Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG PENGANGGU - B


TENTANG
“IDENTIFIKASI JENIS-JENIS PESTISIDA”

OLEH :

KELOMPOK I

ADELIA ABUBAKAR 751335120001


ALIFIA ARKANA HASSAN 751335120002
ANGGRIANI TABA 751335120003
DHIMAZ ADITYA PAUWENI 751335120006
ZULFIKAR MAHMUD 751335120027

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO
JURUSAN SANITASI LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI S.TR SANITASI LINGKUNGAN
2022

i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat
dan karunia serta izinnya sehingga penulisan dan penyusunan laporan yang dapat
diselesaikan sesuai dengan waktu yang tersedia.
Adapun laporan ini adalah “Identifikasi Jenis-Jenis Pestisida” Penyusun
menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangannya dikarenakan
kemampuan kelompok yang terbatas. Meskipun demikian, kelompok berharap
semoga laporan ini ada manfaatnya khususnya bagi kami dan umumnya bagi
seluruh mahasiswa Poltekkes Kemenkes Gorontalo.

Gorontalo, 19 September 2022


Penyusun

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN
COVER ................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Tujuan Praktikum..................................................................................... 2
1.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan .............................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 3


2.1 Pestisida ................................................................................................... 3
2.2 Klasifikasi Pestisida Berdasarkan Organisme Target .............................. 3
2.3 Bentuk Formulasi Pestisida...................................................................... 4
2.4 Klasifikasi Pestisida berdasarkan Rumus Kimia ..................................... 7
2.5 Manfaat Penggunaan Pestisida ................................................................ 9
2.6 Dampak Negatif Penggunaan Pestisida ................................................... 9

BAB III KEGIATAN PRAKTIKUM ................................................................ 13


3.1 Hasil Praktikum......................................................................................... 13

BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 41


4.1. Kesimpulan .............................................................................................. 41
4.2. Saran ......................................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 42


DOKUMENTASI ................................................................................................ 43

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama. Food
and Agriculture Organization (FAO) mendefinisikan bahwa pestisida adalah
setiap zat yang diharapkan sebagai pencegahan, menghancurkan atau
pengawasan setiap hama termasuk vektor terhadap manusia atau penyakit
pada binatang, dan tanaman yang tidak disukai atau binatang yang
menyebabkan kerusakan selama proses produksi berlangsung, penyimpanan
atau pemasaran makanan, komiditi pertanian, kayu dan produksi kayu, atau
bahan makanan binatang (Kurniawati, 2020).
Pestisida digunakan hampir di seluruh dunia dan digunakan dari pertanian
yang kecil sampai pertanian yang besar di masyarakat desa dan masyarakat
kota untuk memberantas hama-hama domestik seperti kecoak, semut, lalat,
tikus, nyamuk dan binatang pengganggu lainnya. Penggunaan pestisida oleh
masyarakat luas dikarenakan harganya yang relatif murah, tahan, efektif
dalam jumlah kecil, beracun untuk banyak organisme dan butuh sedikit
tenaga kerja, cepat daya bunuhnya dan bisa dibeli dimana saja (Hardi, dkk,
2020).
Indonesia merupakan negara yang mata pencaharian penduduknya
sebagian besar sebagai petani, dan juga dikenal sebagai Negara Agraris. Di
Indonesia banyak yang menjadikan pertanian sebagai penghasilan utama di
daerahnya. Adapun cara yang digunakan petani untuk mempertahankan hasil
pertaniannya dengan menggunakan bahan kimia, yaitu pestisida. Pestisida ini
berfungsi untuk membunuh hama-hama tanaman dalam memperpanjang
kelangsungan hidupnya (Kurniawati, 2020).
Pada awalnya menggunakan pestisida merupakan cara yang paling ampuh
dalam memecahkan semua masalah hama. Pestisida memiliki beberapa jenis,
salah satunya yaitu insektisida. Insektisida berfungsi untuk memberantas
hama-hama serangga. Pada kenyataannya insektisida masih menjadi alat yang
paling efektif, fleksibel, kuat, murah, dan mudah dalam membunuh hama.

1
Sehingga karena kemudahan tersebut, banyak orang yang menyalahgunakan
insektisida yang menimbulkan dampak negatif bagi pemakainya dan
lingkungannya. Di pihak lain, banyak yang melihat insektisida sebagai racun
yang berbahaya dan tidak selayaknya digunakan dalam program pengendalian
hama (Nasution & Si, 2022).
Berdasarkan uraian tersebut pada praktikum kali ini akan melakukan
klasifikasi persitida yang sering kita gunakan.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi jenis-jenis pestisida
2. Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi fungsi pestisida
3. Agar mahasiswa mampu mengetahui kadar dan bahan aktif yang
terkandung dalam pestisida.
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari/tanggal : Senin, 19 September 2022

Waktu : Pukul 09.00 – 12.00 WITA

Tempat : Laboratorium Pengendalian Vektor Binatang


Pengganggu dan Parasitologi

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pestisida
Pestisida menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor:
07/PERMENTAN/SR.140/2/2007 adalah semua zat kimia atau bahan lainnya
serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk:
1. Mengendalikan atau mencegah hama atau penyakit yang merusak
tanaman, bagian tanaman, atau hasil- hasil pertanian.
2. Mengendalikan rerumputan
3. Mengatur atau merangsang pertumbuhan yang tidak diinginkan.
4. Mengendalikan atau mencegah hama- hama luar pada hewan
peliharaan atau ternak.
5. Mengendalikan hama- hama liar.
6. Mengendalikan atau mencegah binatang- binatang yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang perlu
dilindungi, dengan penggunaan pada tanaman, tanah, air (Devi Sri,
2020).
Menurut The United States Environmental Pesticide Act, pestisida adalah
semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk mengendalikan,
mencegah, atau menangkis gangguan serangga, seperti hama binatang
mengerat, nematode, gulma, bakteri, jasad renik yang dianggap hama,
kecuali virus, bakteri atau jasad renik lainnya yang terdapat pada manusia.
Pengertian lain tentang pestisida adalah semua zat atau campuran zat yang
digunakan untuk mengatur pertumbuhan tanaman (Efrida, 2021).
2.2 Klasifikasi Pestisida Berdasarkan Organisme Target
Menurut organ targetnya pestisida dapat diklasifikasikan sebagai berikut
(Nasution & Si 2022) :
1. Insektisida berfungsi untuk membunuh atau mengendalikan serangga,
2. Herbisida berfungsi untuk membunuh gulma,
3. Fungisida berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan,
4. Algasida berfungsi untuk membunuh alga,

