Anda di halaman 1dari 11

IDENTIFIKASI PARASIT PADA IKAN

PROPOSAL

OLEH
LEDY MUTMAINNAH Y. SYAHRIL
NIM : 432417023

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit parasitik pada ikan merupakan salah satu masalah yang sering
dijumpai dalam usaha budidaya ikan. Parasit merupakan sekelompok mahluk
hidup yang sebagian atau seluruh hidupnya bergantung pada organisme inang/host
untuk perkembangbiakannya, perolehan makanan, serta untuk pertahanaan
hidupnya.
Menurut Kurniawan (2012), berdasarkan jenis organ yang diserang,
parasite dikelompokkan menjadi (a) ektoparasit, yaitu parasite yang menyerang
organ luar inangnya, (b) endoparasit, yaitu parasite yang hidup pada organ dalam
inangnya, dan (c) mesoparasit, yang keberadaannya terdapat di organ dalam
sampai organ luar inang.
Kematian ikan disebabkan oleh berbagai hal, salah satu yang cukup serius
adalah penyakit oleh serangan parasit. Keberadaan parasite ini dapat mengganggu
kesehatan ikan yang nantinya berpengaruh pada kualitas dan kuantitas produksi
ikan.
Kondisi faktor lingkungan mempunyai peranan penting terhadap
kecepatan pertumbuhan parasit dan penyakit. Akibat serangan parasit dan
penyakit adalah menurunnya produksi dan kualitas hasil budidaya perikanan.
Untuk mengatasi kerugian-kerugian yang ditimbulkannya mutlak diperlukan
pengetahuan-pengetahuan tentang parasit dan penyakit yang menyerang produk
perikanan, terutama untuk jenis-jenis komersial.
Di Kabupaten Gorontalo khususnya danau Limboto terdapat berbagai
macam ikan native, salah satunya adalah ikan Hulu’u yang saat ini sedang
mengalami eksploitasi yang tinggi. Menurut Kumaji dan Zakaria (2019), kondisi
ekologis danau Limboto yang terus mengalami perubahan dari tahun ke tahun
menyebabkan ancaman terhadap biota-biota yang hidup di perairan danau
Limboto.
Selain Hulu’u, di laut Gorontalo juga terdapat ikan nike yang merupakan
ikan khas Gorontalo yang sangat digemari masyarakat lokal karena rasanya yang
gurih dan khas. Ikan nike adalah ikan yang terbilang unik oleh karenaikan nike
hanya dapat ditemukan pada musim tertentu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi parasit yang terdapat pada
beberapa spesies ikan yang berbeda dari tempat ditemukannya antara lain ikan
Hulu’u yang hanya ditemukan pada danau Limboto, ikan Nike yang ditemukan di
teluk dan dan ikan Bandeng yang ditemukan di muara sungai.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Jenis parasit apa saja yang ditemukan pada tubuh ikan hulu’u
(Oreochromis nilotica)?
1.2.2 Jenis parasit apa saja yang ditemukan pada tubuh ikan nike (Clarias
gariepinus)?
1.2.3 Jenis parasit apa saja yang ditemukan pada tubuh ikan bandeng
(Chanos chanos)?
1.3 Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui jenis parasit yang ditemukan pada tubuh ikan
hulu’u (Oreochromis nilotica)?
1.2.2 Untuk mengetahui jenis parasit yang ditemukan pada tubuh ikan nike
(Clarias gariepinus)?
1.2.3 Untuk mengetahui jenis parasit yang ditemukan pada tubuh ikan
bandeng (Chanos chanos)?
1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat diambil manfaat untuk memberi
pengetahuan dan informasi mengenai jenis parasit bagi masyarakat dan
pembudidaya ikan konsumsi diharapkan dapat mencegah ikan terserang parasit.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Parasit pada Ikan
Parasit atau penyakit yang terdapat pada tubuh ikan juga dapat hidup
dalam tubuh manusia. Oleh karena itu pemanfaatan ikan yang terserang oleh
penyakit atau parasit sebagai bahan makanan bagi manusia dapat membahayakan
kesehatan manusia. Hal ini sudah pernah terjadi di daerah Pasifik, dimana banyak
penduduk menderita penyakit 'eosinophilic meningitis' karena memakan ikan
mentah yang ternyata mengandung cacing Angiostrongylus cantonensis (Rosen et
all; Rahayu. 1986.
