Npm : 05161911021
Semester : 4 (genap)
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................3
2.1 Definisi Peptisida.....................................................................................................3
2.2 Pestisida dalam dunia luas........................................................................................4
BAB III.............................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................5
3.1 Pengolongan Peptisida.............................................................................................5
3.2 Dampak Pengunaan Peptisida..................................................................................7
3.2.2. Pengaruh Pestisida Terhadap Kesehatan Manusia............................................9
3.3 Pencegahan Pestisida.............................................................................................12
3.3.1 Penyimpanan peptisida...................................................................................13
BAB IV PENUTUP........................................................................................................14
4.1 Kesimpulan............................................................................................................14
4.2 Saran......................................................................................................................14
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limbah yang masuk ke perairan, salah satunya adalah limbah yang berasal
dari pertanian yakni pestisida. Berbagai pestisida digunakan sebagai pengendali
hama untuk meningkatkan produksi pertanian. Pestisida yang masuk dalam
jumlah yang besar dapat bersifat racun bagi biota-biota yang hidup di perairan,
antara lain adalah ikan-ikan.
1. Definisi Pestisida
2. Jenis dan Penggolongan Pestisida
3. Dampak penggunaan tosisitas pestisida
4. Cara pencegahan keracuanan pestisida
1
1.3 Tujuan
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan sida yang berasal dari
kata cide berarti pembunuh. Pestisida dapat diartikan secara sederhana sebagai
pembunuh hama. Secara umum pestisida dapat didefenisikan sebagai bahan yang
digunakan untuk mengendalikan populasi jasad yang dianggap sebagai pest
(hama) yang secara langsung maupun tidak langsung merugikan kepentingan
manusia.
Pengertian pestisida menurut Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 dalam
Kementrian Pertanian (2011) dan Permenkes RI No.258/Menkes/Per/III/1992
adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang
dipergunakan untuk:
1. Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman,
bagian-bagiantanaman atau hasil-hasil pertanian
2. Memberantas rerumputan
3. Mengatur atau merangsang pertumbuhan yang tidak diinginkan
4. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan peliharaan atau
ternak
5. Memberantas atau mencegah hama-hama air
6. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam
bangunanrumah tangga alat angkutan, dan alat-alat pertanian
7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia dan binatang yang perlu dilindungi dengan
penggunaan tanaman, tanah dan air.
Menurut PP RI No.6 tahun 1995 dalam Soemirat, pestisida juga didefinisikan
sebagai zat atau senyawa kimia, zat pengatur tubuh dan perangsang tubuh, bahan
lain, serta mikroorganisme atau virus yang digunakan untuk perlindungan
tanaman. Sementara itu, The United States Environmental Control Act dalam
Runia mendefinisikan pestisida sebagai berikut:
1. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang khusus
digunakan untukmengendalikan, mencegah atau menangkis gangguan
3
serangga, binatang pengerat,nematoda, gulma, virus, bakteri, serta jasad
renik yang dianggap hama; kecuali virus, bakteri, atau jasad renik lain
yang terdapat pada hewan dan manusia
2. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk
mengatur pertumbuhan atau mengeringkan tanaman.
Menurut Depkes (2004) dalam Rustia (2009), pestisida kesehatan
masyarakat adalah pestisida yang digunakan untuk pemberantasan vektor penyakit
menular (serangga, tikus) atau untuk pengendalian hama di rumah-rumah,
pekarangan, tempat kerja, tempat umum lain, termasuk sarana nagkutan dan
tempat penyimpanan/pergudangan. Pestisida terbatas adalah pestisida yang karena
sifatnya (fisik dan kimia) dan atau karena daya racunnya, dinilai sangat berbahaya
bagi kehidupan manusia dan lingkungan, oleh karenanya hanya diizinkan untuk
diedarkan, disimpan dan digunakan secara terbatas.
