Oleh:
ELYSDAYANTI
149614007
NUNUKAN
2017
INTISARI
PENDAHULUAN
Ikan adalah salah satu sumber makanan yang dibutuhkan oleh manusia
karena banyak mengandung protein. Dengan kandungan protein dan air yang
cukup tinggi , ikan termasuk komoditi yang sangat muda busuk. Oleh karena itu
untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang selalu mengharapkan ikan segar
penanganan ikan perlu dilakukan agar bisa dinikmati oleh masyarakat. Saat ini
penanganan ikan tidak hanya untuk mempertahankan kesegaran ikan tetapi juga
untuk menganekaragamkan bentuk penyajian, meningkatkan pendapatan nelayan
dan meningkatkan daya simpan ikan sehingga dapat disediakan pada saat
dibutuhkan.
Ikan hasil tangkapan tidak akan merata setiap waktunya tergantung pada
musim dari jenis ikan tersebut, biasanya nelayan mengalami musim paceklik
dimana mereka kesulitan untuk mendapatkan ikan terkadang mereka juga
mengalami musim melimpah ikan hasil tangkapan. Kondisi ini memungkinkan
untuk terjadinya fruktuasi harga jual pada ikan pada setiap waktunya.
Ikan asin merupakan salah satu lauk yang sudah lama dikenal oleh masyakarat
indonesia. Dalam skala nasional, ikan asin merupakan salah satu produk
perikanan yang mempunyai kedudukan yang penting, hampir 65% produk
perikanan masih diolah dan diawetkan dengan cara penggaraman. Tidak
mengherankan apabila ikan asin termasuk dalam sembilan bahan pokok penting
bagi kehidupan masyarakat (Eddy,1989).
Ikan asin termasuk salah satu jenis makanan yang sangat digemari boleh
masyarakat Indonesia dan merupakan salah satu unsur penting dalam peningkatan
gizi yang relatif murah. Meskipun memiliki nilai gizi yang tinggi, ikan asin sering
dianggap makanan masyarakat golongan lemah. Tetapi saat ini ikan asin telah
diterima oleh masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas.
Ikan asin sangat mudah untuk dijumpai kota Tarakan, baik di pasar
tradisional dan pasar modern. Hasil identifikasi awal dididapati bahwa masih
banyak yang gemar untuk mengkonsumsi ikan asin. Beberapa alasan yang mucul
adalah ikan asin masih bisa dijangkau dari sisi ekonomi, gurih dan mudah untuk
diolah. Kegemaran masyarakat tersebut tidak dibarengi dengan pengetahuan
masyarakat tentang kondisi dan kandungan ikan asin yang dikonsumsi.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini yaitu
apakah beberapa jenis ikan asin yang dipasarkan dipasar Kota tarakan
mengandung formalin
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang
diawetkan dengan menumbuhkan banyak garam. Dengan metode pengawetan ini
daging ikan yang biasanya membusuk dalam waktusingkat dapat disimpan disuhu
kamar untuk jangka berbulan-bulan, walaupun biasanya harus ditutup rapat. Ikan
sebagai bahan makanan yang mengandung protein tinggi dan mengandung asam
amino essensial yang diperlukan oleh tubuh, disamping itu nilai biologisnya
mencapai 90 persen dengan jaringan pengikat sedikit sehingga mudah dicerna
(Margono dkk, 1993).
Cara pembuatan ikan asin sangat bervariasi tergantung pada jenis dan
ukuran ikan, hasil yang diinginkan serta daerah produksinnya. Pada jenis ikan
besar terlebih dahulu dilakukan pembelahan dan penyiagan, sedangkan jenis ikan
berukuran kecil seperti terri diasin dalam ukuran utuh.
- Solar salt, garam yang berasal dari air laut yang dikeringkan atau dijemur
- Garam yang diperoleh dari air yang keluar tanah kemudian dikeringkan
Komposisi kimia geram kelas 1,2 dan 3 dapat disajikan pada tabel 1 dibawah ini.
