Anda di halaman 1dari 9

PRAKTIKUM II :

“ PEMBUATAN PERANGKAP KUNING HAMA “

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VI

ELVIA BANUAREA 2013010060


FARHAN NAPITUPULU 2013010052
GILANG FACHRU ROZI 2013010041
RIZKA LUTHFIYYAH NABILLAH 2013010051
VINA AUDIA 2013010121

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI
MEDAN
2023
KATA PENGHANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan laporan OPT, Tugas laporan ini disusun untuk memenuhi sebagian
tugas mata kuliah OPT TERPADU.

Dalam penyusunan tugas laporan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan,


bimbingan dan araham semua pihak. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan
terimakasih.

Ibu Tri Yaninta Ginting S.P., M.Agr sebagai Dosen Mata Kuliah OPT Terpadu
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan
Panca Budi Medan.

Rekan rekan dan semua pihak yang telah membantu, yang tidak bias disebutkan
satu persatu.

Dalam penyusunan tugas laporan ini penulis menyadari masih banyak


kekurangan dan kelemahannya, oleh karena itu, penulis mengharapkan saran
dan kritik untuk perbaikan. Penyusunan selanjutnya, Semoga tugas laporam ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penulis pribadi dan umumnya bagi pembaca.

Medan, 31 juli 2023

Penulis,

2
DAFTAR ISI
Kata Penghantar ………………………………………………………………….i
Daftar Isi …………………………………………………………………………ii.
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................4
1.1 Latar Belakang ..................................................................................4
1.2 Tujuan Praktikum ..............................................................................4
1.3 Manfaat Praktikum ............................................................................4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................5
BAB III. METODE PRAKTIKUM .......................................................................6
3.1 Waktu dan Tempat .............................................................................6
3.2 Alat dan Bahan ..................................................................................6
BAB IV. HASIL & PEMBAHASAN .....................................................................7
4.1 Hasil Pengamatan ..............................................................................7
4.2 Pembahasan .......................................................................................7
BAB V. PENUTUP ..................................................................................................8
5.1 Kesimpulan .......................................................................................8
5.2 Saran ..................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................9
LAMPIRAN (DOKUMENTASI PRAKTIKUM) ................................................9

