PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perairan indonesia sangat luas dan memiliki potensi sumber daya ikan paling
besar, tetapi potensinya belum dimanfaatkan secara maksimal. Dengan demikian
pemenuhan akan protein hewani melalui pemanfaatan sumberdaya perikanan
masih memungkinkan. Kandungan protein pada ikan cukup tinggi (20%) dan
tersusun oleh sejumlah asam amino yang berpola mendekati pola kebutuhan asam
amino didalam tubuh manusia.
Ikan merupakan sumber protein hewani yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Kandungan asam lemak tak jenuh ganda pada ikan merupakan
komponen yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan otak
(kecerdasan) manusia dengan demikian kekurangan mengkonsumsi ikan dan
produk turunannya secara terus menerus dapat mengakibatkan gangguan
pertumbuhan, baik fisik maupun pertumbuhan mental dan dikwatirkan akan lahir
generasi yang memiliki intelegensi rendah (Suryani A. DKK,2005). Ikan adalah
salah satu bahan makanan yang mudah menjadi rusak, sehingga diperlukan cara-
cara tertentu yang sifatnya dapat memperpanjang daya simpan ikan, seperti
pengolahan ikan asin, peda, pindang, ikan asap, fermentasi ikan dan produk
olahan yang dicampur bumbu-bumbu seperti kerupuk, dan lain-lain supaya tetap
dapat dikonsumsi dan aman bagi manusia.
Fermentasi ikan adalah salah satu cara untuk dapat mempertahankan mutu
ikan. Fermentasi ikan merupakan pengolahan tradisional yang cukup penting.
Dengan fermentasi diperoleh produk yang digemari oleh masyarakat karena rasa
dan aroma khas serta daya simpan yang lama. Fermentasi ikan secara spontan
umumnya menggunakan garam dengan konsentrasi tinggi untuk menyeleksi
mikroba tertentu dan menghambat pertumbuhan mikroba yang menyebabkan
kebusukan sehingga hanya mikroba tahan garam yang hidup.
2
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi
garam yang terbaik pada fermentasi wadi ikan tapah ,sehingga produksi perikanan
pada saat melimpah/panen tidak terbuang dengan percuma karena adanya
pembusukan atau kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme dan
perubahan lain yang merugikan.
1.3. Manfaat
Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang
konsentrasi garam yang terbaik pada fermentasi wadi ikan tapah sehingga hasil
yang diperoleh dapat digunakan untuk upaya perbaikan dan pengembangan
produk fermentasi wadi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ikan Tapah (Wallago micropogon)
Bahan yang digunakan pembuatan fermentasi wadi dalam penelitian ini
adalah ikan tapah. Klarifikasi ikan tapah adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Siluriformes
Famili : Siluridae
Genus : Wallago
tapah yang bertujuan untuk merangsang pertumbuhan bakteri asam laktak yang
berperan dalam menguraikan karbohidrat menjadi senyawa-senyawa sederhana
yaitu asam laktat, asam asetat, asam propionta dan etil alkohol. Senyawa-senyawa
tersebut berfungsi sebagai pengawet dan pemberi rasa asam pada wadi.
Ikan tapah memiliki bentuk tubuh yang panjang dan padat. Ikan karnivora ini
juga memiliki kepala lebar dengan mulut yang besar dan melekuk serta gigi yang
tajam. Sudut-sudut mulutnya menjangkau ke belakang matanya. Oleh karena itu
beredar legenda di masyarakat pedalaman Kalimantan terkait ikan tapah yang
sering menyambar anak kecil saat bermain di tepian sungai. Meskipun baru
sekedar cerita, namun legenda itu mungkin benar adanya jika kita memperhatikan
anatomi dan sifat ikan tapah yang sangat agresif.
Ikan tapah yang digunakan pada saat penelitian berasal dari perairan sungai
sebangau. Sungai ini memiliki warna hitam meski hitam dan terlihat pekat, sungai
ini sama sekali tidak tercemar. Justru airnya masih sangat alami dan segar jika
digunakan untuk mandi atau sekedar cuci kaki dan juga tangan. Warna hitam pada
sungai tidak berasal dari pencemaran limbah apa-apa, warnanya jadi hitam pekat
karena memiliki kadar tannin yang cukup tinggi. Tannin adalah semacam
senyawa yang keluar dari tanah gambut.
6
2.3. Wadi
Wadi ikan merupakan salah satu produk fermentasi ikan. Lamanya
fermentasi merupakan salah satu faktor yang penting dalam proses fermentasi
ikan yang dapat mempengaruhi kadar protein wadi ikan (Berlian Try Yanie,
2011).