Parasit yang diketemukan pada luar tubuh ikan disebut ektoparasit,
sedangkan di dalam tubuh ikan disebut endoparasit. Ektoparasit bisa berasal dari
monogenea, protozoa dan krustacea (Woo; Sartijo dkk. 2013). Parasit protozoa
merupakan jasad mikroskopis terdiri dari satu sel membran dan pembelahannya
dilakukan secara aseksual. Protozoa banyak ditemukan sebagai parasit ikan.
Bentuk serangan parasit dapat menyebabkan kematian massal, walaupun
biasanya berjalan lambat, bertahap, dan tidak secepat serangan bakteri, jamur, atau
virus. Serangan parasit dapat terlihat secara eksternal dan internal. Oleh
karenanya, berdasarkan lokasi penempelan parasit dapat dijumpai di bagian organ
eksternal dan bagian internal. Parasit yang dijumpai pada tempat atau bagian
permukaan tubuh ikan, seperti kulit, sirip, dan insang disebut sebagai ektoparasit
(parasit eksternal). Sedangkan parasit yang hidup pada tubuh internal ikan dan
otot daging disebut endoparasit (parasit internal).
Beberapa gejala serangan ektoparasit dapat dilihat secara visual, yaitu
terbentuknya luka di bagian organ eksternal ikan yang akan menjadi vektor
terjadinya serangan sekunder, baik oleh bakteri, jamur, maupun virus. Sedangkan
gejala serangan endoparasit bisa diamati dengan membelah organ internal ikan,
maka akan dapat dilihat akibat dari serangan endoparasit tersebut. Berdasarkan
ukurannya, parasit eksternal (ektoparasit) maupun parasit internal (endoparasit)
yang menyerang berbagai jenis oraganisme perairan. Parasit-parasit tersebut dapat
dikategorikan menjadi parasit yang bersifat protozoik (Protozoa), seperti
Ichthyophthirius multifiliis, Trichodina sp, Myxobolus sp, dan sebagainya serta
parasit non protozoik (Metazoa), seperti Platyhelminthes, Aschelminthes atau
Nemathelminthes, Acanthocephala, Arthropoda, Mollusca, serta Chordata.
2.2 Ikan
2.2.1 Ikan Hulu’u (Glossogobius giuris)
2.2.1.1 Klasifikasi
Menurut Saanin; Juliana (2018), klasifikasi ikan manggabai adalah sebagai
berikut:
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleosteo
Ordo : Gobioidea
Family : Gobiidae
Genus : Glossogobius
Spesies : Glossogobius giuris
2.2.1.2 Morfologi
Ikan manggabai (Glossogobius giuris) merupakan ikan demersal yang
memiliki bentuk tubuh yang silindris, tubuhnya ditutupi oleh sisik sikloid. Pada
bagian atas tubuh terdapat warna bercak-bercak kehitaman dan padabagian tubuh
bawah tidak terdapat bercak-bercak dan berwarna putih kekuningan. Sirip ekor,
punggung, dan dubur merupakan sirip tunggal. Sirip ekor membulat dan berpola
putih kehitaman. Terdapat dua sirip punggung yangsaling berdekatan, ikan
manggabai memiliki tipe mulut superior.Sirip-siripnya berwarna hijau kekuning-
kuningan dan jari-jari sirip pinggung, sirip ekor dansirip dada dengan bercak
hitam (Juliana, 2018).
2.2.1.3 Habitat dan Kebiasaan Hidup
Ikan manggabai hidup di laut dan sungai-sungai (Rinandha; Juliana,
2018). Sebagian besar ikan manggabai hidup pada air payau atau dekat muara.
