Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM PEMULIAAN TANAMAN NON

KONVENSIONAL

POLIPLOIDI BAWANG MERAH

Dosen pengampu:

Ir.Shodik Eko AMP.


Fazat Fairuzia, S.P., M.Si.

Oleh :

HERI KUSWORO

202141047

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

2024

1
2
Daftar Isi
Daftar Tabel.....................................................................................................................3
Daftar Gambar.................................................................................................................4
BAB I................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.............................................................................................................5
1.1 Latar Belakang.................................................................................................5
1.2 Tujuan...............................................................................................................6
1.3 Rumusan Masalah............................................................................................6
1.4 Hipotesa.............................................................................................................6
BAB II...............................................................................................................................8
METODE..........................................................................................................................8
2.1 Waktu dan Tempat..........................................................................................8
2.2 Alat dan Bahan.................................................................................................8
2.3 Pelaksanaan......................................................................................................8
2.4 Variabel Pengamatan.......................................................................................9
BAB III...........................................................................................................................10
HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................................10
3.1 Hasil dan Data Pengamatan..........................................................................10
Tabel 1. Tabel pengamatan acara poliploidi kromosom bawang merah dengan
perlakuan kolkisin........................................................................................................10
Gambar 1. Pengamatan...............................................................................................10
3.2 Pembahasan....................................................................................................10
Kesimpulan.....................................................................................................................11
Daftar Pustaka..................................................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bawang merah (Allium cepa L.) merupakan sayuran umbi yang multiguna,
dapat digunakan sebagai bumbu masakan, sayuran, penyedap masakan, di
samping sebagai obat tradisional karena efek antiseptik senyawa anilin dan alisin
yang dikandungnya (Noor, 2017). Bahan aktif minyak atsiri bawang merah terdiri
dari sikloaliin, metilaliin, kaemferol, kuersetin, dan floroglusin. Bawang merah
memiliki 1,5 g protein, 9,3 g karbohidrat, 0.3 g lemak, 443 mg kalium, fosfor 40
mg, 30 mg tiamin, 20 mg niasin, 9 mg vitamin C (Febryna et al., 2019). Bawang
merah mempunyai kandungan gizi dan senyawa yang tergolong zat non gizi serta
enzim yang berfungsi untuk terapi, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan
tubuh serta memiliki aroma khas yang digunakan untuk penyedap masakan dan
bahan baku utama industri bawang goreng (Azhar dan Jahril, 2023).
Bawang merah termasuk dalam divisi Spermatophyta, sub divisi
Angiospermae, kelas Monocotyledonae, ordo Liliales, familia Liliaceae, genus
Allium, spesies Allium ascalonicum L., sinonim Allium cepa var. ascalonicum.
Tanaman ini dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendahsampai
dataran tinggi, hingga ketinggian +1.100 mdpl (Zulfahmi et al., 2022). Produksi
bawang merah menurut BPS tahun 2023, menunjukkan besaran produksi total
untuk tahun 2022 sebesar 5.565.098 kwintal/tahun dan angka ini mengalami
penurunan dibanding dari tahun 2021 yang mencapai 5.642.54 kwintal/tahun.
Rendahnya produksi bawang merah di provinsi Jawa Tengah disebabkan oleh
berbagai faktor, yaitu: 1) petani kurang memahami teknologi budidaya bawang
merah, 2) Propinsi Jawa Tengah memiliki cuaca yang tidak menentu sepanjang
tahun, petani belum banyak yang membudidayakan bawang merah, 3) belum
adanya varietas bawang merah yang adaptif dan berproduksi optimal di kondisi
agroklimat propinsi Jawa Tengah dengan suhu rata-rata harian yang relatif tinggi
yakni sekitar 32-36 oC dimana suhu tersebut diatas rata-rata untuk pertumbuhan
bawang merah yang optimal yaitu suhu 25-32 oC (BPS, 2023).

