Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

“PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF (STEK)


TANAMAN HIAS BAYAM MERAH (Aerva sanguinolenta L.) DI
UNIT PELAKSANAAN TEKNIS DAERAH BALAI BENIH INDUK
TANAMAN PANGAN HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN
PROVINSI SUMATERA BARAT”

Oleh :
Aulia Yunita
NIM. 20032054

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
PADANG
2023
HALAMAN PENGESAHAN

PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF (STEK) TANAMAN


HIAS BAYAM MERAH (Aerva sanguinolenta L.) DI UNIT
PELAKSANAAN TEKNIS DAERAH BALAI BENIH INDUK TANAMAN
PANGAN HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN
PROVINSI SUMATERA BARAT

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Praktek Kerja Lapangan

Oleh:
Aulia Yunita
NIM. 20032054

Telah disetujui:

Padang, 17 Juli 2023


Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan

Dr. Moralita Chatri, MP. Yuli Suprayitno, SP.


NIP. 196502241991032001 NIP. 197307122007011008

Mengetahui,
Ketua Program Studi Biologi FMIPA Universitas Negeri Padang

Dr. Dwi Hilda Putri, S.Si., M.Biomed


NIP. 197508152006042001

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan dengan
judul “Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif (Stek) Tanaman Hias Bayam
Merah (Aerva sanguinolenta L.) Di Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Balai Benih
Induk Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Sumatera Barat” sebagai
hasil kerja praktek yang dilakukan di UPTD BBI TPHP Sumatera Barat dari
tanggal 19 Juni sampai 17 Juli 2023.
Dengan tersusunnya laporan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. Dwi Hilda Putri, S.Si, M. Biomed. selaku Ketua Departemen Biologi
FMIPA Universitas Negeri Padang.
2. Ibu Vera Yusria, SP., M.Si. selaku Kepala UPTD BBI TPHP Padang,
Sumatera Barat.
3. Ibu Dr. Moralita Chatri, MP. selaku dosen pembimbing magang dari
Departemen Biologi FMIPA Universitas Negeri Padang.
4. Bapak Yuli Suprayitno, SP. selaku pembimbing lapangan UPTD BBI TPHP
Padang, Sumatera Barat.
5. Semua pihak yang telah mendukung baik moril maupun materil sehingga
laporan magang ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun guna perbaikan laporan dimasa yang akan datang.

Padang, 17 Juli 2023

Aulia Yunita

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... i


KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv
DAFTAR BAGAN .................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................1
1.2 Tujuan .........................................................................................................1
1.3 Manfaat Magang .........................................................................................2
1.4 Ruang Lingkup ............................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Hias Bayam Merah (Aerva sanguinolenta L.) .............................3
2.2 Perbanyakan Tanaman dengan Stek ............................................................3
2.3 Media Tanam ...............................................................................................4
2.4 Sungkup .......................................................................................................6
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan .................................................................8
3.2 UPTD BBI Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan .......................8
3.3 Metode Pelaksanaan ..................................................................................12
3.4 Persiapan Alat dan Bahan .........................................................................12
3.5 Prosedur Kerja ...........................................................................................13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ..........................................................................................................15
4.2 Pembahasan ...............................................................................................16
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................................20
5.2 Saran ..........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................21

iii
DAFTAR TABEL

Table 1. Sumber Daya fasilitas UPTD BBI TPHP Sumatera Barat .......................9

iv
DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Struktur organisasi UPTD BBI TPHP Sumatera Barat .........................11

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tanaman Hias Bayam Merah (Aerva Sanguinolenta L.) ......................3


Gambar 2. Pupuk Kandang .....................................................................................5
Gambar 3. Sekam ....................................................................................................5
Gambar 4. Tanah .....................................................................................................6
Gambar 5. Sungkup Stek Tanaman Hias ................................................................6
Gambar 6. Proses Pengadukan Tanah, Pupuk Kandang, Dan Sekam ...................13
Gambar 7. Memasukan Media Tanam Ke Dalam Polybag ...................................13
Gambar 8. Mengurangi Jumlah Daun ...................................................................13
Gambar 9. Stek Tanaman Hias Bayam – Bayam Merah ......................................14
Gambar 10. Menyiram Tanaman ..........................................................................14
Gambar 11. Hasil Stek Tanaman Bayam – Bayam Merah ...................................16

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stek merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang
dengan menggunakan bagian dari tanaman seperti akar, batang, daun dan
tunas dengan maksud agar organ-organ tersebut membentuk akar yang
selanjutnya menjadi tanaman baru. Stek bertujuan untuk mendapatkan
tanaman yang sempurna melalui bagian akar, batang dan daun dalam
waktu relative singkat serta memiliki sifat yang serupa dengan induknya,
serta dipergunakan untuk mengekalkan klon tanaman unggul dan juga
untuk mempercepat perbanyakan tanaman.
Setiap jenis tanaman mempunyai kemampuan yang berbeda-beda
dalam pembentukan akar meskipun setek dalam kondisi yang sama.
Perbanyakan vegetatif dengan cara stek merupakan teknik perbanyakan
yang mudah, praktis dan sederhana. Akan tetapi tidak semua jenis tanaman
dapat dibiakkan dengan teknik stek. Keberhasilan dari teknik stek
bergantung pada kesanggupan jenis tanaman tersebut untuk berakar. Ada
yang jenis mudah berakar dan ada juga yang sulit untuk berakar (Hartman
et al., 2002).
Pengembangan teknik stek bisa diukur dengan cara melakukan
pendekatan, salah satunya yaitu memilih bahan stek yang berkualitas,
pemberian zat pengatur tumbuh dengan cara merendam batang stek pada
larutan zat pengatur tumbuh dengan konsentrasi yang telah ditetapkan, dan
teknik stek menggunakan sistem penyungkupan. Hal tersebut penting
dilakukan untuk menjaga tingkat keberhasilan karena dapat meningkatkan
pertumbuhan pada tanaman stek.
Secara umum faktor – faktor yang dapat mempengaruhi dalam
keberhasilan stek dapat dikelompokan menjadi dua macam, yaitu faktor
dalam dan faktor luar (lingkungan) tanaman. Faktor dalam yaitu jenis
tanaman dan bahan stek dan faktor luar (lingkungan) yaitu suhu,
kelembaban udara, media perakaran, intensitas cahaya dan pemberian zat
pengatur tumbuh.
1.2 Tujuan
1. Meningkatakan pengetahuan secara langsung dalam bidang
perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara stek.