Ikan Manggabai merupakan ikan demersal yang hidup di daerah bersubstrat
lumpur. Ikan demersal memiliki kemampuan beradaptasi terhadap faktor
kedalaman perairan yang pada umumnya tinggi dan tingkat aktifitas yang rendah
dibandingkan jenis ikan pelagis, habitat utamanya dilapisan dekat dasar laut meski
untuk beberapa jenis diantaranya berada di lapisan yang lebih dalam (Rinandha;
Juliana, 2018).
Ikan Manggabai tumbuh optimum di air payau dibandingkan dengan air
bersih. Menurut Prihartatik; Juliana (2018), di Sri Lanka, substrat pasir dan
lumpur lebih disukai untuk hidup dibandingkan dengan batu karang. Untuk
penyamaran, ikan ini bersembunyi dibawah pasir dengan mata yang menonjol
keluar dan jarang berenang bebas.Ikan yang masih muda membentuk kumpulan
atau bersembunyi dekat batuan diperairan yang tenang. Pada akuarium ikan ini
dapat hidup pada suhu 22 – 25ºC, pH 6.5–7.2, tingkat kecerahan rendah, bagian
bawah akuarium bersubstrat batuan atau pasir. Penyebaran ikan Manggabai di
dunia meliputi daerah Afrika, Laut Merah serta Afrika Timur dan umumnya pada
pesisir dan estuari dari Afrika dan Madagaskar ke India dan selatan China.
2.2.2 Ikan Nike (Clarias gariepinus)
2.2.2.1 Klasifikasi
Ikan Nike merupakan salah satu spesies ikan yang ditemukan di Perairan
Gorontalo yang diduga sebagai ikan endemik. Olii et al. (2017) menyebutkan
bahwa ikan nike adalah larva Awaous sp. Sedangkan Yusuf et al. (2012) dan
Salam et al. (2016) menyebutkan bahwa ikan nike adalah Awaous
melanocephalus. Namun, sampai saat ini belum ada studi ilmiah baik secara
morfologi maupun genetic untuk menentukan status taksonomi ikan nike, selain
itu juga kajian bioekologinya juga belum pernah dilaporkan.
2.2.2.2 Morfologi
Berdasarkan hasil pengamatan oleh Pasinggi dkk (2018), ikan nike
memiliki sirip yang belum lengkap, warna tubuh transparan, serta terlihat adanya
bekas kuning telur yang tereduksi.
2.2.2.3 Habitat
Ikan nike merupakan nama lokal ikan yang diduga endemik Perairan
Gorontalo. Salam et al. (2016) mendeskripsikan ikan nike sebagai ikan berukuran
kecil di wilayah estuari Sungai Bone, Kota Gorontalo yang penangkapannya
dilakukan berdasarkan fase bulan. Sedangkan Olii et al. (2017) mengemukakan
dugaan terhadap ikan nike sebagai gerombolan larva ikan.
Berdasarkan informasi dari nelayan dan masyarakat Gorontalo,
kemunculan ikan nike di perairan tidak terjadi sepanjang tahun. Hasil penelitian
Pasinggi dkk (2018), menunjukkan bahwa secara keseluruhan periode
kemunculan ikan nike di perairan Teluk Gorontalo terjadi di beberapa hari di fase
bulan akhir menjelang bulan baru. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Olii et al. (2017) yang mengemukakan bahwa
periode kemunculan ikan nike di Perairan Gorontalo pada tahun 2017 terjadi di
awal fase bulan. Namun, belum ada literatur yang menyebutkan dengan spesifik
mengenai perbandingan ukuran ikan nike di Teluk Gorontalo yang muncul pada
fase bulan akhir maupun pada awal fase bulan.