Wadi dibuat secara tradisional melalui proses fermentasi menggunakan ikan
segar. Umumnya jenis ikan yang digunakan adalah ikan air tawar. Bahan
tambahan yang digunakan pada pembuatan wadi adalah garam dan beras yang
digoreng tanpa minyak (disangrai) lalu ditumbuk kasar yang dinamakan lamu atau
samu. Lamu mengandung sumber pati sebagai sumber kabohidrat. Wadi dibuat
dengan cara mencampur ikan dengan garam setelah dibiarkan selama ± 24 jam air
lelehan yang keluar dari daging ikan dibuang, kemudian ditambahkan samu (beras
sangrai yang ditumbuk halus), kemudian disimpan selama 7 – 10 hari untuk
proses fermentasi, setelah itu wadi siap untuk dimasak (Restu, 2014).
Proses pembuatan wadi dalam penelitian ini menggunakan konsentrasi 15%,
30% dan 45%. Semakin tinggi konsentrasi garam (>5%) juga menghasilkan
aroma yang semakin asam pada produk fermentasi (Yuliana, 2007). Selain itu,
penambahan konsentrasi garam yang tinggi (>10%) menghasilkan produk
fermentasi yang lebih awet dibandingkan produk fermentasi dengan konsentrasi
garam yang rendah.
Wadi adalah produk fermentasi ikan tradisional yang berbentuk ikan utuh
semi basah, berwarna agak hitam (mendekati warna ikan segar), bertekstur liat
dengan aroma khas ikan fermentasi serta mempunyai rasa yang asin. Produk wadi
disukai masyarakat Kalimantan Selatan karena citarasanya yang spesifik). (protein
dan lemak) menjadi senyawa yang lebih sederhana (asam amino dan asam lemak)
selama proses fermentasi berlangsung (Khairina dan Khotimah, 2006).
9
Penyiangan
Pencucian Ikan
Penirisan
Pencucian
2. Uji Kimia
Pengujian kimiawi pada produk misalnya meliputi pengujian kadar air,
protein, lemak, dan kadar abu.
a. Uji Kadar Air
Prosedur uji kadar air adalah sebagai berikut :
1. Botol (Crussible), kemudian dicuci bersih beserta tutupnya. Lalu
mengeringkannya dalam oven pada suhu 100-1150C selama satu jam.
2. Botol ditimbang diambil dengan alat penjepit lalu dimasukkan ke desikator
selama 30 menit kemudian ditimbang (A).
3. Timbang contoh sampel dalam botol timbang (botol dalam keadaan tertutup)
sebesar + 2 gram (B).
4. Keringkan dalam oven pada suhu 100 – 1150C selama 24 jam atau sampai
diperoleh berat tetap.
5. Ambil botol dengan alat yang berisi bahan kering dengan alat penjepit lalu
masukkan ke dalamdesikator kira-kira 30 menit lalu ditimbang (C).
6. Perhitungan :
(B−C)
Kadar air = x 100%
(B−A)
yang telah dengan labu lemak berisi batu didih yang telah
dikeringkan dan telah diketahui bobotnya.
Ekstrak dengan heksana atau pelarut lemak lainnya selama lebih
kurang 6 jam
Saringkan heksana dan keringkan ekstrak lemak dalam oven
pengering pada suhu 1050C
Dinginkan dan timbang
Ulangi pengeringan ini hingga tercapai bobot tetap
Perhitungan :
w−w1
%lemak = X 100%
w2
Keterangan :
W1 = Bobot contoh dalam g.
W = Bobot lemak sebelum ekstraksi dalam g.
W2 = Bobot labu lemak sesudah ekstraksi dalam g.
Keterangan :
W = bobot contoh sebelum diabukan
W1 = bobot contoh + cawan sesudah diabukan, dalam g
W2 = bobot cawan kosong dalam g
Keterangan :
Kadar karbohidrat = 0,09 x kadar glukosa
W1 = bobot cuplikan dalam mg
W = glukosa yang terkandung untuk ml tio yang dipergunakan
dalam mg dari daftar
fp = faktor pengenceran.
21
Bobot Variabel
Bobot Total
23
Untuk menentukan variabel dengan rata-rata makin tinggi makin baik, nilai
terendah sebagai nilai terjelek dan nilai tertinggi sebagai nilai terbaik, sedang
untuk variabel rata-rata makin tinggi makin jelek maka nilai terendah sebagai nilai
terbaik dan nilai tertinggi sebagai nilai terjelek.
Bulan/Minggu
No Kegiatan April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pembuatan Proposal
2. Konsultasi Proposal
3. Pelaksanaan Penelitian
4. Analisis Data
5. Penyusunan Hasil Laporan
Penelitian
6. Konsultasi Hasil Laporan
Penelitian
7. Ujian Penelitian
25
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Rata-Rata Uji Kimia Fermentasi Wadi Ikan Tapah
(Wallago micropogin).
