Anda di halaman 1dari 8

PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591

(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X


Vol.16 No. 02 Desember 2019:307-314

Analisis Kualitatif Formalin pada Ikan Asin di Pasar Jodoh Kota Batam

Qualitative Analysis of Formalin in Salted Fish in Pasar Jodoh Kota Batam

Hesti Marliza, Suhaera*, Trinur Atika Saputri

Prodi Sarjana Farmasi, Stikes Mitra Bunda Persada, Jalan Seraya No. 1 Teluk Tering, Kota
Batam, Kepulauan Riau 29441, Indonesia

*Corresponding author email: esuhaera@gmail.com

Received 10-10-2019 Accepted 30-11-2019 Available online 30-12-2019

ABSTRAK

Ikan asin merupakan produksi bahan ikan segar yang ditambahkan garam sekitar 15-
20%. Cara tradisional ini memiliki kekurangan seperti terkendala saat musim penghujan
sehingga proses penjemuran ikan asin menjadi tidak sempurna yang mengakibatkan
ikan asin cepat mengalami kerusakan, karena itu banyak pedagang ikan asin
menggunakan bahan kimia berbahaya seperti formalin untuk mengawetkan ikan asin
agar bertahan lama dan tidak membusuk. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi
adanya kandungan formalin pada ikan asin yang dijual di Pasar Jodoh, Kota Batam.
Metode yang digunakan adalah analisis kualitatif. Hasil dari pengujian 18 sampel ikan
asin yang diambil dari Pasar Jodoh, Kota Batam, negatif mengandung formalin.

Kata kunci: analisis kualitatif, formalin, ikan asin.

ABSTRACT

Salted fish is a product made from fresh fish with the addition of 15-20% salt. In the rainy
season, the drying of salted fish by the traditional method is hindered and might result in
the possibility of spoilage of the fish. Some merchants might use chemicals, such as
formalin, to prevent salted fish from spoilage. This study aims to detect the presence of
formaldehyde in salted fish sold in Jodoh Market, Kota Batam. The method used is
qualitative analysis. The results showed that all 18 salted fish were negatively containing
formalin.

Key words: qualitative analysis, formalin, salted fish.

307
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.16 No. 02 Desember 2019:307-314

Pendahuluan tambahan makanan untuk meraih


Wilayah Indonesia secara keuntungan yang lebih besar, serta
geografis merupakan negara kepulauan didukung oleh perilaku konsumen yang
terbesar di dunia terutama untuk sektor memilih produk yang awet dan tahan
perikanan. Berdasarkan data Badan lama dengan harga murah (Adawyah,
Pusat Statistik dan Departemen Kelautan 2011).
dan Perikanan Jakarta, produksi ikan di Menurut Peraturan Menteri
Indonesia hingga tahun 2007 masih Kesehatan Nomor
didominasi sektor penangkapan yang 1168/MenKes/PER/X/1999 tentang
mencapai 61,53% dari total produksi. Bahan Tambahan Makanan, formalin
Ikan termasuk jenis bahan pangan yang merupakan bahan kimia yang
mudah rusak (membusuk). Cara agar penggunaannya dilarang untuk produk
ikan tetap awet yaitu dengan makanan. Formalin ini biasanya
pengawetan secara tradisional dengan digunakan sebagai bahan baku industri,
penggaraman. Ikan asin merupakan serta larutan dari formaldehida ini sering
produksi dari bahan ikan segar atau ikan dipakai membunuh bakteri serta
setengah basah yang ditambah garam mengawetkan bangkai, dan lain-lainnya.
sekitar 15-20%. Langkah–langkah dalam Penggunaan formalin pada
proses pembuatan ikan asin yaitu, makanan tidak diperbolehkan karena
penyiangan, pencucian, penggaraman, dapat menyebabkan keracunan pada
pengeringan, dan pengepakan. Cara tubuh manusia. Gejala keracunan
tradisional ini sendiri memiliki formalin yang dapat dilihat antara lain
kekurangan saat proses pengawetan adalah mual, sakit perut yang akut
seperti terkendala pada saat musim disertai muntah-muntah, diare berdarah,
penghujan. Ikan yang diproduksi akan timbulnya depresi susunan syaraf dan
mengalami pengeringan yang tidak gangguan peredaran darah, dan dapat
sempurna dan berair. Proses menyebabkan kematian.
penggaraman memakan waktu yang Adanya pemberitaan Badan
lama (12-14 hari) dan ikan asin akan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
cepat mengalami kerusakan pada suhu di Kepulauan Riau mengidentifikasi
di atas 15 °C. Karena itu banyak kandungan zat berbahaya seperti borak
pedagang menggunakan formalin agar dan formalin pada bahan makanan di
ikan asin menjadi lebih awet (Sari, 2011). sejumlah titik Kota Batam. Beberapa
Penggunaan formalin pada penelitian di Kecamatan Tampan,
bahan makanan yaitu untuk Pekanbaru dinyatakan 2 sampel positif
mengawetkan produk agar tahan lama mengandung formalin dari 10 sampel
serta penggunaannya yang mudah. ikan asin (Antoni, 2010). Hasil penelitian
Murahnya harga formalin menjadi faktor di Malang, dari 5 sampel, 3 sampel ikan
yang membuat produsen dan pedagang asin positif mengandung formalin
menggunakannya sebagai bahan (Singgih, 2013). Penelitian di Pasar km 5

