W., Pratiwi E. 2015. Pembenah
Tanah Untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian.
ejurnal.litbang.pertanian.go.id
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
MODUL PRAKTIKUM
PENGELOLAAN LIMBAH PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM - 02 9-9-2019 5 7 dari 4

Widyabudiningsih et. Al. 2021. Pembuatan dan Pengujian Pupuk Organik Cair dari
Limbah Kulit Buah-buahan dengan Penambahan Bioaktivator EM4 dan Variasi
Waktu Fermentasi. Indonesian Journal of Chemical Analysis

Anda mungkin juga menyukai