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alat perangkap hama merupakan suatu alat untuk memerangkap hama yang
biasanya menggunakan lampu pada malam hari karena memanfaatkan sifat
ketertarikan serangga malam pada cahaya. Satu unit lampu perangkap sebagai
monitoring dapat digunakan untuk luasan 300-500 ha, sedangkan untuk
pengendalian seluas 5 ha. Pada perkembangannya alat perangkap hama digunakan
untuk monitoring keberadaan dan populasi hama disekitar lokasi yang dipasang.
Hal ini penting karena dimungkinkan pengambilan tindakan preventif secara lebih
dini agar resiko kerusakan yang lebih besar dapat dihindari. Hama yang
tertangkap dalam alat perangkap dapat dijadikan indikator datangnya hama di
lokasi pertanaman, sehingga alat perangkap dapat dijadikan alat monitoring,
mereduksi hama, dan menentukan ambang ekonomi. Pedoman pengendalian
untuk hama penggerek batang adalah berdasarkan adanya hama yang tertangkap
dalam alat. Bila pada alat perangkap sudah tertangkap ngengat penggerek, maka
harus segera dilakukan pengendalian pada 4 hari setelah ngengat tertangkap alat
perangkap baik itu saat vegetatif maupun saat generatif.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan mahasiswa dalam
melakukan pembuatan perangkap hama.
2. Meningkatkan pengentahuan mahasiswa dalam mengidentifikasi hama.
3. Melatih keterampilan mahasiswa dalam menyusun
/mengkompilasi dan menganalisis data untuk mendapatkan
informasi yang akurat.
1.3 Manfaat Praktikum
Sebagai indikator populasi hama di area pertanaman mengendalikan beberapa hama yang
sering muncul di pertanaman, seperti lalat buah,kumbang koksi, lalat buah dan kutu putih.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengendalian hama terpadu (PHT) sebagai suatu konsep untuk mengendalikan hama
merupakan salah satu solusi untuk menghindari dampak negatif intensifikasi dalam pertanian.
Diantara beberapa cara pengendalian hama tumbuhan yang ada, pengendalian secara fisik
dengan menggunakan perangkap kuning berperekat merupakan alternatif pengendalian yang
paling aman dan sangat direkomendasikan. Hal ini erat kaitannya dengan kelangsungan
ekologi maupun habitat tanaman tersebut. Meskipun dampaknya dirasakan dalam jangka
waktu yang lama, namun akan mampu menjaga keseimbangan ekosistem (Julinatono, 2009).
Dengan mempelajari struktur ekosistem, antara lain jenis tanaman, jenis hama dan musuh
alaminya, serta interaksi satu dengan lainnya, dapat kita kelola suatu ekosistem pertanian
yang populasi hamanya terkendali secara alami. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam
mengamati serangga di pertanaman adalah mengumpulkan semua jenis serangga dan
mengidentifikasi serangga hama dan bukan hama, dari kegiatan ini akan diketahui berbagai
jenis hama yang dapat mengakibatkan kerusakan bagi pertanaman yang sedang diusahakan,
sehingga dapat ditetapkan tindakan pengendaliannya (Suheriyanto, 2002).
Padi (Oryza sativa L) merupakan komoditas penting karena merupakan makanan pokok
rakyat Indonesia. Banyak usaha yang telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
produktivitas padi (Satria, 2014). Untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi sawah
dapat dilakukan dengan cara: ekstensifikasi, intensifikasi, dan diversifikasi pertanian. Namun,
untuk meningkat produksi padi ada banyak kendala yang harus dihadapi. Salah satu penyebab
penurunan produktivitas padi sawah yaitu karena adanya Organisme Pengganggu Tanaman
(Sembel, 2011). Hama utama tanaman padi antara lain adalah tikus, penggerek batang padi,
dan wereng coklat. Beberapa hama lainnya yang berpotensi merusak tanaman padi adalah
wereng punggung putih, wereng hijau, lembing batu, ulat grayak, pelipat daun, dan walang
sangit. (Baehaki dan Widiarta, 2009).
Wereng coklat (Nilaparvata lugens) merupakan hama laten yang sulit dideteksi, tetapi
keberadaannya selalu mengancam kestabilan produksi padi nasional. Serangan wereng batang
coklat di lapangan berfluktuatif, mulai ringan sampai mencapai puncak perkembangannya
saat terjadi ledakan yang menimbulkan puso/mati terbakar (hopperburn) (Baehaki, 2011).
Hama wereng coklat sangat sulit dikendalikan atau diberantas karena memiliki berbagai
keunggulan yaitu mudah beradaptasi dan mampu membentuk biotipe baru dengan
mentransfer virus kerdil yang daya rusaknya sangat hebat, hama ini juga memiliki
kemampuan mempertahankan generasi yang sangat baik (Rindra et. al, 2016).
Berbagai metode telah dilakukan petani untuk mengendalikan hama tersebut baik secara fisik
dan mekanik (Sjakoer, 2010). Selain itu juga dilakukan pengendalian biologis dengan
memanfaatkan musuh alami. Pengendalian ini dianggap paling aman dan mampu menjaga
keseimbangan ekosistem, namun dampak yang dirasakan dalam jangka waktu yang lama
(Syahrawati et. al, 2010).

5
Cara-cara pengendalian tersebut dianggap kurang efektif. Kemudian cara pengendalian
hama yang lebih praktis dan cepat yaitu secara kimiawi menggunakan pestisida. Akan tetapi,
dampak yang ditimbulkan sangat banyak. Penggunaan pestisida ini juga tidak sejalan dengan
sistem pertanian organik yang digalakkan pemerintah. Bahaya pestisida semakin nyata
dirasakan masyarakat, terlebih akibat penggunaan pestisida yang tidak bijaksana (Rindra dan
Tita, 2015).

BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
1. Waktu : Pratikum dilakukan pada Minggu, 16 Juli 2023
2. Tempat : Jalan Harmonika Baru Pasar 1 Padan Bulan, Medan Baru

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
1. Bambu sebanyak 4 buah 7. Karet/tali
2. Gergaji 8. Kuas
3. Martil 9. Plastik es
4. Lumpang/ belender 10. Alat tulis
5. Gunting 11. Kamera
6. Meteran/penggaris 12. Karet/tali

Bahan yang digunakan adalah


1. Kunyit
2. Cat minyak berwarna kuning
3. Air

6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
A. Hasil
No Hama yang tertangkap Jumlah Hama
1 Kutu Putih 20
2 Lalat 9
3 Kumbang koksi 1
4 Lalat Buah 3

4.2 Pembahasan
Perangkap kuning ini dipasang dilahan, Berdasarkan hasil pengamatann terdapat 4 jenis
hama yang terperangkap, dimulai dari hama kutu putih, lalat, kumbang koksi dan lalat buah.
Yellow trap adalah pengendalian Hama Terpadu PHT yang dilakukan untuk menekan
penggunaan pestisida sintetik di pertanaman atau sering kali kita sebut sebagai perangkap
lalat buah. Kenapa harus bewarna kuning, warna dan kekontrasan digunakan oleh serangga
untuk membedakan anatara tanaman inang dengan lingkungan sekitar. Adapun tujuan dan
manfaat dari perangkap kuning ini sebagai indikator populasi hama di area pertanaman
mengendalikan beberapa hama yang sering muncul di pertanaman, seperti lalat
buah,kumbang koksi, lalat buah dan kutu putih.

7
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pratikum ini dapat di simpulkan bahwa yellow trap efektif untuk perangkap hama
karena yang terperangkap tetapi musuh alami juga ikut terperangkap dalam perangkap ini.
Berdasarkan pelaksanaan pratikum serangga yang terperangkap yaitu:
1.Kutu Putih Bemisia tabaci
2.Kumbang koksi Coccinellidae
3.Lalat Buah Bactrocera
4.Lalat Diptera

5.2 Saran
Jika ingin diterapkan sebaiknya perangkap kuning diletakkan di tempat yang strategis, seperti
di antara tanaman tanaman dan membuat lebih dari satu perangkap.

8
DAFTAR PUSTAKA
Julinatono, J. 2009. Mengenal Predator diantara Hama Serangga. http://www.tanindo.Com/
abdi10/hal3001.htm. Diakses 29 Juli 2015.
Suheriyanto, D.2002. Kajian Komunitas Fauna pada Pertanaman Bawang Merah Dengan dan Tanpa
Aplikasi Pestisida. Malang: Universitas Brawijaya. Jurnal Biosains Vol 2 no 2.ISSN 1411-8963.
Syahta, R., Anggara, F., & Jamaluddin, J. (2018). Alat Perangkap Hama Serangga Padi Sawah
Menggunakan Cahaya dari Tenaga Surya. Journal of Applied Agricultural Science and
Technology, 2(1), 11-19.

Sembel, D. T. 2011. Dasar - dasar Perlindungan Tanaman. Andi: Yogyakarta


Baehaki, S. E dan Widiarta. N. 2009. Hama Wereng dan Cara Pengendaliannya pada
Tanaman Padi
Baehaki, S. E. 2011. Strategi fundamental dalam Pengembangan Hama Wereng Coklat dalam
Pengamanan Produksi Padi Nasional. Pengembangan Inovasi Pertanian. 4(1): 63-75.
Yusianto, R., & Talitha, T. (2015). Pengembangan Alat Pengendali Hama Wereng Coklat
Otomatis dengan Motion Sensor.
Sjakoer, NAA. 2010. Mortalitas Hama Wereng Punggung Putih Setelah dimangsa oleh
Serangga Predator (Pengamatan Visualisasi di Green House). Jurnal El-Hayah. 1(2):
35- 39.
Syahrawati, M. Busniah dan N. Nelly. 2010. Sosialisasi Teknik Konservasi Musuh Alami
Wereng Coklat (Nilaparvata lugens) pada Petani Perempuan. Lembaga Pengabdian
kepada Masyarakat Universitas Andalas. Padang.
Yusianto, R., & Talitha, T. (2015). Pengembangan Alat Pengendali Hama Wereng Coklat
Otomatis dengan Motion Sensor.

LAMPIRAN (DOKUMENTASI PRAKTIKUM)

Anda mungkin juga menyukai