2.2 Pestisida dalam dunia luas
4
BAB III
PEMBAHASAN
5
Berdasarkan Cara Kerja Racun Pestisida
Dilihat dari cara kerja pestisida tersebut dalam membunuh hama dapat
dibedakan lagi menjadi tiga golongan, yaitu (Soemirat, 2005):
a. Racun perut
Berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran memakan pestisida.
Pestisida yang termasuk golongan ini pada umumnya dipakai untuk membasmi
serangga-serangga pengunyah, penjilat dan penggigit. Daya bunuhnya melalui
perut. Contoh: Diazinon 60 EC.
b. Racun kontak
Berarti mempunyai daya bunuh setelah tubuh jasad terkena pestisida.
Organisme tersebut terkena pestisida secara kontak langsung atau bersinggungan
dengan residu yang terdapat di permukaan yang terkena pestisida. Contoh: Mipcin
50 WP.
c. Racun gas
Berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran terkena uap atau gas.
Jenis racun yang disebut juga fumigant ini digunakan terbatas pada ruangan
ruangan tertutup.
Berdasarkan Bahan Aktifnya
Penggunaan pestisida yang paling banyak dan luas berkisar pada satu
diantara empat kelompok besar berikut :
1. Organoklorin (Chlorinated hydrocarbon)
Organoklorin merupakan racun terhadap susunan saraf (neuro toxins) yang
merangsang sistem saraf baik pada serangga maupun mamalia, menyebabkan
tremor dan kejang-kejang. Contoh : DDT
2. Organofosfat (Organo phosphates – Ops)
Ops umumnya adalah racun pembasmi serangga yang paling toksik secara
akut terhadap binatang bertulang belakang seperti ikan, burung, kadal (cicak) dan
mamalia, mengganggu pergerakan otot dan dapat menyebabkan kelumpuhan.
3. Karbamat (carbamat)
6
Sama dengan organofosfat, pestisida jenis karbamat menghambat
enzimenzim tertentu, terutama cholinesterase dan mungkin dapat memperkuat
efek toksik dari efek bahan racun lain. Karbamat pada dasarnya mengalami proses
penguraian yang sama pada tanaman, serangga dan mamalia. Pada mamalia
karbamat dengan cepat diekskresikan dan tidak terbio konsentrasi namun bio
konsentrasi terjadi pada ikan. Misal : Baygon, Sevin dan Isolan.
4. Piretroid
Salah satu insektisida tertua di dunia, merupakan campuran dari beberapa
ester yang disebut pyretrin yang diektraksi dari bunga dari genus Chrysantemum.
Jenis pyretroid yang relatif stabil terhadap sinar matahari adalah : deltametrin,
permetrin, fenvlerate. Sedangkan yang tidak stabil terhadap sinar matahari dan
sangat beracun bagi serangga adalah : difetrin, sipermetrin, fluvalinate, siflutrin,
fenpropatrin, tralometrin, sihalometrin, flusitrinate. Piretrum mempunyai
toksisitas rendah pada manusia tetapi menimbulkan alergi pada orang yang peka,
dan mempunyai keunggulan diantaranya: diaplikasikan dengan takaran yang
relatif sedikit, spekrum pengendaliannya luas, tidak persisten, dan memiliki efek
melumpuhkan yang sangat baik.
5. Kelompok lain
Berhubungan dengan tumbuh-tumbuhan, terdiri dari berbagai urutan
senyawa yang diproduksi secara alami oleh tumbuh-tumbuhan. Produk tumbuhan
yang secara alami merupakan pestisida yang sangat efektif dan beberapa (seperti
nikotin, rotenon ekstrak pyrenthrum, kamper dan terpentium) sudah dipergunakan
oleh manusia untuk tujuan ini sejak beberapa ratus tahun yang lalu.
3.2 Dampak Pengunaan Peptisida
7
digunakan untuk melawan penyakit pada ternak, sedang secara tidak
langsung pestisida yang digunakan untuk melawan serangga atau hama
termakan atau terminum oleh ternak, seperti rumput yang telah
terkontaminasi pestisida dimakan oleh ternak atau air yang sudah tercemar
pestisida diminum oleh ternak.