3
5. Avisida berfungsi untuk membunuh burung serta pengontrol populasi
burung,
6. Akarisida berfungsi untuk membunuh tungau atau kutu,
7. Bakterisida berfungsi untuk membunuh atau melawan bakteri,
8. Lavarsida berfungsi untuk membunuh larva,
9. Molusksisida berfungsi unntuk membunuh siput,
10. Nematisida berfungsi untuk membunuh cacing,
11. Ovisida berfungsi untuk membunuh telur,
12. Pedukulisida berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma,
13. Piscisida berfungsi untuk membunuh ikan,
14. Rodentisida berfungsi untuk membunuh binatang pengerat,
15. Predisida berfungsi untuk membunuh pemangsa atau predator dan
16. Termisida berfungsi untuk membunuh rayap.
2.3 Bentuk Formulasi Pestisida
Bahan terpenting dalam pestisda yang bekerja aktif terhadap hama disebut
dengan bahan aktif. Didalam pembuatan pestisida, bahan aktif yang terdapat
dalam pestisida tidak dibuat secara murni 100% tetapi dicampur dengan
bahan- bahan pembawa lainnya. Bahan-bahan yang biasanya dicampurkan
dalam pembuatan pestisida yaitu solvent (bahan pelarut), emulsifier (bahan
pembuat emulsi), diluent (bahan pembasah atau pengencer), carrier (bahan
pembawa), dan kadang- kadang synergist (bahan untuk meningkatkan
efektivitas pestisida) (Nasution & Si 2022).
Formulasi pestisida sangat menentukan bagaimana pestisida dengan
bentuk dan komposisi pestisida yang harus digunakan, berapa dosis atau
takaran yang harus digunakan, berapa frekuensi dan interval penggunaan,
serta terhadap jasad sasaran apa pestisida dengan formulasi tersebut dapat
digunakan secara efektif. Di bawah ini beberapa bentuk formulasi atau
sediaan pestisida yang sering digunakan dan mudah untuk di dapatkan
(Nasution & Si 2022).

4
A. Sediaan (Formulasi) Cair
Sediaan (Formulasi) Cair menurut Agustin (2019) yaitu :
1. Emulsifiable Concentrate atau Emulsible Concentrate (EC)
Sediaan berbentuk pekatan (konsentrat) cair dengan konsentrasi
bahan aktif yang cukup tinggi.Konsentrat ini bila dicampur air akan
membentuk emulsi (butiran benda cair yang melayang dalam media
cair lain). Formulasi EC umumnya digunakan dengan cara
disemprotkan, meskipun dapat pula digunakan dengan cara lain
(misalnya, drenching, fogging, dipping). Formulasi EC bersama WP
merupakan formulasi klasik yang paling banyak digunakan hingga saat
ini.
2. Soluble Concentrate in Water (SCW) atau Water Soluble Concentrate
(WSC)
Formulasi ini merupakan formulasi yang mirip dengan EC, tetapi
karena menggunakan sistem solvent berbasis air maka konsentrat ini
bila dicampurkan dengan air tidak membentuk emulsi melainkan akan
membentuk larutan yang homogen. Pada umumnya, sediaan ini
digunakan dengan cara disemprotkan.
3. Aquaeous Solution (AS) atau Aquaeous Concentrste (AC)
Formulasi AS merupakan pekatan yang di larutkan dalam air.
Pestisida yang diformasikan dalam bentuk AS atau AC pada umumnya
berupa pestisida yang memiliki kelarutan tinggi dalam air.Pestisida ini
juga digunakan dengan cara disemprotkan.Formulasi AS dapat pula
mengacu pada formulasi aquaeous suspension.
4. Soluble Liquid (SL)
Pekatan cairan ini bila dicampurkan dengan air akan membentuk
larutan. Pestisida ini digunakan dengan cara disemprotkan. Formulasi
SL dapat pula mengacu pada mulasi slurry.
5. Flowable (F) atau Flowable in Water (FW)
Formulasi F atau FW berupa konsentrat cair yang sangat pekat
(mirip dengan pasta, tetapi masih dapat dituangkan). Bila dicampurkan

5
dengan air maka F atau FW akan membentuk suspensi (butiran zat
padat yang melayang dalam media cair meliputi halnya WP.Pada
dasarnya, FW adalah WP yang dibasahkan.
6. Ultra Low Volume (ULV)
Sediaan khusus untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah,
yakni volume semprot antara 1- 5 liter/ hektar.Formulasi ULV pada
umumnya merupakan sediaan siap pakai yang berbasis minyak karena
untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah digunakan butiran
semprot yang sangat halus, tanpa harus ada yang dicampurkan dalam
sediaan/formulasi tersebut.
B. Sediaan (Formulasi) Padat
Sediaan (Formulasi ) Padat menurut Nasution & Si (2022) dalam Buku
Ajar Pestisida dan Teknik Aplikasi, yaitu :
1. Wettable Powder (WP)
Formulasi WP bersama EC merupakan formulasi klasik yang
masih banyak digunakan hingga saat ini.WP adalah formulasi bentuk
tepung dengan kadar bahan aktif relatif tinggi (50%-80%) yang apabila
dicampur air akan membentuk suspensi. Penggunaan WP dengan cara
disemprotkan.
2. Soluble Powder (S atau SP)
Formulasi bentuk tepung yang apabila dicampurkan dengan air
akan menghasilkan larutan homogen. Pestisida ini juga digunakan
dengan cara disemprotkan.
3. Butiran (G)
Butiran yang umumnya merupakan sediaan siap pakai dengan
konsentrasi rendah (2%). Ukuran butiran bervariasi antara 0,7- 1 mm.
Pestisida butiran digunakan dengan cara ditaburkan di lapangan (baik
secara manual dengan tangan atau dengan mesin penabur).Setelah
penaburan dapat diikuti dengan pengolahan tanah atau tidak. Di
samping formulasi G, dikenal pula formulasi SG, yakni sand granules.