1
2. Mengenalkan mahasiswa terhadap dunia kerja dan dunia usaha
sehingga menumbuh kembangkan dan menetapkan profesionalisme
yang dibutuhan mahasiswa dalam memasuki dunia kerja.
1.3 Manfaat Magang
a. Bagi mahasiswa :
1. Melatih keterampilan mahasiswa sesuai bidang ilmunya
berdasarakan pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan
2. Mengenal dunia kerja dan usaha dengan mengembangkan wawasan
berpikir keilmuan
b. Bagi Pimpinan Program Studi dan Institusi
1. Terjalinnya kerjasama/ hubungan baik antara program studi
maupun Universitas dengan perusahaan tempat mahasiswa
magang.
2. Program studi maupun Universitas dapat meningkatkan kualitas
lulusannya melalui pengalaman kerja Magang.
1.4 Ruang Lingkup
Balai Benih Induk Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan
(BBI TPHP) Lubuk Minturun Sumatera Barat merupakan unit pelaksana
teknis dinas perkebunan tanaman pangan dan hortikultura Provinsi
Sumatera Barat. Kegiatan magang yang berlokasikan di BBI Lubuk
Minturun tersebut merupakan kegiatan yang mencakup kegiatan
perbanyakan secara vegetatif yang meliputi cangkok, stek, okulasi, dan
sambung pada tanaman hias dan tanaman holtikutura.
Perbanyakan tanaman dengan stek mudah dilakukan karena mudah
tidak memerlukan teknologi yang rumit. Kelebihan dengan metode stek
dapat menghasilkan tanaman yang sempurna dengan akar, daun, dan
batang dalam waktu relatif singkat, serta bersifat serupa dengan induknya.
Selain itu, tanaman yang berasal dari perbanyakan secara vegetatif lebih
cepat berbunga dan berbuah (BPTH, 2009).
Dalam menyusun laporan ini, penulis mengambil satu pokok
permasalahan yaitu tentang “Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif
(Stek) Tanaman Hias Bayam Merah (Aerva sanguinolenta L.) Di Unit
Pelaksanaan Teknis Dinas Balai Benih Induk Tanaman Pangan
Hortikultura dan Perkebunan Sumatera Barat”.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Hias Bayam Merah (Aerva sanguinolenta L.)


Tanaman Hias Bayam Merah (Aerva Sanguinolenta) yaitu tanaman
herba yang memiliki tinggi 25-50 cm. Tanaman ini memiliki batang, bulat,
bercabang, beruas, merah keunguan. Daun tanaman ini merupakan daun
tunggal yang berbentuk bulat, ujung terbelah, tepi rata, pangakal
meruncing dengan panjang 5-10 cm, lebar 4-9 cm, tangkai sambung colok
memiliki panjang 1-6 cm dengan warna merak keunguan.
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Carryophyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Aerva
Spesies : Aerva sanguinolenta L.

Gambar 1. Tanaman Hias Bayam Merah (Aerva sanguinolenta L.)

Tanaman ini tumbuh di halaman dan di ladang-ladang. Terdapat di


Afrika, Malaysia, Cina bagian selatan, Filipina, Taiwan bagian selatan dan
Indonesia. Di Indonesia banyak ditanam di halaman-halaman sebagai
tanaman hias.
Daun bayam merah ini dalam pengobatan biasa digunakan sebagai
obat haid kurang teratur, obat untuk menghilangkan rasa nyeri haid, obat
kencing kurang lancar, obat kencing nanah, obat kurang darah, obat
keputihan, obat cacing dan obat radang rahim.
2.2 Perbanyakan Tanaman Dengan Stek
Stek merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang
dengan menggunakan bagian dari tanaman seperti akar, batang, daun dan

3
tunas dengan maksud agar organ-organ tersebut membentuk akar yang
selanjutnya menjadi tanaman baru. Stek bertujuan untuk mendapatkan
tanaman yang sempurna melalui bagian akar, batang dan daun.
Stek batang adalah tanaman stek tanaman yang bahannya berasal
dari potongan batang atau jaringan batang yang telah mengalami
modifikasi bentuk atau fungsi. Potongan batang ini nantinya akan
membentuk akar adventif di ujung potongan batang dan membentuk tunas
dari mata tunas yang masih dorman.
Ciri-ciri tanaman yang dapat dilakukan stek batang adalah
potongan batang tumbuhannya memiliki ruas-ruas atau memiliki mata
yang kemudian dapat tumbuh tunas baru. Batang yang akan distek harus
yang sudah tua sehingga tunas baru dapat tumbuh di bagian ruas-ruasnya.
Batang tanaman yang sudah dipotong ditanam pada tanah yang gembur
agar lebih mudah tumbuh kemudian tanahnya juga harus cukup lembab.
Kelebihan dengan metode stek dapat menghasilkan tanaman yang
sempurna dengan akar, daun, dan batang dalam waktu relatif singkat,
serta bersifat serupa dengan induknya. Selain itu, tanaman yang berasal
dari perbanyakan secara vegetatif lebih cepat berbunga dan berbuah
(BPTH, 2009).
Kekurangan yang dihadapi dalam perbanyakan vegetatif (stek)
yaitu, kesulitan dalam selang waktu penyimpanan relatif pendek antara
pengambilan dan penanaman. Kekurangan lain dari perbanyakan tanaman
secara vegetatif, adalah membutuhkan pohon induk yang lebih besar dan
banyak bila produksi pembibitan dalam jumlah/skala besar (BPTH, 2009).
Selain itu stek batang untuk tanamn jenis pohon tidak bisa diambil secara
besar-besaran karena diutamakan yang pertumbuhnnya tegak lurus sampai
kemiringan 45°, kecuali untuk tanaman hias tidak ditentukkan arah
pertumbuhannya karena bisa dijadikan tanaman hias ataupun tanaman
bonsai.
2.3 Media Tanam
Media tanam merupakan wadah atau tempat tumbuh bagi tanaman
umumnya berupa tanah. Media tanam yang baik adalah media yang
mampu menyediakan air dan unsur hara dalam jumlah cukup bagi
pertumbuhan tanaman.
Penggunaan media tanam yang sifatnya menyimpan air lebih
banyak akan mengakibatkan akar dan batang bagian bawah membusuk,
jika memiliki sifat kemampuan menahan air rendah akan mengakibatkan

4
media tanam mudah kering dan tanaman akan cepat mati. Media tanam
yang baik harus memiliki persyaratan - persyaratan sebagai tempat
berpijak tanaman, memiliki kemampuan mengikat air dan menyuplai unsur
hara yang dibutuhkan tanaman, mampu mengontrol kelebihan air
(drainase) serta memiliki sirkulasi dan ketersediaan udara (aerasi) yang
baik, dapat mempertahankan kelembaban di sekitar akar tanaman dan
tidak mudah lapuk.
Adapun contoh dari media tanam, antara lain;
a. Pupuk Kandang

Gambar 2. Pupuk Kandang.

Pupuk kandang adalah media yang berasal dari kotoran dan sisa
makan hewan yang telah mengalami pelapukan. Pupuk kandang yang
digunakan sebagai media tanam adalah yang berwarna hitam pekat.
Hal tersebut menandakan bahwa pupuk kandang itu sudah matang dan
steril. Pemilihan tersebut bertujuan untuk mencegah munculnya
bakteri cendawan yang bisa merusak tanaman.
b. Sekam

Gambar 3. Sekam.

Sekam padi yang biasa digunakan sebagai media tanam bisa


berupa sekam mentah atau sekam padi yang dibakar. Keduanya sama-
sama memiliki tingkat porositas yang sama. Penggunaan sekam bakar
sebagai media tanam tidak perlu disterilisasi lagi. Alasannya, mikroba
patogennya telah mati selama proses pembakaran. Kelemahannya,

5
sekam bakar akan cenderung lebih mudah lapuk. Di sisi lain, sekam
yang tidak dibakar akan mudah mengikat air dan tidak mudah lapuk.
Namun, sekam mentah cenderung minim akan unsur hara.
c. Tanah

Gambar 4. Tanah.

Sebagai media tanam, tanah menyediakan faktor-faktor utama


untuk pertumbuhan tanaman, yaitu unsur hara, air, dan udara dengan
fungsinya sebagai media tunjangan mekanik akar dan suhu tanah.
Semua faktor tersebut harus seimbang agar pertumbuhan tanaman
baik dan berkelanjutan.
2.4 Sungkup
Sungkup merupakan material penutup tanaman sebagai pelindung
dari plastik yang dapat menghindari tanaman dari air hujan secara
langsung. Penyungkupan dilakukan dengan tujuan untuk melindungi
tanaman dari udara bebas, menjaga kelembaban, mencegah serangan hama
dan penyakit serta mengurangi intensitas cahaya matahari.

Gambar 5. Sungkup stek tanaman hias.

Teknik sungkup ini dapat berperan sebagai pengganti rumah kaca


atau greenhouse dengan ukuran yang mini dan mudah untuk dipindah-
pindah. Sederhananya, teknik bertani dengan metode sungkup yang
menggunakan plastik ini adalah sebuah cara untuk menyungkup atau
melindungi tanaman, guna menciptakan keadaan kedap udara terhadap

6
tanaman yang sedang dibudidayakan. Biasa dilakukan pada perbanyakan
tanaman, agar merangsang pertumbuhan akar tanaman.
Penggunaan teknik ini biasanya hanya pada tahap pembenihan dan
pengembang-biakkan bibit, namun sebenarnya tidak sedikit pula petani
atau pembudidaya yang telah menggunakan teknik sungkup sampai pada
tahap panen. Manfaat plastik sungkup bagi tanaman diantaranya
menghindari tanaman dari air hujan langsung, dapat menurunkan suhu dan
meningkatkan kelembaban udara di sekitar tanaman sehingga ketersediaan
air lebih maksimal.