2. Keracunan terhadap biota air (ikan).
Pencucian pestisida oleh air hujan akan menyebabkan terbawanya
pestisida ke aliran tanah bagian bawah atau permukaan air sungai. Hal ini
akan menyebabkan terjadinya keracunan terhadap biota air.
3. Keracunan terhadap satwa liar.
Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dapat menimbulkan
keracunan yang berakibat kematian pada satwa liar seperti burung, lebah,
serangga penyubur dan satwa liar lainnya. Keracunan tersebut dapat terjadi
secara langsung karena kontak dengan pestisida maupun tidak langsung
karena melalui rantai makanan (Bio Konsentrasi).
4. Keracunan terhadap tanaman.
Beberapa insektisida dan fungisida yang langsung digunakan pada
tanaman dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman yang
diperlakukan. Hal ini disebabkan bahan formulasi tertentu, dosis yang
berlebihan atau mungkin pada saat penyemprotan suhu atau cuaca terlalu
panas terutama di siang hari.
5. Kematian musuh alami organisme pengganggu.
Penggunaan pestisida terutama yang berspektrum luas dapat
menyebabkan kematian parasit atau predator (pemangsa) jasad
pengganggu. Kematian musuh alami tersebut dapat terjadi karena kontak
langsung dengan pestisida atau secara tidak langsung karena memakan
hama yang mengandung pestisida.
6. Kenaikan populasi organisme pengganggu.
Sebagai akibat kematian musuh alami maka jasad pengganggu
dapat lebih leluasa untuk berkembang.
7. Resistensi organisme pengganggu.
8
Penggunaan pestisida terhadap jasad pengganggu tertentu
menyebabkan timbulnya resistensi, yang merupakan akibat tekanan seleksi
oleh pestisida terhadap jasad pengganggu. Resistensi berarti organisme
pengganggu yang mati sedikit sekali atau tidak ada yang mati, meskipun
telah disemprot dengan pestisida dosis normal atau dosis lebih tinggi
sekalipun. Perkembangan hama resistensi tergantung pada :
- Ada/tidaknya gen untuk resistensi
- Tingkat tekanan seleksi pestisida. Makin tinggi tekanan seleksi pestisida
terhadap populasi hama tersebut makin cepat berkembangnya resistensi.
Penggunaan pestisida yang terus menerus merupakan tekanan seleksi
yang tinggi.
- Sifat-sifat hama seperti penyebaran, jangka penggenerasian, tingkat
kecepatan perkembang biakan dan tingkat isolasi berperan dalam
perkembangan resistensi.
8. Meninggalkan residu.
Penggunaan pestisida khususnya pada tanaman akan meninggalkan
residu pada produk pertanian, bahkan untuk pestisida tertentu masih dapat
ditemukan sampai saat produk pertanian tersebut diproses untuk
pemanfaatan selanjutnya maupun saat dikonsumsi. Besarnya residu
pestisida yang tertinggal pada produk pertanian tersebut tergantung pada
dosis, interval aplikasi, faktorfaktor lingkungan fisik yang mempengaruhi
pengurangan residu, jenis tanaman yang diperlakukan, formulasi pestisida
dan cara aplikasinya, jenis bahan aktifnya dan peresistensinya, serta saat
terakhir aplikasi sebelum produk pertanian dipanen.
3.2.2. Pengaruh Pestisida Terhadap Kesehatan Manusia
Pestisida masuk ke dalam tubuh manusia dengan cara sedikit demi sedikit
dan mengakibatkan keracunan kronis. Bisa pula berakibat racun akut bila jumlah
pestisida yang masuk ke tubuh manusia dalam jumlah yang cukup.
