Anda di halaman 1dari 5

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN
MODUL PRAKTIKUM
PENGELOLAAN LIMBAH PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM - 02 9-9-2019 5 1 1 dari

LAPORAN PRAKTIKUM

Hari/Tanggal : Selasa, 20 Oktober 2020


Materi : Pembuatan Pupuk Organik Padat/Vermikompos
Nama : Della Ananda Ramadhini
NPM 200110180061
Dosen Pengampu : Dr. Ir. Eulis Tanti Marlina, S.Pt., MP., IPM.

1. Judul Praktikum
Pembuatan Pupuk Organik Padat/Vermikompos
2. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui proses pembuatan pupuk organik padat (vermikompos) dari limbah
peternakan melalui metode vermicomposting.
3. Kajian Pustaka
Pupuk Organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti
pelapukan sisa - sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat
atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Salah satu
bahan organik yang dapat dijadikan pupuk organik yaitu limbah peternakan. Pemanfaatan
limbah ternak sebagai sumber pupuk organik sangat mendukung usaha pertanian mulai dari
tanaman sayuran, tanaman hias, dan tanaman buah. Banyak kotoran ternak yang belum
dimanfaatkan secara optimal, sebagian diantaranya terbuang begitu saja, sehingga sering
merusak lingkungan dengan bau yang tidak sedap sehingga mengganggu kenyamanan
lingkungan. Pupuk dari kotoran sapi mengandung berbagai unsur hara yang bermanfaat
bagi tumbuhan (Arifin dkk., 2019). Pemanfaatan limbah ternak menjadi pupuk organik
dapat mengurangi dampak pencemaran terhadap lingkungan dan meningkatkan daya
dukung lingkungan melalui perbaikan sumberdaya lahan (Nenobesi dkk., 2017).
Limbah ternak banyak mengandung nutrien yang penting bagi tanah, pupuk yang
dihasilkan dari berbagai feses ternak pun menghasilkan nutrien seperti fosfor dan kalium
yang tinggi. Limbah peternakan ini tentu saja tidak langsung digunakan pada tanaman tetapi
harus diolah dulu, seperti dijadikan pupuk organik padat untuk mensuplai bahan organik
untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk organik padat merupakan
hasil dari ekstrasi POC berupa padatan atau substrat (Mulyatun, 2016). Hasil penyaringan
berupa padatan ini dapat dijadikan bahan untuk membuat kompos dengan metode
vermikomposting. Vermikomposting adalah proses pembuatan kompos dari hasil
perombakan bahan-bahan organik yang dilakukan oleh cacing tanah yang hasilnya disebut
vermikompos. Vemikompos merupakan campuran kotoran cacing tanah dengan sisa media
atau pakan untuk budidaya cacing tanah. Oleh karena itu vermikompos merupakan pupuk
organik yang ramah lingkungan dan memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan
kompos lain yang dikenal selama ini (Karmakar et al, 2012). Adapun syarat-syarat biologi
cacing tanah yang digunakan dalam proses vermikomposting yaitu tingkat produksi kokon
yang tinggi, waktu perkembangan kokon yang pendek, serta tingginya laju reproduksi dan
keberhasilan
penetasan kokon (Bhattacharjee & Chaudhuri, 2002: 147-150).
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
MODUL PRAKTIKUM
PENGELOLAAN LIMBAH PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM - 02 9-9-2019 5 2 1 dari
4. Hasil Pengamatan

Gambar 1. Persiapan bahan (substrat) Gambar 2. Penimbangan substrat

Gambar 3. Cacing E. Eugeniae Gambar 4. Cacing yang telah diletakkan


diatas substrat (media)

Gambar 5. Diamkan ditempat pemeliharaan cacing Eudrilus eugeniae hingga


panen
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
MODUL PRAKTIKUM
PENGELOLAAN LIMBAH PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM - 02 9-9-2019 5 3 1 dari