4
Perbaikan karakter tanaman dapat diupayakan dengan cara lain,
diantaranya dengan induksi poliploid. Induksi poliploid dapat dilakukan dengan
pemberian mutagen kimia seperti kolkisin pada jaringan meristem tanaman
(Ermayanti et al., 2018). Kolkisin merupakan senyawa alkaloid yang memiliki
afinitas kuat terhadap tubulin (Sivakumar, 2017). Perlakuan lama perendaman dan
konsentrasi kolkisin berakibat terhadap proses pembelahan sel menjadi abnormal
(Dheer et al, 2014). Hasil penelitian Senyawa ini dapat menghambat terbentuknya
benang-benang spindel pada tahap anafase (pembelahan sel) sehingga
menyebabkan terbentuknya individu poliploid. Tanaman yang bersifat poliploid
umumnya akan menghasilkan ukuran morfologi lebih besar dari tanaman
diploidnya serta memliki produksi yang lebih baik. Kolkisin menyebabkan di fase
mitosis sel terjadi kegagalan pemisahan pada kromosom yang telah mengalami
penggandaan selama interfase sehingga mengubah sel organisme diploid menjadi
polyploid (Yulia et al., 2022). Penambahan kolkisin menyebabkan di fase
metaphase pasangan kromatid diproses pembelahan sel tidak dapat membelah
namun sudah terjadi penggandaan sehingga efeknya adalah terbentuknya
organisme yang poliploid, dimana organisme ini dicirikan dengan produktivitas
yang tinggi, buah besar dan tidak berbiji.

1.2. Tujuan
Praktikum teknologi pemuliaan non konvensional acara 1 dengan tema
poliploidi bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberikan kolkisin terhadap
poliploidi tanaman

1.3. Rumusan masalah


1) Apa yang dimaksud tanaman polyploid?
2) Bagaimana pengaruh pemberian senyawa kolkisin terhadap tanaman?
1.4. Hipotesa
1) Memperbaiki mutu kualitas tanaman dengan Teknik pemuliaan tanaman
berupa polyploid.
2) Pemberian kolkisin berpengaruh terhadap polyploid tanaman.

5
BAB II

MATERI DAN METODE

2.1. Waktu Dan Tempat

Praktikum teknologi pemuliaan non konvensional acara 1 dengan tema


poliploidi dilaksanakan pada hari Rabu 20 Maret 2024 pukul 06.30 – 09.30 WIB
di Laboratorium Agroomi Fakultas Pertanian, Universitas Muria Kudus.

2.2. Alat Dan Bahan:

Praktikum teknologi pemuliaan non konvensional acara 1 dengan tema


poliploidi menggunakann alat antara lain ini yakni wadah plastik, pot plastik,
sprayer, gelas ukur, pinset, erlenmeyer, label, petridish, tangkai pengaduk, flakon,
pinset, pisau, oven, kulkas, silet, kuas, pipet kecil, gelas preparat, gelas penutup,
mikroskop cahaya, kamera foto, pensil, penggaris, jangka sorong dan light meter.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah benih bawang merah (Allium cepa var
aggregatum.), umbi bawang merah, kolkisin murni, tapak dara, aquades, alkohol,
asam asetat glasial, HCl, aceto-orcein, kapas dan media tanam (campuran pasir,
arang sekam dan kompos dengan perbandingan1:1:1).

2.3. Prosedur Pelaksanaan


1) Pesiapan bahan uji: rendam atau basahi akar bawang merah di atas
kapas selama 2 hari.
2) Pembuatan preparat untuk pengamatan jumlah kromosom (ploidi).
Pembuatan preparat kromosom dilakukan menggunakan metode pencet
(squash) yang meliputi beberapa tahapan sebagai berikut:
3) Pengambilan bahan tanaman jaringan meristematik berupa ujung
akar diambil pada jam 06.00 – 08.10 WIB.
4) Siapkan kolkisin 0.01% dalam tube Eppendorf 1.5 mL
5) Rendam akar bawang merah dengan kolkisin 0.01% selama 1 jam
6) Masukkan ke gelas arloji, dan teteskan HCl 1 N sampai akar
terendam dan biarkan selama 15 menit