Kode Kadar air Kadar Kadar lemak Kadar abu Karbohidrat
Sampel (%) protein (%) (%) (%) (%)
Hari ke
10
A 73.32 14.71 2.28 2.13 6.54
B 75.09 12.33 2.10 3.26 6.54
C 75.96 10.53 2.02 3.35 6.85
Hari ke
18
A 75.23 13.07 2.08 2.84 6.59
B 75.95 11.50 1.78 3.53 6.33
C 77.71 9.71 1.63 3.26 6.63
Hari ke
24
A 77.33 10.55 1.71 2.23 6.98
B 78.65 9.38 1.51 3.05 6.39
C 78.66 8.88 1.35 3.29 6.80
Tabel 4. Rekapitulasi hasil rata-rata uji organoleptik fermentasi wadi ikan tapah
(Wallago micropogin).
Hari ke
18
A 5.9 5.7 5.7 5.2
B 5.2 5.4 5.7 5.6
C 4.7 5.3 5.4 5.7
Hari ke 24
A 5.4 5.0 5.2 4.7
B 5.0 4.5 5.0 4.5
C 4.4 4.4 4.6 4.3
27
4.2. Pembahasan
A B C
I 73.32 74.58 75.15
II 73.20 75.45 76.25
III 73.45 75.25 76.50
Jumlah 219.97 225.28 227.9 673.15
Rata-rata 73.32 75.09 75.96 224.37
Tabel 6. Hasil Uji kadar air wadi ikan tapah (Wallago micropogin) pada
pengamatan hari ke- 18.
Ulangan Perlakuan Jumlah
A B C
I 75.75 76.25 77.95
II 75.10 76.75 77.45
III 74.85 74.85 77.75
Jumlah 225.7 227.85 233.15 686.7
Rata-rata 75.23 75.95 77.71 228.89
28
Tabel 7. Hasil Uji kadar air wadi ikan tapah (Wallago micropogin) pada
pengamatan hari ke- 24.
Ulangan Perlakuan Jumlah
A B C
I 77.75 78.50 78.85
II 77.45 78.65 78.75
III 76.80 78.80 78.40
Jumlah 232 235.95 236 703.95
Rata-rata 77.33 78.65 78.66 234.64
Berdasarkan uji normalitas data kadar air yang diperoleh pada masing-
masing perlakuan pada pengamatan hari ke-18 menggunakan perhitungan
kolmogorov smirnov menunjukkan nilai 0,964 yang berarti bahwa data kadar air
yang diperoleh berdistribusi normal (>0,05). Kemudian berdasarkan uji
homogenitas diperoleh Fhitung 3,369 lebih kecil dari Ftabel 5% (4,07) dan Ftabel 1%
(7,59) sehingga data yang diperoleh bersifat homogen. Berdasarkan hasil analisis
menggunakan anova diperoleh nilai Fhitung (11,770) > Ftabel 5% (4,07) dan Ftabel
1% (7,59) yang berarti bahwa penambahan konsentrasi garam memberikan
pengaruh yang nyata terhadap kadar air pada fermentasi wadi ikan tapah sehingga
perlu dilakukan uji lanjutan dengan uji BNJ (HSD).
Berdasarkan uji normalitas data kadar air yang diperoleh pada masing-
masing perlakuan pada pengamatan hari ke-24 menggunakan perhitungan
kolmogorov smirnov menunjukkan nilai 0,541 yang berarti bahwa data kadar air
yang diperoleh berdistribusi normal (>0,05). Kemudian berdasarkan uji
homogenitas diperoleh Fhitung 2,486 lebih kecil dari Ftabel 5% (4,07) dan Ftabel 1%
(7,59), sehingga data yang diperoleh bersifat homogen. Berdasarkan hasil analisis
menggunakan anova diperoleh nilai Fhitung (16,767) > Ftabel 5% (4,07) dan Ftabel 1%
(7,59) yang berarti bahwa penambahan konsentrasi garam memberikan pengaruh
yang nyata terhadap kadar air pada fermentasi wadi Ikan tapah sehingga perlu
dilakukan uji lanjutan dengan uji BNJ (HSD).
Dari data hasil penelitian yang diperoleh bahwa kadar air wadi ikan tapah
pada masing-masing perlakuan cenderung sama yaitu 70%. Berdasarkan hasil uji
lanjutan BNJ (LSD) diperoleh hasil pada pengamatan hari ke-10 bahwa perlakuan
A dan B berbeda nyata, A dan C berbeda nyata, B dan C tidak berbeda nyata. Dan
hasil pada pengamatan hari ke-18 bahwa perlakuan A dan B tidak berbeda nyata,
A dan C berbeda nyata, B dan C berbeda nyata. Dan hasil uji lanjutan BNJ (LSD)
diperoleh hasil pada pengamatan hari ke-24 bahwa perlakuan A dan B berbeda
nyata, A dan C berbeda nyata, B dan C tidak berbeda nyata.