308
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.16 No. 02 Desember 2019:307-314

Palembang, dari 17 sampel, 8 sampel yang direndam dengan larutan


ikan asin positif mengandung formalin formalin. Sedangkan kontrol
(Mersita, 2016). negatifnya dengan cara
Berdasarkan permasalahan pembuatan ikan segar menjadi
tersebut, dilakukan penelitian tentang ikan asin, diambil 1 ekor ikan segar
ada atau tidaknya kandungan formalin berdaging tebal setelah itu ikan
pada ikan asin yang dijual di Pasar dibersihkan lalu ditambahkan
Jodoh, yaitu dengan analisis kualitatif garam dan didiamkan selama 24
dengan pereaksi KMnO4 0,1 N, Fehling A jam. Ikan kemudian dikeringkan
dan fehling B, Nash, dan Tollens. dengan cara dijemur.
b. Pembuatan pereaksi KMnO4 0,1 N
Metode Penelitian Sebanyak 0,3160 g KMnO4.
Alat dan Bahan Dilarutkan dengan akuades di labu
Alat-alat yang digunakan dalam ukur 100 ml. Larutan KMnO4
penelitian ini adalah spektrofotometer kemudian dipanaskan selama 15
UV-Visibel (Shimadzu UV 1800), menit, didinginkan pada suhu
timbangan analitik (Kenko), pipet kamar. Larutan ini disimpan dalam
tetes, penangas air, tabung reaksi, gelas botol yang gelap.
ukur, batang pengaduk, labu ukur, c. Uji kualitatif formalin dengan
mortir, spatel, dan kaca arloji. larutan KMnO4 0,1 N
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan Sampel ikan asin ditimbang 10
dalam penelitian ini adalah 18 sampel gram, digerus menggunakan
ikan asin, akuades, KMnO4 0,1 N, Fehling lumpang hingga halus,
A, Fehling B, pereaksi Nash, dan pereaksi ditambahkan 30 ml akuades,
Tollens. disaring menggunakan kertas
Jalannya Penelitian saring, dan diambil filtratnya.
1. Pengambilan sampel Sebanyak 1 ml filtrat, dimasukkan
Pengambilan sampel ikan asin ke dalam tabung reaksi dan
dilakukan dengan cara purposive ditambahkan larutan KMnO4 0,1 N
sampling di Pasar Jodoh, Kota Batam. sebanyak 3 tetes. Jika warna ungu
Sampel yang diambil, berjumlah 1 tua menghilang kemudian menjadi
sampel dari pedagang yang berbeda- pudar (bening) dalam waktu 30
beda sehingga diperoleh total sampel menit maka sampel ikan asin
sebanyak 18 sampel ikan asin yang positif mengandung formalin. Uji
diberi kode A sampai R. pembanding dilakukan berupa
2. Uji kualitatif formalin pada ikan asin kontrol positif dan kontrol
a. Pembuatan kontrol positif dan negatifnya (Hastuti, 2010).
kontrol negatif d. Uji kualitatif formalin dengan
Pembuatan kontrol positif Fehling A dan Fehling B
menggunakan 1 ekor ikan asin