7
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Praktek kerja lapangan (PKL) dilaksanakan di Unit Pelaksanaan
Teknis Daerah Balai Benih Induk Tanaman Hortikultura dan Perkebunan
(UPTD BBI TPHP) Sumatera Barat. Praktek kerja lapangan berlangsung
selama 30 hari, dimulai pada tanggal 19 Juni 2023 hingga 17 Juni 2023.
3.2 UPTD BBI Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan
3.2.1 Sejarah Singkat
UPTD Balai Benih Induk (BBI) Tanaman Padi Palawija dan
Hortikultura Sumatera Barat merupakan unit pelaksanaan teknis
dinas pertanian tanaman pangan dan hortikultura Provinsi Sumatera
Barat yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur
Sumatera Barat nomor 12 tahun 2018 yang bernama UPTD BBI,
Padi, Palawija, Hortikultura (PPH) dibawah Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Perkebunan Provinsi Sumatera Barat. Pada
tahun 2003 sejalan dengan pemisahan Dinas Pertanian Tanaman
Pangan dan Dinas Perkebunan, nama UPTD BBI PPH diubah
menjadi UPTD BBI Tanaman Padi, Palawija, dan Hortikultura
Sumatera Barat.
Kegiatan - kegiatan pengembangan perbenihan tanaman pangan
dan hortikultura dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan,
mulai dari hulu hingga hilir yaitu dari penciptaan varietas ,
pengadaan / penyaluran / sosialisasi benih sumber dan benih sebar
serta pengawasan mutu dibidang produksi dan peredaran benih .
Pelaksanaan kegiatan - kegiatan tersebut dapat berjalan dengan
efektif dan efisien sehingga dapat dicapai hasil yang sesuai dengan
tujuan dan sasaran maka dibentuklah Unit Pelaksanaan Teknis
Daerah Balai Benih Induk Tanaman Pangan, Hortikultura Dan
Perkebunan (BBI TPHP) Provinsi Sumatera Barat.
3.2.2 Visi – Misi dan Fungsi
a. Visi
Terwujudnya rumah tangga petani yang sejahtera melalui
upaya peningkatan produksi dan produktivitas dengan
menggunakan benih bermutu.

8
b. Misi
1. Mengembangkan teknologi pembenihan tepat guna dan
mudah dilaksanakan.
2. Meningkatkan kualitas SDM pembenihan.
3. Meningkatkan efisiensi dan mutu produksi dalam usaha tani
yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
4. Memberdayakan seluruh potensi (SDM dan sarana) menjadi
BBI Mandiri.
c. Tugas dan Fungsi
Sebagai sebuah unit kerja, BBI TPPH Sumbar bertugas
melaksanakan sebagian tugas teknis operasional Dinas Pertanian
Tanaman Pangan di Bidang perbanyakan benih tanaman pangan
dan hortikultura. Fungsinya adalah sebagai penyebarluasan
benih bermutu varietas unggul, pelaksanaan observasi dan
pengumpulan varietas tanaman yang sudah dilepas maupun
belum dilepas sebagai sumber plasma nutfah, pelayanan
kebutuhan benih / penyebaran rekomendasi teknis dan informasi
perbenihan serta pelatihan keterampilan teknis bagi petugas dan
petani. Fungsi yang tak kalah penting adalah penangkaran benih
sumber padi, palawija dan hortikultura.
3.2.3 Sumber Daya Fasilitas BBI UPTD TPHP Sumatera Barat
Kelurahan Lubuk Minturun Sungai Lareh merupakan salah satu
daerah dari Kecamatan Koto Tangah. Kecamatan Koto Tangah
dengan luas wilayah 23.225 Ha mempunyai 2 buah sungai yaitu
Batang Air Dingin dan Batang Kandis dengan bentuk wilayah datar
sampai perbukitan, berlembah dengan panjang pantai ±14 km.
Luas lahan yang dimiliki BBI Lubuk Minturun adalah 8,5 ha
yang terfokus menghasilkan benih dan bibit tanaman holtikultura.
BBI UPTD TPHP Sumatera Barat memiliki unit satuan tugas untuk
menghasilkan benih lainnya dan tersebar diberbagai wilayah di
Sumatera Barat seperti pada tabel berikut.

Table 1. Sumber Daya fasilitas UPTD BBI TPHP Sumatera Barat


Jenis Benih Yang
No Nama BBI Luas
Dihasilkan
Palawija (jagung, kedelai,
1 BBI Suka Menanti 331 ha
dan ubi)
2 BBI Lubuk Minturun 9,87 ha
3 BBI Sungai Dareh 4,32 ha Padi

9
Palawija (ubi jalar, kacang
4 BBI Ladang Lawas 16 ha
hijau, dan jagung)
Horti dan palawija (sayur dan
5 BBI Surian 3 ha
cabe)
Palawija (jagung, kedelai,
6 BBI Kinali 16 ha
dan ubi)
7 BBI Alahan Panjang 12 ha Horti (krisan dan kentang)

3.2.4 Sarana dan Prasarana


BBI Lubuk Minturun dilengkapi dengan berbagai sarana dan
prasarana pendukung. Adapun sarana yang dimiliki seperti dua unit
kantor, tiga unit green house, shadeng net, rumah kaca, tiga unit
seadiloot, dua unit gudang sarana,dua unit gudang alsin, satu unit
labor kuljar, satu unit ruang pertemuan, satu unit klinik tanaman
hias, satu unit rumah kepala dan mess.
3.2.5 Letak Geografis
Kelurahan Lubuk Minturun Sungai Lareh merupakan salah satu
daerah dari Kecamatan Koto Tangah. Kecamatan Koto Tangah
dengan luas wilayah 23.225 Ha mempunyai 2 buah sungai yaitu
Batang Air Dingin dan Batang Kandis dengan bentuk wilayah datar
sampai berbukit, berlembah dengan panjang pantai ±14 km,
temperature udara siang hari berkisar antara 23°C-28°C, udara tipe
penggunaan lahan untuk sawah irigasi, kebun campuran, pemukiman
dan pekarangan, belukar dan hutan.
Kelurahan Lubuk Minturun Sungai Lareh terletak sekitar 15 km
dari ibukota Padang dan dari ibukota Propinsi Sumatera Barat sekitar
16 km, dengan jarak tempuh sekitar 20 menit dengan kendaraan roda
empat. Kelurahan ini memiliki luas wilayah sekitar 5.750 Ha,
dengan batas-batas sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan
dengan Batang Air Dingin, sebelah selatan berbatasan dengan
Kelurahan Gunuang Sariak, sebelah barat berbatasan dengan
Kelurahan Koto Panjang Ikur Koto, dan sebelah timur berbatasan
dengan Kabupaten Solok.
Kelurahan Lubuk Minturun Sungai Lareh berada pada
ketinggian 30-105 m dari permukan laut (dpl). Jenis tanah dominan
adalah humitropepts dengan tingkat kesuburan sedang sampai
subur.Lahan yang ada di Kelurahan Lubuk Minturun Sungai Lareh
merupakan lahan sawah dan lahan kering yang telah digunakan
untuk pengembangan komoditas padi, sayur, buah-buahan dan

10
perkebunan.Status lahan pada umumnya lahan hak milik yang
digarap sendiri dengan status kepemilikan telah bersertifikat dan
sebhagian lagi merupakan tanah ulayat.
Selain itu, wilayah Lubuk Minturun Sungai Lareh juga
merupakan daerah kawasan agrowisata dimana agroekosistem lahan
kering dataran rendah iklim basah dengan bentuk wilayah datar
sampai perbukitan, dengan curah hujan ratarata tahunan adalah
4.187,4 mm/tahun, suhu udara terendah 25,9°C dan suhu udara
tertinggi 26,9°C.
3.2.6 Struktur Organisasi
UPTD BBI TPHP Sumatera Barat berdiri dalam landasan
hukum surat keputusan Gubernur Sumatera Barat nomor 32 tahun
2003 tanggal 1 November 2003. Strukturnya yaitu Kepala,
Kelompok Jabatan Fungsional dan KASUBAG Tata Usaha, Kasi
Pembibitan dan Produksi serta Kasi Pengembangan dan
pemeliharaan. Struktur Organisasi yang ada pada UPTD BBI
Tanaman Pangan Hortikultura dan perkebunan Lubuk Minturun
adalah sebagai berikut:

Kepala UPTH BBI TPHP


(Vera Yusria, SP.M.Si)

Kelompok Jafung

Kepala Tata Usaha Kasi Pengembangan Kasi Pengembangan


- Benih Tanaman Bibit Hortikultura dan
Pangan Perkebunan
(Rafni Oknita, SP.) (Ir. Rini Historina, MP)

7 SATGAS BBI
1 Lab. Kultur Jaringan

Bagan 1. Struktur organisasi UPTD BBI TPHP Sumatera Barat.

11
UPTD BBI TPHP Sumatera Barat berdiri dalam landasan
hukum surat keputusan Gubernur Sumatera Barat nomor 32 tahun
2003 tanggal 1 November 2003. Strukturnya yaitu Kepala,
Kelompok Jabatan Fungsional dan Kasubag Tata Usaha, Kasi
Pembibitan dan Produksi serta Kasi pengembangan dan
pemeliharaan. UPTD ini membawahi 7 balai benih induk yang
dipimpin Kepala Satuan Tugas serta 1 Labor Kultur Jaringan.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, UPTD BBI TPHP
memiliki 7 unit Balai Benih Induk (BBI) dan 1 unit labor kultur
jaringan yang tersebar diberbagai daerah di Sumbar. Masing-masing
BBI tersebut dinamakan Satuan Tugas yang dipimpin Kepala Satuan
Tugas yang dibantu staf pendukung serta sarana prasarana
perbenihan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan produksi benih
disumbar. Guna pelaksanaan kegiatan perbenihan, Kepala UPTD
BBI TPHP melaksanakan kordinasi dengan Bidang pangan dan
Bidang Hortikultura, UPTD BPSB TPH serta UPTD Dinas Pertanian
Tanaman pangan provinsi Sumbar.
3.3 Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan PKL ini adalah metode
umum dan metode khusus. Kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa
dalam pelaksanaan PKL selama di BBI TPHP Sumatera Barat adalah
dengan melaksanakan absensi dan presentasi harian sebelum memulai
kegitatan sehari-hari, memgikuti semua kegiatan yang ada di lapangan.
Sedangkan metode khusus dalam pelaksanaan kerja praktek selama di
BBI TPHP Lubuk Minturun adalah perbanyakan tanaman secara
vegetative (stek). Dimulai dari persiapan alat dan bahan sampai dengan
pengerjaan setiap prosesnya. Terakhir membuat laporan tentang topik yang
telah diberikan.
3.4 Persiapan Alat dan Bahan
3.4.1 Alat
a) Gunting tanaman
b) Cangkul
c) Kerangka sungkup
d) Alat pelubang
e) Alat menghitung waktu
3.4.2 Bahan
a) Tanaman hias Bayam - Bayam Merah (Aerva sanguinolenta L.)

12
b) Media tanam
c) Polybag
d) Plastik sungkup
e) Tali raffia
f) Label
3.5 Prosedur Kerja
3.5.1 Pembuatan Media Tanam
Media tanam yang digunakan adalah campuran tanah, pupuk
kandang, dan sekam dengan perbandingan 1 : 1 : ½ . Bagian tanah
yang diambil adalah daerah aliran sungai (DAS) sedangkan untuk
sekam yang digunakan adalah sekam yang sudah lapuk dan pupuk
kandang yang digunakan ialah pupuk kandang ayam.

Gambar 6. Proses pengadukan tanah, pupuk Gambar 7. Memasukan media tanam ke


kandang, dan sekam. dalam polybag

3.5.2 Stek Batang


Langkah – langkah dalam melakukan stek batang tanaman hias
bayam-bayam merah (Aerva sanguinolenta L.), sebagai berikut:
1. Menyiram media tanam hingga jenuh air.
2. Memotong bagian tumbuhan bayam-bayam merah
menggunakan gunting tanaman.
3. Mengurangi daun yang mana bertujuan untuk mengurangi
penguapan.

Gambar 8. Mengurangi jumlah daun.

13
4. Melubangi media tanam dengan bantuan alat seperti lidi atau
kayu kecil. Hal ini bertujuan agar struktur tanaman yang
hendak ditanam tidak rusak akibat gesekan dengan media
tanam.
5. Menanam tanaman bayam-bayam merah pada media tanam.

Gambar 9. Stek tanaman hias Bayam – Bayam Merah.

3.5.3 Pemeliharaan dan Penyiraman

Gambar 10. Menyiram tanaman.

Selama proses pemeliharaan setelah di stek, tanaman


diletakkan pada tempat yang tidak terkena cahaya matahari secara
langsung dan dilakukan penyiraman setiap hari untuk menjaga
kelembapan tanah. Jika tanaman tersebut sudah cukup kuat, baru
bisa diletakkan pada tempat yang terkena cahaya matahari
langsung.

14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan kerja lapangan yang sudah dilakukan yaitu stek
tanaman Bayam – Bayam Merah (Aerva sanguinolenta L.) sebanyak 25
polybag yang terdiri dari 2 stek di dalam setiap polybag diketahui bahwa
akar tanaman ini akan muncul pada waktu 3 – 5 hari. Adapun media tanam
yang digunakan pada kegiatan ini adalah campuran tanah, pupuk kandang
dan juga sekam dengan perbandingan 1 : 1 : ½ . Media tanam sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman karena media tanam akan
menentukan baik buruknya pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya
mempengaruhi hasil produksi.
Media tanam yang baik adalah media yang mampu menyediakan
air dan unsur hara dalam jumlah cukup bagi pertumbuhan tanaman. Hal ini
dapat ditentukan pada tanah dengan tata udara dan air yang baik,
kemampuan menahan air yang baik dan ruang untuk perakaran yang
cukup.
Untuk mempercepat keluarnya akar adventif, stek sebaiknya
diambil dari tanaman induk yang sedang aktif tumbuh dan untuk
mempercepat keluarnya akar adventif harus ada bud dan sebaiknya
meninggalkan 2 – 3 ruas daun. Hal ini dijelaskan bahwa keluarnya akar
adventif secara fisiologis adalah interaksi dari berbegai hormon. Akar juga
adalah sink dan akar yang sedang tumbuh mempunyai sink strength yang
tinggi, untuk penarikan ke bawah dalam proses penutupan luka dan inisiasi
akar. Daun yang telah ada pada waktu penyetekan dapat merupakan
tempat terjadinya fotosintesis, sehingga menjadi sumber fotosintat bagi
akar.
Persentase pertumbuhan tanaman Bayam – Bayam Merah dari 50
stek yaitu 86%. Faktor kegagalan stek bisa disebabkan dari mengambil
batang yang masih muda. Hal ini karena kandungan karbohidrat di batang
tersebut masih rendah, sedangkan hormonnya cukup tinggi. Ini yang
memicu batang mungkin bisa menumbuhkan daun, tetapi akarnya sulit
tumbuh. Akibatnya kandungan air dan unsur hara yang ada di dalam
batang akan tersedot habis karena proses penguapan/fotosintesis. Batang
pun akhirnya mati kekeringan. Faktor lainnya yaitu bisa dikarenakan
kurangnya perawatan terhadap batang. Setiap tanaman mempunyai

15
kemampuan menumbuhkan akar yang berbeda-beda. Ada yang mudah
sekali, tapi tidak sedikit pula tanaman yang sulit menumbuhkan akar.
Sehingga perlu adanya perawatan kelanjutan setelah menanam batang.
Perawatan yang paling sederhana ialah menjaga kondisi kelembaban
media tanam dan udara dengan melakukan penyiraman secara berkala.
Sayangnya habitat yang berbeda membuat tanaman juga memerlukan
kondisi media tanam dan kelembaban udara tertentu.

Gambar 11. Hasil stek tanaman Bayam – Bayam Merah.

Gambar 11. merupakan hasil dari teknik perbanyakan tanaman


secara vegetatif menggunakan stek batang Bayam – Bayam Merah (Aerva
sanguinolenta L.).
4.2 Pembahasan
Stek merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang
dengan menggunakan bagian dari tanaman seperti akar, batang, daun dan
tunas dengan maksud agar organ-organ tersebut membentuk akar yang
selanjutnya menjadi tanaman baru. Stek bertujuan untuk mendapatkan
tanaman yang sempurna melalui bagian akar, batang dan daun dalam
waktu relative singkat serta memiliki sifat yang serupa dengan induknya,
serta dipergunakan untuk mengekalkan klon tanaman unggul dan juga
untuk mempercepat perbanyakan tanaman.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif tersebut tanpa melalui
perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk. Prinsipnya
adalah merangsang tunas adventif yang ada dibagian-bagian tersebut agar
berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang, dan
daun sekaligus.
Stek didefenisikan sebagai metode perbanyakan tanaman secara
vegetatif yang diambil dari bagian tanaman itu sendiri yaitu berupa akar,
batang, daun, dan pucuknya dengan maksud agar bagian-bagian tersebut
membentuk akar yang baru. Banyak tanaman hortikultura dapat
diperbanyak dengan mudah bila menggunakan teknik stek. Di peroleh

16
tanaman yang memiliki karakter identik dengan pohon induknya. Karena
itu, penyetekan dapat dikatakan sebagai suatu teknik kloning suatu jenis
tanaman hortikultura terpilih.
Keunggulan perbanyakan tanaman secara vegetatif ini adalah
menghasilkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan induknya.
Selain itu, tanaman yang berasal dari perbanyakan secara vegetatif lebih
cepat berbunga dan berbuah. Kelemahan dari perbanyakan tanaman secara
vegetatif ini membutuhkan pohon induk yang lebih besar dan lebih
banyak. Selain itu tidak semua tanaman dapat diperbanyak dengan cara
vegetatif dan tingkat keberhasilannya rendah, terlebih jika dilakukan oleh
penakar pemula.
Proses pembentukan akar pada tanaman dari hasil perbanyakan
secara stek berbeda dengan yang berasal dari penyemaian benih. Akar
pada stek terbentuk secara adventif dari kambium dan bagian node (buku).
Akar pada stek terbentuk karena pelukaan, dan akar terbentuk dari jaringan
parenkim. Pembentukan akar lateral dimulai dari pembelahan periklinal
yang terjadi pada beberapa sel perisikel. Sel yang dihasilkan membelah
lagi secara periklinal atau antiklinal sehingga terjadi himpunan sel. Pada
waktu primordium akar bertambah panjang, korteks ditembus sehingga
akar lateral muncul di permukaan akar induknya.
Pada angiospermae primordium akar lateral terbentuk dari
pembelahan periklinal dan antiklinal sebuah gugus sel perisikel. Jenis
bahan stek dari jaringan tanaman yang masih muda lebih mudah terbentuk
akar daripada bahan stek dari jaringan yang sudah tua.
Keberhasilan bahan stek batang membentuk akar tergantung pada
diferensiasi jaringan vaskular yang merupakan tempat pembentukan akar
baru yang erat kaitannya dengan pembuluh xylem dan floem dari aksis
induknya. Peningkatan keberhasilan perbanyakan tanaman khususnya
melalui stek dapat dilakukan dengan melakukan beberapa aspek berikut 1)
Microclimatic condition: cahaya, kelembaban, suhu, dan ketersediaan gas
(oksigendan karbondioksida, etilen dan lain lain); 2) Faktor edafik: berupa
kualitas fisika dankimia medium pertumbuhan; 3) Faktor Biotik: atau
interaksi bahan tanamdenganorganisme lain seperti interaksi bahan tanam
dengan mikroba yang menguntungkan (mikoriza) maupun patogen dan
hama pengganggu. Manajemen ketiga faktor lingkungan di atas sangat
diperlukan dalam melakukan stek.

17
Selain faktor lingkungan ada dua faktor utama pendukung
keberhasilan penyetekan lainnya yaitu faktor tanaman dan faktor
pelaksanaan. Faktor tanaman meliputi macam bahan stek umur bahan stek,
adanya tunas atau daun pada bahan stek, fotosintat terkandung dalam
bahan stek dan pembentukan kalus dan faktor pelaksanaan meliputi
perlakuan sebelum bahan stek diambil, saat pengambilan bahan stek,
pemotongan stek, dan cara penanaman.
Keberadaan substansi pengatur tumbuh atau hormone juga sangat
dominan dalam menetukan keberhasilan stek dalam membentuk akar. Jika
substansi pengatur tumbuh tidak berada dalam jumlah yang cukup serta
tidak tersebar merata dalam materi stek batang maka potensi kegagalan
pembentukan akar pada stek batang akan besar. Auksin adalah salah satu
substansi pengatur tumbuh memegang peranan penting dalam keberhasilan
perbanyakan tanaman melalui cara stek batang karena auksin akan
menstimulir munculnya akar pada stek batang.
Secara alami, auksin diproduksi tanaman pada jaringan meristem
dan berfungsi sebagai katalisator dalam metabolisme dan berperan dalam
pemanjangan sel (Alrasyid dan Widiarti, 1990). Auksin mampu
meningkatkan persentase pembentukan akar, mempercepat inisiasi akar,
meningkatkan jumlah dan kualitas akar (Blythe et al., 2007) dan
mempromosikan pengembangan akar yang seragam (Boyer et al., 2013).
Auksin menginduksi pembentukan akar dan mengontrol perkembangan
akar (Celenza et al., 1995).Secara fisiologis inisiasi akar adventif dari stek
batang dipengaruhi oleh kandungan auksin dalam jaringan (Khan et al.,
2012; Negi et al., 2010). Jika auksin endogen pada stek batang berada
dalam konsentrasi yang tidak mampu mempengaruhi pembentukan akar,
maka pemberian auksin eksogen akan membantu pembentukan akar pada
stek batang. Hal ini juga dinyatakan Muswita (2011) bahwa penambahan
auksineksogen akan meningkatkan kandunganauksin endogen dalam
jaringan stek sehingga mampu menginisiasi pembentukan akar.
Panjang stek berpengaruh terhadap rata-rata jumlah akar. Hal ini
diduga berkaitan erat dengan saat muncul tunas, karena tunas yang telah
tumbuh dapat menghasilkan auksin dan akan merangsang pertumbuhan
akar. Tunas berperan sebagai sumber auksin yang menstimulir
pembentukan akar, terutama apabila tunas mulai tumbuh. Adanya daun
pada tunas juga berpengaruh terhadap pembentukan akar, karena
karbohidrat yang dihasilkan oleh daun ditambah dengan karbohidrat yang

18
ada dalam stek akan mampu menstimulir pembentukan akar. Untuk
menumbuhkan akar pada stek, diperlukan energi yang diperoleh dari
karbohidrat dan protein yang dikandung oleh stek. Oleh karena itu stek
yang lebih panjang akan memiliki akar lebih banyak.

19
BAB V
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari pelaksanaan kegiatan
praktik kerja lapangan ini, yaitu:
1. Stek merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang
dengan menggunakan bagian dari tanaman seperti akar, batang, daun
dan tunas dengan maksud agar organ-organ tersebut membentuk akar
yang selanjutnya menjadi tanaman baru.
2. Stek bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang sempurna melalui
bagian akar, batang dan daun dalam waktu relative singkat serta
memiliki sifat yang serupa dengan induknya, serta dipergunakan
untuk mengekalkan klon tanaman unggul dan juga untuk
mempercepat perbanyakan tanaman.
3. Akar pada stek terbentuk secara adventif dari kambium dan bagian
node (buku): terbentuk karena pelukaan dan dari jaringan parenkim.
4. Auksin adalah salah satu substansi pengatur tumbuh memegang
peranan penting dalam keberhasilan perbanyakan tanaman auksin
akan menstimulir munculnya akar pada stek batang.
5. Stek yang lebih panjang akan memiliki akar lebih banyak.
6.2 Saran
Saran untuk praktek kerja lapangan stek tanaman hias bayam –
bayam merah, yaitu:
1. Alat yang digunakan selama penyetekan seperti gunting dan pisau
okulasi sebaiknya dalam keadaan steril dan tajam untuk mempermudah
penyetekan.
2. Memilih tanaman induk yang sehat dan bebas penyakit.
3. Saat menyetek harus terampil dan teliti.

20
DAFTAR PUSTAKA

Alrasyid, H. dan Widiarti, A. 1990. Respons asal bahan stek sirih merah (Piper
crocatum Ruiz And Pav.) terhadap konsentrasi Rootone F. Jurnal
Penelitian, Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman, Samarinda

Blythe, E. K., J. L. Sibley, K. M. Tilt and J. M. Ruter. 2007. Methods of auxin


application in cutting propagation: a review of 70 years of scientific
discovery and commercial practice. Environment Horticulture, 25: 166-
185

Boyer, C. R., J. J. Griffin, B. M. Morales and E. K. Blythe. 2013. Use of


rootpromoting products for vegetative propagation of nursery crops.
Kansas State University Agricultural Experiment Station and Cooperative
Extension Service: 1-4.

BPTH Balinusra. 2009. Pengembangan Teknologi Perbanyakan Tanaman Secara-


Vegetatif. http://bpthbalinusra. net/index.

Celenza, J. L., Grisafi P. L., and Fink G.R. 1995. A pathway for lateral root
formation in Arabidopsis thaliana. Genes Dev., 9(17): 2131- 2142.

Hartmann, H. T., D. E. Kester, and F. T. Davies.1990. Plant Propagation


Principles And Practices. Prentice-Hall Inc. Englewood Cliff, New Jersey

Khan, F.U., Khan, G.S., Siddiqui, T., & Khan, S.H. 2012. Effect of indole butyric
acid (growth hormone) on possibility of raising Dalbergia sissoo through
branch cuttings. Journal of Pharmacy and Biological Science, 2(3): 31-36.

Muswita. 2011. Pengaruh Konsentrasi Bawang Merah (Alium cepa L.) Terhadap
Pertumbuhan Setek Gaharu (Aquilaria Malaccencis Oken). Jurnal
Penelitian Universitas Jambi Seri Sains.

21

Anda mungkin juga menyukai