Anda di halaman 1dari 20

Tugas :

PARASIT DAN PENYAKIT IKAN

OLEH :

RUKMAN AWAN SYAM


I1B118046

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020

1
SOAL

1. Jelaskan tipe bakteri patogen penyebab penyakit bakterial yang umum

menginfeksi ikan?

2. Jelaskan patologi, sebaran geografis dan epizootiologi pada setiap penyakit

bakterial?

3. Jelaskan upaya penanggulangan pada setiap jenis penyakit bakterial padaikan?

JAWAB

1. Bakteri yang dapat menginfeksi ikan dikenal ada bermacam-macam bentuk

dimana masing-masing bentuk akan memberikan gambaran efek infeksi yang

berlainan. Bentuk-bentuk bakteri yang bersifat patogenik bagi ikan adalah:

bakteri berbentuk bulat (coccus), bentuk bulat bergabung dua sel

(diplococcus), bakteri bentuk bulat bergabung seperti rantai (streptococcus),

bakteri bulat berkelompok beberapa sel (staphylococcus), bakteri berbentuk

batang (bacillus), bakteri berbentuk koma (vibrio). Infeksi bakteri biasanya

timbul jika menderita stres. Kematian banyak terjadi pada ikan yang menderita

stres karena serangan bakteri yang menyebabkan infeksi. Gejala akibat infeksi

bakteri secara keseluruhan sangat susah untuk dibedakan dengan gejala akibat

infeksi virus. Gejala-gejala tersebut pada umumnya tergantung sampai

stadium mana tingkat infeksinya dan gejala umum yang sering ditemukan

antara lain sebagai berikut:

a. Gerakan ikan lemah.

2
1) Produksi lendir berkurang karena setelah ikan terinfeksi akan

mengeluarkan lendir yang berlebihan.

2) Timbul pendarahan dan nekrosa pada tempat infeksi.

3) Luka (ulcer) di tempat infeksi.

4) Beberapa bakteri menyebabkan rontok pada insang dan sirip.

5) Bengkak pada perut dan mengeluarkan cairan kuning darah (dropsy).

6) Mata menonjol (exophthalmos).

b. Beberapa bakteri dapat menghasilkan “tubercle” atau “granuloma” pada

bagian tubuh yang terinfeksi.

Bakteri yang biasanya menginfeksi ikan lebih banyak tergolong pada

bakteri gram negatif. Tetapi bakteri gram positif juga ada yang dapat

menginfeksi ikan seperti treptococcus sp. dan Mycobacterium spp.

Beberapa contoh bakteri yang biasanya menginfeksi ikan antara lain

adalah:

1) Penyakit Columnaris (luka kulit, sirip dan insang)

Penyebab: Flexibacter columnaris (Syn: Flavobacterium

columnare).Bio-Ekologi Patogen: bakteri gram negatif, aerobik,

berbentuk batang kecil dengan lebar 0,5 mikron dan panjang 12

mikron. Bakteri tersebut bergerak secara merayap seperti ulat, bentuk

koloninya pipih dengan permukaan koloni yang tidak teratur

(irregular), tumbuh pada media campuran pepton yang ditambah 1%

media agar. Epizootiology: merupakan penyebab dari penyakit

Columnaris. Sifat serangannya bisa kronik, akut atau perakut, dan

3
biasanya terjadi pada level suhu diatas 18oC, dan infeksi jarang terjadi

pada keadaan pH rendah dan kandungan bahan organik yang rendah.

2) Penyakit Columnaris pada Insang

Gejala klinis: Lecet (lesi) biasanya terjadi pada kulit badan atau

bagian kepala atau pada insang, yang dimulai seperti bintik putih yang

kemudian berkembang menjadi pendarahan. Infeksi di sekitar mulut,

terlihat seperti diselaputi benang (thread-like), sehingga sering disebut

penyakit “jamur mulut”. Di bagian pinggir luka tertutup oleh lendir

(pigmen) berwarna kuning cerah. Infeksi pada insang biasanya

langsung menimbulkan nekrosa dan kematian akan cepat terjadi akibat

insang yang rontok. Penanggulangan: Sebaiknya ditujukan lebih pada

tindakan pencegahan yaitu dengan perbaikan kondisi lingkungan,

mempertahankan kualitas air, mengurangi kandungan bahan organik

dalam air dan penambahan oksigen. Pada gambar dibawah ini dapat

dilihat contoh infeksi Flexibacter columnaris dan insang ikan yang

diserangnya.

3) Penyakit Merah

Penyebab : Aeromonas hydrophila adalah salah satu spesies bakteri

yang terdapat di hampir seluruh lingkungan perairan tawar maupun

payau, bahkan pada feces mammalian, katak dan manusia. Bakteri ini

bersifat gram negatif, bentuk batang 0,7 – 0,8 mikron x 1,0 – 1,5

mikron, bergerak dengan menggunakan polar flagella, cytochrom

oksidase positif, fermentative dan oksidatif. Bakteri ini tumbuh pada

4
kondisi air tawar, terutama pada kondisi kandungan bahan organik

tinggi.

4) Penyakit Merah pada Ikan Mas

Epizootiology : Aeromonas hydrophila dikenal dengan penyebab

penyakit merah, bersifat septisemik, biasanya sebagai infeksi kedua.

Tetapi hasil penelitian Hayes (2000) menunjukkan bahwa A.

hydrophila sebagai bakteri patogen pada ikan dapat berperan baik

sebagai patogen primer maupun sekunder. Sifat serangannya sangat

bergantung pada spesies inang dan virulensi strain bakteri. Cara

penularan penyakit ini secara horizontal (antar individu-individu dalam

satu spesies) atau berbeda spesies dalam suatu populasi dan atau

komunitas) tetapi tidak secara vertical (dari induk kepada

keturunannya). Pada umumnya penyakit ini akan timbul pada ikan

yang penanganannya kurang sempurna, pakan yang kurang tepat baik

mutu maupun jumlahnya, banyak terinfeksi oleh parasit, serta air

kolam yang terlalu subur, serta zat asam yang sangat rendah. Gejala

klinis: warna ikan menjadi lebih gelap, nafsu makan berkurang atau

hilang, bergerombol dekat saluran pembuangan, dan kadang-kadang

timbul luka pada kulit jadi kemerah-merahan. Jika kita membedah ikan

yang terinfeksi gejala yang ditunjukkannnya adalah hatinya berwarna

pucat, dan pendarahan terjadi pada organ dalam seperti hati, ginjal,

limpa dan gelembung udara. Penanggulangan: manajemen budidaya

5
yang baik, mengurangi kesuburan kolam, serta pemberian pakan yang

tepat baik jumlah maupun mutunya.

5) Penyakit Furunculosis

Penyebab: Aeromonas salmonicida adalah bakteri gram negatif,

tidak bergerak, dengan ukuran 0.8-1.0 x 1.5-2.0 mikron. Bakteri

memiliki 3 subspecies yaitu A. salmonicida ssp salmonicida yang

memproduksi pigmen coklat, A. salmonicida ssp achromogenes tidak

memproduksi pigmen coklat dan tidak mereduksi nitrat, A.

salmonicida ssp masoucida yang tidak memproduksi pigmen coklat

tetapi memproduksi indol dan H2S.

6) Penyakit Furunculosisi

a) Habitat: Ikan-ikan air tawar merupakan pembawa penyakit. Bakteri

tidak hidup lama diluar tubuh inangnya. Bakteri tersebut dapat

menginfeksi ikan salmonid dan non-salmonid.

b) Distribusi: Aeromonas salmonicida, merupakan penyakit yang

daerah sebarnya cukup luas hampir seluruh dunia terutama daerah

yang banyak memelihara ikan salmon.

c) Epizootiology: Ikan yang terinfeksi berat (acute) oleh penyakit ini

kebanyakan akan mati dalam waktu 2-3 hari. Patogen dapat hidup

pada air tawar sekitar 19 hari, sedangkan pada air payau antara 16

– 25 hari sedangkan pada air laut dapat aktip kembali antara 24 jam

sampai 8 hari Efek patologi dari penyakit ini dikatakan karena

diproduksinya ekstrak luaran sel (ECP) oleh patogen tersebut yaitu

6
leucocytolytic yang dapat merusak leucocyte yang akan

mengakibatkan leucopenia.

d) Gejala klinis: Ikan yang terinfeksi akan menunjukkan gejala lecet

dan luka serta borok pada kulit sehingga akan menurunkan mutu

daging. Dari organ yang terluka apabila larut kedalam air maka

akan dapat menginfeksi inang yang cocok.

7) Penyakit Vibriosis

Penyebab: Vibrio spp., bakteri ini memiliki ukuran 0,5 x 1,0 – 2,0

mikron, bersifat gram negatif, berbentuk batang bisa lurus maupun

bentuk koma, bergerak dengan menggunakan polar flagella,

fermentative dan cytochrom oksidase positif, sensitif terhadap

vibriostat 0/129 (pteridine). Vibriosis merupakan penyakit sekunder,

artinya penyakit ini muncul setelah adanya serangan penyakit lainnya

misalnya protozoa atau penyakit lainnya.

Ikan yang Terserang Bakteri Vibrio spp.

a) Habitat: sumber utama adalah species ikan laut sebagai pembawa,

namun bakteri ini juga telah ditemukan pada invertebrata dan

benthos. Tumbuh hampir disegala media umum yang mengandung

NaCl 1-1,5%.

b) Epizootiology: Vibriosis merupakan penyakit yang potensial bagi

ikan laut, baik yang dibudidayakan maupun bagi ikan liar.

Sebetulnya pada keadaan normal bakteri tsb merupakan mikroflora

pada usus ikan air laut. Suhu ambang untuk terjadinya wabah

7
tergantung dari species ikan msalnya untuk salmon dan turbot pada

level suhu 10 – 11oC. Kematian yang diakibatkannya dapat

mencapai 50% terutama apabila terjadi pada ikan yang berumur

muda. Vibriosis merupakan penyakit sekunder, artinya penyakit ini

muncul setelah adanya serangan penyakit yang lain misalnya

protozoa atau penyakit lainnya.

c) Gejala klinis: anorexia, warna tubuh menjadi gelap, warna insang

pucat. Pada infeksi akut ikan akan menunjukkan gejala tubuh

membengkak, luka pada kulit yang mengeluarkan nanah. Pada

infeksi kronik akan terbentuk granuloma, dan pendarahan pada

rongga perut.

d) Penanggulangan: lebih ditujukan pada pencegahan yaitu dengan

vaksinasi dan seleksi ikan yang tahan terhadap infeksi penyakit.

e) Pengobatan: Pemberian Sulphonamides 0,5 gram per kg pakan

ikan selama 7 hari, atau Chlorampenicol sebanyak 0,2 gram per kg

berat pakan ikan selama 4 hari. Jika ikan tidak mau makan, cobalah

dengan pengobatan melalui perendaman menggunakan

Nitrofurozon 15 ppm selama lebih kurang 4 jam atau dengan

Sulphonamides 50 ppm selama lebih kurang 4 jam.

8) Penyakit Edwardsiellosis

a) Penyebab: Edwardsiela tarda, bakteri bersifat gram negatif

berbentuk batang dan bergerak dengan menggunakan flagella,

bersifat fermentatif dan mampu memproduksi H2S. Sampai saat ini

8
penyakit ini telah dilaporkan dapat menginfeksi hampir semua

jenis ikan termasuk salmon, chanel catfis, ikan mas, sidat, tilapia

dan flounder.

b) Infeksi Bakteri Edwardsiela tarda pada Catfish

c) Gejala infeksi: ikan pucat, gembung perut, pendarahan pada anus,

anus tertekan kedalam, dan mata pudar. Gejala klinis pada organ

dalam adanya bintil kecil berwarna putih terdapat pada insang,

ginjal, hati dan limfa dan kadang-kadang pada usus. Hal yang

berperan membantu terjadinya wabah diduga karena ular, kotoran

manusia dan binatang lainnya. Namun wabah biasanya terjadi pada

suhu tinggi yaitu 30oC dan kandungan bahan organik tinggi.

Jumlah kematian akan tergantung pada keadaan lingkungan tetapi

dari data yang ada ternyata pada kolam ikan lele biasanya kematian

tidak lebih dari 5%. Namun demikian apabila ikan tersebut

dipindahkan maka infeksi penyakit tersebut akan bertambah ganas

dan dapat menyebabkan kematian sekitar 50% dari populasi. Ikan

yang ternfeksi akan menunjukan gejala terjadinya luka pada kulit

dan kemudian meluaskan bagian daging. Luka ini sering

mengakibatkan pendarahan.

9) Penyakit Streptococciosis

a) Penyebab: Streptococcus iniae

Bio-Ekologi Patogen: termasuk bakteri gram positif

berbentuk bulat kecil (coccus), bergabung menyerupai rantai, non-

9
motil, koloni transparan dan halus dan mempunyai kemampuan

menyerang sel darah merah. Streptococcus merupakan bakteri yang

resisten terhadap berbagai antibiotik yang secara terus menerus

dipergunakan untuk mengobati infeksi bakteri yang lain. Infeksi :

Streptococcus pada ikan dapat berlangsung secara kronik hingga

akut. Penyakit ini banyak dilaporkan pada ikan yang dipelihara

pada lingkungan perairan tenang (stagnant) dan sistem resirkulasi.

Infeksi ini banyak ditemukan di organ otak, sehingga ikan yang

terinfeksi sering menunjukkan tingkah laku abnormal seperti

kejang atau berputar.

b) Serangan Bakteri Streptococcus sp. pada Ikan Patin

Gejala Klinis: gejala yang ditimbulkannya meliputi mata

menonjol, gembung perut (dropsy), pendarahan pada mata, tutup

insang dan pangkal ekor, warna ikan menjadi lebih gelap, dan ikan

berenang cepat tidak karuan, pertumbuhan ikan menjadi lambat.

Sedangkan ciri pada organ dalam meliputi kerusakan ginjal, hati,

limpa dan usus. Seringkali infeksi Streptococcus tidak

menunjukkan gejala klinis yang jelas kecuali kematian yang terus

berlangsung. Biasanya penyakit ini diamati lewat pemeriksaan

laboratories.

c) Species ikan yang terinfeksi meliputi: ikan ekor kuning, tilapia,

sidat, rainbow trout, channel catfish, golden shiner, lele-lelean

(Arius felis), silver trout dan mullet. Efek yang ditimbulkan adalah

10
ikan menjadi sulit bernapas dan hilang kemampuan dalam

menentukan arah dan gerak (inkoordinasi). Mata menjadi buram,

nekrosis dan dapat menyebabkan kondisi kebutaan. Kerusakan

organ-organ internal akan mengakibatkan kematian.

d) Pencegahan dan Pengendalian: manajemen kesehatan ikan terpadu

(inang, lingkungan dan patogen), ikan yang terinfeksi segera

diambil dan dimusnahkan, hindari penggunaan air dari kolam yang

sedang terinfeksi bakteri tersebut. menghindari kepadatan tinggi,

pakan berlebih dan penanganannya kasar.

10) Penyakit Mycobacteriosis

Penyebab: Penyakit ini disebabkab oleh bakteri Mycobacterium

spp. Species bakteri yang dapat menginfeksi ikan adalah: M. marinum,

M. foruitum dan M. chelonei.

11) Penyakit Tubercolosis pada Ikan

a) Bio-Ekologi Patogen : Bakteri tersebut berbentuk batang agak

bengkok, bersifat acid fast dan gram positif, tumbuh pada media

khusus seperti Lowenstein-Jensen, Petragnani dan Ogawa and

Sauton. Tumbuh agak lama sekitar 30 hari. Namun untuk M.

fortuitum dan M. chelonei akan tumbuh 7 hari dalam medium”

Ogawa’s egg” pada temperatur 25-30oC. Infeksi Mycobacterium

banyak dilaporkan pada ikan yang dipelihara pada lingkungan

perairan tenang (stagnant) dan sistem resirkulasi, sehingga jenis

ikan seperti gurami dan cupang yang cocok pada kondisi tersebut

11
sering dilaporkan terinfeksi penyakit tersebut. Kolam tadah hujan

dan pekarangan dengan sumber air terbatas lebih rentan terhadap

infeksi jenis penyakit ini.

b) Gejala klinis: Mycobacteriosis merupakan penyakit yang progresif

chronik dengan beberapa gejala klinis antara lain lesi seperti cacar,

ikan lemah, pembengkakan pada kulit, mata menonjol

(exophthalmia) lesi dan borok pada tubuh. Ikan akan kehilangan

nafsu makan, lemah, kurus. Gejala ini diawali dengan kurang gizi

terutama vitamin E. Jika menginfeksi kulit, timbul bercak-bercak

merah dan berkembang menjadi luka, sirip dan ekor geripis. Pada

infeksi lanjut, gejala pada organ dalam biasanya terdapat

granuloma yang berwarna putih keabu-abuan atau putih

kecoklatan, terutama pada hati, limfa, ginjal dan pada daging ikan

(dikenal sebagai penyakit TBC).

c) Epizootiology dari penyakit ini sangat sedikit sekali diketahui.

Kemungkinan penyebaran penyakit tersebut dengan menelan

langsung dari pakan atau kotoran yang terinfeksi oleh

Mycobacterium spp tersebut.. Di Indonesia telah ditemukan

menginfeksi ikan hias dan ikan gurame (Osphronemus gouramy).

Insidensi infeksinya dapat mencapai 60% degan. Kematian yang

diakibatkan dapat mencapai 70-80%. Diagnosa berupa isolasi dan

identifikasi melalui uji biokimia.

12
d) Pengendalian dan Pengobatan: manajemen kesehatan ikan terpadu

(inang, lingkungan dan patogen), ikan yang terinfeksi segera

diambil dan dimusnahkan, hindari penggunaan air dari kolam yang

terinfeksi bakteri tersebut. Pengobatan melakukan penggantian air

baru. Pemeliharaan dalam ”air hijau” secara ekstensif akan

mengurangi stress.

12) Penyakit Nocardiosis

Penyakit Nocardiosis yang Menyerang Daging dan Insang Ikan

Penyebab Nocardia spp. adalah organisme bersifat aerob, gram

positif dan mungkin “acid fast’ berbentuk batang dan kadang-kadang

bercabang. Dapat menginfeksi baik ikan air tawar maupun ikan air

laut. Ikan yang terinfeksi menunjukkan gejala hilang nafsu makan

(anorexia), ikan kurus, pembengkakan terjadi pada daerah mulut dan

perut yang menunjukkan adanya bintik putih pada kulit, insang, daging

dan organ dalam dan kadang-kadang penyakit ini menimbulkan lesi.

Gejala yang ditimbulkan mirip dengan gejala infeksi tuberkulosis.

13) Penyakit Enteric Septicaemia of Catfish (ESC)

Penyebab: bakteri Edwardsiela ictaluri. Bakteri tsb tergolong

bakteri yang mempunyai sifat gram negatif, berbentuk batang,

bergerak lamban dengan menggunakan flagella. Suhu optimum untuk

pertumbuhannya adalah 20-30oC. Perbedaannya dengan E. tarda

adalah bakteri E. ictaluri tidak memproduksi H2S dan indol.

14) Penyakit Enteric Septicemia of Catfish (ESC)

13
Gejala klinis dari penyakit ini ciri dengan keadaan ikan lemah

menggantung arah vertikal, berenang berputar (Spinning) dan

kemudian diikuti oleh kematian. Pada ikan yang berukuran panjang

diatas 15 cm gejala klinis luar tidak pernah ditemukan. Penyebaran

penyakit tersebut meliputi seluruh wilayah Amerika dimana budidaya

channel catfish sangat intensif.

15) Penyakit Pasteurellosis

a) Penyebab: Pasteurella piscida. Yaitu bakteri gram negatif tidak

bergerak, berbentuk batang, fermentatif dengan warna koloni

abu-abu sampai kuning.

b) Infeksi Penyakit Pasteurellosis pada Organ Dalam Ikan

c) Gejala klinis: Pada infeksi akut hanya menunjukkan gejala yang

tidak dapat terdeteksi. Sedangkan gejala pada organ dalam dapat

ditemukan granuloma pada ginjal dan limfa yang berwarna putih

keabu-abuan. Oleh karena itu maka penyakit ini juga sering

disebut dengan istilah “pseudotuberculosis”. Pasteurellosis

menyerang baik ikan yang dibudidayakan maupun ikan liar.

Penyakit ini hanya menginfeksi ikan laut pada suhu air sekitar

25oC.

16) Penyakit Enteric Red Mouth Disease (ERM)

a) Penyebab: Yersinia ruckeri, bakteri bersifat gram negatif,

berbentuk batang agak lengkung, bergerak dengan menggunakan

7-8 flagella. Ada tiga tipe sel yaitu type 1, type 2 dan type 3

14
dimana type 1 sangat virulen, diikuti oleh type 2 dan kemudian

type 3.

b) Serangan Penyakit Red Mouth pada Ikan Bandeng

c) Gejala klinis: Red Mouth Disease adalah suatu penyakit dengan

gejala klinis warna merah pada mulut dan kerongkongan akibat

adanya pendarahan pada lapisan subcutan. Gejala lainnya adalah

pembengkakan dan erosi pada rahang, kulit jadi kehitaman,

pendarahan pada pangkal sirip, mata menonjol dan ikan lemah.

Gejala klinis pada organ dalam meliputi pendarahan pada otot

daging, lemak pada usus serta pembengkakakan terjadi pada ginjal

dan limfa.

2. Penyebaran

a. Bakteri Flexibacter columnaris merupakan bakteri gram negatif dan

berbentuk batang dengan ukuran panjang 12 μm dan lebar 0,5 μm. Bakteri

ini menyukai perairan yang bersuhu relatif tinggi dan bersifat aerobik, dan

tergolong bakteri gram negatif. Penyakit columnaris sering berkaitan

dengan stress lingkungan terutama jika temperatur lingkungan meningkat

terlalu tinggi. Berbeda dengan kebanyakan kondisi penyakit ikan lain,

penyakit columnaris umumnya terjadi pada temperature 18-20oC.

b. bakteri Aeromonas hydrophila memiliki kemampuan osmoregulasi yang

tinggi dimana mampu bertahan hidup pada perairan tawar, perairan payau

dan laut yang memiliki kadar garam tinggi dengan penyebaran melalui air,

15
kotoran burung, saluran pencernaan hewan darat dan hewan amfibi serta

reptil (Mangunwardoyo et al., 2010).

c. Bakteri Aeromonas salmonicida ditemukan di seluruh dunia kecuali

Amerika Selatan. [1] Rute utama kontaminasi adalah kualitas air yang

buruk; Namun, itu juga dapat dikaitkan faktor stres seperti kepadatan yang

berlebihan, suhu tinggi, dan trauma. Ikan pemijahan dan peleburan adalah

korban utama dari furunculosis karena keadaan immunocompromised.

