Anda di halaman 1dari 39

Penyakit Bakterial

Pada Ikan
KONSEP KEJADIAN PENYAKIT
DALAM AKUAKULTUR

Disease Kejadian penyakit dalam


Lingkungan occur akuakultur:
akibat ketidak seimbangan
interaksi tiga komponen
meliputi inang, patogen dan
lingkungan. Semakin tidak
Patogen Inang seimbang, maka kemungkinan
kejadian penyakit akan
semakin besar (pergerakan
lingkaran akan semakin menuju
ke arah dalam) karena interaksi
ketiga komponen semakin
H (A + S2) = D besar.
H: Inang A: Patogen/agen biologi
D: Kejadian penyakit S: Lingkungan
Jenis Bakteri Penyebab Penyakit
pada Ikan
Ada dua tipe bakteri patogen penyebab penyakit pada ikan:
1. Primary or obligat pathogen, merupakan bagian dari flora
normal akuatik dapat menyebabkan penyakit pada individu yang
sehat. Misal Renibacterium salmoninarum.
2. Opportunistic pathogens, hidup bebas sebagai flora normal,
baik pada ikan ataupun di air, tetapi dapat menjadi patogenik
pada kondisi tertentu. Banyak diantaranya yang bersifat
saprofitik, hidup pada baha-bahan organik (ikan mati), feses
dsb. Contohnya Aeromonas hydrophila, Pseudomonas, Vibrio.
JENIS PENYAKIT BAKTERIAL PADA
IKAN
Jenis Penyakit Nama Penyakit
Bakteri Gram Negatif
Vibrio anguilarum Vibriosis
V. harveyi Luminescent disease/ udang menyala
Aeromonas salmonicida Furunculosis
A. hydrophila Motile Aeromonad Septicaemia (MAS)
Edwardsiella tarda / E. ictaluri Edwardsielosis
Yersinia ruckeri Enteric Redmouth Disease
Pseudomanas fluorescens Septicaemia/ septikemia
Cythophaga spp. Fin Root Disease
Flexibacter columnaris Columnaris Disease
Flavobacterium sp. Penyakit Insang
JENIS PENYAKIT BAKTERIAL PADA
IKAN
Jenis Penyakit Nama Penyakit
Bakteri Gram Positif
Renibacterium salmoninarum Penyakit Ginjal ikan
Staphylococcus epidermidis Staphylococcosis
Streptococcus spp. Streptococcosis

Bakteri Gram Positif Tahan Asam


Mycobacterium marinum Mycobacteriosis
Nocardia kampachi Nocardiosis
1. Motile Aeromonas Septicaemia
(MAS)
 Nama penyakit : Motile Aeromonas Septicaemia (MAS) /bacterial
hemorrhagic septicaemia (BHS), hemorrhagic septicaemia
 Penyebab : Aeromonas hydrophila berbentuk batang; sel
berukuran 0.8-1.0 X 1.0-3.5 mikron dan bersifat motil; patogen ini
bersifat oportunistik.

 Sebaran geografi : seluruh dunia


 Inang target : semua spesies ikan, kodok, kura-kura, ular
 Epizootiologi :
a) Bakteri terdapat di badan air dan berasosiasi dengan organisme akuatik
lainnya
b) Kejadian penyakit meningkat saat ikan mengalami stres, kualitas air
memburuk, suhu > 10 oC, atau adanya luka sebagai jalan masuk bakteri
A. hydrophila
1. Motile Aeromonas Septicaemia
(MAS)
Tanda-tanda penyakit:
• Preacute: kematian terjadi
tanpa adanya gejala klinis
• Acute : adanya hemoragi
pada insang atau saluran
darah (eksternal) dan Skin inflamation of MAS Disease in koi
hemoragi pada beberapa organ
dalam disertai adanya cairan
darah pada rongga perut
• Kronis : adanya borok (abses)
pada tubuh ikan
1. Motile Aeromonas Septicaemia
(MAS)