1. Keracunan Kronis
Pemaparan kadar rendah dalam jangka panjang atau pemaparan
dalam waktu yang singkat dengan akibat kronis. Keracunan kronis dapat
ditemukan dalam bentuk kelainan syaraf dan perilaku (bersifat neuro
9
toksik) atau mutagenitas. Selain itu ada beberapa dampak kronis
keracunan pestisida, antara lain:
a) Pada syaraf
Gangguan otak dan syaraf yang paling sering terjadi akibat
terpapar pestisida selama bertahun-tahun adalah masalah pada ingatan,
sulit berkonsentrasi, perubahan kepribadian, kelumpuhan, bahkan
kehilangan kesadaran dan koma.
b) Pada Hati (Liver)
Karena hati adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menetralkan
bahan-bahan kimia beracun, maka hati itu sendiri sering kali dirusak oleh
pestisida apabila terpapar selama bertahun-tahun. Hal ini dapat
menyebabkan Hepatitis.
c) Pada Perut
Muntah-muntah, sakit perut dan diare adalah gejala umum dari
keracunan pestisida. Banyak orang-orang yang dalam pekerjaannya
berhubungan langsung dengan pestisida selama bertahun-tahun,
mengalami masalah sulit makan. Orang yang menelan pestisida ( baik
sengaja atau tidak) efeknya sangat buruk pada perut dan tubuh secara
umum. Pestisida merusak langsung melalui dinding-dinding perut.
d) Pada Sistem Kekebalan
Beberapa jenis pestisida telah diketahui dapat mengganggu sistem
kekebalan tubuh manusia dengan cara yang lebih berbahaya. Beberapa
jenis pestisida dapat melemahkan kemampuan tubuh untuk menahan dan
melawan infeksi. Ini berarti tubuh menjadi lebih mudah terkena infeksi,
atau jika telah terjadi infeksi penyakit ini menjadi lebih serius dan makin
sulit untuk disembuhkan.
e) Pada Sistem Hormon.
Hormon adalah bahan kimia yang diproduksi oleh organ-organ
seperti otak, tiroid, paratiroid, ginjal, adrenalin, testis dan ovarium untuk
mengontrol fungsi-fungsi tubuh yang penting. Beberapa pestisida
mempengaruhi hormon reproduksi yang dapat menyebabkan penurunan
produksi sperma pada pria atau pertumbuhan telur yang tidak normal pada
10
wanita. Beberapa pestisida dapat menyebabkan pelebaran tiroid yang
akhirnya dapat berlanjut menjadi kanker tiroid.
2. Keracunan akut.
Keracunan akut terjadi apabila efek keracunan pestisida langsung
pada saat dilakukan aplikasi atau seketika setelah aplikasi pestisida.
a. Efek akut lokal, yaitu bila efeknya hanya mempengaruhi bagian tubuh
yang terkena kontak langsung dengan pestisida biasanya bersifat
iritasi mata,hidung,tenggorokan dan kulit.
b. Efek akut sistemik, terjadi apabila pestisida masuk kedalam tubuh
manusia dan mengganggu sistem tubuh. Darah akan membawa
pestisida keseluruh bagian tubuh menyebabkan bergeraknya syaraf-
syaraf otot secara tidak sadar dengan gerakan halus maupun kasar dan
pengeluaran air mata serta pengeluaran air ludah secara berlebihan,
pernafasan menjadi lemah/cepat (tidak normal).
Cara pestisida masuk kedalam tubuh :
1. Kulit, apabila pestisida kontak dengan kulit.
2. Pernafasan, bila terhisap
3. Mulut, bila terminum/tertelan.
Karena terdapat berbagai jenis pestisida dan ada berbagai cara masuk
pestisida kedalam tubuh maka keracunan pestisida dapat terjadi dengan
berbagai cara. Keadaan-keadaan yang perlu segera mendapatkan perhatian
pada kemungkinan keracunan pestisida adalah Kelelahan dan rasa lelah
yang maksimal, Kulit Rasa terbakar, iritasi, keringat berlebihan, bercak
pada kulit. Gatal, rasa terbakar, mata berair, gangguan penglihatan/kabur,
pupil dapat menyempit atau melebar.