309
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.16 No. 02 Desember 2019:307-314

Larutan Fehling A dan Fehling B pada suhu 40 °C lalu dibiarkan dingin


dicampurkan dengan volume sama selama 30 menit. Jika positif formalin,
banyak, yaitu 1 ml Fehling A menghasikan warna kuning yang
dicampurkan dengan 1 ml Fehling stabil (Hendrik, 2010).
B. Selanjutnya hasil filtrat (1 ml) 4. Uji kualitatif formalin dengan pereaksi
dimasukkan ke dalam tabung Tollens
reaksi, ditambahkan pereaksi Perak nitrat 100 ml dilarutkan
Fehling A dan Fehling B dengan dalam akuades, ditambahkan 5 ml
volume yang sama yaitu sebanyak larutan NaOH 5%, setelah itu
1 ml, kemudian dimasukkan dalam ditambahkan 7,5 ml ammonia pekat,
penangas air yang selanjutnya didapat perak ammonia nitrat
dipanaskan. Selama proses (pereaksi tollens). Uji kualitatif
pemanasan, diamati perubahan formalin dengan pereaksi Tollens
yang terjadi. Apabila terjadi adalah sebagai berikut: sebanyak 1 ml
perubahan yaitu terdapat endapan filtrat ikan asin dimasukkan ke dalam
merah bata, maka sampel yang tabung reaksi kemudian ditambahkan
diuji positif mengandung formalin 1 ml pereaksi Tollens, lalu digojok.
(Hastuti, 2010). Larutan dipanaskan sampai timbul
3. Uji kualitatif formalin dengan pereaksi gelembung, perubahan yang terjadi
Nash jika positif formalin warna berubah
menjadi hitam dan terbentuk cermin
Pereaksi Nash dibuat dari 15 gram
perak di permukaan.
ammonium asetat (NH4CH3COO)
5. Analisis data
ditambahkan 0,3 ml asam asetat
Penelitian ini merupakan
(CH3COOH), dan 0,2 ml asetil aseton,
penelitian deskriptif. Hasilnyang
lalu diencerkan dengan akuades 100
diperoleh dibuat dalam bentuk tabel
ml (Hendrik, 2010). Sebanyak 1 ml
dan gambar.
filtrat ikan asin dimasukkan ke dalam
tabung reaksi kemudian ditambahkan
Hasil dan Pembahasan
1 ml pereaksi Tollens lalu digojok.
Pada penelitian ini dilakukan
Setelah itu larutan dipanaskan sampai
pengambilan sampel ikan asin dilakukan
timbul gelembung, perubahan yang
dengan cara purposive sampling di Pasar
terjadi jika positif formalin warna
Jodoh, Kota Batam. Penelitian ini
berubah menjadi hitam dan
dilaksanakan pada bulan Maret–Juni
terbentuk cermin perak di
2019, di Laboratorium Kimia Farmasi
permukaan. Pereaksi Nash dipipet
Analisis, Program Studi Sarjana Farmasi,
sebanyak 3 ml kemudian dimasukkan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra
ke dalam tabung reaksi, filtrat ikan
Bunda Persada Batam. Hasil uji analisis
asin sebanyak 3 ml dicampurkan ke
kandungan formalin dapat dilihat pada
dalam tabung reaksi dalam keadaan
Tabel 1.
tertutup, dipanaskan selama 30 menit

310
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.16 No. 02 Desember 2019:307-314