6
7) Ambil akar di gelas objek dan tetesi aceto orcein dan biarkan 10-20
menit
8) Letakkan ujung akar pada gelas objek, potong bagian ujung akar 1-
2 mm.
9) Teteskan aceto orcein pada ujung akar dan tutup dengan cover
glass
10) Ketuk dengan pensil berkaret (squash), kemudian tekan dengan ibu
jari
11) Amati di bawah mikroskop, identifikasi tahap-tahap fase mitosis
mulai dari profase, metafase, anafase, dan telofase.
12) Pemencetan ujung akar diletakkan pada gelas benda, ditambahkan
gliserin dan ditutup dengan gelas penutup, lalu dilakukan pemencetan
(squashing), kemudian tepi gelas penutup disegel dengan cat kuku. Dan
13) Pemotretan preparat hasil squashing diamati dengan mikroskop
cahaya dengan perbesaran 1600 kali, kemudian difoto dengan alat foto
digital.

2.4. Pengamatan percobaan

1) Jumlah kromosom dihitung berdasar gambar kromosom hasil


pemotretan. Pengamatan jumlah kromosom dilakukan dengan dengan
mikroskop cahaya dan difoto dengan kamera digital. Pengamatan
dilakukan pada sel tanaman bawang merah. Gambar kromosom hasil
pemotretan diperbesar dan dicetak dengan program komputer Adobe
Photoshop CS2. Selanjutnya hasil cetak gambar kromosom tersebut
digunakan untuk pengamatan jumlah kromosom. Metode ini merupakan
modifikasi metode yang dipergunakan oleh Parjanto et al. (2003).
2) Amati dan bagian-bagian sel akar yang mengganda (tetraploid,
hexaploid, dll) dan bagian sel normal pada masing-masing tahap
pembelahan sel: profase, metafase, anafase, telofase. Data pengamatan
dimasukkan ke dalam Tabel seperti yang tertera pada Lampiran.

7
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil dan Data Pengamatan

Tabel 1. Tabel pengamatan acara poliploidi kromosom bawang merah dengan


perlakuan kolkisin
No Fase Gambar Keterangan
1 Profase

Gambar 1. Profase
2 Metafase

Gambar 2. Metafase
3 Anafase

Gambar 3. Anafase

8
4 Telofase

Gambar 4. Telophase
5 Interfase

Gambar 5. Interfase

3.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan praktikum teknologi pemuliaan non


konvensional acara 1 dengan tema poliploidi menunjukkan bahwa terdapat proses
perkembangan sel akar bawang merah. Proses pembelahan sel meliputi tahapan
profase-metafase-anafase-telofase. Hal ini sesuai dengan Kemendikbud (2019)
yang menyebutkan bahwa pembelahan mitosis sel terdiri 4 tahap, yaitu melalui
tahapan profase-metafase-anafase-telofase. Diperkuat oleh Muhlisyah (2014)
bahwa Proses pembelahan sel terdiri dari profase, prometafase, metafase,
anaphase dan telofase. Sampel yang digunakan adalah akar tanaman bawang
merah (Allium cepa var aggregatum) karena memiliki jumlah kromosom sedikit
dan ukuran lebih jelas. Ujung akar direndam dengan larutan hidrolisis yang terdiri
dari HCl 1N dan asam asetat glacial 45% (perbandingan 3:1) dipanaskan diatas hot
plate selama 3-5 menit dalam suhu 60ºC. Hal ini sesuai dengan Setyawan dan
Sutikno (2000) dalam Sabana et al., (2022) bahwa hidrolisis berfungsi untuk
melarutkan lamella tengah sehingga didapatkan sel yang ketebalannya hanya
selapis. Tahap selanjutnya ujung akar diberi warna acetocarmin 2% selama 15 menit
dalam suhu ruang. Ujung akar yang telah diwarnai diletakkan di atas objek gelas lalu
ditutup dengan gelas penutup, kemudian dilakukan Squash dengan ibu jari.

