Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI

PRAKTIKUM I : “UJI FITOTOKSISITAS INSEKTISIDA PESTOR 2002 EC


TERHADAP TANAMAN CABAI”

Disusun oleh :
Kelompok 4

Rima Rahmawati 150510170102


Azkia Naila Rohmah 150510170016
Wina Siti C 150510170109
Gilang Ditriz 150510170000
Miftah Rizqan Khalid 150510170234

Kelas F

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya kepada
penyusun serta salawat beserta salam kepada nabi besar Muhammad SAW sehingga
penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Mata Kuliah Toksikologi berjudul “Uji
Fitotoksisitas Insektisida Pestor 2002 Ec Terhadap Tanaman Cabai”
Penyusunan makalah ini dilakukan untuk mengetahui tingkat toksik pada tanaman
cabai yang sudah diaplikasikan insektisida berbagai konsentrasi dan besaran persentase dari
gejala yang ditimbukan serta sebagai salah satu syarat dalam memenuhi nilai akhir mata
kuliah Toksikologi Lingkungan yang diampu oleh Vira Kusuma Dewi SP., M.Sc., Ph.D. ,
Dr.Ir. Toto Sunarto, MP., dan Dr.Ir.H. Tohidin, MS.
Selain itu, kami ucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan
mendukung pencarian data dan penyusunan makalah ini. Kami pun memohon maaf kepada
semua pihak yang membaca apabila masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah
ini. Maka kritik dan saran diharapkan untuk perbaikan kedepannya.

Jatinangor, April 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI .................................................................................... Error! Bookmark not defined.i

BAB I PENDAHULUAN.................................................................. Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang ................................................................ Error! Bookmark not defined.

1.2 Tujuan ............................................................................................................................... 1

BAB II METODOLOGI PRAKTIKUM ...................................................................................... 2

2.1 Pelaksanaan Praktikum ................................................................................................... 2

2.2 Alat dan Bahan ................................................................................................................ 2

2.3 Prosedur Kerja ................................................................................................................. 3

2.4 Tinjauan Pustaka ............................................................................................................. 3

2.5 Analisis Data ................................................................................................................... 3

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................................... 4

3.1 Hasil Pengamatan ............................................................................................................. 4

3.2 Pembahasan ...................................................................................................................... 6

BAB IV PENUTUP ......................................................................................................................... 8

4.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 10

LAMPIRAN DOKUMENTASI ..................................................................................................... 9

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fitotoksisitas merupakan suatu sifat yang menunjukan potensi pestisida untuk
menimbulkan efek keracunan bagi tanaman yang ditandai dengan pertumbuhan abnormal
atau menimbulkan gejala sebagai kelainan setelah aplikasi pestisida. Pestisida yang
digunakan sebaiknya pestisida dengan fitotoksisitas yang rendah dan diaplikasikan dengan
cara yang tepat agar tidak merusak tanaman. Contohnya, penyemprotan fungisida pada
saat suhu udara sangat panas akan menyebabkan daun tanaman menjadi kuning dan layu.
Pestisida tidaklah terlepas dari aktivitas budidaya tanaman. Penggunaan pestisida
sejauh ini dinilai efektif dan efisien dalam mengendalikan OPT, mudah secara aplikasi,
ekonomis dalam biaya. Sehingga tidak mengherankan jika petani susah untuk dapat lepas
dari ketergantungan akan pestisida. Pestisida disamping memberikan manfaat, juga
memberikan dampak negatif bahkan berbahaya bagi manusia dan lingkungan apabila
tidak dikelola dengan baik.
Penggunaan pestisida yang bijaksana adalah penggunaan pestisida yang tepat jenis,
dosis, sasaran, cara dan waktu aplikasi dan harus menggunakan pestisida yang telah
terdaftar dan memperoleh Izin Menteri Pertanian. Pengelolaan pestisida harus mengacu
kepada ketentuan peraturan yang berlaku peraturan yang berlaku antara lain Peraturan
Pemerintah No. 7 tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran Penggunaan dan
Penyimpanan Pestisida serta Peraturan Menteri Pertanian No.
24/Pementan/SR.140/4/2011 tentang Syarat dan Tatacara Pendaftaran Pestisida.
Pestisida yang akan diperdagangkan di Indonesia terlebih harus didaftarkan ke
Komisi Pestisida. Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi telah diuji efektivitasnya
terhadap sasarannya. Oleh karena itu, langkah awal yang harus dilakukan adalah
melakukan pengujian insektisida.