Tabel 1. Hasil uji kualitatif formalin pada 18 sampel ikan asin


Sampel Uji Kualitatif
Ikan Asin KMnO4 0,1 N Fehling A dan Fehling B Nash Tollens Hasil
A Kecoklatan Tidak ada endapan Bening Coklat Negatif
B Kecoklatan Tidak ada endapan Bening Coklat Negatif
C Kecoklatan Tidak ada endapan Bening Coklat Negatif
D Kecoklatan Tidak ada endapan Bening Coklat Negatif
E Kecoklatan Tidak ada endapan Bening Coklat Negatif
F Kecoklatan Tidak ada endapan Bening Coklat Negatif
G Kecoklatan Tidak ada endapan Bening Coklat Negatif
H Kecoklatan Tidak ada endapan Bening Coklat Negatif
I Kecoklatan Tidak ada endapan Bening Coklat Negatif
J Kecoklatan Tidak ada endapan Bening Coklat Negatif
K Kecoklatan Tidak ada endapan Bening Coklat Negatif
L Kecoklatan Tidak ada endapan Bening Coklat Negatif
M Kecoklatan Tidak ada endapan Bening Coklat Negatif
N Kecoklatan Tidak ada endapan Bening Coklat Negatif
O Kecoklatan Tidak ada endapan Bening Coklat Negatif
P Kecoklatan Tidak ada endapan Bening Coklat Negatif
Q Kecoklatan Tidak ada endapan Bening Coklat Negatif
R Kecoklatan Tidak ada endapan Bening Coklat Negatif

Pada Tabel 1 didapatkan hasil 18 asin kerapu. Sebanyak 18 sampel diambil


sampel ikan asin tidak mengandung secara acak. Setelah itu dilakukan
formalin. Penelitian ini bertujuan untuk pemeriksaan ada atau tidaknya
mengetahui ada atau tidaknya kandungan formalin pada sampel ikan
kandungan formalin pada ikan asin yang asin.
dijual di Pasar Jodoh, Kota Batam. Pada 18 sampel ikan asin yang di
Pemilihan sampel yang diambil uji, didapatkan hasil perubahan warna
berdasarkan ciri-ciri ikan asin yang dari ungu tua menjadi kecoklatan dalam
teksturnya tidak lembek, bersih, dan durasi waktu satu jam, hal ini
tidak dihinggapi lalat. Adapun sampel menandakan sampel negatif
ikan asin yang diambil yaitu ikan asin mengandung formalin. Perubahan warna
yang berdaging tebal, karena ikan asin pada larutan KMnO4 0,1 N disebabkan
berdaging tebal mudah membusuk dan karena aldehida mereduksi KMnO4
cepat berair, jika dalam penjemuran ikan menjadi asam karboksilat (Persamaan
asin tidak kering seperti ikan asin peda reaksi 1) sehingga warna larutan yang
atau kembung, ikan asin gabus, ikan asin awalnya ungu tua menjadi putih bening
katamba, ikan asin manyung, dan ikan (Rahmadani, 2008).

5 R-CHO + KMnO4 5 R-COOH + MnO2 (1)


(ungu) (bening)

311
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.16 No. 02 Desember 2019:307-314

Pengujian dengan Fehling A dan dan Fehling B ditambahkan dengan


Fehling B didapatkan hasil 18 sampel sampel ikan asin yang sudah diberikan
tidak mengandung formalin karena tidak formalin, akan membentuk endapan
adanya endapan merah bata saat merah bata saat dipanaskan di penangas
pemanasan selama 2-3 menit. air selama 2-3 menit. Hal ini disebabkan
Pemanasan dilakukan karena pereaksi karena senyawa aldehida dioksidasi
Fehling kurang stabil pada larutan dingin, menjadi asam karboksilat dan terbentuk
sehingga butuh pemanasan. Pada endapan Cu2O seperti ditunjukkan pada
kontrol positifnya, pereaksi Fehling A Persamaan 2 (Manoppo et al., 2014).

R-CHO + Cu2+  R-COO + Cu2O (2)


(Biru) (Merah Bata)

Pada uji penegasan warna kuning stabil setelah dipanaskan


menggunakan pereaksi Nash dan di atas penangas air dengan suhu 40 ৹C.
Tollens, 18 sampel ikan asin direaksikan Hal ini disebabkan adanya reaksi
dengan pereaksi Nash didapatkan hasil formalin dengan asam asetil aseton dan
negatif mengandung formalin yang ammonia membentuk diacetyl-dihydro-
ditandai dengan perubahan warna lutidine (DDL) yang membentuk warna
bening. Pada kontrol positifnya, bereaksi kuning stabil (Rahman, 2014).
dengan formalin akan membentuk

(3)

(larutan jernih tak berwarna) (larutan berwarna kuning)

Gambar 1. Reaksi formalin dengan pereaksi Nash (Saptarini et al., 2011).