• Ikan terinfeksi terlihat tidak mau makan, letargik


(lemah),
• pergerakan renang lambat dan bergerak ke tempat
dangkal,
• ikan hilang keseimbangan, pendarahan,
• sirip terkoyak dan lesi epidermal (rusaknya jaringan)
akan menjadi nekrosis dan berkembang menjadi luka
terbuka dan dalam.
Sehat

Angka, 2005
Ikan sakit MAS
1. Motile Aeromonas Septicaemia
(MAS)

Prosedur diagnosa:
1. Pengamatan ciri-ciri luar
2. Isolasi bakteri patogen
diambil dari ginjal
bagian posterior
Aeromonas hydrophila
(belakang) lalu di
tumbuhkan pada media
non selektif (Misal: TSA)
atau menggunakan
media selektif (Rimler-
Shotts (RS) Medium).
2. Furunculosis

 Nama penyakit : Furunculosis


 Penyebab : Aeromonas salmonicida, batang Gram
negatif, non motil; patogen ini bersifat obligat.
 Sebaran geografi : hampir seluruh dunia
 Inang target : semua spesies ikan air tawar,
beberapa ikan air laut (salmon)
 Epizootiologi :
a) Kejadian penyakit meningkat pada saat suhu meningkat
>8oC
2. Furunculosis

• Secara alamiah penyakit ini menyebar secara:


a) Vertikal: melalui transovarium
b) Horizontal : melalui rantai makanan, predasi.
Penularan horizontal lainnya adalah melalui kontak
persinggungan luka secara mekanik, insang dan anus.
• Di Indonesia, Furunkulosis termasuk penyakit ikan
karantina golongan I dan diwaspadai dalam lalu lintas
perdagangan ikan.
2. Furunculosis

• Diagnosa didasarkan pada pengamatan ciri-ciri gejala klinis,


isolasi dan identifikasi patogen. Isolasi awal dari ginjal pada
media TSA atau BHIA, suhu 20-25°C, 24-48 jam.
• Berbentuk batang pendek (1-2 x 0.8 μm), non motile, Gram
negatif. Karakteristik uji biokimianya berupa :oksidase
positif, glukosa positif, dan gelatinase positif.
• Membentuk brown diffusing pigment yang membuat media
berwarna kecoklatan.
• Teknik imunologis digunakan untuk diagnosa cepat
furunculosis:
- ELISA (enzime-linked immunosorbent assay)
- FAT (fluorescent antibody technique) atau aglutinasi test.
Aeromonas
salmonicida
colonies on
TSA exhibiting
diffusable
brown
pigment on
the left half;
on the right
half is the
nonpigmented
Enterobacter
aerogenes.
Furunculosis in trout
3. Columnaris Disease

 Nama penyakit : Columnaris disease, “Black Patch Ne-crosis",


"Peduncle Disease", "Cotton wall Disease", "Fin Rot”
 Penyebab : Flexibacter (Cytophaga) columnaris (air tawar);
F. maritimus (laut)
 Sebaran geografi : hampir seluruh dunia
 Inang target : semua spesies ikan air tawar
 Epizootiologi :
a) Merupakan flora normal pada lingkungan akuatik
b) Menginfeksi semua stadia umur ikan, mortalits mencapai 100%
c) Kejadian penyakit menigkat pada saat suhu >14oC, oksigen rendah,
amoniak tinggi
3. Columnaris Disease

F. columnaris,
merupakan bakteri
Gram negatif
khromogenik,
menghasilkan pigmen
kuning-hijau pucat
pada media isolasi.
Bakteri ini berbentuk
batang panjang halus
berukuran 0.50-1.0 X
1.0-4.0 mikron,
bergerak dengan
menggulir atau
menggelinding.
3. Columnaris Disease