2.2.3 Bandeng (Chanos chanos)
2.2.3.1 Klasifikasi Bandeng (Chanos chanos)
Klasifikasi Bandeng (C. chanos) menurut Nelson (2006)
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Gonorynchiformes
Famili : Chanidae
Genus : Chanos
Spesies : Chanos chanos
2.2.3.2 Morfologi Bandeng
Ikan bandeng memiliki bentuk tubuh yang memanjang, ramping, pipih dan
oval. Panjang ikan ini berkisar 5 -10 cm bahkan lebih, dan juga memiliki
ketinggian badan berkisar 2-4 cm. Sedangkan ukuran kepala pada ikan bandeng
ini sejajar atau berukuran seimbang dengan ukuran badanya yang memiliki bentuk
lonjong dan tidak memiliki sisik. Selain itu, ikan bandeng ini memiliki kepala
depan yang mendekati mulut dan sedikit meruncing (kurniawan, 2020).
Ikan bandeng memiliki warna keputihan, abu-abu dan silver. Ikan bandeng
memiliki sisik kecil yang berdiameter 0,01 -0,005 bahkan lebih. Sisik tersebut
memiliki warna yang sama dan juga tidak mengkilap. Sirip badan ikan bandengan
ini memiliki beberapa lapisan seperti lilin, memiliki bentuk segitiga dan terletak di
insang di bawah perut. Sirip bagian punggung memiliki tulang yang tersusun 14
batang. Salah satunya sirip yang terletak di bagian atas punggung memiliki fungis
untuk mengontrol berenag ikan. Selain itu, sirip di bagian perut ikan bandengn ini
terdapat di dekat bagian anus, yang memiliki fungi untuk mengatur keseimbangan
berenang. Sedangkan sirip lainnya pada ikan bandeng ini terletak di bagian
belakang sangat besar, berwarna kehitaman atau kecoklatan dan juga runcing di
bagian ujung. Sirip ini berfungsi untuk mengemudi kecepatan berang pada ikan
bandeng (kurniawan, 2020).
2.2.3.3 Habitat Bandeng
Bandeng hidup di Samudera Hindia dan Samudera Pasifik dan cenderung
berkawanan di sekitar pesisir dan pulau-pulau dengan terumbu koral. Ikan yang
muda dan baru menetas hidup di laut selama 2–3 minggu, lalu berpindah ke
rawarawa bakau berair payau, dan kadangkala danau-danau berair asin. Bandeng
baru kembali ke laut kalau sudah dewasa dan bisa berkembang biak (Romadon,
Subekti 2011).
Ikan muda (nener) dikumpulkan orang dari sungai-sungai dan dibesarkan
di tambak-tambak. Di sana mereka bisa diberi makanan apa saja dan tumbuh
dengan cepat. Pertumbuhan ikan bandeng relatif cepat yaitu 1,1 – 1,7% bobot
badan per hari (Sudrajat; Romadon.,Subekti, 2018).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Maret
2020 di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi, Fakultas Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo, Provinsi Gorontalo.
3.2 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah parasite yang tedapat pada ikan hulu’u, ikan
nika dan ikan bandeng.
3.3 Alat dan Bahan
3.3.1 Alat
Peralatan yang dikunakan dalam pemeriksaan parasit yaitu nampan, pisau
bedah, pinset dan gunting. Sedangkan peralatan yang digunakan dalam
identifikasi parasit yaitu gelas objek, kaca pebutup, mikroskop, cawan petri, lup,
dan pipet.
3.3.2 Bahan
Akuadest, tisu, aklohol, Ikan Hulu’u, ikan Nike, dan ikan Bandeng.
3.4 Metode
Metode yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode survei.
Data yang nantinya dikumpulkan bersifat deskriptif..
3.5 Prosedur penelitian
Prosedur kerja dalam penelitian adalah sebagai berikut:
3.5.1 Pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan di pasar tradisional Kota Gorontalo.
3.5.2 Pengamatan (Identifikasi Parasit)
Metode pemeriksaan ektoparasit pada permukaan tubuh dilakukan dengan
cara scraping (Noga; Fiyandini dkk, 2012). Pengerokan dilakukan dari ujung
anterior kepala hingga posterior sirip ekor, pengerokan dilakukan pada kedua sisi
tubuh ikan dan juga semua bagian sirip kemudian dilakukan pengamatan di bawah
mikroskop dengan perbesaran 100x. Pemeriksaan insang ikan dilakukan secara
natif, yaitu dengan memeriksa secara langsung lamela insang dengan
menggunakan mikroskop perbesaran 40x dan 100x.