9
Pengamatan dilakukan pada pagi hari pukul 06.00 WIb, 06.30 WIB, 0.7.00 WIB
dab 08.00 WIB. Menurut Anggarwulan et al., (1999) dalam Probowati dan
Putranti (2020) menyebutkan bahwa waktu optimum pembelahan mitosis Allium
cepa var aggregatum pada pagi hari hingga pukul 13.00 WIB karena sel-selnya
pada kondisi aktif. Langkah ini dilakukan karena tiap jenis tumbuhan memilki
waktu pembelahan sel yang berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan Muhlisyah et al.,
(2014); Willie dan Aikpokpodion (2015) bahwa setiap tumbuhan memiliki jam
biologis yang mengatur waktu optimum pembelahan mitosis yang berbeda-beda.
Poliploid merupakan salah satu langkah untuk memperbaiki genetic
tanaman agar menghasilkan varietas baru dengan produksi dan kualitasn yang
lebih unggul. Hal ini seuai dengan Pradana and Hartatik (2019) yang menyatakan
bahwa poliploidisasi merupakan metode pemuliaan tanaman non konvensional
dengan cara mengubah susunan genetic tanaman untuk mendapatkan kualitas
tanaman dengan sifat yang lebih baik. Pernyatan ini diperkuat oleh Yulia et al.,
(2022) bahwa penmbahan kolkisin menyebabkan di fase mitosis sel terjadi
kegagala pemisahan pada kromosom yang telah mengalami penggandaan selama
interfase yang memiliki satu set kromosom ganda. Kolkisin dapat menghalangi
terbentuknya gelondong pembelahan sel sehingga pada fase metaphase pasangan
kromatid diproses pembelahan sel tidak dapat membelah namun sudah terjadi
penggandaan sehingga efeknya adalah terbentuknya organisme yang poliploid,
dimana organisme ini dicirikan dengan produktivitas yang tinggi, buah besar dan
tidak berbiji. Peningkatan jumlah sel yang mengalami polyploid mengakibatkan
perubahan pada fenotip tanaman. Sesuai dengan pendapat Wu et al., (2015)
Peningkatan jumlah ploidi berpengaruh pada penampilan fenotip tanaman, seperti
peningkatan ukuran organ tanaman termasuk ukuran daun, produktivitas dan
kualitas tinggi sehingga mempengaruhi produksi. Menurut Rahayu et al., (2015)
menyatakan bahwa kolkisin dapat menghambat pembelahan sel tanaman sehingga
setiap sel tanaman memiliki jumlah organel-organel dan kromosom yang
mengganda, hal ini menyebabkan sel tanaman menjadi poliploid yang ditandai
dengan ukuran morfologi tanaman yang besar. Didukung dengan pendapat
As’adah et al., (2016) menambahkan bahwa kolkisin bekerja dengan melakukan
pengikatan dimer β-tubulin dan menghambat pembentukan mikrotubulus, namun

10
tidak terjadi penghambatan kerja mikrotubulus yang sudah terkait, sehingga
menyebabkan jumlah kromosom mengganda karena mikrotubulus yang gagal
membuat kromosom menuju ke kutub.

11
Noor Fajjriyah. 2017. Kiat Sukses Budidaya Bawang Merah. Bio Genesis. Bandung.

Febryna, R., Hayati, M dan Kesumawati, E. 2019. Pertumbuhan dan Hasil


Beberapa Varietas Bawang Merah Dataran Tinggi (Allium ascalonicum L.)
Akibat Jarak Tanam yang Berbeda di Dataran Rendah. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Pertanian, 4 (1): 118-128.
Badan Pusat Statistik. 2023. Data Hortikultura Produksi Bawang Merah provinsi jawa
tengah. Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Hortikultura.

Determinasi Kapasitas Induksi Poliploidi


Azhar, A., dan R. Sjahril. 2023.
Mutagen Kimiawi Kolkisin dan Bio-Catharanthine pada
Bawang Merah Palu secara In Vitro. Jurnal Agrotech, 13 (1): 52-
54.
Sivakumar, G. 2017. Upstream biomanufacturing of pharmaceutical colchicine.
Critical Reviews in Biotechnology. Houston, USA.

Dheer, M., RA. Sharma, VP. Gupta, & SS. Punia. 2014. Cytomorphological
investigations in colchicine-induced polyploids of Lablab purpureus (L.) sweet.
Indian Journal on Biotechnology. 13:347-355.
Anggarwulan, E., Etikawati, N., & Setyawan, A.D. 1999. Karyotipe kromosom pada
tanaman bawang budidaya (Genus Allium; Familia Amaryllidaceae). BioSMART, 1(2),
13-19.
Willie, P.O. & P.O. Aikpokpodion. 2015. Mitotic activity in Cowpea (Vigna unguiculata
(L.) land race “Olaudi” walp) in Nigeria. American Journal of Plant Sciences 6: 1201-
1205.
Muhlisyah, M., C. Muthiadin, B.F. Wahidah dan I.R Aziz. 2014. Preparasi kromosom
fase mitosis markisa ungu (Passiflora edulis) varietas edulis Sulawesi Selatan.
Biogenesis, 2(1), 48-55.
Probowati, W., dan A. H. Putranti. 2020. Indeks Mitosis dan Jumlah
Kromosom Kentang Hitam (Coleus tuberosus). Vegetalika, 9 (4): 562
– 571.
Kementrian Pendidikan dan kebudayaan. 2019. Biologi. Direktorat
jenderal Pendidikan dasar dan menengah, direktorat pembinaan SMA.
Dr. Zulfahmi, S.Hut, M.Si, Dr. Mahmuzar dan D. Affandy. 2022. Induksi
Keragaman Bawang Merah dalam Rangka Perakitan Varietas Baru untuk
Meningkatkan Ketahanan Pangan Nasional. (Laporan Penelitian) UIN Sultan
Syarif Kasim, Riau.
Yulia, N., I. Prihantoro dan P. D. M. H. Karti. 2022. Optimasi Penggunaan
Mutagen Kolkisin untuk Peningkatan Produktivitas Tanaman Stylo
(Stylosanthes guianensis (Aubl.) Sw.). jurnal ilmu nutrisi dan
teknologi pakan, 20 (1): 19 -24.
Wu, F. H., X. D. Yu, N.S. Zhuang, G.D. Liu dan J.P. Liu. 2015. Induction and
identification of Stylosanthes guianensis tetraploids. Genetic Molecular Research.
14(4):12692-12698.

12
As’adah M., T. Rahayu dan A. Hayati. 2016. Metode pemberian kolkisin terhadap
respon morfologi tanaman zaitun. Jurnal Biosaintropis. 2(1):46-52.
Rahayu, E. M. D., D. Sukma, M. Syukur, S.A. Aziz dan Irawati. 2015. Induksi
poliploid menggunakan kolkisin secara in vivo pada bibit anggrek bulan
(Phalaenopsis amabilis (L.)). Buletin Kebun Raya. 18(1):41-48.
Setyawan, A.D. dan Sutikno. 2000. Karyotype pada Kromosom Allium sativum L.
(Bawang Putih) dan Pisum sativum L. (Kacang Kapri). Biosmart. 1 (1): 20-27.
Sabana, A., E. Ernawati, Priyambodo dan R. Agustina. 2022. Induksi Poliploid
Planlet Pisang Kepok Batu DenganMedia Kultur Jaringan.
Organisms, 2(1): 1-10.

13

Anda mungkin juga menyukai