• Gejala infeksi yang terjadi pada ikan air tawar dan


laut mirip satu sama lainnya.
• Gejala klinis yang terlihat pada awal infeksi adalah
terbentuknya bintik putih keabuan di kepala, insang,
sirip dan tubuh dikelilingi zone hemorhagik.
• Lesi ini akan berkembang menjadi ulser yang
berwarna kuning atau orange, membentuk luka
dalam (seperti tapal kuda) dan bakterimia,
sedangkan pada sirip terutama sirip ekor terlihat
sobek dan terurai; nekrosis insang sehingga ikan
mengalami kesukaran bernafas.
4. Edwardsiella tarda septicaemia

 Nama penyakit : Edwardiellosis


 Penyebab : Edwardsiella tarda
 Sebaran geografi : USA, Asia
 Inang target : chanel catfish (Ictalurus punctatus), ikan mas
(Cyprinus carpio), mas koki (Carassius auratus), chinook salmon, eel
air tawar, tilapia
 Epizootiologi :
a) Infeksi terjadi pada saat suhu air tinggi > 30oC, dan kandungan
bahan organik tinggi
b) Diduga merupakan jenis flora normal yang berasosiasi pada
permukaan tubuh ikan tertentu
4. Edwardsiella tarda septicaemia

Gejala umum:
• letargik, ikan terapung di permukaan air,
• depigmentasi kulit, exophthalmus,
• nekrosis kulit,
• hiperemi dan perdarahan bintik pada sirip,
• daerah anal membengkak dan penonjolan rektum.

 Pada channel catfish, penyakit diawali dengan adanya luka kecil


pada kulit yang berkembang menjadi absces (bengkak) besar pada
otot. Absces berisi gas yang berbau busuk dan jaringan yang
mengalami nekrosis (kerusakan).

 Pada tilapia, ditandai dengan pudarnya warna tubuh, cairan darah


pada rongga perut, hemorragi pada anus dan mata menjadi gelap.
Terdapat bintik-bintik putih pada hari, ginjal, limfa dan insang
Fig. 3. Gross pathology of adult zebrafish infected intraperitoneally with E.
tarda. Fish were infected with 105 CFU E. tarda and subsequently
examined at 2 dpi for signs of infection and clinical disease. (A and B) Control
fish were injected with 10 mL PBS. (C and D) Infected fish were
injected ip with 105 CFU E. tarda
5. Enteric Septicemia of Catfish
(ESC)

 Nama penyakit : Enteric Septicemia of Catfish (ESC)


 Penyebab : Edwardsiella ictaluri, Gram negatif , batang,
tidak membentuk spora atau kapsul dan fakultatif anaerob.
 Sebaran geografi : USA, Thailand (Asia Tenggara)
 Inang target : american catfish (Ictalurus sp.), lele (Clarias
sp.), tilapia
 Epizootiologi :
a) Kasus ESC umumnya terjadi pada saat suhu air relatif hangat (22-28
oC), namun pada saat suhu air di bawah 20 oC atau di atas 30 oC,

keganasan bakteri ini sangat menurun.


b) Penularan: secara horizontal
Gambar 1. Ikan patin yang Gambar 2. Ikan benih patin yang
terinfeksi bakteri Edwardsiella terinfeksi bakteri Edwardsiella
ictaluri, terlihat adanya bercak- ictaluri, terlihat pendarahan di
bercak putih yang berukuran bag. abdomen
relatif besar, abdomen membesar

Gambar 3. Organ dalam ikan patin


yang terinfeksi bakteri Edwardsiella
ictaluri, terlihat bercak-bercak
putih pada org. hati
5. Enteric Septicemia of Catfish
(ESC)

Diagnosis:
Pengamatan gejala klinis
Isolasi bakteri dengan
menggunakan media agar
dari ginjal atau luka di
kepala (otak) pada media
agar TSA,BHIA, McConkey
agar, blood agar atau EIM
(Edwardiella isolation
medium). Inkubasi pada
suhu 30 oC selama 48-94 jam

