PROPOSAL PENELITIAN
FIKRI HAIKAL
I
Judul : Efektifitas Maserasi Aakar Tuba Serta Penggunaan Tween
80 Sebagai Surfaktan Untuk Mengatasi Ulat Lepidoptera
(Spodoptera frugiperda) Noctuidae pada tanaman jagung
(Zea mays)
Nama : Fikri Haikal
Fakultas : Pertanian
Pembimbing I Pembimbing II
Ketua Program
Studi Agroteknologi
II
يم رْ حَ مِ ن ال ه َّهلِال ال ه ِبْ ِس م
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq, hidayah, serta
inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Efektifitas
Meserasi Akar Tuba Serta penggunaan Tween 80 Sebagai Surfaktan Untuk
Mengatasi Ulat (Spodoptera fungiperda) Tanaman Jagung (Zea mays)”. Shalawat
serta salam semoga tercurahkan kepada teladan kita Sang Pelopor Ilmu Pengetahuan
untuk membaca tanda-tanda kekuasaan-Nya, Nabi Muhammad SAW.
Selama proses penyusunan hingga selesainya skripsi ini penulis telah banyak
mendapat bantuan, bimbingan, pengarahan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh
karena itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir, Moh. Yunus, M ,P selaku dosen pembimbing pertama
3. Bapak Dr. Irwan Lakani, S.P., M.SI sebagai ketua prodi Fakultas Pertanian
Fikri Haikal
III
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL........................................................................................... i
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Tujuan.............................................................................................. 3
1.3 Manfaat ........................................................................................... 4
IV
1 PENDAHULUAN
sekaligus sebagai bahan sumber pakan ternak. Andil jagung sebagai bahan pakan
ternak lebih besar dibanding dengan bahan yang lainnya (Dewanto, dkk 2013).
dari tanaman jagung dapat dimanfaatkan seperti biji bahkan kelobotnya. Itulah yang
(Bakhri, 2013).
ini termasuk ke dalam program kementrian pertanian Republik Indonesia yaitu upaya
khusus padi, jagung dan kedelai (UPSUS PAJALE). Pada tahun 2020, produksi
5.73 ton. Dengan luas panen sebesar 10.181 hektar (BPS, 2020)
menyebabkan kebutuhan pasar akan tanaman jagung juga ikut meningkat. Meskipun
menjadi salah satu bahan pangan yang penting, produksi jagung belum berbagai
(Sutoro, 2015) jagung di Indonesia sebenarnya dapat menghasilkan 10- 11 ton ha,
1
namun kenyataannya produktivitas di lahan petani hanya berkisar antara 3,2-8 ton ha
(Bakhri, 2013).
Menurut Purwono, (2006) klasifikasi jagung secara umum adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Graminae
Famili : Graminaceae
Genus : Zea
jagung diantaranya adalah lalat bibit (Atherigona.sp), ulat penggerek batang jagung
tahun 2019 (Kementan, 2019). S. frugiperda merupakan hama invasif dan memiliki
kisaran inang yang sangat luas. S. frugiperda memiliki karakteristik yang lebih
spesifik yakni terdapat bentuk seperti huruf “Y” terbalik pada caput dan pola titik
2
S. frugiperda menjadi hama yang berbahaya karena kebanyakan menyerang
tanaman budidaya dan memiliki siklus hidup yang pendek. Dalam siklus hidupnya,
induk betina dapat menghasilkan 900-1200 telur (Subiono, 2020). Meskipun kisaran
inangnya terbilang luas, tanaman jagung menjadi inang kesukaan serangga ini
(Barros, dkk 2010). Serangan S. frugiperda dapat mengakibatkan daun muda menjadi
gagal terbentuk (Maharani, dkk 2019). Larva akan masuk ke tanaman dan aktif
makan, sehingga sulit dideteksi apabila populasinya sedikit. Imago ulat grayak
merupakan penerbang yang kuat dengan daya jelajah yang luas (CABI, 2019). Di
Pengendalian ini dilakukan dengan strategi dan taktik PHT harus pula
berdasarkan pada kondisi ekologi, ekonomi dan sosial. Strategi dan taktik PHT di
2010).
penggangu. Metode ini dinilai kurang aman bagi lingkungan, hingga adanya
pengendalian dan dari penggunaan pestisida tersebut (Ari, 2015) oleh karena itu
masyarakat lebih menginginkan metode yang ramah bagi lingkungan sejalan dengan
3
penelitian ini menggunakan meserasi akar tuba dan tween 80 sebagai pengendalian
berbasis hayati.
daya jagung tersebut. Ulat grayak merupakan salah satu hama yang kerap
mengganggu pertanian di Indonesia, termasuk pertanaman jagung. Saat ini ada jenis
ulat grayak baru yang tengah mewabah di dunia yakni Fall Armyworm (FAW) atau
S. frugiperda menyerang tanaman pangan seperti jagung, padi, dan gandum. Hama
ini termasuk yang sulit dikendalikan, karena imagonya cepat menyebar, bahkan
termasuk penerbang kuat dapat mencapai jarak yang cukup jauh dalam satu minggu.