6
4. Water Dispersible Granule (WG atau WDG)
WG atau WDG berbentuk butiran mirip dengan G tetapi
penggunaannya sangat berbeda.Formulasi WDG harus diencerkan
terlebih dahulu dengan air dan digunakan dengan cara disemprotkan.
5. Seed Dressing (SD) atau Seed Treatment (ST)
Sediaan SD mirip dengan WDG yang harus diencerkan dalam air
dan digunakan dengan cara disemprotkan. Bedanya, jika dicampurkan
dengan air, SG akan membentuk larutan sempurna, sediaan SD ini
khusus digunakan untuk perawatan benih.
6. Tepung Hembus atau Dust (D)
Merupakan sediaan yang siap pakai (tidak perlu dicampur dengan
air) berbentuk tepung (ukuran partikel 10- 30 mikron) dengan
konsentrasi bahan aktif rendah (2) dan digunakan dengan cara
dihembuskan (dusting).
7. Umpan atau Bait (B), Ready Mix Bait (RB atau RMB)
Umpan merupakan formulasi siap pakai yang pada umumnya
digunakan untuk formulasi rodentisida.
2.4 Klasifikasi Pestisida berdasarkan Rumus Kimia
Kemampuan pestisida untuk dapat menimbulkan terjadinya keracunan dan
bahaya tergantung dari jenis dan bentuk zat kimia yang terkandung
didalamnya. Berikut ini adalah jenis pestisida berdasarkan kandungan zat
kimia (Maynisa, 2020):
1. Organofosfat
Pestisida organofosfat ditemukan melalaui sebuah riset di jerman,
selama Perang Dunia II, dalam usaha menemukan senjata kimia untuk
tujuan perang. Pada tahun 1973, G. Schrader menyusun srtuktur dasar
organofosfat. Meskipun organofosfat pertama telah disintetis pada tahun
1944, struktur dasar organofosfat baru dipublikasikan pada tahun 1948.
Pestisida golongan organofosfat banyak digunakan karena sifat-sifatnya
yang menguntungkan. Cara kerja golongan ini selektif, tidak persisten
dalam tanah, dan tidak menyebabkan resistensi pada serangga. Bekerja

7
sebagai racun kontak, racun perut, dan racun pernafasan. Dengan takaran
yang rendah sudah dapat memberikan efek yang memuaskan, selain
kerjanya cepat dan mudah terurai.
Organofosfat adalah insektisida yang paling toksik diantara jenis
pestisida lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada orang.
Termakan hanya dalam jumlah sedikit saja dapat menyebabkan kematian,
tetapi diperlukan lebih dari beberapa mg untuk dapat menyebabkan
kematian pada orang dewasa.
2. Karbamat
Insektisida golongan karbamat merupakan racun syaraf yang
bekerja dengan cara menghambat kolinesterase. Jika pada organopospat
hambatan bersifat irreversible (tidak bisa dipulihkan), pada karbamat
hambatan tersebut bersifat reversible (bisa dipulihkan) (Djojosumarto,
2008:97). Insektisida karbamat berkembang setelah organofosfat.
Insektisida ini daya toksisitasnya rendah terhadap mamalia dibandingkan
dengan organofosfat, tetapi sangat efektif untuk membunuh insekta.
Pestisida dari kelompok karbamat relatif mudah diurai di lingkungan
(tidak persisten) dan tidak terakumulasi oleh jaringan lemak hewan.
3. Organoklorin
Organokhlorin disebut juga “Chlorinated hydrocarbon” terdiri dari
beberapa kelompok yang diklasifikasi menurut bentuk kimianya. Jenis
organokhlorin yang paling popular dan pertama kali disintesis adalah “
Dichlorodiphenyl-trichloroethan” atau yang dikenal dengan DDT.
Penggunan DDT dihentikan sejak tahun 1972, namun penggunaan
masih berlangsung sampai beberapa tahun kemudian, bahkan sampai
sekarang residu DDT masih dapat terdeteksi. Gejala yang terlihat pada
intotoksikasi DDT adalah nausea, vomitus, paresthesis pada lidah, bibir,
dan muka, iritabilitas, tremor, convulsi, koma, kegagalan pernafasan serta
kematian.