30
Tabel 9. Hasil Uji Kadar Protein Wadi Ikan Tapah (Wallago micropogin) pada
pengamatan hari ke-18.
Ulangan Perlakuan Jumlah
A B C
I 13.17 11.25 9.05
II 12.85 11.10 10.00
III 13.20 12.15 10.10
Jumlah 39.22 34.5 29.15 102.87
Rata-rata 13.07 11.5 9.71 34.28
31
Tabel 10. Hasil Uji Kadar Protein Wadi Ikan Tapah (Wallago micropogin) pada
pengamatan hari ke-24.
Ulangan Perlakuan Jumlah
A B C
I 10.75 9.50 9.00
II 11.15 9.45 8.75
III 9.75 9.20 8.90
Jumlah 31.65 28.15 26.65 86.45
Rata-rata 10.55 9.38 8.88 28.81
(7,59) sehingga data yang diperoleh bersifat homogen. Berdasarkan hasil analisis
menggunakan anova diperoleh nilai Fhitung (182,211) > Ftabel 5% (4.07) dan Ftabel
1% (7,59) yang berarti bahwa penambahan konsentrasi garam memberikan
pengaruh yang nyata terhadap kadar protein pada fermentasi wadi ikan tapah
sehingga perlu dilakukan uji lanjutan dengan uji BNJ (HSD).
Berdasarkan uji normalitas data kadar protein yang diperoleh pada masing-
masing perlakuan pada pengamatan hari ke-18 menggunakan perhitungan
kolmogorov smirnov menunjukkan nilai 0,976 yang berarti bahwa data kadar
protein yang diperoleh berdistribusi normal (>0,05). Kemudian berda sarkan uji
homogenitas diperoleh Fhitung 2,980 lebih kecil dari Ftabel 5% (4,07) dan Ftabel 1%
(7,59) sehingga data yang diperoleh bersifat homogen. Berdasarkan hasil analisis
menggunakan anova diperoleh nilai Fhitung (36,473) > Ftabel 5% (4,07) dan Ftabel 1%
(7,59) yang berarti bahwa penambahan konsentrasi garam memberikan pengaruh
yang nyata terhadap kadar protein pada fermentasi wadi ikan tapah sehingga perlu
dilakukan uji lanjutan dengan uji BNJ (HSD).
Berdasarkan uji normalitas data kadar protein yang diperoleh pada masing-
masing perlakuan pada pengamatan hari ke-24 menggunakan perhitungan
kolmogorov smirnov menunjukkan nilai 0,789 yang berarti bahwa data kadar
protein yang diperoleh berdistribusi normal (>0,05). Kemudian berdasarkan uji
homogenitas diperoleh Fhitung 5,474 lebih kecil dari Ftabel 5% (4,07) dan Ftabel 1%
(7,59), sehingga data yang diperoleh bersifat homogen. Berdasarkan hasil analisis
menggunakan anova diperoleh nilai Fhitung (11,721) > Ftabel 5% (4,07) dan Ftabel 1%
(7,59) yang berarti bahwa penambahan konsentrasi garam memberikan pengaruh
yang nyata terhadap kadar protein pada fermentasi wadi ikan tapah sehingga
perlu dilakukan uji lanjutan dengan uji BNJ (HSD).
Berdasarkan hasil uji lanjutan BNJ (LSD) diperoleh hasil pada pengamatan
hari ke-10 bahwa perlakuan A dan B berbeda nyata, A dan C berbeda nyata, B dan
C berbeda nyata dan hasil pada pengamatan hari ke-18 bahwa perlakuan A dan B
berbeda nyata, A dan C berbeda nyata, B dan C berbeda nyata dan hasil uji
lanjutan BNJ (LSD) pada pengamatan hari ke-24 diperoleh hasil bahwa perlakuan
A dan B berbeda nyata, A dan C berbeda nyata, B dan C tidak berbeda nyata.
33
Tabel 12. Hasil Uji kadar lemak wadi ikan tapah (Wallago micropogin) pada
pengamatan hari ke- 18.
Ulangan Perlakuan Jumlah
A B C
I 2.10 1.85 1.75
II 2.00 1.70 1.60
III 2.15 1.80 1.54
Jumlah 6.25 5.35 4.89 16.49
Rata-rata 2.08 1.78 1.63 5.49
34
Tabel 13. Hasil Uji kadar lemak wadi ikan tapah (Wallago micropogin) pada
pengamatan hari ke- 24.
Ulangan Perlakuan Jumlah
A B C
I 1.80 1.60 1.25
II 1.75 1.50 1.40
III 1.60 1.45 1.40
Jumlah 5.15 4.55 4.05 13.75
Rata-rata 1.71 1.51 1.35 4.57
Berdasarkan hasil analisis rata-rata kadar lemak wadi ikan tapah maka
diperoleh nilai rata-rata tertinggi adalah pada pengamatan hari ke-10 dengan nilai
rata-rata 6,4% , kemudian diikuti dengan pengmatan hari ke-18 dengan nilai rata-
rata 5,49%, dan nilai rata-rata yang terendah terdapat pada pengamatan hari ke-24
dengan nilai rata-rata 4,57%.
Berdasarkan uji normalitas data kadar lemak yang diperoleh pada masing-
masing perlakuan pada pengamatan hari ke-10 menggunakan perhitungan
kolmogorov smirnov menunjukkan nilai 0,692 yang berarti bahwa data kadar
lemak yang diperoleh berdistribusi normal (>0,05). Kemudian berdasarkan uji
homogenitas diperoleh Fhitung 3,875 lebih kecil dari Ftabel 5% (4,07) dan Ftabel 1%
(7,59), sehingga data yang diperoleh bersifat homogen. Berdasarkan hasil analisis
menggunakan anova diperoleh nilai Fhitung (6,069) < Ftabel 5% (4,07) dan Ftabel 1%
(7.59). Sehingga tidak dilakukan uji lanjutan.
Berdasarkan uji normalitas data kadar lemak yang diperoleh pada masing-
masing perlakuan pada pengamatan hari ke-18 menggunakan perhitungan
kolmogorov smirnov menunjukkan nilai 0,997 yang berarti bahwa data kadar
lemak yang diperoleh berdistribusi normal (>0,05). Kemudian berdasarkan uji
homogenitas diperoleh Fhitung 0.398 lebih kecil dari Ftabel 5% (4,07) dan Ftabel 1%
(7,59), sehingga data yang diperoleh bersifat homogen. Berdasarkan hasil analisis
menggunakan anova diperoleh nilai Fhitung (20,479) > Ftabel 5% (4.07) dan Ftabel 1%
(7,59) yang berarti bahwa penambahan konsentrasi garam memberikan pengaruh
35
yang nyata terhadap kadar lemak pada fermentasi wadi ikan tapah sehingga perlu
dilakukan uji lanjutan dengan uji BNJ (HSD).
Berdasarkan uji normalitas data kadar lemak yang diperoleh pada masing-
masing perlakuan pada pengamatan hari ke-24 menggunakan perhitungan
kolmogorov smirnov menunjukkan nilai 0,999 yang berarti bahwa data kadar
lemak yang diperoleh berdistribusi normal (>0,05). Kemudian berdasarkan uji
homogenitas diperoleh Fhitung 0,293 lebih kecil dari Ftabel 5% (4,07) dan Ftabel 1%
(7,59), sehingga data yang diperoleh bersifat homogen. Berdasarkan hasil analisis
menggunakan anova diperoleh nilai Fhitung (12,552) > Ftabel 5% (4,07) dan Ftabel 1%
(7,59) yang berarti bahwa penambahan konsentrasi garam memberikan pengaruh
yang nyata terhadap kadar lemak pada fermentasi wadi ikan tapah sehingga perlu
dilakukan uji lanjutan dengan uji BNJ (HSD).
Berdasarkan hasil uji lanjutan BNJ (LSD) pada pengamatan hari ke-18
diperoleh hasil bahwa perlakuan A dan B berbeda nyata, A dan C berbeda nyata,
B dan C tidak berbeda nyata dan hasil uji lanjutan BNJ (LSD) pada pengamatan
hari ke-24 diperoleh hasil bahwa perlakuan A dan B tidak berbeda nyata, A dan C
berbeda nyata, B dan C tidak berbeda nyata
36
A B C
I 2.05 3.20 3.30
II 2.20 3.45 3.25
III 2.15 3.15 3.50
Jumlah 6.40 9.80 10.05 26.25
Rata-rata 2.13 3.26 3.35 8.74
Tabel 15. Hasil Uji kadar abu wadi ikan tapah (Wallago micropogin) pada
pengamatan hari ke- 18.
Ulangan Perlakuan Jumlah
A B C
I 3.12 3.55 3.25
II 2.25 3.60 3.20
III 3.15 3.45 3.35
Jumlah 8.52 10.60 9.80 28.92
Rata-rata 2.84 3.53 3.26 9.63
37
Tabel 16. Hasil Uji kadar abu wadi ikan tapah (Wallago micropogin) pada
pengamatan hari ke- 24.
Ulangan Perlakuan Jumlah
A B C
I 2.40 2.95 3.35
II 2.10 3.20 3.14
III 2.20 3.02 3.40
Jumlah 6.70 9.17 9.89 25.76
Rata-rata 2.23 3.05 3.29 8.57
Berdasarkan hasil analisis rata-rata kadar abu pada fermentasi wadi ikan
tapah, maka diperoleh nilai rata-rata kadar abu tertinggi adalah pada pengamatan
hari ke-18 dengan nilai rata-rata 9,63%, kemudian di ikuti pengamatan pada hari
ke-10 dengan nilai rata-rata 8,74%, dan nilai rata-rata yang terendah adalah
pengamatan pada hari ke-24 dengan nilai rata-rata 8,57%.
Berdasarkan uji normalitas data kadar abu yang diperoleh pada masing-
masing perlakuan pada pengamatan hari ke-10 menggunakan perhitungan
kolmogorov smirnov menunjukkan nilai 0,322 yang berarti bahwa data kadar abu
yang diperoleh berdistribusi normal (>0,05). Kemudian berdasarkan uji
homogenitas diperoleh Fhitung 1,455 lebih kecil dari Ftabel 5% (4,07) dan Ftabel 1%
(7,59), sehingga data yang diperoleh bersifat homogen. Berdasarkan hasil analisis
menggunakan anova diperoleh nilai Fhitung (84,559) > Ftabel 5% (4,07) dan Ftabel 1%
(7,59) yang berarti bahwa penambahan konsentrasi garam memberikan pengaruh
yang nyata terhadap kadar abu pada fermentasi wadi ikan tapah sehingga perlu
dilakukan uji lanjutan dengan uji BNJ (HSD).
Berdasarkan uji normalitas data kadar abu yang diperoleh pada masing-
masing perlakuan pada pengamatan hari ke-18 menggunakan perhitungan
kolmogorov smirnov menunjukkan nilai 0,407 yang berarti bahwa data kadar abu
yang diperoleh berdistribusi normal (>0,05). Kemudian berdasarkan uji
homogenitas diperoleh Fhitung 5,818 lebih kecil dari Ftabel 5% (4,07) dan Ftabel 1%
(7,59), sehingga data yang diperoleh bersifat homogen. Berdasarkan hasil analisis
38
menggunakan anova diperoleh nilai Fhitung (4,033) < Ftabel 5% (4,07) dan Ftabel 1%
(7,59). Sehingga tidak dilakukan uji lanjutan.
Berdasarkan uji normalitas data kadar abu yang diperoleh pada masing-
masing perlakuan pada pengamatan hari ke-24 menggunakan perhitungan
kolmogorov smirnov menunjukkan nilai 0,695 yang berarti bahwa data kadar abu
yang diperoleh berdistribusi normal (>0,05). Kemudian berdasarkan uji
homogenitas diperoleh Fhitung 0,053 lebih kecil dari Ftabel 5% (4,07) dan Ftabel 1%
(7,59), sehingga data yang diperoleh bersifat homogen. Berdasarkan hasil analisis
menggunakan anova diperoleh nilai Fhitung (47,445) > Ftabel 5% (4,07) dan Ftabel 1%
(7,59) yang berarti bahwa penambahan konsentrasi garam memberikan pengaruh
yang nyata terhadap kadar abu pada fermentasi wadi ikan tapah sehingga perlu
dilakukan uji lanjutan dengan uji BNJ (HSD).
Berdasarkan hasil uji lanjutan BNJ (LSD) pada pengamatan hari ke-10
diperoleh hasil bahwa perlakuan A dan B berbeda nyata, A dan C berbeda nyata,
B dan C tidak berbeda nyata. Dan hasil uji lanjutan BNJ (LSD) pada pengamatan
hari ke-24 diperoleh hasil bahwa perlakuan A dan B berbeda nyata, A dan C
berbeda nyata, B dan C tidak berbeda nyata
39
A B C
I 6.73 6.87 7.00
II 6.75 6.65 6.85
III 6.15 6.10 6.70
Jumlah 19.63 19.62 20.55 59.80
Rata-rata 6.54 6.54 6.85 19.93
Tabel 18. Hasil Uji kadar karbohidrat wadi ikan tapah (Wallago micropogin) pada
pengamatan hari ke- 18.
Ulangan Perlakuan Jumlah
A B C
I 6.85 6.10 6.90
II 6.80 6.15 6.75
III 6.12 6.75 6.26
Jumlah 19.77 19.00 19.91 58.68
Rata-rata 6.59 6.33 6.63 19.55
40
Tabel 19. Hasil Uji kadar karbohidrat wadi ikan tapah (Wallago micropogin) pada
pengamatan hari ke- 24.
Ulangan Perlakuan Jumlah
A B C
I 6.85 6.45 6.55
II 6.90 6.20 6.96
III 7.20 6.53 6.90
Jumlah 20.95 19.18 20.41 60.54
Rata-rata 6.98 6.39 6.80 20.17
Hari ke
18
A 5.9 5.7 5.7 5.2
B 5.2 5.4 5.7 5.6
C 4.7 5.3 5.4 5.7
Hari ke 24
A 5.4 5.0 5.2 4.7
B 5.0 4.5 5.0 4.5
C 4.4 4.4 4.6 4.3
43
A.Rasa
Rasa adalah sifat bahan yang dapat diterima dengan indera perasa. Untuk
melakukan penilaian terhadap rasa kita melibatkan panca indera lidah. Rasa
sangat sulit dimengerti secara tuntas oleh karena selera manusia sangat beragam.
Umumnya makanan terdiri dari satu kelompok rasa saja, tetapi merupakan
gabungan dari berbagai rasa yang terpadu sehingga menimbulkan rasa makanan
yang enak. Rasa secara umum dapat dibedakan menjadi asin, asam, pahit dan
asam (Putra, 2013).
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap rasa fermentasi wadi ikan tapah nilai
rata- rata tertinggi pada wadi ikan tapah pada hari ke-10 adalah perlakuan A(7,6)
di ikuti perlakuan B(7,1), dan perlakuan C(6,2). Untuk hari ke-18 nilai rata-rata
tertinggi adalah perlakuan A(5,9) di ikuti dengan perlakuan B(5,2) dan perlakuan
C(4,7). Untuk hari ke-24 nilai rata-rata tertinggi adalah perlakuan A(5,4), di ikuti
dengan perlakuan B(5,0) dan perlakuan C(4,4).
Perubahan bau dan citarasa disebabkan karena aktivitas mikroba terutama
bakteri yang mengurai protein menjadi senyawa-senyawa sederhana. Senyawa
penyebab kerusakan bau dan cita rasa ini antaralain golongan amin, karboni,
komponen sulfur (golongan sulfide misalnya dimetil sulfide, dimetil tri sulfide,
metal merkaptan, hydrogen sulfida), senyawa golongan asetal dehid, senyawa-
senyawa yang mudah menguap lainnya. Demikian pula trimetil amin, penyebab
bau amis pada ikan (Zaverius, 2006).
44
B. Rupa/Warna
Warna adalah ciri-ciri bahan yang dapat dikenali melalui indera mata dan
warna mempunyai arti dan peranan yang sangat penting pada komoditas pangan ,
peranan itu sangat nyata pada tiga hal yaitu, daya tarik, tanda pengenal dan atribut
mutu (Petrus, 2009).
Warna mempunyai arti dan peranan sangat penting. Pada produk pangan
warna merupakan sifat produk yang dipandang sebagai sifat (obyektif) dan sifat
organoleptik (subyektif). Warna akan mempengaruhi selera konsumen dalam
menilai produk makanan. Bila warna produk tidak cocok selera konsumen, maka
produk tersebut tidak akan dipilih, walaupun nilai gizinya dari produk tersebut
tinggi (Zaverius, 2006).
Nilai rata-rata tertinggi pada warna fermentasi wadi ikan tapah pada hari
ke-10 adalah perlakuan7 A(7,9) di ikuti perlakuan B(7,5) dan perlakuan C(7,4).
Untuk hari ke-18 nilai rata-rata tertinggi adalah perlakuan A(5,7) di ikuti dengan
perlakuan B(5,4) dan perlakuan C(5,3). Untuk hari ke-24 nilai rata-rata tertinggi
adalah perlakuan A(5,0), di ikuti dengan perlakuan B(4,5) dan perlakuan C(4,4).
Selama penyimpanan tidak ditemukan jamur pada semua perlakuan, akan
tetapi ada sedikit perubahan warna pada sample yaitu timbulnya warna coklat
pada daging ikan hal ini kemungkinan terjadi karena pengaruh adanya bahan
tambahan dan kadar garam yang larut pada daging ikan.
C. Bau/Aroma
Menurut kartika dkk, 1987 dalam Petrus, 2009, merupakan salah satu faktor
yang menentukan mutu produk olahan, aroma juga dapat didefenisikan sebagai
sesuatu yang dapat diamati dengan indera pembau. Untuk dapat menghasilkan
bau, zat harus dapat menguap, sedikit larut dalam air dan sedikit dapat larut dalam
lemak. Aroma merupakan sesuatu yang dapat diamati dengan indera pembau
(Syarwati, 2006).
Dari hasil pengamatan terhadap aroma fermentasi wadi ikan tapah
menunjukkan nilai rata-rata tertinggi pada pengamatan hari ke-10 adalah
perlakuan A(7,3) di ikuti perlakuan B(7,0) dan perlakuan C(6,7). Untuk hari ke-18
45
nilai rata-rat tertinggi adalah perlakuan A(5,7) di ikuti perlakuan B(5,7) dan
perlakuan C(5,4). Untuk hari ke-24 nilai rata-rata tertinggi adalah perlakuan
A(5,0) di ikuti perlakuan B(5,0) dan di ikuti perlakuan C(4,6).
Dari hasil uji tanda yang diperoleh dari fermentasi wadi ikan tapah, dari hari
ke-10 sampai hari ke-24, secara keseluruhan hasilnya berbeda sangat nyata.
Perubahan aroma ini disebabkan karna selama pengemasan terjadi oksidasi yang
menghasilkan bau tengik.
D. Tekstur
Tekstur merupakan segi penting dari mutu produk dan dapat mempengaruhi
cita produk tersebut. Ciri yang paling sering diamati adalah kekerasan,
kekohesifan dan kandungan air (Syarwani, 2006).
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap tekstur fermentasi wadi ikan tapah
nilai rata-rata tertinggi pada wadi ikan pada hari ke-10 adalah perlakuan A(6,7) di
ikuti perlakuan B(6,4) dan perlakuan C(5,9). Untuk hari ke-18 adalah perlakuan
C(5,7) di ikuti perlakuan B(5,6) dan perlakuan A(5,2). Untuk hari ke-24 adalah
perlakuan A(4,7) di ikuti perlakuan B(4,5) dan perlakuan C(4,3).
Setelah hari pengamatan ke-24, ternyata semua perlakuan mengalami
penurunan. Penurunan nilai tekstur yang ada kemungkinan disebabkan karena
kurang ketelitian dalam pemberian spesifikasi nilai dan tidak adanya panelis yang
betul-betul ahli dalam uji organoleptik khusus nya pada sampel wadi ikan ini.
Tekstur yang berbeda disetiap perlakuan kemungkinan disebabkan oleh
konsentrasi garam yang diberikan yang terlalu tinggi.
46
Nilai rata-rata uji indeks efektivitas fermentasi wadi ikan tapah pada
pengamatan hari ke-18 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Perlakuan Nilai Rata-Rata
A 0,592
B 0,541
C 0,489
Nilai rata-rata uji indeks efektivitas fermentasi wadi ikan tapah pada
pengamatan hari ke-24 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Perlakuan Nilai Rata-Rata
A 0,474
B 0,539
C 0,475
47
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa uji kimia dan organoleptik yang dilakukan
terhadap fermentasi wadi ikan tapah (Wallago micropogin) dengan pemberian
garam dengan presentase yang berbeda dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Berdasarkan uji kimia yang diperoleh, nilai rata-rata tertinggi untuk kadar air
dengan nilai 234,64% pada pengamatan hari ke-24, sedangkan nilai rata-rata
tertinggi pada kadar protein dengan nilai 37,54% pada pengamatan hari ke-10,
nilai rata-rata tertinggi karbohidrat dengan nilai 20,17% pada pengamatan hari
ke-24, sedangkan nilai terendah untuk kadar lemak dengan dengan nilai 4,57
pada pengamatan ke-24, dan nilai rata-rata terendah untuk kadar abu dengan
nilai 8,57% pada pengamatan hari ke-24.
b. Berdasarkan uji organoleptik yang dilaksanakan , berdasarkan nilai rata-rata
urutan yang tertinggi adalah rasa dengan nilai 7,6 rupa atau warna dengan nilai
7,9 , bau atau aroma dengan nilai 7,3 sedangkan pada tekstur dengan nilai 6,7
pada pengamatan hari ke-10 dengan konsentrasi garam 15%.
c. Berdasarkan perhitungan menggunakan metode indeks efektivitas, fermentasi
wadi ikan tapah ditunjukkan berdasarkan data dari kadar uji kimia dan uji
organoleptik, perlakuan terbaik pada penelitian ini yaitu menggunakan
konsentrasi garam 15% pada hari ke 10.
5.2 Saran
Dalam penelitian ini hanya meneliti kadar protein, kadar air, kadar
karbohidrat, kadar lemak, kadar abu dan uji organoleptik, maka disarankan adanya
penelitian lanjutan agar meneliti mikrobiologinya dan untuk mencari alternative
cara yang lain untuk mengurangi penggunaan garam yang tinggi.