Mata Gatal, rasa terbakar, mata berair, gangguan penglihatan/kabur,
pupil dapat menyempit atau melebar Saluran cerna Rasa terbakar pada
mulut dan tenggorokan, hiper salivasi, mual, muntah, nyeri abdomen,
diare.
Sistem nafas Batuk, nyeri dada dan sesak, susah bernafas dan nafas
berbunyi. Pertolongan pertama korban keracunan akut pestisida di
lapangan
11
Beberapa sikap dalam menghadapi keracunan akut pestisida.
a. Bekerja dengan tenang sesuai dengan metode.
b. Hindari kontaminasi diri selama melakukan pengobatan.
c. Tentukan tindakan apa yang harus lebih dahulu dilaksanakan :
mengatasi pernafasan, menghentikan kontak lebih lanjut.
Tindakan dekontaminasi
Akhiri paparan Pindahkan penderita, jauhkan dari kontaminasi
selanjutnya. Hindarkan kontak kulit dan/atau inhalasi dari uap atau
debu pestisida.
Tanggalkan pakaian yang terkontaminasi seluruhnya dengan cepat,
termasuk sepatu. Kumpulkan pakaian dalam tempat yang terpisah
untuk di cuci sebelum digunakan lagi.
Bersihkan pestisida dari kulit, rambut dan mata dengan
menggunakan air yang banyak.
Pestisida yang tertelan
1. Induksi muntah umumnya tidak dianjurkan sebagai
pertolongan pertama.
2. Baca label produk untuk indikasi apakah induksi muntah boleh
atau tidak dilakukan atau bila produk sangat toksik, seperti
tanda tengkorak dengan tulang bersilang atau tanda "tangan
merah".
3. Induksi muntah hanya dilakukan pada penderita yang sadar.
Pernafasan
Bila terjadi henti nafas (muka atau lidah pasien dapat diputar) dan
kemudian dagu ditarik ke depan untuk mencegah lidah terdorong
kebelakang yang akan menutup jalan nafas.
Kejang-kejang
Tempatkan pengganjal padat diantara gigi-gigi dan cegah agar
penderita jangan sampai terluka.
3.3 Pencegahan Pestisida
12
1. Pada saat melakukan penyemprotan menggunakan alat pelindung diri dan
menyemprot searah mata angin
2. Mencuci sayur-sayuran dan buah-buahan dengan air mengalir dan bahan
pencuci yang bisa melunturkan pestisida
3. Tidak menggunakan pestisida yang telah dilarang
4. Tempat penyimpanan jauh dari jangkauan anak-anak, diberi peringatan dan
memiliki ventilasi yang baik
5. Periksa bila ada kerusakan pada sprayer dan perbaiki.
6. Kembalikan pestisida yang tidak digunakan dan sprayer ke tempat
yang aman dan terkunci.
7. Hancurkan bekas wadah pestisida yang kosong dan dikubur.
8. Tanggalkan seluruh pakaian yang digunakan untuk menyemprot, dan
mandilah sampai bersih dengan memberikan perhatian khusus pada
bagian-bagian yang mungkin terkena pestisida, seperti tangan /lengan
dan wajah.
9. Pakaian yang digunakan untuk aplikasi dicuci dengan sabun atau
detergen, terpisah dengan pakaian sehari-hari.
3.3.1 Penyimpanan peptisida
13
14
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2004. Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman. Dirjen PPL dan PM.
Jakarta.
id.wikipedia.org/wiki/Pestisida
id.scribd.com/doc/210031439/Makalah-Pestisida-Kelompok-5
id.scribd.com/doc/79656765/Toksikologi-Pestisida
kesmas-unsoed.com/2011/05/makalah-pengertian-dan-penggolongan-
pestisida.html
Soemirat, J. 2005. Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta: UGM Press
Wudianto, R. 1994. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya, Jakarta.
.
16