8
2.5 Manfaat Penggunaan Pestisida
Pengendalian organisme penggangu dengan pestisida banyak digunakan
secara luas oleh masyarakat, karena mempunyai banyak kelebihan
dibandingkan dengan cara pengendalian yang lain. Menurut Jannah &
Handari (2020) beberapa manfaat penggunaan pestisida yaitu:
1. Dapat diaplikasikan dengan mudah yaitu menggunakan alat yang relatif
sederhana (sprayer, duster, bak celup, dan sebagainya), bahkan ada yang
tanpa memerlukan alat (ditaburkan).
2. Dapat diaplikasikan hampir di setiap waku dan setiap tempat, misalnya
setiap waktu (pagi, siang, sore atau malam) dan setiap tempat, baik
tertutup maupun terbuka.
3. Hasilnya dapat dirasakan dalam waktu singkat, misalnya dalam bentuk
penurunan populasi organisme pengganggu dapat dirasakan dalam
waktu singkat, dalam beberapa hal, hasilnya dapat dirasakan hanya
beberapa menit setelah aplikasi.
4. Dapat diaplikasikan dalam areal yang luas dalam waktu singkat. Hal ini
sangat diperlukan dalam mengendalikan daerah serangan yang luas dan
harus diselesaikan dalam waktu singkat (misalnya dalam kasus ekplosif
organisme pengganggu). Misalkan dengan menggunakan alat
mistblower, power sprayer, bahkan kapal terbang.
5. Mudah diperoleh dan memberikan keuntungan ekonomi terutama jangka
pendek. Perhitungan rugi secara ekonomi dalam menggunakan pestisida
relatif lebih mudah dilakukan. Makin langka dan mahalnya tenaga kerja
disektor pertanian berakibat makin mendorong masyarakat petani untuk
menggunakan pestisida.
2.6 Dampak Negatif Penggunaan Pestisida
Pestisida sebelum diproduksi secara komersial telah menjalani pengujian
yang sangat ketat perihal syarat-syarat keselamatannya, namun karena bersifat
bioaktif, maka pestisida tetap merupakan racun. Setiap racun selalu
mengandung resiko (bahaya) dalam penggunaannya, baik resiko bagi manusia

9
maupun lingkungan. Berikut ini adalah dampak negatif dari penggunaan
pestisida menurut Harahap, dkk (2018) antara lain:
1. Dampak Kesehatan
Penggunaan pestisida bisa mengkontaminasi pengguna secara
langsung sehingga mengakibatkan keracunan terhadap pengguna.
Dalam hal ini, keracunan dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok
yaitu, keracunan ringan, keracunan berat dan keracunan kronis.
Keracunan ringan dari pestisida menimbulkan efek pusing, sakit
kepala, iritasi kulit ringan, badan terasa sakit, dan diare. Keracunan
berat dapat menimbulkan gejala mual, menggigil, kejang perut, sulit
bernafas, keluar air liur, pupil mata mengecil, dan denyut nadi
meningkat. Keracunan yang sangat berat dapat menimbulkan efek
pingsan, kejang- kejang, bahkan bisa menimbulkan kematian pada
pengguna.
Keracunan kronis untuk dideteksi lebih sulit karena efek yang
ditimbulkan tidak segera dan tidak menimbulkan gejala serta tanda
yang spesifik. Namun, keracunan kronis dalam jangka waktu lama
dapat menimbulkan ganguan kesehatan.
2. Dampak bagi Lingkungan
Dampak penggunaan pestisida bagi lingkungan terbagi menjadi 2
kategori, yaitu (Djojosumarto, 2008:7):
1) Lingkungan Umum
Dampak negatif bagi lingkungan umum meliputi:
Pencemaran lingkungan (air, tanah, dan udara), terbunuhnya
organisme non target karena terpapar secara langung oleh
pestisida, terbunuhnya organisme non- target karena pestisida
memasuki rantai makanan, menumpuknya pestisida dalam
jaringan tubuh organisme melalui rantai makanan (bioakumulasi),
pada kasus pestisda yang persisten (bertahan lama), konsentrasi
pestisida dalam tingkat trofik rantai makanan semakin ke atas akan

10
semakin tinggi (biomagnifikasi), dan menimbulkan efek negative
terhadap manusia secara tidak langsung melalui rantai makanan.
2) Lingkungan Pertanian
Berikut dampak negatif untuk lingkungan pertanian
meliputi: organisme pengganggu tanaman (OPT) menjadi resisten
(kebal) terhadap suatu pestisida, meningkatnya populasi hama
setelah penggunaan pestisida (resurjenis), terbunuhnya musuh
alami dan fitotoksik (meracuni tanaman).
3) Dampak Sosial ekonomi
a. Penggunaan pestisida yang tidak terkendali dan berlebihan
bisa menyebabkan biaya produksi menjadi meningkat.
b. Timbulnya hambatan perdagangan karena residu pestisida
pada sayuran menjadi tinggi.
c. Timbulnya biya sosial yaitu biaya pengobatan dan hilangnya
hari kerja akibat keracunan pestisida

11
BAB III
KEGIATAN PRAKTIKUM
3.1 Hasil Praktikum
A. Pestisida Berbentuk Cair
1. Herbisida
a. Starmin 865 SL

Gambar 1. Starmin 865 SL

Manufactur : PT Petrokimia Kayaku


Anti Dot : Perawatan medis secara simtomatik
Name Of Product : Starmin 865 Soluable Liquid (SL)
Merupakan formulasi berbentuk pekatan cair,
yang jika dicampur dengan air pekatan ini akan
membentuk larutan.
Content : 400 ml
Ingredients : 2,4 D Dimetil Amina 865 g/l
Pest : Untuk mengendalikan gulma pada pertananam
karet (TBM), padi sawah dan tebu.

Caution : Simpan ditempat terkunci jauh dari jangkauan


anak-anak, jangan makan minum atau merokok
selama bekerja dengan herbisida ini berbahaya,
beracun apabila tertelan, mengenai kulit dan atau

12
terhirup. Berbahaya terhadap biota air selain ikan.
Direction : Penyemprotan volume tinggi (500 I/ha)
menggunakan knapsack sprayer
Waktu Aplikasi:
Pada waktu gulma tumbuh aktif. Aplikasi hanya 1
(satu) kali atau menurut rekomendasi intansi yang
terkait. Bila belum jelas hubungi petugas
pertanian setempat.
No. Registration : RI. 01030120021711