Pada pereaksi Tollens, sebagai membentuk cermin perak atau endapan


uji akhir dari 18 sampel ikan asin, perak (Persamaan 3), dikarenakan
didapatkan hasil negatif yang ditandai formalin bersifat reduktor sehingga
dengan warna coklat setelah pemanasan dapat merubah larutan menjadi perak
serta tidak adanya endapan cermin metalik asam karboksilat dan terbentuk
perak. Pada kontrol positifnya endapan (Marliana, 2008).

312
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.16 No. 02 Desember 2019:307-314

R-CHO + 2Ag(NH3)2OH2Ag + R-COOH – NH4+ + 3 NH3 + H2O


(Cermin perak)

Simpulan Utara. Jurnal Perikanan dan


Hasil dari penelitian analisis Kelautan, 15(1):83-88.
kandungan formalin pada ikan asin yaitu
Mersita, R. 2016. Uji kandungan formalin
didapatkan hasil negatif pada 18 sampel pada ikan asin di pasar km 5
ikan asin dan dapat disimpulkan bahwa Palembang. Jurnal Bioilmi,
ikan asin yang dijual di Pasar Jodoh, Kota 2(2):121-128.
Batam tidak terdeteksi adanya formalin.
Manoppo, G., Abidjulu, J., Wehantouw,
Penelitian ini tidak dilanjutkan uji
F. 2014. Analisis formalin pada
kuantitatif dengan spektrofotometri UV- buah impor di Kota Manado.
Visibel dikarenakan sampel ikan asin Pharmacon Jurnal Ilmiah
negatif tidak terdeteksi adanya formalin. Farmasi, 3(3):148-155.

Marliana, H. 2008. Optimasi pereaksi


Daftar Pustaka
Schryver menjadi kertas
Antoni, S. 2010, Analisa kandungan indikator untuk identifikasi
formalin pada ikan asin dengan formalin dalam sampel
metode spektrofotometri di makanan. Skripsi. FMIPA,
Kecamatan Tampan Pekanbaru. Universitas Indonesia, Depok.
Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Rahman, T.K. 2014. Analisis kadar
Negeri Sultan Syarif Kasim. formalin pada ikan asin yang
dipasarkan di Kota Gorontalo.
Adawyah, R. 2011. Pengolahan dan Tesis. Universitas Negeri
Pengawetan Ikan. Jakarta: Bumi Gorontalo.
Aksara.
Rahman, T. 2014. Analisa kadar formalin
Hastuti, S. 2010. Analisis kualitatif dan pada ikan asin yang dipasarkan
kuantitatif formaldehid pada di Kota Gorontalo. Tesis.
ikan asin di Madura. Agrointek, Universitas Negeri Gorontalo.
4(2):132-137.
Rahmadani, E.F. 2008. Deteksi daging
Singgih, H. 2013. Uji kandungan formalin ayam yang diformalin secara
pada ikan asin menggunakan visual, organoleptik, kimia dan
sensor warna dengan bantuan fisika. Skripsi. Departemen
FMR. Jurnal Eltek, 2(1):55-70. Teknologi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Sumatra Utara.
Hendrik. 2010. Analisis usaha
pengolahan ikan asin di Sari, M.K. 2011. Analisis usaha
Kecamatan Pandan Kabupaten pengolahan ikan asin di
Tapanuli Tengah Sumatera Kabupaten Cilacap. Skripsi.

313
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.16 No. 02 Desember 2019:307-314

Fakultas Pertanian, Universitas Pasar Tradisional Purwakarta.


Sebelas Maret. Jurnal Penelitian Sains &
Teknologi, 12(1):37-44.
Saptarini, Wardati, Supriatna. 2011.
Deteksi formalin dalam tahu di

314

Anda mungkin juga menyukai