Edwardsiella ictaluri on BHI-agar plate


6. Mycobacteriosis/Fish TB

 Nama penyakit : Mycobacteriosis/Fish Tuberculosis


 Penyebab : Mycobacterium marinum (air laut) dan M.
fortuitum (air tawar)
 Inang target : gurame, cupang
 Epizootiologi :
a) Infeksi Mycobacterium : pada ikan yang dipelihara pada lingkungan
perairan tenang (stagnan) ; sirkulasi air terbatas.
b) Pola serangan: kronik - sub akut, baik pada ikan air tawar, payau
maupun ikan air laut.
c) Suhu optimum berkisar 25–35 °C, tetapi masih dapat tumbuh baik
pada suhu 18-20 °C.
Figure 2. Small gray nodules visible within the spleen of a black crappy during
necropsy. These small granulomas are consistent with a diagnosis of Mycobacterium
spp. and a special bench-top stain for acid-fast organisms should be done on a
small sample of tissue. Photo courtesy of B.D. Petty
6. Mycobacteriosis/Fish TB

 Gejala Klinis :
a. Hilang nasfu makan, lemah, kurus, mata melotot (exopthalmia)
serta pembengkakan tubuh.
b. Apabila menginfeksi kulit, timbul bercak-bercak merah dan
berkembang menjadi luka, sirip dan ekor geripis.
c. Pada fase infeksi lanjut, secara internal telah terjadi
pembengkakan empedu, ginjal dan hati; serta sering ditemukan
adanya tubercle/nodul yang berwarna putih kecoklatan.
 Gejala: tidak selalu tampak, dan bervariasi antar individu ikan yang
terserang.
 Pertumbuhan lambat, warna pucat dan tidak indah terutama untuk
ikan hias.
 Lordosis, skoliosis, ulser dan rusaknya sirip (patah-patah) dapat
terjadi pada beberapa ekor ikan yang terserang.
6. Mycobacteriosis/Fish TB

Cara Diagnosis
• Diagnosis tentatif (sementara/dugaan awal): melalui
pemeriksaan preparat basah terhadap organ limfa dan
ginjal yang memperlihatkan adanya sejumlah besar
granuloma.
• Granuloma ini juga bisa disebabkan oleh banyak patogen
yang lain, untuk memastikan, maka pemeriksaan
histologis organ disertai pewarnaan bakteri tahan asam
(acid fast staining) harus dilakukan.
• Identitas patogen dikonfirmasi melalui uji molekuler
dengan menggunakan PCR dengan primer spesifik untuk
Mycobacteria.
Gambar 1. Ikan gurame yang menderita Gambar 2. Ikan gurame yang menderita
mycobacteriosis, bercak-bercak merah di kulit mycobacteriosis, bercak-bercak merah di kulit
(menyerupai cacar) dan selanjutnya berkembang menjadi luka serius
berkembang menjadi luka

Gambar 3.Ikan gurame yang diinfeksi secara


buatan dengan bakteri Mycobacteium fortuitum, Gambar 4. Ikan gurame yang menderita
timbul luka serius dalam tempo 7 hari pasca mycobacteriosis, ; Tubercle pada otot daging
penyuntikan dan organ hati
7. Streptococcosis

 Nama penyakit : Streptococcosis


 Penyebab : Streptococcus agalactiae, S. iniae
 Sebaran geografi : Asia Tenggara
 Inang target :
a. Streptococcus iniae : ikan air laut (kakap, kerapu),
b. S. agalactiae : pada budidaya ikan air tawar (nila)
7. Streptococcosis

Epizootiologi:
• Pola serangan : bersifat kronik – akut.
• Target organ :otak dan mata
• Kejadian penyakit berkembang pada sistem budidaya
intensif, lingkungan perairan tenang dan/atau sistem
resirkulasi.
• Infeksi bakteri ini berkaitan dengan kondisi stress
akibat kepadatan tinggi, malnutrisi, penanganan
buruk, bahan organik tinggi, kualitas air yang buruk,
fluktuasi suhu air yang ekstrim.
Gejala Klinis Infeksi S. agalactiae

Gambar 2. Borok /ulcer


B

Gambar 1a dan 1b. Gejala


exopthalmus

Gambar 3. Warna tubuh menjadi lebih gelap


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai