Oleh:
1. FILHAN RIZNANDA
2. MIFTAHUL ROZAK
3. RETNO PUJI HERAWATI
4. RAYHAN HAIKAL
5. ALDIAN SAPUTRA
JURUSAN PETERNAKAN
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERIKANAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN
Kasus penyakit jamur pada ikan di Indonesia pada umumnya belum dianggap serius
karena munculnya lebih banyak disebabkan oleh kondisi lingkungan yang kurang baik,
kekurangan nutrisi atau akibat agen penginfeksi primer lain seperti parasit, bakteri dan virus.
Penyakit yang disebabkan oleh jamur bersifat infeksi sekunder karena jamur tidak dapat
menyerang ikan yang dalam keadaan sehat, melainkan menyerang ikan yang sudah terluka
atau lemah (Suwarsito, dan Mustafidah. 2011).
Gejala klinis infeksi jamur adalah adanya benang halus menyerupai kapas yang
menempel pada telur atau luka pada bagian eksternal ikan seperti perubahan warna sirip dan
tubuh ikan menjadi merah. Jamur tersebut dengan cepat menular kepada ikan lain yang berada
dalam satu kolam sehingga potensi kerugian yang ditimbulkan cukup besar (Sulhi, 2007).
Hasil penelitian Khairyah (2012) menemukan beberapa macam jamur pada ikan gurami, yaitu
Penicillium glabrum, Rhizopus oryzae, Aspergillus flavus, A. niger, A. candidus, Saprolegnia,
Fusarium dan Curvularia lunata.
Gaya hidup masyarakat yang sudah mulai bergeser seiring peningkatan kecerdasan
masyarakatnya mendorong munculnya pasar modern. Pasar modern menyediakan berbagai
kebutuhan seperti ikan segar. Peluang tersebut dimanfaatkan oleh pelaku ekonomi untuk
meraih laba setinggi-tingginya. Data SUSENAS (Survey Sosial Ekonomi Nasional)
menunjukkan bahwa sumbangan protein ikan. terhadap konsumsi protein hewani masyarakat
Indonesia mencapai 57% (Malika, dkk., 2012). Ini terjadi seiring dengan kecenderungan
pergeseran konsumen dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani dari red meat kepada white
meat. Protein ikan memiliki keunggulan dibandingkan dengan sumber protein lainnya yaitu
kelengkapan komposisi asam amino, mudah dicerna tubuh, dan adanya kandungan omega 3
yang mampu mencukupi kebutuhan hidup (KKP, 2013).
Malika, dkk., (2012) menyebutkan tingkat penjualan ikan segar di pasar modern di
Surabaya bisa mencapai 80% setiap tahunnya. Dibutuhkan penanganan. yang lebih cermat
terhadap tingginya transaksi ikan segar dalam pasar modern termasuk ada tidaknya penyakit
pada ikan segar seperti jamur. Jamur pada ikan. berbahaya sebab menghasilkan mikotoksin
sebagai hasil metabolitnya. Hasil penelitian Guevara (2011) menyatakan mikotoksin pada
Aspergillus sp. yaitu aflatoksin berbahaya bagi hewan dan manusia. Aflatoksin dalam
konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan penyakit akut dan kematian, sedangkan
konsentrasi rendah dalam jangka panjang dapat menyebabkan nekrosis pada sel hati dan ginjal
(Safika, 2008). Pada tahun 2004 dilaporkan terjadinya wabah aflatoksikosis akut yang luas di
antara penduduk Kenya provinsi bagian timur dan menyebabkan kematian sekitar 400 kasus.
India bagian barat pada tahun 1974 pernah mengalami wabah aflatoksikosis akut. Wabah ini
menyerang 397 orang dan menyebabkan 106 kematian (Yeni, 2006). Berdasarkan latar
belakang tersebut, perlu diketahui jenis jamur yang menyerang ikan gurami di pasar modern di
wilayah Surabaya.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dilaksanakannya praktikum Kultur jamur media potato dextrose agar ini yaitu
mengetahui jenis jenis jamur dan prevalensi jamur yang terdapat pada ikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
• Pindahkan secara aseptik satu lup sampel pada sektor O dengan menggunakan lup
inokulasi. Selanjutnya goreskan lup bolak-balik pada permukaan agar.
• Perataan dilakukan dengan membuka sedikit saja tutup cawan pada sisi yang
berlawanan dengan sektor O.
• Lup kemudian dipijarkan dan dibiarkan mendingin. Periksa suhu lup dengan cara
menyentuhkan pada bagian permukaan tepi agar yang belum diinokulasi. Bila
mendesis, maka lup tersebut masih panas. Pemijaran lup ini mematikan sel-sel
yang tersisa, dengan demikian membantu pengenceran jumlah sel jamur.
Berdasarkan hasil identifikasi jamur pada kultur jamur di cawan petri diketahui bahwa
sampel ditumbuhi jamur dengan ciri coloni berwarna putih kekuningan dan permukaan rata.
Sedang ciri mikroskopisnya terdapat makrokonidia berbentuk melengkung dan didalamnya
terdapat 3 sel. Ciri-ciri tersebut sama seperti ciri yang dimiliki oleh jamur Fusarium seperti
yang dinyatakan Ngitu (2014) menyatakan. koloni Fusarium berwarna putih hingga
kekuningan, dengan tepi bergerigi, dan permukaan rata (Gambar 5.1). Afriyeni dkk. (2013)
menambahkan bahwa Fusarium menghasilkan makrokonidia dan mikrokonidia dari phialid.
Makrokonidia hialin berbentuk sabit dengan tiga sekat. Mikrokonidia satu sampai dua sel,
hialin, bulat telur.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Jamur adalah salah satu penyebab utama kematian pada ikan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Jamur hadir pada tingkat yang berbeda dalamtangki setiap saat, tetapi jumlah yang
hadir jamur dan kondisi kesehatan ikan akan menentukan apakah ikan terinfeksi atau tidak.
5.2 Saran
Untuk proses praktikum selanjutnya ,perlakukan harus sesuai prosedur,baik dari takaran,waktu
dan tindakan harus pas agar mendapatkan hasil yang di inginkan,dalam proses praktikum harus
dilakukan dengan steril agar hasil yang di dapat memuaskan, serta mahasiswa harus serius dalam
melakukan praktikum.
LAMPIRAN
Gambar gambar
a.Gram A b.Gram B
C.Gram C d.Gram D
k.Hasil isolat 1
l.Hasil isolat 2
m.hasil isolat 3
n.Hasil isolat 4