1.2 Tujuan
Praktikum dan penyusunan laporan dilakukan untuk dapat menyiapkan dan melakukan
pengujian insektisida serta gejala yang ditimbulkan dengan menghitung besaran
persentase dari nilai luas relatif bercak nekrotik daun akibat insektisida yang
diaplikasikan terhadap tanaman cabai.

4
BAB II

METODELOGI PRAKTIKUM

2.1 Pelaksanaan Praktikum


Praktikum mengenai uji fitotoksisitas insektisida pada tanaman cabai dilakukan pada
hari Jumat, 29 Maret 2019 pukul 13.00-15.00 dan bertempat di Laboratorium Hama dan
Penyakit di gedung Ex-FTIP lantai 3.

2.2 Alat dan Bahan


Dalam praktikum, terdapat alat dan bahan yang dibutuhkan berupa :
- Gelas plastik sebagai tempat tanam
- Handsprayer sebagai alat untuk pengaplikasikan insektisida,
- Sarung tangan plastik untuk menghindari kontak antara pestisida dengan kulit
- Masker
- Bibit tanaman cabai yang sudah disemai selama 7 hari
- Tanah
- Pupuk
- Air bersih
- Methanol
- Insektisida Pestor 2002 EC

2.3 Prosedur Kerja


Dalam kegiatan praktikum, langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu :
1. Menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan
2. Membuat media tanam dari campuran tanah dan pupuk dengan perbandingan 2 : 1 dan
diaduk sampai tercampur merata
3. Media tanam yang sudah dibuat dipindahkan ke gelas plastik dan disiram dengan
sedikit air
4. Membuat lubang tanam untuk bibit cabai yang sudah disemai sebelumnya
5. Penyiapan tanaman dilakukan sebanyak 2 kali sebagai perlakuan ulangan dan
antisipasi tanaman mati.
6. Setelah itu, membuat perlakuan yang akan digunakan dengan konsentrasi yang sudah
ditetapkan. Perlakuan yang digunakan, yaitu 10 mL/L, 7,5 ml/L, 5 ml/L, Air dan
methanol 0,5%.

5
7. Mengaplikasikan perlakuan yang sudah dibuat ke setiap tanaman dengan
menggunakan handsprayer sampai kondisi tanaman basah (kurang lebih sebanyak 10
semprotan)
8. Simpan tanaman di tempat yang terbuka dan terkena sinar matahari
9. Melakukan pengamatan sebanyak dua kali pada 3 HSA dan 7 HSA dengan mengamati
gejala nekrotik yang ditimbulkan pada daun, jumlah dan diameter bercak, dan
menggambarkannya pada kertas milimeter blok.

2.4 Tinjauan Pustaka


Fitotoksitas merupakan suatu sifat yang menunjukkan potensi pestisida untuk
menimbulkan efek keracunan bagi tanaman yang ditandai dengan pertumbuhan yang
abnormal setelah aplikasi pestisida. Pestisida didefinisikan sebagai zat atau senyawa
kimia, zat pengatur tubuh atau perangsang tumbuh, bahan lain, serta mikroorganisme atau
virus yang digunakan untuk perlindungan tanaman (PP RI No.6 tahun 1995). USEPA
menyatakan pestisida sebagai zat atau campuran zat yang digunakan untuk mencegah,
memusnahkan, menolak, atau memusuhi hama dalam bentuk hewan, tanaman, dan
mikroorganisme penggangu (Soemirat, 2003). Cara pengendalian hama yang banyak
dilakukan menggunakan adalah insektisida kimiawi sintetik karena pada awalnya sangat
efektif dalam menekan populasi hama, dianggap mudah pelaksanaanya, sehingga
penggunaaanya semakin meningkat. Penggunaan insektisida yang tidak tepat waktu, dosis
dan interval penyemprotannya dapat menimbulkan masalah baru yaitu munculnya
ketahanan atau resistensi hama, timbulnya resurjensi hama, ledakan hama kedua dan
pencemaran lingkungan (Kardiman, 2002).
Penggunaan insektisida sintetik tidak dapat dihentikan secara drastis karena dapat
berakibat menurunnya produk pertanian. Salah satu alternatif yang paling tepat dalam
pengendalian hama adalah penggunaan insektisida organik yang ramah lingkungan.
Insektisida organik dapat dibuat dari bahan tumbuhan yang mengandung bahan aktif
insektisida (Kardiman, 2002).
Pestisida nabati yang diaplikasikan mempunyai fungsi antara lain refelen (menolak
kehadiran serangga terutama disebabkan baunya yang menyengat), antifidan
(menyebabkan serangga tidak menyukai tanaman, misalnya disebabkan rasa yang pahit),
mencegah serangga meletakkan telur dan menghentikan proses penetasan telur, racun
syaraf, mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh serangga, attraktan (sebagai pemikat
kehadiran serangga yang dapat digunakan sebagai perangkap) (Thamrin, et al., 2006).

6
2.5 Analisis Data
Untuk menentukan volume insektisida yang digunakan pada berbagai perlakuan dapat
dihitung dengan cara :
1. Perlakuan 10 ml/L  memiliki arti bahwa insektisida yang digunakan sebanyak 10 ml
dan air sebanyak 990 ml.
2. Perlakuan 7,5 ml/L  memiliki arti bahwa insektisida yang digunakan sebanyak 7,5
ml dan air sebanyak 992,5 ml.
3. Perlakuan 5 ml/L  memiliki arti bahwa insektisida yang digunakan sebanyak 5 ml
dan air sebanyak 995 ml.
4. Untuk perlakuan methanol 0,5%, komposisi air yang dibutuhkan dihitung
menggunakan rumus konsentrasi, yaitu :
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 0,5% = 5 ml x 96%
V1 = 960 ml
Jadi, komposisi yang digunakan yaitu 955 ml air + 5 ml methanol 96%

Analisis data yang digunakan berupa pengamatan jumlah dan diameter nekrotik yang
ditimbulkan pada tanaman bergejala dan melakukan perhitungan melalui rumus :

Luas bercak
Luas relatif bercak nekrotik (LR) = x 100%
Luas daun

7
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan dilakukan pada saat 3 dan 7 hari setelah aplikasi insektisida pada tanaman
dengan hasil yang didapat berupa :

Tabel 1. Hasil pengamatan fitotoksisitas pada tanaman berumur 3 HSA

Hasil Pengamatan 3 HSA


Tanaman 1 Tanaman 2
Kelompok Perlakuan
Jumlah daun Rata-rata Jumlah daun LR (%)
bergejala nilai LR (%) bergejala
1 - 0,77 - -
10 ml/L
2 - 5 - -
3 - 8,34 - -
7,5 ml/L
4 2 dari 10 3,03 2 dari 11 6,65
5 - - - -
5 ml/L
6 - 2,8 - -

Air - 11 - -

7 Methanol - 5 - -
0,5%

Berdasarkan Tabel 1. Hasil pengamatan 3 HSA menunjukkan bahwa tanaman cabai


yang terkena efek keracunan dengan intensitas kerusakan luas relatif bercak nekrotik terdapat
2 dari 10 daun yang terkena gejala dengan persentase luas relative sebesar 3,03% pada
tanaman. Kemudian pada tanaman kedua daun yang terkena gejala bercak neukrotik sebanyak
2 dari 11 daun yang memiliki nilai rata-rata luas relative sebesar 6,65%, sehingga penampilan
dari daun ini tidak normal atau abnormal atau tidak seperti daun yang kelihatan sehat tanpa
gangguan hama apapun.

Tabel 2. Hasil pengamatan fitotoksisitas pada tanaman berumur 7 HSA

Hasil Pengamatan 7 HSA


Kelompok Perlakuan Tanaman 1 Tanaman 2
Jumlah daun LR (%) Jumlah daun LR (%)

8
bergejala bergejala
1 - 1,42 - -
10 ml/L
2 - 7,5 - -
3 - 14,45 - -
7,5 ml/L
4 4 dari 10 5,76 3 dari 11 8,59
5 - - - -
5 ml/L
6 - 2,8 - -

Air - 12,55 - -

7 Methanol - 5,88 - -
0,5%

Berdasarkan Tabel 2. Hasil pengamatan 7 HSA menunjukkan bahwa tanaman cabai


yang terkena efek keracunan dengan intensitas kerusakan luas relatif bercak nekrotik pada
daun terbesar adalah sebesar 8,59 %. Namun, tanaman cabai yang terkena efek keracunan
dengan intensitas kerusakan luas relatif bercak nekrotik pada daun terkecil adalah 5,76%. Hal
ini disebabkan karena bercak yang pada awalnya ada di daun tetapi ada sebagian daun yang
awalnya bercak menjadi daunnya berlubang akibat gigitan hama sehingga dapat menyebabkan
luas relatif bercak nekrotiknya menurun.

Pada pengamatan 7 HSA ini daun yang pada awalnya tidak terkena gejala nekrotik
menjadi daun yang mati sehingga daun ditangkainya itu mengilang. Hal ini dapat diakibatkan
bahwa uji fitotoksisitas dengan menggunakan insektisida pestor 2002 EC dengan perlakuan
7,5 ml/L ini mengakibatkan tanaman cabai pada 7 HSA telah terkena efek keracunan.

Uji Fitotoksisitas merupakan suatu uji untuk mengetahui sifat dari suatu tanaman akan potensi
pestisida untuk menimbulkan efek keracunan bagi tanaman yang ditandai dengan
pertumbuhan yang abnormal setelah aplikasi pestisida. Uji Fitotoksisitas dengan
menggunakan insektisida jenis Pestor 2002 EC terhadap tanaman cabai ini dilakukan dengna
penggunaan berbagai konsentrasi dan dilakukan ulangan sebanyak 2 kali.

Fitotoksisitas yang berpengaruh terhadap kerusakan jaringan, organ maupun system tubuh
dapat dipengaruhi oleh tingkat dosis pestisida yang diberikan. Penggunaan berbagai dosis zat
kimia akan menimbulkan kerusakan jaringan pada makhluk hidup baik dalam konsentrasi
yang besar maupun kecil. Zat kimia yang kurang toksik tidak dapat menimbulkan gangguan
walapun makhluk hidup terpapar dengan dosis yang besar (Harianto, 2009).
9
Konsentrasi insektisida yang berlebih juga berpengaruh pada penurunan tinggi
tanaman secara siginifikan. Penurunan tinggi tanaman diduga disebabkan oleh mutasi pada
jaringan batang yang disemprotkan pestisida. Pengaruh lainnya dari tingginya konsentrasi
insektida yang diberikan yaitu mengakibakan semakin lambatnya tanaman memasuki fase
generative yang menyebabkan tanaman lambat untuk berbunga. Bentuk dan ukuran daun
tidak berpengaruh secara nyata tetapi cenderung semakin lebar meskipun tidak konstan hal ini
dikarenakan mutasi dapat menyebabkan ukuran daun semakin besar

10
DAFTAR PUSTAKA

Kardinan, A. 2002. Pestisida Nabati: Ramuan dan Aplikasi. Jakarta : Penebar Swadaya.

Soemirat J. 2003. Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Thamrin, M., Asikin, S., Mukhlis dan Budiman, A. 2005. Potensi Ekstrak Flora Lahan Rawa
sebagai Pestisida Nabati. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa. Kalimantan
Tengah.

v
LAMPIRAN DOKUMENTASI

Gambar 1. Hasil penggambaran daun yang bergejala nekrotik pada tanaman 1 dan 2 berumur 3 HSA pada
kertas milimeter blok
(Sumber : Dokumentasi pribadi)

Gambar 2. Dokumentasi tanaman dan daun yang bergejala pada 3 HSA


(Sumber : Dokumentasi pribadi)

vi
Gambar 4. Hasil penggambaran daun yang bergejala nekrotik pada tanaman 2 berumur 7 HSA pada kertas
milimeter blok
(Sumber : Dokumentasi pribadi)

Gambar 4. Dokumentasi tanaman dan daun yang bergejala pada 7 HSA


(Sumber : Dokumentasi pribadi)

vii
Gambar 5. Alat dan bahan yang digunakan selama praktikum
(Sumber : Dokumentasi pribadi)

Gambar 6. Proses pembuatan insektisida berbagai perlakuan dengan konsentrasi yang berbeda
(Sumber : Dokumentasi pribadi)

viii
Gambar 7. Proses pencampuran air dan methanol 0,5%
(Sumber : Dokumentasi pribadi)

Gambar 8. Proses pengaplikasian insektisida pada tanaman dengan menggunakan handsprayer


(Sumber : Dokumentasi pribadi)

ix

Anda mungkin juga menyukai