Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

INDEKS ERITROSIT (MCH)

Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Hematologi II


Pada Proses Belajar Mengajar Semester IV
Jurusan Teknologi Laboratorium Medik Ambon

Disusun Oleh :
Kelompok IV

Kelas 2B Kelas 2A

1. Regalito Patty 1. Patresia Carmelita Barends


2. Risda Sari Daeng Praty 2. Rachmat Assyugo Tuharea
3. Risna Buton 3. Resti Safitri Djumat
4. Ryan Laimu 4. Rizal Abdul Wahab Laitupa
5. Salma Usemahu 5. Sahril Ramadan Tidore
6. Senda Melinda Tahalele 6. Santi Husen T
7. Siti Varih Sarah Pelapori 7. Saskila Daeng
8. Ramisa Rumatiga 8. Ryan Alfandi Kaimudin
9. Patricia C Bulohroy 9. Resti Idris
10. Nur Sari Hataul 10. Shareen Matitawaer
11.Sendy Sohilait

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU


JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
AMBON
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul
“INDEKS ERITROSIT (MCH)” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah dengan maksud


memenuhi tugas “dosen” dalam bidang studi Hematologi II. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Kami juga menyadari bahwa pada pembuatan makalah ini ditemukan


banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar makalah
ini menjadi lebih baik lagi kedepannya.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih. Semoga kedepannya tugas makalah


ini dapatt bermanfaat bagi pembaca dan bagi kelompok kami.

Ambon Februari 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………….………………………..….…………………i
KATA PENGANTAR……………………………………………………….…ii
DAFTAR ISI………...………………………………………..….……………..iii

BAB I PENDAHULUAN…….………………………………..….……………
A. Latar belakang………………………………………..………………….
B. Rumusan masalah……………………………………..………………..
C. Tujuan………………………………………………...……...………….

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………...………………………….….…


A. Indeks eritrosit (MCH)…………………………………………………...
1. Pengertian Indeks Erotrosit………………….…………………….....
2. Definisi MCH atau HER………………………………………….…....
3. Faktor-faktor Penyebab Kadar MCH Rendah..........................................
4. Gejalah-gejalah MCH Rendah…………………………………………
5. Penyebab MCH Tinggi…………………………………………………
6. Gejalah-Gejalah MCH Tinggi…………………………………………
A. Pemeriksaan Laboratorium Indeks Eritrosit pada mahasiswa yang
Merokok………………………………………………………………….

BAB III PENUTUP………………………………………………………….….8


A. Kesimpulan………………………………………...………………….
B. Saran………………………………………………….……………….
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………..……………..…10

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Darah adalah jaringan cair yang tersusun dari plasma darah dan sel
darah.Sel darah terdiri dari tiga bagian yaitueritrosit, leukosit, dan trombosit.
Volume darah secara keseluruhan yang beredar dalam tubuh adalah satu per dua
belas berat badan atau sekitar lima liter. Selain itu di dalam tubuh juga terdapat
55% plasma darah, dan 45% terdiri dari sel darah.

Fungsi utama darah sebagai pengangkut oksigen ke seluruh tubuh yang


dilakukan oleh sel-sel darah merah.Hampir semua sel darah dihasilkan oleh
sumsum tulang, sedangkan sebagian kecil sel limfosit dihasilkan oleh jaringan
limfopoietik.Sedangkan eritrosit berfungsi untuk mengangkut O2 dari paru-paru
ke seluruh tubuh dan mengangkut sedikit CO2 dari seluruh tubuh ke paru-paru.
Volume darah normal yang keluar selama menstruai telah dipelajari oleh beberapa
peneliti yang menyatakan berjumlah antara 25 ml sampai dengan 60 ml.

Konsentrasi hemoglobin (Hb) normal yaitu 14 gr/dl sedangkan konsentrasi


besi Hb 3,4 mg/gr. Volume darah tersebut mengandung besi sekitar 12 sampai 29
mg dan mencerminkan pengeluaran darah ekuivalen antara 0,4 sampai 1,0 mg besi
setiap hari selama siklus berlangsung (Cunningham, 2006). Salah satu dampak
dari seseorang mengalami lamanya menstruasi adalah anemia.

Anemia adalah berkurangnya jumlah sel darah merah. Deteksi dini


mengenai kejadian anemia perlu dilakukan salah satunya untuk mencegah
timbulnya gangguan kesehatan yang kronis. Pemeriksaan Indeks eritrosit, dapat
http://repository.unimus.ac.id 2 mengetahui dan menentukan derajat anemia dan
jenis anemia yang sedang dialami oleh seseorang.

Macam-macam pemeriksaan indeks eritrosit ada 3 macam yaitu :Volume


Indeks (VI) MCV, Color Indeks (CI) MCH, Saturation Indeks MCHC
(Gandasoebrata R, 2013). Semakin lama seorang mengalami menstruasi akan

4
semakin banyak darah yang dikeluarkan sehingga kandungan zat besi dalam tubuh
akan berkurang dan dapat menyebabkan anemia, penyakit anemia dapat di
diagnosa dengan pemeriksaan indeks eritrosit.

B. Rumusan masalah

1. Apa yang di maksud dengan indeks eritrosit?


2. Apa yang dimaksud dengan MCH atau HER?
3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kadar MCH rendah?
4. Apa saja gejalah-gejalah MCH rendah?
5. Apa penyebab MCH tinggi?
6. Apa saja gelaha-gejalah MCH tinggi?
7. Bagaimana pemeriksaan laboratorium indeks eritrosit pada mahasiswa
yang merokok?

C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana hubungan merokok dengan nilai indeks
eritrosit (MCH) pada mahasiswa yang perokok.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

5
A. Indeks eritrosit (MCH)
1. Pengertian indeks eritrosit

Indeks eritosit atau Mean cospuscular Value adalah suatu nilai rata-rata yang
dapat memberi keterangan mengenai rata-rata eritrosit dan mengenai banyaknya
hemoglobin per eritrosit. Pemeriksaan indeks eritrosit digunakan sebagai
pemeriksaan penyaring untuk mendiagnosis terjadinya anemia dan mengetahui
anemia berdasarkan morfologinya. . Hemoglobin adalah protein dalam sel darah
merah (eritrosit) yang berfungsi mengantarkan oksigen ke sel dan jaringan di
seluruh tubuh.

Meski sangat mirip, MCH berbeda dengan MCHC. MCH menunjukkan


berat rata-rata hemoglobin yang ada di setiap sel darah merah, sedangkan mean
corpuscular hemoglobin concentration (MCHC) menunjukkan berat rata-rata
hemoglobin berdasarkan volume sel darah merah. Keduanya merupakan
cerminan kesehatan hemoglobin dalam darah.

Kadar MCH dapat diketahui melalui pemeriksaan darah lengkap atau


complete blood count (CBC). Sejatinya, CBC memeriksa ketiga sel darah, yaitu
eritrosit, leukosit, dan tombosit. Karena MCH adalah bagian dari eritrosit, maka
hasil MCH sudah tercakup di dalamnya.

2. Definisi MCH atau HER


a. MCH atau HER

6
MCH (mean corpuscular hemoglobin) atau HER (hemoglobin eritrosit
rata-rata) adalah jumlah hemoglobin per eritrosit yang dinyatakan dengan
satuan pikogram (pg)
Rumus perhitungan MCH :
MCH= Nilai hemoglobin ( gr%)x10
Jumlah eritrosit (juta/ul)
Nilai normal MCH=27-31 pg. penurunan MCH pada pasien anemia
mikrositik dan anemia hipokromik. Peningkatan MCH terjadi pada pasien
anemia defisiensi besi.

Dikatakan MCH tinggi jika kadarnya 34 pg per sel atau lebih.

b. kadar MCH normal.

Kadar MCH normal pada orang dewasa adalah sekitar 26 sampai 33


pikogram (pg) per sel darah merah. Nilai normal MCH ini dapat bervariasi dari
lab satu ke lab lainnya tergantung mesin yang digunakan untuk melakukan
pengujian. Oleh sebab itu perhatikan nilai rujukan pada kertas hasil tes darah
Anda.