13
b. Indomin

Gambar 2. Indomin
Manufactur : PT Nufarm Indonesia
Anti Dot :Perawatan dilakukan secara simtomatik
Name Of Product : Undomin 865 Soluable Liquid (SL)
Merupakan formulasi berbentuk pekatan cair,
yang jika dicampur dengan air pekatan ini akan
membentuk larutan.
Content : 400 Ml
Ingredients : 2,4-D Dimetil Amina 865 g/l (Setara dengan
2,4-D 720 g/l)
Pest :Untuk mengendalikan gulma berdaun lebar
gulma, berdaun sempit dan teki di pertanaman
padi, sawah, tebu, jagung, karet.
Caution : Dapat menyebabkan keracunan melalui mulut,
kulit dan penafasan
Direction : Petunjuk Penggunaan

14
Tanaman Gulma Dosis Waktu
Penyemprotan
Padi Sawah Gulma Daun 0,5-1 l/ha dan 14-21 hari
Lebar: volume air setelah tanam
Lindemia sp. 200-500 l/ha padi gulma
Monochoria sedang
vaginalis tumbuh.
Gulma daun sempit
: Paspalum
distichum
Golongan teki :
Scirpus Juncoides

No. Registration : RI. 0103011989867

15
c. Aladin 865 SL

Gambar 3. Aladin 865 SL


Manufactur : PT Agricon
Anti Dot : Perawatan medis secara simtomatik
Name Of Product : Aladin 865 Soluable Liquid (SL)
Merupakan formulasi berbentuk pekatan cair,
yang jika dicampur dengan air pekatan ini akan
membentuk larutan.
Content : 400 ml
Ingredients : 2,4-D Dimetil amina 865 g/l (setara dengan 2,4-
D : 720 g/l)
Pest : Mengendalikan gulma berdaun lebar dam teki
pada pertanaman padi sawah, tebu dan karet
(TBM)
Caution :
a. Dapat menyebabkan keracunan melalui mulut
dan pernafasan serta iritasi pada mata dan
kulit.
b. Berbahaya terhadap biota air selain ikan.

Direction : Petunjuk penggunaan

16
Tanaman Gulma Dosis Waktu
Penyemprotan
Padi Sawah Gulma berdaun 0,75-1,5 l/ha. 14-21 hari
lebar: Ludwiqia selama tanam
octovalvis, pada saat
Althernanthera gluma sedang
sessilis, tumbuh aktif
Limnocharis flava,
Portulaca oleracea.

No. Registration : RI. 01030120021673

17
2. Fungisida
a. Topsin

Gambar 4. Topsin
Manufactur : PT Petrokimia Kayaku
Anti Dot : Perawatan medis secara simtomatik
Name Of Product : Topsin 500 SC (Suspension Concentrate)
Merupakan formulasi dengan bentuk cairan
yang sangat pekat, seperti susu atau cat tembok
SC (Suspension Concentrate).
Content : 500 SC (Suspension Concentrate).
Ingredients : Metil Proponat
Pest : Untuk mengendalikan penyakit jamur pada
tanaman apel, bawang merah, bawang putih,
cabai, melon, padi, pisang, semangka, tambahan
dan karet.
Caution : Simpan ditempat terkunci jauh dari jangkauan
anak-anak. Jangan makan, minum atau merokok
selama bekerja dengan pestisida ini. Pestisida ini
berbahaya, beracun apabila tertelan, mengenai
kulit dan atau terhirup. Berbahaya terhadap
ternak, binatang piaraan dan binatang liar.
Direction : Petunjuk Penggunaan

18
Tanaman Penyakit Sasaran Dosis Waktu
Penyemprotan
Padi Blass daun 1-1,5 l/ha. Tiap minggu
Pyricularia oryzae sejak timbul
gejala. Dapat
diaplikasikan
langsung
secara ULV
maupun
penyemprotan
volume tinggi
dengan
pelarut air.

No. Registration : RI. 0102011988857

19
b. AmistarTop

Gambar 5. AmistarTop
Manufactur : PT Syngenta Indonesia
Anti Dot : Perawatan dokter
Name Of Product : Amistar Top 325 SC (Suspension
Concentrate) Merupakan formulasi dengan
bentuk cairan yang sangat pekat, seperti susu
atau cat tembok
Content : 50 ml
Ingredients : Azoksostrobin 200 g/l , difenokonazo 125 g/l
Pest : Mengendalikan penyakit, meningkatkan
kualitas dan hasil panen pada tanaman
bawang merah, cabai, jagung, jarak, jeruk,
kakao, keledai, kelapa sawit, kentang, krisan,
kubis, kopi, mangga.
Caution : Terkena kulit dapat menyebabkan
sensitisasi. Jauhkan dari jangkauan anak-anak,
orang-orang yang tidak berkepentingan dan
hewan perliharaan.
Direction : Petunjuk Penggunaan
Tanaman dan Organisme Sasaran Dosis/Konsentrasi
Meningkatkan kualitas, hasil panen dan 0,5 – 1 ml/l aplikasi 7 hari
mengendalikan penyakit : bercak ungu sekali

20
altemari porri, antraknosa colletotrichum
sp.

No. Registration : RI. 01020120052228

21
3. Insektisida
a. Dursban

Gambar 6. Dursban
Manufactur : PT Dow Agrosciences Indonesia
Anti Dot : Suntikkan 2 mg Atropin Sulfat Secara I.V
Atau I.M, ulangi penyuntikan setiap 20-30
menit sampai terlihat gejala keracunan ringan
dengan antropin yaitu muka merah, tachycardia
mencapai 140 per menit sekresi kelenjar
eksokrin dihambat. Sesudah antropin dapat juga
diberikan pralidoxime ( 2 PAM0 dalam waktu
48 jam.
Name Of Product : Dursban 200 EC (Emulsifiable Concentrate
atau Emulsible Concentrate) Merupakan
sediaan berbentuk pekat (konsentrat) cair
dengan kandungan bahan aktif yang cukup
tinggi
Content : 100 ml
Ingredients : Klorpirifos 200 g/l
Pest : Hama pada tanaman kubis, kakau, tomat dan
cabe
Caution : Dapat menyebabkan keracunan melalui mulut,

22
kulit dan pernapasan. Berbahaya terhadap
hewan piaraan, ternak, ikan, binatang buruan,
burung liar dan lebah.
Direction : Penyimpanan ditempat yang aman, sejuk,
kering, tidak langsung terkena sinar matahari.
No. Registration : RI. 01010119746

23
b. Subatrin

Gambar 7. Subatrin
Manufactur : PT Satya Alam Semesta
Anti Dot : Lakukan tindakan pertolongan pertama dan
segeralah pergi kedokter
Name Of Product : Subatrin 650 EC (Emulsifiable Concentrate
atau Emulsible Concentrate) Merupakan sediaan
berbentuk pekat (konsentrat) cair dengan
kandungan bahan aktif yang cukup tinggi
Content : 100 ml
Ingredients :
a. Sipermetrin 100 g/l
b. Klorpirifod 550 g/l
Pest : Untuk mengendalikan hama ulat grayak pada
tanaman bawang merah, cabai dan kedelai
Caution : Dapat menimbulkan peradangan dan iritasi pada
mata, dapat menyebabkan alergi, beracun
terhadap ikan.

24
Direction : Petunjuk Penggunaan
Tanaman Hama Sasaran Dosis Waktu
Penyemprotan
Kedelai Ulat grayak
Cabai (Spodoptera litura)
Bawang Hama (Thrips) 0,5-2 ml/l. 3-5 hari
Merah Kutu Daun (Aphids
Tomat Sp.)

No. Registration : RI. 01010120175012

25
c. Matador

Gambar 8. Matador
Manufactur : PT Syngenta Indonesia
Anti Dot :Antidot belum diketahui. Lakukanlah
perawatan berdasarkan gejala yang ditimbul
Name Of Product : Matador 25 EC (Emulsifiable Concentrate
atau Emulsible Concentrate) Merupakan
sediaan berbentuk pekat (konsentrat) cair
dengan kandungan bahan aktif yang cukup
tinggi
Content : 80 ml
Ingredients : lamda sihalotrin 25 g/l
Pest : Mengendalikan hama pada tanaman cabai,
bawang merah, bawang putih, jeruk, kacang
panjang,kedelai
Caution :Dapat menyebabkan keracunan melalui mulut,
kulit dan pernapasan. Berbahaya terhadap
hewan peliharaan, ternak, ikan, serta
lingkungan perairan. Jauhkan dari jangkauan
anak-anak, orang-orang yang tidak
berkepentingan dan hewan perilharaan.
Direction : Petunjuk Penggunaan

26
Tanaman Hama Sasaran Dosis
Bawang Ulat grayak
Merah (Spodoptera 1-2 ml/l.
exigua)

No. Registration : RI. 0101011984716

27
B. Pestisida Berbentuk Padat
1. Herbisida
a. Benfuron

Gambar 9. Benfuron
Manufaktur : PT.Multi Sarana Indotani
Antidot : Bila kena mata, segeralah cuci mata dengan air
yang mengalir kurang lebih 15 menit
Name Of Product : Benfuron 12/18 WP (Wettable Powder). WP
adalah formulasi bentuk tepung dengan kadar
bahan aktif relatif tinggi (50%-80%) yang apabila
dicampur air akan membentuk suspensi.
Penggunaan WP dengan cara disemprotkan.
Conten : 5 gram
Ingredients : Metil bensulfuron 12% dan Natrium Bispiribak
18%
Pest : Mengendalikan gulma pada lahan tanaman padi
sawah
Caution : Dapat menyebabkan keracunan melalui
mulut,kulit dan pernafasan.
Direction : Pada saat gulma sedang tumbuh aktif
penyemprotan dilakukan pada pagi har
diperkirakan hujan tidak akan turun 6 jam setelah
penyemprotan apabila jelas hubungi petugas

28
pertanian yang berwenang
No. Registration : RI. 01030120124422

29
b. Ally 20 WG

Gambar 10. Ally 20 WG


Manufaktur : PT. FMC Agricultural Manufacturing
Antidot : Lakukan perawatan sesuai dengan gejala yang
muncul
Name Of Product : ALLY 20 Water Dispersible Granule (WG). WG
atau WDG berbentuk butiran mirip dengan G tetapi
penggunaannya sangat berbeda.Formulasi WDG
harus diencerkan terlebih dahulu dengan air dan
digunakan dengan cara disemprotkan.
Conten : 5 gram
Ingredients : Metil Metsulfuron 20%
Pest : Untuk mengendalikan gulma pada hutan tanaman
industri Accacia mangium, tanaman karet
Caution : Dapat menyebabkan keracunan melalui
mulut,kulit, dan pernafasan, dapat menyebabkan
iritasi pada mata, hidung, tenggorokan dan kulit,
jangan mengisap debu atau kabut semprotan
Direction : Semprotkan pada waktu tanaman padi sawah
berumur 5-12 hari setelah tanam, apabila
disemprotkan sebelum gulma tumbuh, air dalam
petakan sawah tidak perlu dibuang dan diusahakan
untuk dipertahankan selama 2-3 hari.
No. Registration : RI 0103011988837

30
c. Fungisida
a. Dithane

Gambar 11. Dithane


Manufaktur : PT Dow Agrossciences Indonesia
Antidot : Perawat medis secara simptomatik
Name Of Product : Dithane M-45 80 WP (Wettable Powder)
Merupakan sediaan bentuk tepung (ukuran partikel
beberapa mikron) dengan kadar bahan aktif relatif
tinggi (50-80%).
Conten : 200 gram
Ingredients : Mankozeb 80%
Pest : Untuk mengendalikan penyakit pada tanaman
apel, bawang, bawang merah, bawang putih, cabai,
cengkeh, kakao, kacang tanah, karet, keledai,
kelapa kentang, kina, kopi, panili, padi, pestai,
rosella, tembakau, teh, tomat.
Caution : Dapat menyebabkan keracunan apabila tertelan,
mengenai kulit dan atau menghisap kabut
semprotan
Direction : Semprotan harus ditujukan kepada semua bagian
tanaman secara merata. Penambahan 2-4 ml Latron
750-L per 01 larutan sangat dianjurkan untuk
mendapatkan hasil pengendalian yang lebih

31
sempurna terutama pada musim hujan. Untuk
tanaman pangan, penyemprotan terakhir adalah
seminggu sebelum dipanen
No. Registration : RI. 010201197459

32
b. Liberty

Gambar 12 Liberty
Manufaktur : CV.Kunima Jaya Selaras
Antidot : Secara Simptomatik
Name Of Product Liberty zinc++ 80 WP (Wettable Powder).
Merupakan sediaan bentuk tepung (ukuran partikel
beberapa mikron) dengan kadar bahan aktif relatif
tinggi (50-80%).
Conten : 250 gram
Ingredients : Propinep 80%
Pest : Yang bersifat protektif berbentuk tepung yang
dapat disuspensikan berwarna krem,untuk
Mengendalikan penyakit-penyakit pada tanaman
kentang dan cabe
Caution : Dapat menyebabkan keracunan melalui kulit dan
pernapasan.
Direction : Semprotkan semua bagian tanaman yan terserang
jamur. pada tanaman yang berlapis lilin seperti
bawang,tambahkan bahan perekat (sticker)
kedalam larutan. frekuensi penyemprotan
ditentukan oleh berat ringannya seragam oleh
jamur dan iklim.
No. Registration : RI 01020120120124515

33
c. Sagri-Manzim

Gambar 13 Sagri-Manzim
Manufaktur : PT.Satya Agro Indonesia
Antidot :T : -
Name Of Product : Sagri-Manzim 65/20 WP (Wettable Powder)
Merupakan sediaan bentuk tepung (ukuran partikel
beberapa mikron) dengan kadar bahan aktif relatif
tinggi (50-80%).
Conten : 100 gram
Ingredients : Mankozeb 65% Karbendazim 20%
Pest : untuk mengendalikan penyakit seperti busuk daun,
bercak daun, busuk buah, busuk batang dan busuk
akar
Caution : Dapat menimbulkan peradagan dan iritasi pada
mata, dapat menyebabkan alergi, beracun terhadap
ikan
Direction : Penyemprotan pertama di lakukan segera setelah
di temukan gejala dan diulang dengan interval
tergantung jenis dan intensitas serangan-serangan
penyebab penyakit.
No. Registration : RI 010201 20185986

34
d. Antracol

Gambar 14. Antracol


Manufaktur : PT. Bayer Indonesia
Antidot : Secara sistomatik dan suportiv. Perlakuan gastric
lavage tidak dianjurkan
Name Of Product : Antracol
Conten : 250 gram
Ingredients : Propineb 70%
Pest : untuk mengendalikan penyakit-penyakit pada
tanaman apel, anggrek, anggur, bawang merah, dan
bawang daun.
Caution : Dapat menyebabkan keracunan melalui
mulut,kulit dan pernapasan. Berbahaya terhadap
organisme perairan.
Direction : Semprotkan semua bagian tanaman yang terserang
jamur.pada tanaman yang berlapis lilin seperti
bawang,tambahkan bahan perekat (sticker) kedalam
larutan. Frekuensi penyemprotan ditentukan oleh
berat ringannya serangan jamur dan iklim.
No. Registration : RI. 010201197474

35
2. Moluskisida
a. Bestnoid 60 WP

Gambar 15 Bestnoid 60 WP
Manufaktur : PT.Delta Giri Wacana
Antidot : Tidak ada antidote khusus formulasi ini.
Perawatan dilakukan secara simptomatik.
Name Of Product : Bestnoid 60 WP (Wettable Powder). Merupakan
sediaan bentuk tepung (ukuran partikel beberapa
mikron) dengan kadar bahan aktif relatif tinggi (50-
80%).
Conten : 50 gr
Ingredients : Fentin asetat 60%
Pest : Untuk mengendalikan siput murbei pada tanaman
padi sawah
Caution : Dapat menyebabkan keracunan melalui
mulut,kulit dan pernapasan. Dapat menyebabkan
iritasi ringan pada kulit dan mata
Direction : Aplikasi dilakukan dengan cara penebaran atau
penyemprotan ketika ada serangan siput murbei
No. Registration : RI 01050120083102

36
b. Bm Hammer 45 WP

Gambar 16. Bun Hammer 45 WP


Manufaktur : PT.Behn Meyer Agricare
Antidot : Secara simptomatik
Name Of Product : BM Hammer 45 WP WP (Wettable Powder).
Merupakan sediaan bentuk tepung (ukuran partikel
beberapa mikron) dengan kadar bahan aktif relatif
tinggi (50-80%).
Conten : 100 gram
Ingredients : Fentin Asetat 45%
Pest : Mengendalikan hama siput murbei (Pomacea
cannaliculuta) pada budaya tanaman padi sawah
Caution : Dapat menyebabkan keracunan melalui
mulut,kulit dan pernafasan. Berbahaya terhadap
hewan ternak,ikan termasuk binatang buruan
Direction : Penyemprotan volume tinggi.Waktu aplikasi
apabila populasi atau intensitas serangan hama telah
mencapai ambang pengendalian sesuai rekomendasi
setempat.
No. Registration : RI 01050120165603

37
3. Insektisida
a. Dharmur 3 GR

Gambar 17. Dharmur 3 GR


Manufaktur : PT.Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero)
Antidot : Tanggalkan pakaian yang terkena insektiida dan
cucilah kulit yang terkena insektisida dengan air
dan sabun yang banyak
Name Of Product : Dharmur 3 Gr (Granule).. Butiran yang
umumnya merupakan sediaan siap pakai dengan
konsentrasi rendah (2%).
Conten : 2 kg
Ingredients : Karbofuran 3%
Pest : Untuk mengendalikan hama serangga
Caution : Dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kulit,
serta penafasan, berbahaya terhadap hewan
piaraan, ternak, ikan dan burung dan lebah
Direction : Ditaburkan dan dibenamkan pada saat sebelum
tanam. Ditaburkan dan didenamkan apabila
ditemukan serangga
No. Registration : RI 0101011983640

38
b. Kresnadan

Gambar 18. Kresnadan


Manufaktur : PT. Sari Kresna Kimia
Antidot : Pemberian suntikan 2 mg stropin sulfat secara IV
Atau IM
Name Of Product : Kresnadan 3 Gr (Granule). Butiran yang umumnya
merupakan sediaan siap pakai dengan konsentrasi
rendah (2%).
Conten : 2 kg
Ingredients : Karbofuran 3%
Pest : Untuk mengendalikan hama wereng coklat dan
penggerek batang pada tanaman padi sawah
Caution : Dapat menyebabkan keracunan melalui
mulut,kulit dan pernafasan. Berbahaya terhadap
hewan piaraan, ternak, binatang liar dan ikan
Direction : Apabila populasi atau intensita serangan hama
telah mencapai ambang pengendalian sesuai
rekomendasi setempat
No. Registration : RI 01010120124370

39
4. Rodentisida
a. Petrokum

Gambar 19 Petrokum
Manufaktur : PT. PETROKKMIA KAYAKU
Antidot : Segera Lakukan tindakan pertolongan pertama
dan segera hubungi petugas medis
Name Of Product : Petrokum 0,005 Bb (Block Bait). Formulasi
berbentuk blok berupa umpan siap pakai.
Conten : 100 Gram
Ingredients : Brodifakum 0,005%
Pest : Untuk mengendalikan tikus sawah Rattus
argentivinter dan tikus belukar Rattus tiomanicus
Caution : Simpan ditempat terkunci jauh dari jangkauan
anak-anak. Jangan makan, minum atau merokok
selama bekerja dengan pestisida ini.
Direction : Pengumpanan dilakukan pada saat bera hingga
bunting
No. Registration : RI. 0112011989891

40
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pestisida di pergunakan untuk mengendalikan atau mencegah hama atau
penyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman, atau hasil-hasil pertanian.
Jenis-jenis pestisida terbagi menjadi dua yaitu cair dan padat. Pestisida yang
berbentuk cair seperti Herbisida, Fungisida, Insektisida. Sedangkan pestisida
berbentuk padat seperti Herbisida, Fungisida, Muloskisida, Insektisida, dan
Rodentisida
4.2 Saran
1. Bagi masyarakat perlu mendapatkan informasi tentang kegiatan distribusi
pestisida berhubungan dengan jenis pestisida yang direkomendasikan,
serangan hama dan ketepatan dosis pestisida, teknis aplikasi pestisida.
2. Bagi penjamah sebelum melakukan penyemprotan memahami terlebih
dahulu terkait standar aplikasi pestisida yang mencakup tatacara, volume,
dan jumlah campuran pestisida yang diijinkan untuk digunakan petani
dalam periode tertentu serta perlu mengikuti standar khusus mengenai
baku mutu residu pestisida di tanah pada lahan pertanian.

41
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, M. D. (2019). Gambaran Kadar Kreatinin Pada Petani Bawang Merah
Yang Terpapar Pestisida (Studi Di Desa Sidokare Kecamatan Rejoso
Kabupaten Nganjuk) (Doctoral Dissertation, Stikes Insan Cendekia
Medika Jombang).

Efrida, R. (2021). Pelatihan Pembuatan Pestisida Alami Menggunakan Bahan


Utama Bawang Putih Dan Daun Sirih. In Prosiding Seminar Nasional
Kewirausahaan (Vol. 2, No. 1, Pp. 1230-1233).

Harahap, F. S., Atifah, Y., Hasibuan, I. S., & Abubakar, A. (2018). Penyuluhan
Penggunaan Pestisida Alami Bagi Kelompok Tani Di Desa Hutanamale
Kec. Puncak Sorik Marapi Mandailing Natal. Martabe: Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat, 1(3), 142-148.

Hardi, H., Ikhtiar, M., & Baharuddin, A. (2020). Hubungan Pemakaian Pestisida
Terhadap Kadar Cholinesterase Darah Pada Petani Sayur Jenetallasa-
Rumbia. Ikesma, 16(1), 53-59.

Jannah, M., & Handari, S. R. T. (2020). Hubungan Antara Karakteristik,


Kenyamanan, Dan Dukungan Sosial Dengan Perilaku Penggunaan Alat
Pelindung Diri (Apd) Pada Petani Pengguna Pestisida Di Desa “X’’tahun
2018. Environmental Occupational Health And Safety Journal, 1(1), 17-
28.

Kurniawati, P. (2020). Validasi Metode Analisa Pestisida Transfulthrin


Menggunakan Kromatografi Gas Di Badan Reserse Kriminal Polri Pusat
Laboratorium Forensik.

Maynisa, Y. (2020). Hubungan Kadar Cholinesterase Dan Kadar Hemoglobin


Dengan Jenis Pestisida Dalam Darah Pada Petani Sayur Di Kabupaten
Kerinci (Doctoral Dissertation, Universitas Perintis Indonesia).

Nasution, L., & Si, S. M. (2022). Buku Ajar Pestisida Dan Teknik Aplikasi. Umsu
Press.

Sri Devi, D. E. V. I. (2020). Gambaran Kadar Cholinesterase Dalam Darah Petani


Sayur Di Kenagarian Kampung Batu Dalam Kabupaten Solok (Doctoral
Dissertation, Universitas Perintis Indonesia).

42
DOKUMENTASI

Gambar 1. Identifikasi Jenis-jenis Pestisida oleh kelompok 1

Gambar 2. Dokumentasi bersama instruktur praktikum

43

Anda mungkin juga menyukai