d. Bakteri Vibrio Sp adalah salah satu jenis bakteri yang tergolong dalam

kelompok marine bacteria. Baktari ini umumnya memiliki habitat alami di

laut Danenyebar melalui perairan.

e. Bakteri Edwardsiella tarda sudah tersebar di beberapa negara di antaranya

adalah Jepang, Taiwan, Thailand, Amerika Serikat, Singapura, dan

Malaysia. Di Indonesia, E tarda ditemukan di Jawa, Sumatera, dan

Kalimantan. E. tarda dapat diidentifikasi melalui gejala klinis, identifikasi

secara morfologi, fisik, dan biokimia, serta molekuler DNA. Bakteri ini

menyerang mekanisme pertahanan tubuh inang, karena itu, proses

proliferasi bakteri ini sangat cepat di dalam inang dan menyebabkan

kematian.

f. Bakteri Streptococcus sp adaah bakteri yang menyerang Bagian usus,

mulut, dan otak, bakteri ini sudah di temukan di berbagai negara seperti

Indonesia, malasya, thailand, brunai darussaam dan vietnam

g. M. marinumdan M. fortuitum memiliki sebaran geografis yang sangat luas

dan hampir tersebar di semua negara. Bakteri ini sering ditemukan pada

16
ikan yang populasinya sangat padat. Penyebaran penyakit tuberculosis

pada ikan dari suatu tempat ke tempat lain pada umumnya melalui

kegiatan perdagangan ikan. Infeksi yang bersifat kronis menyebabkan

banyak jenis ikan, ampibi serta reptil yang mejadi media pembawa tetapi

tidak menunjukan gejala-gejala klinis tertentu.

h. Nocardia ditemukan dalam tanah di mana akan merusak bahan organik.

Hal ini ditemukan di seluruh dunia dan beberapa strain patogen bagi

Organisme. Nocardia sebagian besar organisme oportunistik dan penyakit

yang lebih parah pada imunokompromais. Nocardia menarik karena

melepaskan faktor virulensi, yang memungkinkan untuk menghindari

mekanisme pertahanan manusia normal. Contoh faktor virulensi termasuk

pelepasan faktor kabel, yang mencegah Nocardia dari yang difagositosis

oleh makrofag, dan produksi katalase, yang menginaktivasi metabolit

oksigen yang biasanya akan menjadi racun bagi bakteri.

i. Bakteri Edwardsiela ictaluri Adalah bakteri yang tersebar lewat media air

tawar dan paling sering menyerang ikan lele. Bakteri ini telah ditemukan

di beberapa negara asia seperti Indonesia, Malasya, dan thailand

j. Bakteri Pasteurella piscida, bakteri ini dapat hidup di lingkungan air laut

dengan kisaran suhu untuk pertumbuhannya 10-39oC. Umumnya yang

diisolasi dari ikan dapat tumbuh baik pada suhu 25oC.

k. Bakteri Yersinia ruckeri, bakteri ini dapat ditularkan secara horizontal

melalui kontak dengan ikan yang terinfeksi atau perantara, yang mungkin

tidak ada menunjukkan tanda-tanda penyakit. Ikan-ikan terinfeksi

17
merupakan perantara utama penyebaran penyakit ini ditambah situasi

stress pada lingkungkan contohnya ketika terjadi peningkatan suhu.

Penularan secara vertikal dari ikan untuk telur juga mungkin terjadi tetapi

belum terbukti secara ilmiah. Penyebaran meliputi Amerika Serikat,

Canada, Denmark, Inggris, Perancis, Jerman, Italia, Norwegia dan

Australia. Penyakit ini terutama menyerang ikan kecil ukuran panjang

sekitar 7.5 cm. Lebih jarang menginfeksi ikan besar tetapi lebih bersifat

kronik.

