Jakarta, 2020
A. PENDAHULUAN
PENTINGNYA SEAFOOD SAFETY
Food Safety : Kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis,
kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu,
merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia
Meningkatnya kesadaran pangan aman = pangan yang
tidak mengandung bahaya biologi/mikrobiologi, kimia
dan fisik
Jumlah penduduk kebutuhan pangan lahan produksi
pangan terbatas kebutuhan teknologi pangan
berkembang
Rantai penyediaan makanan bertambah panjang
bertambah besar resiko keamanan pangan yang dapat
menjadi penyebab keracunan makanan
LANJUTAN
Keamanan pangan merupakan syarat penting yang
harus melekat pada pangan yang akan dikonsumsi
oleh semua masyarakat Indonesia
Keamanan pangan bukan sekedar issue dunia
tetapi lebih kepada kepedulian individu dan
menjadi pertimbangan utama dalam perdagangan
Kurangnya perhatian terhadap hal ini, telah sering
mengakibatkan terjadinya dampak berupa
penurunan kesehatan konsumennya, mulai dari
keracunan makanan akibat tidak higienisnya
proses penyimpanan dan penyajian sampai risiko
munculnya penyakit kanker akibat penggunaan
bahan tambahan (food additive) yang berbahaya.
FOODBORNE DISEASES
WHO mendefinisikan sebagai penyakit yang umumnya
bersifat infeksi atau racun, yang disebabkan oleh
agent yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan
yang di cerna
Lebih dari 90% terjadinya penyakit pada manusia yang
terkait dengan makanan (Foodborne diseases)
disebabkan oleh kontaminasi mikrobiologi
Contoh kasus di Perancis (1991), dari 647 kasus
keracunan makanan, 565 (87%) karena
mikroorganisme (84% Salmonella, 8% Staphylococcus,
4% Clostridium)
Penyakit (biasanya sakit perut, diarea, muntah, dan
pusing) setelah 1-36 jam atau lebih mengkonsumsi
makanan yang mengandung bahan berbahaya untuk
kesehatan
PRODUK INDONESIA YANG BERMASALAH DI LUAR
NEGERI & BAHAN BAHAYA YANG
TERINDENTIFIKASI
Sumber : BPOM
PERAN STAKEHOLDER DALAM
KEAMANAN PANGAN
B. KEAMANAN PANGAN HASIL
PERIKANAN
Kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
mencegah pangan hasil perikanan dari
kemungkinan cemaran biologis, kimia dan
benda lain (fisik) yang dapat mengganggu,
merugikan dan membahayakan kesehatan
manusia
Hazard keamanan pangan :
1. Hazard biologi
2. Hazard kimia
3. Hazard fisik
4. Penggunaan BTP yang tidak benar
TREND KEAMANAN PANGAN GLOBAL
B.1. HAZARD BIOLOGI
Yaitu materi berbahaya bagi kesehatan
manusia (hazard) karena :
a. Kontaminasi dari hazard yang secara
alamiah tidak terdapat dalam ikan dan
sejenisnya
b. Hazard yang secara alami ada dalam ikan
dan sejenisnya
c. Hazard yang secara normal tidak ada dalam
ikan dan sejenisnya, namun dapat timbul
sewaktu-waktu karena kondisi lingkungan
dan musim
Hazard biologi : Mikroorganisme/Bakteri
pathogen, toxin hayati, parasit, virus
MENGAPA KONTAMINASI
MIKROORGANISME TERJADI?
Kontaminasi:
Karena pemanasan tidak benar 47%
Kontaminasi karena manusia 32%
Kontaminasi karena lingkungan 15%
Pertumbuhan:
Lamanya penggudangan 34%
Penyimpanan dingin yang tidak cukup 19%
KELOMPOK MIKROORGANISME/BAKTERI
PATHOGEN
Salmonella sp
Facultative an aerob, gram -, mesophilik, Enterobacteria,
terdiri dari ± 2.000 sorotype, hampir seluruhnya bersifat
pathogen
Habitat alami : saluran pencernaan binatang berdarah panas
dan manusia
Suhu : 5.2oC – 46.2oC (Peningkatan kecepatan pertumbuhan
pada 10oC)
PH : 3.7 – 9.5
Tidak tahan pemanasan (suhu pemasakan)
Kasus Salmonella pada makanan yang dimasak, artinya
pemanasan tidak cukup atau karena kontaminasi silang
Penyakit berkembang setelah 8 hari atau lebih (misal tipus).
Setelah sembuh, pasien tidak boleh memproses makanan
Gejala : demam, sakit perut, diarrhea, dan muntah-muntah.
Gejala akan terlihat antara 12-24 jam setelah kontaminasi,
tetapi dapat juga antara 6-24 jam
Pengendalian : Control suhu, Pencegahan kontaminasi silang,
personal hygiene
Hazard Type: BIOLOGY | #Bacteria Name : Salmonella spp
Characteristic: anaerobic facultative, gram-, illness: salmonellosis, diarrhea,
Enterobacteriacea, mesophilic fever, typhoid type - Serious
source: Intestine of mammals, birds, amphibians and reptiles
Transmission: Cross-contamination, human contamination, sewage pollution
of coastal waters
Control: temperature control, preventing cross-contamination, personal hygiene
MID: from<102 to >106
Thermic Qty
stability: Level:
Main concern:
Other info: 6 subspecies – S. enterica (1500 serotypes)
a. Min. aw (using salt) : 0,94
b. Min pH : 3,7
c. Max pH : 9,5
d. max. water phase salt % : 8
e. min. temp. (°C): 5,2
f. max. temp. (°C): 46,2
g. oxygen requirement: facultative anaerobe
Vibrio cholerae
Facultative an aerob
Terdiri dari 2 jenis yaitu Vibrio cholerae 01 dan non 01
Vibrio cholerae 01 :
Lebih berbahaya, penyebab cholerae yang biasanya
bersifat endemik, penyebarannya melalui serangga
atau debu dan yang lainnya
Vibrio cholerae non 01:
menyebabkan gastoenteritis, juga dapat
menyebabkan septicemia, luka, dan infeksi pada
pendengaran
Umumnya ditemukan di muara, teluk, dan air
payau; jumlahnya meningkat selama musim panas
Gejala: diarrhea, dehidrasi, kekurangan garam
meninggal
PH 5 – 10
Suhu 10oC – 43oC
Pengendalian : Pencegahan kontaminasi silang, Bahan
baku berasal dari perairan yang dimonitor, Sensitif
terhadap panas, asam dan pendinginan
Hazard Type: BIOLOGY | #Bacteria Name : Vibrio cholerae
Characteristic: illness: infection – Cholera (O1 &
O139 strains; epidemic diseases),
gastroenteritis - diarrhea
Naturally occurring in estuaries, bays and brackish water,
source:
fecal contamination / role in the development of the disease
Transmission: Contaminated water, cross-contamination from raw to cooked seafood,
consumption of contaminated raw seafood
preventing cross-contamination, Harvesting
Control: from approved waters
very sensitive to heat, acid and cooling (however not preventive measure
MID: HIGH
Thermic stability:
Qty Level:
Main concern: shellfish, shrimps
Other info: 130 serotypes only 2 types are cholerae associated
a. Min. aw (using salt) : 0,97
b. Min pH : 5
c. Max pH : 10
d. max. water phase salt % : 6
e. min. temp. (°C): 10
f. max. temp. (°C): 43
g. oxygen requirement: facultative anaerob
Heat Resistance D55 = 0.24 min
Vibrio parahaemolyticus
An aerob facultative
Vibrio parahaemotyticus berasal dari air pantai (dengan
kadar garam tertentu)
PH 4.8 – 11
Suhu 5oC – 45.3oC
Penyebaran : kontaminasi air, kontaminasi dari bahan
mentah ke produk masak, mengkonsumsi bahan mentah
yang terkontaminasi
Penyebab 40% keracunan makanan di Jepang yang
disebabkan mereka makan ikan mentah atau kerang
mentah
Gejala: sakit perut, mual, muntah, dan diarrhea setelah
±2 jam terinfeksi sampai 48 jam setelah terinfeksi.
Biasanya sakit 1-2 hari
Pengendalian : Mencegah kontaminasi pada produk masak
(chilling storage), Suhu <10oC memperlambat pertumbuhan
Hazard Type: BIOLOGY | #Bacteria Name : Vibrio parahaemolyticus
Characteristic: illness: infection – gastroenteritis
(diarrhea) depend on dose
source: Naturally occurring in estuaries and other coastal areas throughout the world
Transmission: Contaminated water, cross-contamination from raw to cooked seafood,
consumption of contaminated raw seafood
Control: preventing cross-contamination of cooked seafood/maintain chilled conditions
Very Heat Sensitive
MID: HIGH
Thermic stability: Qty
Level:
Main concern:
shellfish, shrimps
Other info:
a. Min. aw (using salt) : 0,94
b. Min pH : 4,8
c. Max pH : 11
d. max. water phase salt % : 10
e. min. temp. (°C): 5
f. max. temp. (°C): 45,3
g. oxygen requirement: facultative anaerob
Heat Resistance D60 = 0.71 min
Vibrio vulnificus
An aerob facultative, Mesophilik
PH 5 – 10
Suhu 8oC – 43oC
Penyebaran : kontaminasi air, kontaminasi dari bahan
mentah ke produk masak, mengkonsumsi bahan mentah
yang terkontaminasi
Menyebabkan penyakit terutama pada orang tua (usia
lanjut) dan anak berupa Gangguan pencernaan, dan lain-
lain.
Pengendalian : menurunkan suhu atau pemanasan dapat
mengurangi resiko, pencegahan kontaminasi silang,
monitoring kualitas air disumber bahan baku
Hazard Type: BIOLOGY | #Bacteria Name : Vibrio vulnificus
Characteristic: mesophilic, grows poorly < 15ºC illness: infection
bruises, septicemia
source: Naturally occurring in marine environment
Transmission: Contaminated water, cross-contamination from raw to cooked seafood,
consumption of contaminated raw seafood
preventing cross-contamination of cooked seafood, water of harvest
Control: areas; cooling
water of harvest areas; cooling.
MID: HIGH
Thermic Qty
stability: Level:
Main concern: oysters, clams, crabs
Other info:
a. Min. aw (using salt) : 0,96
b. Min pH : 5
c. Max pH : 10
d. max. water phase salt % : 5
e. min. temp. (°C): 8
f. max. temp. (°C): 43
g. oxygen requirement: facultative anaerob
Heat Resistance D50 = 1.15 min (buffer); 0.66 min (oysters)
Shigella
Kelompok Enterobacteria, anaerobic
facultative, gram-, mesophillic
PH 4.8 – 9.3
Suhu 6.1oC – 47.1oC
Menginfeksi melalui kontaminasi silang dari
karyawan, penanganan yang salah setelah
penangkapan dan dari lingkungan asal bahan
baku
Gejala: diarrhea, muntah-muntah, feses
berdarah
Dosis menginfeksi lebih rendah dibanding
Salmonella sp dan Vibrio sp
Hazard Type: BIOLOGY | #Bacteria Name : Shigella spp
Characteristic: anaerobic facultative, gram-, illness: Shigellosis – intestinal infection
Enterobacteriacea, mesophillic Severe
source: Intestine of humans and primates
Transmission: Contamination from workers, sewage pollution of coastal waters,
contamination of seafood after harvest
Control: Personal hygiene, preventing human waste contamination of water
supplies, preventing ill people or carriers from working with food
MID: 10-102
Thermic stability:
Qty Level:
Main concern:
Other info: closely related with Escherichia
sensitive to salting and heating; do not grow below 6ºC
a. Min. aw (using salt) : 0,96
b. Min pH : 4,8
c. Max pH : 9,3
d. max. water phase salt % : 5,2
e. min. temp. (°C): 6,1
f. max. temp. (°C): 47,1
g. oxygen requirement: facultative anaerob
Staphilocaoccus aureus
anaerobic facultative, gram+, mesophilic, poor
competitors
Penyebaran : kontaminasi dari karyawan atau
peralatan
Bila bahan pangan dipanaskan – bakteri mati
(kompetitor<) – kontaminasi Staphylococcus aureus >
berkembang
For growing : Aw 0.83, PH 4 – 10; Suhu 7 oC – 50oC
For toxin (jumlah ≥500.000 ): Aw 0.85, PH 4 – 9.8;
Suhu 10oC – 21oC selama 12 jam; Suhu ≥ 21 oC selama 3
jam.
Gejala keracunan : ± 2 – jam setelah konsumsi; pusing,
sakit kepala, mual, sakit perut hebat disertai diare
Pengendalian : control suhu dan waktu, personal
hygiene, sanitasi
Hazard Type: BIOLOGY | #Bacteria Name : Staphilocaoccus aureus
Characteristic: anaerobic facultative, gram+, illness: gastroenteritis, med/high severity
meso., poor competitors primary. Lasts 24-48h.
source: Humans and animals, air, dust, sewage
Transmission: Contamination of food by workers or equipment
Control: Time/temperature control, personal hygiene, sanitation
MID: 105-106
Thermic stability:
high Qty Level:
Main concern:
Other info: Toxin formation - Exposure times greater than 3 hours for temperatures
above 21°C
* for growing:
a. Min. aw (using salt) : 0,83
b. Min pH : 4
c. Max pH : 10
d. max. water phase salt % : 20
e. min. temp. (°C): 7
f. max. temp. (°C): 50
g. oxygen requirement: facultative anaerob
**for toxin:
a. Min. aw (using salt) : 0,85
b. Min pH : 4
c. Max pH : 9,8
d. max. water phase salt % : 10
e. min. temp. (°C): 10
f. max. temp. (°C): 48
g. oxygen requirement: -
Clostridium botulinum
Anaerobic, spore forming, gram+, Preformed
Toxin
Minimal Aw : 0,935
Ph : 4.6 – 9
Suhu : 10oC – 40oC
D121 (spore) : 0.25 menit
Dapat memproduksi endotoxin, sangat
beracun, menyebabkan kematian
Hazard Type: BIOLOGY | #Bacteria Name : Clostridium botulinum
Characteristic: Anaerobic, spore forming, illness: Botulism, death
gram+, Preformed Toxin HIGH Severity
source: Soils, sediments, intestinal tracts of fish/mamals,
gills and viscera of crabs and other shelfish
Transmission: spores present in raw foods, etc
Control: 12D121oC (spores) /0.25min --> F0=3 min
MID: -
Thermic Qty
stability: Low Level: <0.1 spores/g fish
Main concern: Canning, Vacuum packaging
Mikroorganisme
produsen Tetrodotoxin
V. Alginolyticus
V. Damsela
Tetrodotoxin dalam air Staphylococcus
laut Bacillus sp
Psendomguas sp
Plankton Sedimen
Gastropoda
Cacing
kecil
Nitrate, dll
Dengan penambahan bahan pengawet membuat
makanan lebih mudah disimpan, ditransportasikan,
serta mudah diperoleh oleh konsumen
ANTIOKSIDAN
Antioksidan dapat berfungsi sebagai
penghambat/pencegah kerusakan minyak,
vitamin yang terlarut, karena proses oksidasi
Antioksidan yang banyak digunakan dalam
makanan yaitu Butilated Hydroksi Anisol (BHA)
dan Butilated Hydroksi Toeuene (BHT)
Pemakaian BHA dan BHT yang tinggi dapat
menyebabkan kanker pada hewan percobaan,
tetapi bila pemakaian dalam jumlah kecil
seperti yang disyaratkan tidak berbahaya
Antioksidan lain: vitamin C (L – ascorbic acid)
PENGEMULSI
Pengemulsi disebut juga emulgator, digunakan
untuk membuat air dan minyak menjadi
tercampur dengan baik
ADP
energi
AMP
energi NH3
Adenosine IMP
NH3
Inosine
Hypoxanthine
Xanthine
3. Perubahan Asam Amino
Perubahan asam amino bebas fase post rigor
akibat aktivitas mikroorganisme menurunnya
flavor ikan (off flavor)
Asam amino (sistein dan metionin) mengandung
sulfur . Saat mati senyawa sulfida (off favor)
Asam amino, lepaskan sulfur, bereaksi dengan
haemocyanin (dalam darah) menimbulkan
warna kebiruan pada kepiting dan rajungan
Asam amino histidin, diuraikan oleh
miroorganisme yang menghasilkan enzim
dekarboksilase ( Hafnia, Klebsiella, Escherichia,
Clostridium, Enterobacter, Proteus) histamin
4. Perubahan TMA-O
TMA-O :
Pada suhu chilling /ruang, akan terjadi reaksi
mikrobiologis, menghasilkan TMA
Pada suhu beku akan terjadi reaksi autolisis,
menghasilkan TMA, DMA, Formaldehide
Kandungan TMA-O:
Ikan bertulang keras: 100 – 400 μg/100 g
Ikan elasmo branch: 500 – 1500 μg/100 g
Crustaceae: 250 mg/100 g
Ikan air tawar: sangat kecil
5. Perubahan Urea
Ikan bertulang keras: 0 – 3mg/100 g
Elasmobranch (tulang rawan): 1000 – 2000 mg/100
g
Fungsi sebagai detoksifikasi amoniak dan pengatur
tekanan osmosis
Ikan mati aktivitas mikroorganisme /enzim
Urea amoniak
Kategori FDA :