3.6 Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium, diolah secara
deskriptif dan penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Metode
pengujian dilakukan dengan cara identifikasi sampel ikan hulu’u, ikan nike dan
ikan bandeng di laboratorium untuk mengetahui jenis ektoparasit yang menyerang
ikan-ikan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Fidyandini P. Hilma., Subekti Sri., Kismiyati. Identifikasi dan Prevalensi
Ektoparasit Pada Ikan Bandeng (Chanos chanos) yang Dipelihara di
Karamba Jaring Apung Upbl Situbondo dan Di Tambak Desa Bangunrejo
Kecamatan Jabon Sidoarjo. Journal of Marine and Coastal Science, 1(2),
91 – 112.
Juliana., Koniyo. Yuniarti., Lamadi. Arafik. 2018. Domestikasi dan Aplikasinya
Terhadap Ikan Manggabai. Ideas Publishing. Gorontalo.
Krismono., Kartamihardja. E. Setiadi. 2010. Pengelolaan Sumber Daya Ikan Di
Danau Limboto, Gorontalo .Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia.
Vol.2 No.1 Mei 2010: 27 – 41.
Kumaji. S. Syam., Zakaria. Zuliyanto. 2019. Potensi Anti Bakteri Mucus Ikan-
Ikan Native Di Perairan Danau Limboto, Gorontalo, Indonesia. Jurnal
Bioeksperimen. Volume 5 No.1.
Kurniawan Andri. 2012. Penyakit Akuatik. UBB Press. Bangka Belitung.
Kurniawan. Fedi. 2020. Diakses pada 2020/Feb/10/19:05.
http://fredikurniawan.com/klasifikasi-dan-morfologi-ikan-bandeng/
Nelson, J. S. 2006. Fishes of the World. Fourth Edition. John Wiley and Sons.
Inc., New Yprk, USA.601 p.
Olii, A.H., F.M. Sahami, S.N. Hamzah, N. Pasisingi. 2017. Preliminary findings
on distribution pattern of larvae of nike fish (Awaous sp.) in the estuary
of Bone River, Gorontalo Province, Indonesia. AACL Bioflux, 10(5):
1110-1118.
Pasisingi. Nuralim., Abdullah. Suprapty. 2018. Pola Kemunculan Ikan Nike
(Gobiidae) di Perairan Teluk Gorontalo, Indonesia. Depik Jurnal
Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan. Volume 7, Number 2, Page
111-11. DOI: 10.13170/depik.7.2.11442.
Rahayu. Aninda. 2986. Penyakit-penyakit pada Ikan-ikan Laut. Jurnal Oseana,.
Volume XI, Nomor 3 : 101-110.
Romadon. Ahmad., Subekti. Endah. 2011. Teknik Budidaya Ikan Bandeng di
Kabupaten Demak. Mediargo. VOL 7. NO. 2, 2011: HAL 19 – 24.
Salam, A., F.M. Sahami, C. Panigoro. 2016. Nike (Awaous melanocephalus)
fishery and mercury contamination in the estuary of Bone-Bolango River.
Omni-Akuatika, 12(2): 130-136.
Sarjito., Prayitno B. Slamet., Haditomo H.C. Alfabetian.2013. Buku Pengantar
Parasit pada Ikan. UPT UNDIP Press. Semarang.
Yusuf, N., S. Purwaningsih, W. Trilaksani. 2012. Formulasi tepung pelapis savory
chips ikan nike (Awaous melanochepalus). Jurnal Pengolahan Hasil
Perikanan Indonesia, 15(1):35-44.

Anda mungkin juga menyukai