5. Pembahasan
Praktikum kali ini merupakan proses lanjutan dari hasil ekstrasi POC berupa substrat
(padatan) yang merupakan bahan dalam pembuatan vermikompos. Vermikompos
merupakan pupuk organik yang ramah lingkungan dan memiliki keunggulan tersendiri
dibandingkan dengan kompos lain karena memiliki kandungan hara yang sangat baik untuk
kesuburan tanah (Mashur, 2001). Vemikompos merupakan campuran kotoran cacing tanah
dengan sisa media atau pakan untuk budidaya cacing tanah. Langkah pertama yang
dilakukan yaitu pemisahan cacing dengan media awal. Kemudian menimbang substrat POC
yang telah diangin-anginkan seminggu dengan berat 14x dari berat cacing dan diremahkan
sampai tidak menggumpal. Kemudian letakkan cacing diatas media awal yang berada di box
agar cacing tidak stress jika substrat tidak cocok dan lakukan tanpa proses pengadukan.
Kemudian tutup box dengan papan kayu dan diletakkan dibawah cahaya lampu. Selanjutnya
lakukan pengamatan waktu perpindahan cacing dari media awal ke substrat idealnya 12 jam.
Kemudian dilakukan proses pengadukan secara berkala sehingga proses vermicomposting
berlangsung secara merata dan lakukan panen setelah 2 minggu.
Pertumbuhan cacing tanah tidak hanya dipengaruhi oleh kualitas pakan, namun
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan media. Media pertumbuhan cacing yang optimum akan
menghasilkan kualitas vermikompos yang baik. Salah satu indikator yang dapat digunakan
untuk menentukan kondisi ideal suatu media untuk pertumbuhan cacing adalah suhu. Suhu
optimum untuk pertumbuhan cacing tanah adalah 25–28°C (Kusumawati 2011). Perubahan
suhu selama vermicomposting menunjukkan bahwa akan semakin turun seiring
bertambahnya waktu. Semakin tinggi suhu maka semakin banyak cacing mengonsumsi
oksigen. Dengan demikian proses dekomposisi akan berjalan semakin cepat. Vermikompos
sebagai proses dekomposisi bahan organik dengan adanya keterlibatan antara cacing tanah
dan mikroorganisme (bakteri, fungi, dan actinomycetes) (Dominguez, dkk., 1997).
Hal yang mempengaruhi vermikompos yaitu jenis cacing, jumlah dan bahan pakan
yang diberikan. Besarnya jumlah limbah kotoran sapi dan jerami padi yang belum banyak
dimanfaatkan menjadikan kedua limbah tersebut berpotensi sebagai pakan cacing.
Kombinasi kotoran sapi dan jerami padi sebagai pakan cacing tanah dapat dijadikan pilihan
alternatif sebagai teknologi pengolahan limbah. Kesesuaian nisbah C/N ini menjadi faktor
utama yang menentukan kualitas vermikompos maupun kualitas cacing. Vermicomposting
dapat meningkatkan kandungan N total dan menurunkan nisbah C/N lebih cepat dari pada
pengomposan tradisional (Lazcano et al., 2008). Nisbah C/N yang tinggi menunjukkan
bahwa kandungan unsur hara yang tersedia untuk tanaman jumlahnya sedikit sedangkan
nisbah C/N yang sedang menunjukkan ketersediaan unsur hara yang cukup untuk tanaman
(Surtinah, 2013). Untuk mendapatkan hasil yang baik maka diperlukan membalik-balikan
tumpukan kompos agar aerasi tidak terhambat. Aerasi ini ditentukan oleh porositas dan
kandungan air bahan (kelembaban), jika aerasi terhambat maka akan terjadi proses anaerob
yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Ciri-ciri kompos yang matang secara fisik
(aroma, warna dan tekstur), tidak mengeluarkan aroma menyengat merupakan kompos yang
baik, tetapi mengeluarkan aroma lemah seperti bau tanah atau bau humus hutan apabila
dipegang dan dikepal, kompos akan menggumpal. Apabila ditekan dengan lunak, gumpalan
kompos akan hancur dengan mudah (Ihat, S., 2001). Ciri kompos yang sudah matang dapat
dilihat dari warna kompos yaitu berwarna coklat kehitam-hitaman, apabila kompos masih
berwarna hijau atau warnanya mirip dengan bahan mentahnya berarti kompos tersebut
belum matang (Sutanto, 2002).
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
MODUL PRAKTIKUM
PENGELOLAAN LIMBAH PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM - 02 9-9-2019 5 4 1 dari

6. Kesimpulan
Vermikomposting adalah proses pembuatan kompos dari hasil perombakan bahan-
bahan organik yang dilakukan oleh cacing tanah yang hasilnya disebut vermikompos.
Langkah-langkah dalam pembuatan vermikompos yaitu :
1) Langkah pertama yang dilakukan yaitu pemisahan cacing dengan media awal.
2) Ditimbang substrat POC yang telah diangin-anginkan seminggu dengan berat 14x
dari berat cacing dan diremahkan sampai tidak menggumpal.
3) Cacing diletakkan diatas media awal yang berada di box agar cacing tidak stress jika
substrat tidak cocok dan lakukan tanpa proses pengadukan. \
4) Ditutup box dengan papan kayu dan diletakkan dibawah cahaya lampu.
5) Dilakukan pengamatan waktu perpindahan cacing dari media awal ke substrat
idealnya 12 jam.
6) Dilakukan proses pengadukan secara berkala sehingga proses vermicomposting
berlangsung secara merata dan lakukan panen setelah 2 minggu.

7. Daftar Pustaka
Arifin, Z., Triyono1, T., Harsito, C., Prasetyo, S. D., dan Yuniastuti, E. 2019. Pengolahan
Limbah Kotoran Sapi dan Onggok Pati Aren Menjadi Pupuk Organik. Prosiding
SENADIMAS Ke-4, Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Bhattacharjee, G., Chaudhuri, P.S. 2002. Capacity of Various Experimental Diets to Support
Biomass and Reproduction Perionyx Excavatus. Bioresour. Technol. 82: 147-150.

Dominguez J, Edwards CA, Subler S. 1997. A Comparison of Vermicomposting and


Composting. Bio Cycle. 38: 57-59.

Ihat, S. 2001. Penanganan Limbah Ternak Sapi Perah di Tiga Lokasi di Daerah Bogor.
Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Karmakar, S., Brahmachari, K., Gangopadhyay, A., and Choudhury S. R., 2012. Recycling
of different available organic waste through vermicomposting, E-Journal of
Chemistry, 9: 801-806.

Lazcano, C., M.G. Brandon and J. Dominguez. 2008. Comparison of The Effectiveness of
Composting and Vermicomposting for the Biological Stabilization of Cattle Manure.
Chemosphere, 72: 1013-1019.

Mashur. 2001. Vermikompos (kompos cacing tanah) Pupuk Organik Berkualitas dan Ramah
Lingkungan. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IPPTP)
Mataram Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Mataram.

Mulyatun. 2016. Sumber Energi Terbarukan dan Pupuk Organik dari Limbah Kotoran Sapi.
DIMAS – Volume 16, Nomor 1, Mei 2016, pp. 191-214.
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
MODUL PRAKTIKUM
PENGELOLAAN LIMBAH PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM - 02 9-9-2019 5 5 1 dari
Nenobesia, D., Mellab, W., dan Soetedjob, P. 2017. Pemanfaatan Limbah Padat Kompos
Kotoran Ternak dalam Meningkatkan Daya Dukung Lingkungan dan Biomassa
Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.). Pascasarjana Universitas Nusa Cendana.
Nusa Tenggara Timur.

Surtinah. 2013. Pengujian Kandungan Unsur hara dalam kompos yang Berasal dari Serasah
Tanaman Jagung manis (Zea mays). Jurnal Ilmiah Pertanian, 11(1):16-26.

Sutanto, R., 2002. Penerapan Pertanian Organik. Permasyarakatan dan Pengembangannya.


Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
MODUL PRAKTIKUM
PENGELOLAAN LIMBAH PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM - 02 9-9-2019 5 6 1 dari

Anda mungkin juga menyukai