Tabel. 1 komposisi kimia garam kelas 1,2 dan 3
1 NaCI 96 95 91
Menyiapkan larutan garam jenuh dengan konsentrasi larutan 30-50%. Ikan yang
telah disiangi disusun didalam wadah/bak kedap air,kemudian tambahkan larutan
garam secukupnya hingga seluruh ikan tenggelam dan diberi pemberat agar tidak
terapung, lama perendam 1-2 hari tergantung dari ukuran / tebal ikan dan derajat
keasinan yang diinginkan . setelah penggaraman dilakukan pembongkoran
terhadap ika dan dicuci dengan air bersih kemudian ikan disusun diatas para-para
untuk proses pengeringan/penjemuran.
Proses penggaraman berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi,
tetapi proses-proses lain termasuk pembusukan juga berjalan lebih cepat. Di
negara dingin penggaraman dilakukan dengan suhu rendah dan ternyata hasil
keseluruhannya lebih baik daripada yang dilakukan pada suhu panas, sebaiknya
penggaraman dilakukan di tempat yang teduh. Daya awet ikan yang digarami
beragam tergantung pada jumlah garam yang dipakai. Semakin banyak garam
yang dipakai semakin panjang daya awet ikan. Tetapi umumnya orang kurang
suka ikan yang sangat asin.
Semakin tinggi kadar lemak yang terdapat di dalam tubuh ikan semakin lambat
proses penetrasi garam kedalam tubuh ikan.
Semakin tebal daging ikan semakin lambat proses penetrasi garam dan semakin
banyak pula jumlah garam yang diperlukan.
3. Kesegaran ikan
Pada ikan yang memiliki kesegaran rendah, proses penetrasi garam berlangsung
lebih cepat karena ikan dengan tingkat kesegaran rendah mempunyai tubuh yang
relatif lunak, cairan tubuh tidak terikat dengan kuat dan mudah terisap oleh
larutan garam yang mempunyai konsentrasi lebih tinggi. Apabila ikan kurag
segar, produk ikan asin yang dihasilkan akan terlalu asin dan kaku.
4. Tempratur ikan
Semakin tinggi tempratur tubuh ikan maka semakin cepat pula proses penetrasi
garam kedalam tubuh ikan tersebut. Oleh karena itu, sebelum dillakukan proses
penggaraman sebaiknya ikan ditangani lebih dahulu dengan baik agar sebagian
besar bakteri yang dikandung dapat hilang.
Semakin tinggi perbedaan konsentrasi antara garam dengan cairan yang terdapat
dalam tubuh ikan semakin cepat proses penetrasi garam kedalam tubuh ikan.
2.2, Formalin
Menurut fardiaz (2002) sifat fisik dan kimia formalin yaitu titik didh
96%C pada 7000 mmHg, titik nyala 600C, pH2,8-4,0 dapat tercampur dengan air,
tidak berwarna dan berbau tajam
Secara industri, formaldehida dibuat dari oksidasi katalitik metanol, katalis yang
paling sering dipakai adalah logam perak atau campuran oksida besi dan
molibdenum serta vanadium. Dalam sistem oksida besi yang lebih sering dipakai
(proses formox), reaksi metanol dan oksigen terjadi pada 2500C dan menghasilkan
formaldehida, berdasarkan persamaan kimia
PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI
NOMOR:722/MENKES/X/88
TENTANG BAHAN TAMBAHAN MAKANAN
BAHAN TAMBAHAN MAKANAN YANG DIIZINKAN
Bahan tambahan yang diizinkan digunakan pada makanan terdiri dari golongan :
1. Antioksidan
2. Antikempal
3. Pengatur keasaman
4. Pemanis buatan
5. Pemutih dan pematang tepung
6. Pengemulsi, pematang, pengental
7. Pengeras
8. Pewarna
9. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa
10. Skuestran
Untuk makanan yang diizinkan mengandung lebih dari satu macam antioksidan
maka hasil bagi masing-masing bahan dengan batas maksimum penggunaannya
jika jumlahnya tidak boleh lebih dari satu.
Untuk makanan yang dizinkan mengandung lebih dari satu macam pengawet
maka hasil masing masing bahan dengan batas maksimum penggunaannya jika
dijumlahkan tidak boleh lebih dari satu
METODE PENELITIAN
Timbangan analitik
Gelas ukur
Pipet tetes
Tabung reaksi
Erlenmeyer
Blender
Beaker gelas
Talenan
Pisau
Corong gelas
Batang pengaduk
sentrifuge
3.2.2. Bahan
Formaldehid test
Carrez 1
Carrez 2
Kertas saring
aquades
Pengambilan data dilakukan di tempat penjualan ikan asin di Kota Tarakan yang
banyak dikunjungi oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari hari
seperti pasar sentral Kota Tarakan. Pasar sabtu Sentral dan tengguyun kota
Tarakan pengambilan sampel penelitian dilakukan secara menyeluruh diseluruh
penjual ikan asin dilokasi penelitian. Hal ini dilakukan agar sampel ini benar-
benar mewakili dari seluruh penjual ikan asin dilokasi penelitian.
3.5.1.Persiapan
Tahap persiapan diawali dengan persiapan alat dan bahan yang digunakan
dalam penelitian yang sebelumnya telah disterilkan. Ikan asin yang telah
diperoleh dari pasar Sentral, Pasar sabtu tengguyun di Kota Tarakan dikemas pada
plastik kemasan yang terlebih dahulu diberikan label sebagai identitas untuk
membedakan masing-masing sampel yang diperoleh.
Sampel ikan asin yang telah diperoleh dari pasar Sentral. Pasar sabtu
Tengguyun, selanjutnya dibawa ke Laboratorium pengendalian dan pengujian
mutu hasil perikanan (Tarakan) untuk dilakukan pengujian terhadap kandungan
formalin.
PROSEDUR :
3. Aquades 100 ml
Kota Tarakan dengan luas wilayah 657,53 km2 yang terdiri dari luas
lautan 406,53 km2 (61,85 %) dan luas daratan 250,80 km2 (38,15 %), dilihat
dengan kondisi wilayah ini maka Kota Tarakan memiliki sumber daya perikanan
yang sangat potensial baik perikanan laut maupun perikanan pesisir pantai berupa
usaha budidaya tambak dan air payau. Kota Tarakan berkembang dengan pesat
karena adanya dukungan dari kegiatan kegiatan di beberapa sektor antara lain
sektor perindustrian, sektor pertambangan dan sektor perikanan.
Dibidang Perikanan sendiri ada beberapa usaha kegiatan yang dilakukan antara
lain penangkapan ikan di laut, usaha pasca panen dan pengolahan hasil perikanan.
Untuk mencapai pemanfaatan secara optimal usaha tersebut salah satu upaya yang
dilakukan adalah dengan meningkatkan mutu hasil perikanan.
LPPMHP Tarakan berdiri pada tahun 1992 atas partisipasi beberapa Unit
Pengolahan Ikan (UPI) yang ada pada saat itu dengan tujuan untuk mempercepat
pelayanan pengujian terhadap produk hasil perikanan yang akan di ekspor,
awalnya pengujian untuk mengeluarkan hasil uji dilaksanakan oleh LPPMHP
Samarinda.
II.2 Visi dan Misi Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kota Tarakan
II.2.2. MISI :
III.2. Alamat : Jl. Yos Sudarso No. 12 Lingkas Ujung, Tarakan Kalimantan
Utara
Email : lppmhp.tarakan@gmail.com
III.3. Status tanah dan bangunan : Hak pakai, milik Pemerintah Daerah Kota
Tarakan
III.5. Jenis komoditi yang dapat diuji :Produk perikanan, rumput laut, air dan es.
V. cholera.
3. Kimia : Formalin, Kadar air, Kadar Sulfit (dalam Proses), Antibiotik (dalam
proses), Logam Berat (dalam proses).
1V. STRUKTUR ORGANISASI
KOTA TARAKAN
KEPALA
UPT. PPMHP
AGUSTINA T TOLANGI
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
I. PRASARANA DAN SARANA
6.1. Prasarana
A. FasilitasUtama
B. Fasilitas Penunjang
1. GedungLaboratorium
RuangRapat : 16,5 m2
RuangTungguTamu : 12 m2
RuangAdministrasi : 10,5 m2
RuangPenyimpananContoh : 12,5 m2
RuangPengujianOrganoleptik : 22,5 m2
Dapur/RuangPreparasiOrganoleptik : 18 m2
RuangPenerimaanContoh : 17,5 m2
RuangSterilisasiKering : 4 m2
RuangSterilisasiBasah : 10,5 m2
RuangPengujianMikrobiologi : 48 m2
RuangInokulasi : 6 m2
RuangPengujianAntibiotik (Elisa) : 33 m2
Gudang : 5,25 m2
TempatPenyimpananTabung : 1 m2
BAB V
5.1 Hasil
5.2 Pembahasan
Hasil uji kandungan formalin pada ikan asin dipasar sentral Kota Tarakan
ditemukan bahwa semua sampel pengujiannya adalah negatif (tdak mengandung
formalin) dimana tidak ada terjadi perubahan warna keunguan. Hasil uji diatas
menunjukkan bahwa ikan asin yang di perdagangkan dipasar sentral dan pasar
tengguyun bebas dari formalin sehingga ikan ikan asin tersebut aman untuk
dikonsumsi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh salosa (2013)
yang menyatakan bahwa ikan asin dari Kota tarakan yang telah diidentifikasi
kandungan formalinnya secara kuantitatif diproleh hasil bahwa ikan asin tersebut
bebas dari formalin. Selanjutnya dijelaskan bahwa ciri-ciri ikan asin yang
mengandung formalin adalah berwarna cerah dan bersih, daging tidak mudah
hancur, tidak berbau amis serta awet hingga 1 bulan pada suhu kamar.
Pada penelitian uji formalin pada ikan asin di daerah juwata Kota Tarakan
telah diidentifikasi kandungan formalinnya secara kualitatif diproleh hasil bahwa
ikan asin di daerah juwata Kota Tarakan tersebut mengandung formalin yang
sangat tinggi dan mencapai positif 3. Formalin banyak digunakan karena
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain (1) harganya jauh lebih murah
dibanding pengawet lainnya seperti natrium benzoat dan potasium sorbat (2)
jumlah yang digunakan tidak perlu sebesar pengawet lainnya, misalnya 1 liter
formalin komersil (37-40%) untuk 10 ton ikan laut sedangkan untuk dosis
pengunaan natrium benzoat sebesar 0.1% dari bahan yang akan diawetkan (3)
mudah digunakan untuk proses pengawetan karena bentuknya larutan (4) waktu
pemrosesan pengawetan lebih singkat (5) mudah didapatkan ditoko kimia dalam
jumlah besar, dan (6) rendahnya pengetahuan masyarakat produsen tentang
bahaya formalin (Widyaningsi, 2006).
Ikan asin yang mengandung formalin dapat diketahui lewat ciri ciri
antara lain tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu 25oC,bersih, cerah dan
tidak berbau khas ikan asin, tidak dihinggapi lalat diarea berlalat (Astuti, 2010)
selain itu tekstur kerasnya seperti karet, tidak beraromawarna bagus cerah bening,
cepat kering dan bila digoreng keras dagingnya kenyal,utuh, lebih putih dan
bersih tidak ada jamur/belatung tahan hingga berbulan bulan, sust 60% lebih dari
berat awal, hingga lebih mahal dibandingkan ikan asin tanpa formalin agak
berwarna coklat tekstur lemas, empuk dan aroma khas, lama kering dan digoreng
renyah, empuk lalat mau hinggap cepat terkena jamur / belatung hanya tahan 1
minggu, susut kurang kurang dari 60% dari berat awal, hingga lebih murah
(widyaningsih, 2006)
BAB VI
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
6.2 SARAN