Kalau dibantu angin bisa mencapai 100 km. Hama tersebut telah mewabah dalam
waktu cepat dari benua Amerika pada tahun 2016, masuk ke benua Afrika dan
menyebar di wilayah Asia hingga ke Thailand pada tahun 2018 (Harahap, 2018).
untuk mengatasi ulat (Spodoptera frugiperda) pada tanaman jagung (Zea mays)
meserasi akar tuba serta penggunaan tween 80 dalam penggunaan pestisida nabati
1.3 Manfaat
Efektifitas Maserasi akar tuba serta penggunaan tween 80 sebagai surfaktan
untuk mengatasi ulat (Spodoptera frugiperda) pada tanaman jagung (Zea mays)
4
Penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai
meserasi akar tuba serta penggunaan tween 80 dalam penggunaan pestisida nabati
5
II TINJAUAN PUSTAKA
berkaitan dengan penelitian saat ini berikut riview dari beberapa penelitian terdahulu (table 1)
6
produksi sayuran
melalui
penggunaan
biopestisda.
7
2.2 Landasan Teori
menjadi hama pada tanaman jagung (Zea mays) di Indonesia. Serangga ini berasal
dari Amerika dan telah menyebar di berbagai negara. Pada awal tahun 2019, hama ini
ditemukan pada tanaman jagung di daerah Sumatera (Kementan 2019). Hama ini
tinggi. Larva akan masuk ke dalam bagian tanaman dan aktif makan disana, sehingga
bila populasi masih sedikit akan sulit dideteksi. Imagonya merupakan penerbang
yang kuat dan memiliki daya jelajah yang tinggi (CABI 2019).
saja. Ngengat betina meletakkan kelompok- kelompok telur yang ditutupi bulu-bulu
halus berwarna merah sawo pada permukaan bawah daun. Setiap kelompok telur
terdiri dari 100 – 300 butir. Seekor ngengat betina mampu bertelur 1000 – 2000 butir.
dari kelompok Graminae seperti jagung, padi, gandum, sorgum, dan tebu sehingga
8
keberadaan dan perkembangan populasinya perlu diwaspadai. Adapun kerugian yang
terjadi akibat serangan hama ini pada tanaman jagung di negara Afrika dan Eropa
antara 8,3 hingga 20,6 juta ton per tahun dengan nilai kerugian ekonomi antara US$
Biologi dan Ekologi S. frugiperda Telur diletakkan pada malam hari pada daun
tanaman inang, menempel pada permukaan bagian bawah dari daun bawah, dalam
kelompok 100-300 butir dan kadang-kadang dalam dua lapisan, biasanya ditutupi
dengan lapisan pelindung rambut abdomen. Penetasan telur membutuhkan 2-10 hari
(biasanya 3-5).
Larva muda makan jauh ke dalam lingkaran pucuk tanaman; instar pertama
makan secara berkelompok pada bagian bawah daun muda yang menyebabkan efek
skeletonizing atau 'windowing' yang khas, dan titik pertumbuhannya dapat terbunuh.
Larva yang lebih besar bersifat kanibal, sehingga hanya ada satu atau dua larva per
whorl biasa. Tingkat perkembangan larva melalui enam instar dipengaruhi oleh
kombinasi dari makanan dan kondisi suhu, dan biasanya membutuhkan waktu 14-21
hari. Larva yang lebih besar nokturnal kecuali saat ketika mencari sumber makanan
lain. Pupasi terjadi di dalam tanah, atau jarang di daun tanaman inang, dan
membutuhkan waktu 9-13 hari. Imago dewasa muncul pada malam hari, dan biasanya
sebelum oviposit, kadang-kadang bermigrasi untuk jarak yang jauh. Rata-rata, imago
9
Pada suhu ambang batas 10,9 °C diperlukan 559 hari untuk perkembangan.
Tanah berpasir atau tanah liat-pasir cocok untuk kepompong dan kemunculan imago.
Munculnya imago pada tanah berpasir dan tanah liat berbanding lurus dengan suhu
dan berbanding terbalik dengan kelembaban. Di atas 30° C sayap imago cenderung
cacat. Pupa membutuhkan suhu ambang 14,6 ° C dan 138 hari untuk menyelesaikan
dilaporkan 28°C, tetapi lebih rendah untuk oviposisi dan pupation. Di daerah tropis,
tahun, tetapi di wilayah utara hanya satu atau dua generasi yang berkembang; pada
suhu yang lebih rendah, aktivitas dan perkembangan berhenti, dan ketika pembekuan
terjadi, semua tahapan biasanya mati. Di AS, S. frugiperda biasanya hanya ada pada
musim dingin di Texas selatan dan Florida. Pada musim dingin yang ringan, pupa
2.3.1 Telur
Berbentuk bulat (diameter 0,75 mm); berwarna hijau pada saat oviposisi dan
menjadi coklat muda sebelum eklosi. Telur mentas membutuhkan 2-3 hari (20-30
°C). Telur biasanya diletakkan dalam kelompok sekitar 150-200 telur yang diletakkan
dalam dua hingga empat lapisan di permukaan daun. Massa telur biasanya ditutupi
10
dengan lapisan pelindung, seperti abu-abu-merah muda (setae) dari dari abdomen
imago betina. Hingga 1000 telur dapat diletakkan oleh setiap betina.
2.3.2 Larva
Larva berwarna hijau muda sampai coklat tua dengan garis memanjang. Pada
instar keenam, larva panjangnya 3-4 cm. Larva memiliki delapan proleg dan sepasang
proleg pada segmen adbominal terakhir. Saat menetas larva berwarna hijau dengan
garis-garis hitam dan bintik-bintik, dan ketika tumbuh tetap berwarna hijau atau
menjadi coklat kecoklatan dan memiliki garis punggung hitam dan garis-garis spiral.
Jika dengan kepadatan populasi tinggi dan kekurangan makanan, instar terakhir bisa
hampir hitam dalam fase larvanya. Larva besar dicirikan oleh bentuk Y terbalik
berwarna kuning di kepala, pinacula punggung hitam dengan setae primer panjang
(dua setiap sisi setiap segmen dalam zona punggung pucat) dan empat bintik hitam
2.3.3 Pupa
Pupa lebih pendek dari larva dewasa (1,3-1,5 cm pada jantan dan 1,6-1,7 cm
Panjang tubuh imago jantan 1,6 cm dan lebar sayap 3,7 cm, dengan sayap depan
bercak (coklat muda, abu-abu, jerami) dengan sel discal yang mengandung warna
jerami pada tiga perempat area dan coklat tua pada seperempat area.
11
2.3.5 Imago betina
Panjang tubuh imago betina adalah 1,7 cm dan lebar sayap 3,8 cm, sayap depan
berbintik-bintik (coklat tua, abu-abu), warna jerami dengan margin coklat gelap.
dan terbang ke Kanada selatan hampir setiap musim panas. Penggunaan periode pra-
ngengat dewasa telah direkam menggunakan aliran jet tingkat rendah, yang
sebagai ulat tentara pada akhir musim panas atau awal musim gugur dan dengan
Penyebaran larva sampai di Eropa melalui angkutan udara bersama dengan sayur atau
buah; kadang-kadang juga terikut pada tanaman hias dan herba (Seymour dkk, 1985).
S. frugiperda ditemukan secara luas di seluruh bagian dunia yang beriklim lebih
hangat. Kerusakan terjadi karena memakan daun, populasi hama yang besar dapat
12
2.5 Tanaman Tuba
Tuba Derris elliptica adalah sejenis tumbuhan merambat dan membelit hingga
kutu-kutu dan ulat yang menjadi hama di perkebunan , selain dapat membunuh
serangga penggangu, ekstrak akar tuba dapat di manfaatkan sebagai pengawet barang
rumah tangga yang terbuat dari kayu mahono terhadap serangan rayap kayu kering,
hal ini di buktikan dari penlelitian yang di lakukan oleh (Astuti, 2015) pada
retinoid yitu retone dengan kadar 0,3% - 12% deguelin dengan kadar 0.15 - 2.9%,
elipton dengan kadar 0,35% - 4,6% dan toksikarol dengan kadar 0% - 4,4% (Dubouet
dapat menyebapkan kematian pada hama sebesar 80% (Dadang, dkk 2008)
membunuh serangga phitopahagous dan aman terhadap serangga non target (Sarwar,
2015).
13
2.6 Tween 80 (Surfaktan)
senyawa organik yang amphifilik. Oleh karena itu, oleh karena itu mereka larut dalam
mengurangi tergangan permukaan atau tegangan antar muka (IFT) (Sheng dkk.,
2015)
tidak toksik dan stabil terhadap adanya pengaruh pH. Berdasarkan latar belakang
fisik nanoemulgel yang perlu diketahui adalah organoleptis, homogenitas, pH, daya
sebar, daya lekat, viskositas, daya proteksi, ukuran partikel, dan indeks polidispersita
Tween 80 dan Poli Etilen Glikol (PEG) merupakan surfaktan dan kosurfaktan
non ionik. Keduanya berfungsi sebagai emulsifier, agen pelarut, dan pembasah.
droplet deltametrin yang diselimuti oleh surfaktan ini cenderung tidak bermuatan.
Tween 80 dan Poli Etilen Glikol (PEG) tidak mudah dipengaruhi oleh kondisi asam
14
maupun elektrolit sehingga tetap aktif sebagai lapisan permukaan antara deltametrin
2.7 Hipotesis
pada tanaman jagung (Zea mays) serta penggunaan tween 80 sebagai surfaktannya .
15
III BAHAN DAN METODE
penelitian ini di tempat saya kareana serangan hama S.frugiperda sering terjadi di
bulan dari bulan April sampai Juli. selanjutnya dilakukan penanaman jagung dan
Alat yang di gunakan dalam penlitian ini spatula, gelas erlemeyer timbangan
digital, pisau, gunting dan alat tulis serta di lakukan di rumah sendiri.
Bahan yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu benih jagung farietas Pioneer
mengunakan RAK agar ada interaksi antara maserasi akar tuba dan tween 80.
tween 80 , metode ini di pilih untuk mengetahui berbagai tingkatan konsentrasi serta
16
toksisitas pestisida nabati terhadap ulat (S. fungiperda) pada tanaman jagung (Zea
mays). Berdasarkan uji terdahulu yang di lakukan semakin tinggi konsentrasi maka
D0 : kontrol
17
D1 D2 D3 D4 D1
D3 DO D1 DO D2
3.4 Pelaksaaan Penelitian
D2 D3 DO D1 DO
(Shahabuddin dkk, 2013). Akar tuba yang digunakan adalah akar tuba yang sudah
besar dengan warna kecoklatan . akar yuba yang sudah diambil dibersihkan terlebih
18
ekstrak. EAT (Ekstrak Akar Tuba) di timbang 400 gram dan di masukan kedalam 2
liter air lalu diaduk selama 6 menit dan dan direndam selama 24 jam. Larutan hasil
perendaman disaring dan diambil airnya dan di jadikan larutan stok. Selanjutnya
19
3.4.2 Aplikasi perlakuan
masing maserasi di lakukan pada minggu ke-2 (14 hst) sampai minggu ke-6 (45 hst)
dengan selang waktu 7 hari sekali. Aplikasi perlakuan di lakukan di pagi hari dengan
pengamatan dan menghitung jumlah ulat S. frgiperda yang mati pada setiap bedeng.
20
DAFTRA PUSTAKA
Adharini, G. 2008. Uji Kemampuan Ekstrak Akar Tuba Derris elliptica (Roxb.)
Benth) Untuk Pengendalian Rayap Tanah Coptotermes curvignathus Holmgren.
Departemen Silvi kultur Fakultas Kehutanan Insitut Pertanian Bogor. Bogor.
Astuti IW. E Efektifitas Ekstraksi Akar tuba (Darris. sp) Sebagai Bahan Pengawet
Alami Pada Peroses Pengawetan Kayu Mahoni (Swetenia macrophylla) Untuk
Mencegah Serangan Rayap Kayu Kering ( Cryptotermes litura F) Secara in-
vitro. Malang:Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMM;2007.
Achmad.T & J Tandiabang , 2011.Dinamika Populasi Hama Utama Tanaman Jagung
Pada Pola Tanam Berbasis Jagung. Balai Penelitian tanaman Serealia. Maros
Sulawesi Selatan.
BPS, 2020. Produksi Tanaman Padi dan Palawija Sulawesi Barat .
Barros, E, Torres, J.B.; Ruberson, J.R., Oliveira, M.D. 2010. Development of S.
frugiperda on different hosts and damage to reproductive structures in cotton.
Entomologia Experimentalis et Applicata 137: 237- 245.
CABI. 2017. General Information on Fall Army Worm. Entomol. 76:1052-4.
CABI.2019.Community-Based Fall Armyworm S. frugiperda Monitoring,Early
Warning and Management.
CABI. 2019. Spodoptera frugiperda (Fall Armyworm)..
Dewanto, Frobel, Londok J.J.W.R, Kaunang, W.B. 2013. Pengaruh Pemupukan
Anorganik Dan Organik Terhadap Produksi Tanaman Jagung Sebagai Sumber
Pakan. Jurnal Zootek (“Zootek”Journal), Vol.32, No.
Erwin, A.J, Hasanuddin I, dan A.A. Arsunan. 2012. Uji Efektivitas Ekstrak Akar
Tuba Derris elliptica Terhadap Mortalitas Larva Anopheles.sp. Bagian
Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakart, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of in Indonesia. Resived and translated by P.A. van der
Laan, University of Amsterdam. PT Ichtiar B
[Kementan] Kementerian Pertanian. 2019. Pengenalan Fall Armyworm (Spodoptera
frugiperda J. E. Smith) Hama Baru pada Tanaman Jagung di Indonesia. Jakarta
(ID): Balai Penelitian Tanaman Serealia. 64 p.
21
Prijono, D dan H. Triwidodo 1993. Pemanfaatan Insektisida Nabati di Tingkat Petani.
Di dalam: Prosiding Seminar Hasil Penelitian Dalam Rangka Pemanfaatan
Pestisida Nabati, Bogor 1- 2 Desembar 1993. Balitro, Bahan Litbang Pertanian,
Bogor.
Prijono,O.1994. Teknik,Pemanfaatan Pestisida Botanis: Pcnuntun Praktikum. Pelatihan
Peningkaran Pengetahuan dan Keterampilan Para Teknisi dalam Manajemen
Penelitian PJ-lT, Bogor 13 Juni – 9 Juli 1994.
22
Sinaga, R. 2009. Uji Efektivitas Pestisida Nabati terhadap Hama Spodoptera litura
(Lepidoptera: Noctuidae) pada Tanaman Tembakau (Nicotiana tabaccum L.). FP
Universitas Sumatera Utara. Medan. [Skripsi]
Shahabuddin dan Kahasanah, N., 2013 Eefktifitas Biji Mahkota Dewa (Phaleria
Papapuena Warb) Dalam Mengendalikan Hama Spodoptera exoigua Hubner
(Lepidoptera: Noktuidae) Pertanaman Bawang Merah J.Agroland 17 (3) :21-
27,April 2013.
Sheng JJ, Bemd L, Nasser A. 2015. “Status OF Polymer Flooding Technology”.
Journal of Canadian Petroleum Technology.
Sutoro.2015. Determinan Agronomis Produktivitas Jagung (The Agronomic Factors
Determining Maize Productivity). Jurnal IPTEK Tanaman Pangan 10(1): 39-46.
Subiono,Tjajuk.2020. Preferensi S. frugiperda (Lepidoptera: Noctuidae) pada
Beberapa sumber Pakan. Jurnal Agroekoteknologi Tropika LembabVolume 2,
Nomor 2, Februari 2020 Halaman 130-134.
Tandiabang,J. 1996. Kehilangan hasil oleh kumbang bubuk Sitophilus zeamais
dengan penundaan panen. Hasil Penel. Hama dan Penyakit 1995/96. Balai
Penelitian Tanaman Jagung dan Serealia Lain. Hal. 36 – 39.
Triyawati, M. 2007. Pengaruh Pemberian Ekstrak Akar Tuba Derris elliptica (Roxb.)
Bent) Terhadap Mortalitas Ulat Grayak (Spodoptera Litura F.) Secara In-Vitro.
Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas
Muhammadiyah, Malang.
Wahyuningsih, I., & Putranti, W. (2015). Optimasi Perbandingan Tween 80 dan
Polietilenglikol 400 pada Formula Self Nanoemulsifying Drug Delivery System
(SNEDDS) Minyak Biji Jinten Hitam. Pharmacy, 12(2).
Zubairi, S. I, M., Sarmadi. R. A,. Aziz, M. K. A,. Ramli, R,.Latip and N. I. A.
Nordin. 2004. Siposium Kimia Analisis Kebangsaan..26-28.
23