Tabel Nilai normal MCH berdasarkan usia

26 – 34 pg

Bayi baru lahir 33 – 41 pg

Anak usia 1-5 tahun 23 – 31 pg

Anak usia 6-10 tahun 22 – 34 pg

3. Faktor penyebab kadar MCH rendah

7
Berbagai jenis anemia diketahui menunjukkan hasil kadar MCH rendah.
Misalnya, anemia mikrositik yang terjadi saat sel darah merah terlalu kecil
sehingga tidak mengandung sejumlah hemoglobin sebagaimana mestinya.
Penyebab utamanya adalah kekurangan zat gizi atau nutrisi dari makanan,
terutama zat besi (iron).

Di samping itu, beberapa kondisi medis juga bisa menyebabkan anemia,


bahkan jika orang tersebut sudah mengonsumsi makanan seimbang dan sehat.
Kondisi-kondisi yang menyebabkan MCH rendah diantaranya:

a. Anemia Defisiensi Besi

Jumlah zat besi dalam darah yang rendah juga dapat menyebabkan MCH
rendah. Tubuh menggunakan zat besi untuk membuat hemoglobin. Jika tubuh
kehabisan zat besi, anemia defisiensi besi dapat menyebabkan kadar MCH rendah.
Jenis anemia ini mungkin lebih umum terjadi pada vegetarian atau orang dengan
asupan gizi buruk.

b. Penyakit Seliaka
Penyakit ini dapat membuat tubuh kesulitan dalam menyerap zat besi. Sebagai
akibatnya kadar zat besi dalam tubuh lambat laun tidak mencukupi kebutuhan
untuk membentuk sel-sel darah merah.

c. Operasi Lambung
Demikian juga, orang-orang yang menjalani operasi lambung mungkin juga
tidak dapat menyerap zat besi sesuai kebutuhan tubuh.

d. Menstruasi Berlebihan
Wanita dengan menstruasi yang berlebihan juga bisa menjadi anemia, karena
mereka kehilangan lebih banyak zat besi dalam darah menstruasi dari pada yang
di dapatkan dari makanan.

e. Kekurangan Vitamin B

8
Kadar MCH rendah juga bisa muncul di tubuh yang kekurangan vitamin B.
Orang yang tidak mendapatkan cukup vitamin B seperti folat dan B12 mungkin
menunjukkan konsentrasi MCH yang rendah. Karena kekurangan vitamin juga
dapat menunjukkan kadar MCH yang tinggi, dokter mungkin meminta pengujian
dan interpretasi laboratorium lebih lanjut untuk melakukan diagnosis definitif.

4. Gejalah-gejalah MCH rendah

Pada sebagian besar orang dengan MCH rendah, awalnya sama sekali tidak
mengalami gejala. Bila bertahan lama atau turun terlalu rendah, gejala mulai
muncul. Gejala MCH rendah meliputi:

a. sesak napas.
b. kehilangan stamin.
c. kelelahan yang konsisten.
d. pusing.
e. kelemahan dalam tubuh.
f. Kulit pucat.
g. Mudah memar.
Siapa pun yang mengalami gejala ini harus segera menghubungi dokter.

5. Penyebab MCH tinggi

Kadar MCH tinggi biasanya merupakan tanda dari anemia makrositik. Kondisi
ini terjadi ketika sel darah terlalu besar, yang umumnya disebabkan
oleh kekurangan vitamin B12 atau asam folat dalam tubuh.Nilai MCH tinggi bisa
juga disebabkan oleh hal-hal berikut:

a. penyakit hati.
b. kelenjar tiroid yang terlalu aktif.
c. minum alkohol berlebihan.
d. komplikasi dari kanker tertentu.
e. komplikasi dari infeksi.

9
f. Mengonsumsi terlalu banyak obat yang mengandung estrogen.

6. Gejalah-gejalah MCH tinggi.

Seperti halnya kasus sebelumnya, MCH tinggi pada awalnya tidak


menunjukkan gejala apapun, namun secara bertahap bisa bertambah buruk seiring
berjalannya waktu. Gejala MCH tinggi meliputi:

a. Kelelahan.
b. Kulit sangat pucat.
c. Detak jantung cepat.
d. Kuku yang rapuh dan mudah pecah.
e. Menurunnya daya konsentrasi.
f. Kebingungan dan kehilangan ingatan.

Penderita anemia makrositik mungkin juga mengalami masalah pencernaan.


Misalnya tidak nafsu makan, berat badan turun, dan mengalami diare.
Siapapun yang mengalami gejala ini harus segera ke dokter.

7. Pemeriksaan laboratorium indeks eritrosit


a. Pemeriksaan indeks eritrosit pada mahasiswa yang merokok

Merokok merupakan penyebab kematian terbesar di seluruh dunia, serta


merupakan penyebab utama Penyakit Arteri Koroner yang terjadi 2-4 kali lebih
tinggi pada perokok dibandingkan yang bukan perokok. Masalah kesehatan lain
juga seperti kanker paru, emfisema dan bronkitis kronik juga terjadi akibat
merokok yang disebabkan karena keterpaparan bahan kimia dalam rokok terutama
zat nikotin.

Diketahui terdapat lebih dari 4000 zat berbahaya serta bahan karsinogen
terkandung di dalam rokok. Zat kimia yang paling besar dan berbahaya yang

10
terkandung pada asap rokok yaitu nikotin, tar dan karbon monoksida. World
Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa pada periode dekade 2020-
2030 rokok akan menyebabkan 10 juta kematian per tahun, dengan 70%
persentasinya terjadi pada negara-negara berkembang.

Menurut European Urology Focus tahun 2015 menunjukkan bahwa terdapat


sekitar 60% perokok di dunia diantara tahun 2010 sampai 2012 tinggal di 3 negara
Asia, yaitu Cina (317 juta perokok), India (122 juta perokok) Jurnal Medik dan
Rehabilitasi (JMR), Volume 1,Nomor 2, Desember 2018 2 dan Indonesia (115
juta perokok). Tercatat lebih dari 120 juta perokok dewasa berada di 10 negara
ASEAN dan setengah dari angka tersebut berasal dari Indonesia (65 juta
perokok).

Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, proporsi
penduduk menurut kebiasaan merokok dan jenis kelamin di Indonesia sebesar
47,5% untuk persentase pria yang aktif merokok setiap hari dibandingkan dengan
wanita yang aktif merokok setiap hari hanya sebesar 1,1%. Menurut WHO
perokok dibagi dalam tiga kategori sesuai dengan pengonsumsian batang rokok
perhari, yakni ringan (1-10 batang), sedang (11-19 batang) dan berat (lebih dari
sama dengan 20 batang).

Eritrosit adalah sel yang berbentuk cakram bikonkaf yang berperan dalam
efisiensi pengangkutan O2. Eritrosit tidak mengandung nukleus atau organel yang
mana ini dimaksudkan untuk menyediakan tempat bagi hemoglobin. Dua enzim
kunci dalam eritrosit adalah enzim glikolitik yang berfungsi untuk menghasilkan
energi dalam menjalankan mekanisme transpor aktif; dan karbonat anhidrase yang
berfungsi dalam transpor CO2 dan katalisis reaksi kunci perubahan CO2. Setiap
mililiter darah rata-rata mengandung 5 miliar eritrosit.

Indeks eritrosit terdiri atas Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean


Corpuscular Haemoglobin (MCH) dan Mean Corpuscular Haemoglobin
Concentration (MCHC). MCV merupakan pengukuran volume atau ukuran rata-

11
rata pada sel darah merah, yang didapatkan dari perhitungan rumus: MCV =
[HCT (%) x 10/RBC (million/cmm)] fL. MCH adalah perhitungan jumlah
hemoglobin rata-rata dalam satu sel darah merah, yang didapatkan dari rumus:
MCH = [Hb (g/dL)/RBC (million/cmm)] pg. MCHC adalah perhitungan rata-rata
konsentrasi hemoglobin dalam satu sel darah merah, yang didapatkan dari
perhitungan: MCHC = [Hb (g/dL)/HCT (5%)] g/dL.

b. Metode penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang bersifat analitik observasional


dengan rancangan desain potong lintang. Penelitian dilaksanakan di Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sam Ratulang, dimulai dari bulan Oktober
sampai November 2018. Sampel penelitian berjumlah 30 responden yang diambil
dengan metode purposive sampling dengan syarat memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi penelitian. Responden yang terpilih dan bersedia mengikuti penelitian
awalnya menyetujui lembaran persetujuan (informed-consent) kemudian mengisi
kuesioner untuk mendapatkan data penggunaan rokok secara individual. Sampel
darah diambil melalui darah vena oleh petugas laboratorium dan diperiksa di
Laboratorium Klinik menggunakan alat Micros 60 ABX. Data diolah
menggunakan Microsoft Excel 2016 dan program pengolah data SPSS versi 23.

c. Hasil penelitian

Berdasarkan usia, didapatkan hasil terbanyak adalah berusia 20 tahun dengan


jumlah 9 orang (30%). Usia responden yang termuda adalah berusia 18 tahun
dengan jumlah responden paling sedikit yaitu 1 orang (3,3%) sedangkan subjek
dengan usia tertua berusia 23 tahun dengan jumlah 3 orang (10%) (Tabel 1).

Tabel 2 menunjukkan lama merokok responden yang terbanyak berada pada


rentang 1-5 tahun dengan jumlah responden 26 orang (86,7%). Berdasarkan usia
pertama merokok, terbanyak ditemui pada subjek yang merokok pada rentang usia
16-20 tahun dengan jumlah 22 orang (73,3%) (Tabel 3).

12
Berdasarkan tabel 4, jenis rokok yang di konsumsi subjek menunjukkan
jumlah terbanyak adalah rokok filter (biasa) dengan jumlah 23 orang (76,7%).
Tabel 5 menunjukkan hasil jumlah rokok yang dikonsumsi dalam sehari yang
dikaitkan dengan klasifikasi WHO pada responden penelitian. Hasil yang
ditunjukkan adalah jumlah terbanyak dengan pengonsumsian 1-10 batang per hari
dengan klasifikasi WHO ringan yang didapatkan pada 21 orang responden (70%).

Tabel 6 menunjukkan data hasil indeks eritrosit MCV diperoleh hasil normal
dengan rerata 83,73 fL pada semua responden berjumlah 30 orang (100%). Pada
indeks eritrosit MCH terdapat variasi pada hasil nilainya dimana hasil normal
didapatkan pada 23 orang (76,7%) dengan nilai rerata 30,97 pg, dan hasil MCH
yang meningkat ditunjukkan oleh 7 orang responden (23,3%) dengan nilai rerata
34,54 pg. Dalam tabel 6, pada indeks eritrosit MCHC menunjukkan hasil yang
meningkat dengan nilai rerata 39,16 g/dL pada 18 orang responden (60%),
sedangkan jumlah responden 12 orang (40%) menunjukkan hasil yang normal
dengan rerata 35,73 g/dL.

Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan usia

Usia (tahun) N Persentase (%)

13
18 1 3,3
19 5 16,7
20 9 30,0
21 6 20,0
22 6 20,0
23 3 10,0

Jumlah 30 100

Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan lama merokok


Variabel N Persentase (%)
Lama Merokok (tahun) 1-5 26 86,7
6-10 3 10,0
≥11 1 3,3

Jumlah 30 100

Tabel 3. Karakteristik berdasarkan usia pertama merokok


Variabel N Persentase (%)
Usia Pertama Merokok (tahun) 10-15 7 23,3
16-20 22 73,3
>20 1 3,3

Jumlah 30 100

Tabel 4. Karakteristik berdasarkan jenis rokok


Jenis Rokok N Persentase (%)
Filter 23 76,7
Non-Filter 6 20,0
Mix 1 3,3

Jumlah 30 100%

Tabel 5. Karakteristik responden berdasarkan jumlah batang rokok dalam sehari

14
Variabel Klasifikasi WHO N Persentase (%)
Rokok Per Hari (batang) 1-10 Ringan 21 70,0
11-19 Sedang 6 20,0
>20 Berat 3 10,0

Jumlah 30 100

Tabel 6. Karakteristik responden berdasarkan indeks eritrosit (MCV, MCH,


MCHC)
Indeks Eritrosit n Mean ± SD Persentase (%)
MCV (fL) Rendah 0 0
Normal 30 83,73 ± 3.139 100,0
Tinggi 0 0

Jumlah 30 100

MCH (pg) Rendah 0 0


23 30,97 ± 1.464 76,7
Normal 34,54 ± 1.064
7 23,3
Tinggi
30 100
Jumlah

MCHC (g/dL) Rendah 0 35,73 ± 0.748 0


12 39,16 ± 0.488 40,0
Normal 18 60,0
Tinggi
30 100
Jumlah

Berdasarkan uji Spearman Rank (rho) didapatkan hasil untuk ketiga indeks
eritrosit MCV, MCH dan MCHC memiliki nilai p>0,05 yang menunjukkan tidak
terdapat adanya hubungan yang signifikan antara merokok derajat ringan, sedang,
berat dengan nilai indeks eritrosit. Kekuatan hubungan antara merokok dengan
nilai indeks eritrosit MCV dan MCH menunjukkan korelasi yang sangat lemah,
sedangkan MCHC menunjukkan kekuatan korelasi yang kuat.