3. Upaya Penanggulangan

a. Flexibacter columnaris : Sebaiknya ditujukan lebih pada tindakan

pencegahan yaitu dengan perbaikan kondisi lingkungan, mempertahankan

kualitas air, mengurangi kandungan bahan organik dalam air dan

penambahan oksigen.

b. Aeromonas hydrophila : manajemen budidaya yang baik, mengurangi

kesuburan kolam, serta pemberian pakan yang tepat baik jumlah maupun

mutunya.

c. Aeromonas salmonicida : Pengendaliannya adalah dengan menaikkan

suhu, mengganti air segar dan meningkatkan kualitas lingkungan.

Sementara pengobatan dengan garam dapur 1.000–2.000 ppm selama 24

jam atau 10.000 ppm selama 20 menit.

d. Vibrio Sp : lebih ditujukan pada pencegahan yaitu dengan vaksinasi dan

seleksi ikan yang tahan terhadap infeksi penyakit

18
e. Edwardsiella tarda : Upaya terbaik dalam mengatasi permasalahan

penyakit adalah melalui pencegahan, pencegahan dapat dilakuan dengan

cara selalu menjamin air yang digunakan adalah air yang layak untuk

pertumbuhan ikan, penggunaan pakan yang sesuai baik kualitas maupun

kuantitasnya, pemilihan induk dan benih yang unggul, dan menjalin

koordinasi dengan intitusi pemerintah yang mepunyai kompeten otoritas

dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit pada ikan.

f. Streptococcus sp : upaya terbaik dalam mengatasi bakteri ini ialah

manajemen kesehatan ikan terpadu (inang, lingkungan dan patogen), ikan

yang terinfeksi segera diambil dan dimusnahkan, hindari penggunaan air

dari kolam yang sedang terinfeksi bakteri tersebut. menghindari kepadatan

tinggi, pakan berlebih dan penanganannya kasar.

g. Mycobacterium sp : Disarankan dengan melakukan manajemen kesehatan

ikan terpadu (inang, lingkungan dan patogen), ikan yang terinfeksi segera

diambil dan dimusnahkan, hindari penggunaan air dari kolam yang

terinfeksi bakteri tersebut. Pengobatan melakukan penggantian air baru.

Pemeliharaan dalam ”air hijau” secara ekstensif akan mengurangi stress.

h. Nocardia : Pengobatan nocardia secara herbal pernah dipelajari oleh Ismail

dan Yoshida (2017) secara in vitro. Hasil studi menunjukkan bahwa minya

esensial thyme dan kayu manis (baik secara tunggal maupun campuran)

memiliki potensi untuk mengatasi nocardiosis ikan.

i. Edwardsiela ictaluri : Upaya pencegahan penyebaran penyakit ini dapat

dilakukan dengan tindakan karantina melalui tindakan pemeriksaan

19
penyakit ikan terhadap ikan lele yang dilalulintaskan. Sampai saat ini,

perubahan patologi ikan lele yang terinfeksi E. ictaluri isolat lokal secara

detail belum diketahui.

j. Pasteurella piscida : Sebaiknya ditujukan lebih pada tindakan pencegahan

yaitu dengan perbaikan kondisi lingkungan, mempertahankan kualitas air,

mengurangi kandungan bahan organik dalam air dan penambahan oksigen.

k. Yersinia ruckeri : Beberapa antibiotik yang tersedia dapat digunakan untu

pengobatan penyakit mulut merah pada ikan. Vaksin juga dapat digunakan

dalam pengobatan dan pencegahan penyakit. Manajemen budidaya seperti

memelihara kualitas air dan kepadatan tebar rendah sangat penting untuk

pencegahan penyakit. Sangat disarankan untuk selalu disinfektasikan

peralatan tambak dengan Halamid.

20

Anda mungkin juga menyukai