15
Arah hubungan ketiga indeks eritrosit tersebut memberikan hasil nilai yang
positif pada nilai correlation coefficient dalam analisis data, maka dapat
disimpulkan bahwa hubungan masing-masing variabel searah. Hal ini berarti
semakin tinggi konsumsi batang rokok per hari dan semakin lama mengonsumsi
rokok maka akan memengaruhi indeks eritrosit. Bila dinyatakan dalam kurva
maka Variabel n Persentase (%) Lama Merokok (tahun) Jumlah 1-5 6-10 ≥11 26 3
1 30 86,7 10,0 3,3 100 Variabel n Persentase (%) Usia Pertama Merokok (tahun)
Jumlah 10-15 16-20 >20 7 22 1 30 23,3 73,3 3,3 100 Jenis Rokok n Persentase
(%) Filter Non-Filter Mix Jumlah 23 6 1 30 76,7 20,0 3,3 100% Variabel
Klasifikasi WHO n Persentase (%) Rokok Per Hari (batang) Jumlah 1-10 11-19
>20 Ringan Sedang Berat 21 6 3 30 70,0 20,0 10,0 100 Jurnal Medik dan
Rehabilitasi (JMR), Volume 1,Nomor 2, Desember 2018 4 masing-masing
variabel akan mengikuti arah satu sama lain.

d. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil nilai signifikansi p>0,05 pada hasil
uji korelasi hubungan merokok dengan nilai indeks eritrosit yaitu MCV
(p=0,338), MCH (p=0,386) dan MCHC (p=0,789). Berdasarkan hasil tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat adanya hubungan yang signifikan
antara merokok dengan indeks eritrosit (MCV, MCH dan MCHC). Indeks eritrosit
MCV didapatkan hasil normal yang nilai rerata 83,73 fL. Hal ini selaras dengan
penelitian oleh Lymperaki, E. et al. 14 tahun 2015 yang melakukan penelitian
kepada 32 orang usia 20-23 tahun, menemukan bahwa nilai MCV tidak terjadi
perubahan yang bermakna (p>0,05) pada kelompok perokok (p=0,342) dan bukan
perokok (p=0,315). Berbeda dengan hasil penelitian yang diperlihatkan oleh Inal
et al.15 tahun 2014 pada 171 subjek laki-laki sehat usia antara 20-30 tahun yang
secara statistik menunjukkan kontras tentang nilai MCV yang signifikan tinggi
(p0,05) antara perokok dan bukan perokok (p=0,526).

16
Karboksihemoglobin yang terbentuk membuat pergeseran ke kiri (shift-to-the-
left) kurva disosiasi Hb menyebabkan keadaan hipoksemia sehingga terjadi
gangguan hantaran oksigen ke jaringan, dan selanjutnya terjadi hipoksia
jaringan yang merujuk pada penurunan tekanan oksigen dan merangsang
sekresi pelepasan hormon eritropoietin (EPO) dari ginjal sehingga terjadi
eritropoiesis. Mekanismenya adalah terkadang keadaan hipoksia di bagian
tubuh lain yang bukan pada ginjal, dapat merangsang sekresi eritropoietin
ginjal. Hal ini menunjukkan bahwa mungkin terdapat beberapa sensor di luar
ginjal yang mengirimkan sinyal tambahan ke ginjal untuk memproduksi
hormon EPO.

Pada keadaan hipoksia jaringan yang terjadi, termasuk penurunan


penyaluran oksigen ke ginjal, akan meningkatkan kadar hypoxia-inducible
factor1 (HIF-1) jaringan, yang berfungsi sebagai faktor transkripsi untuk
sejumlah besar gen terinduksi hipoksia (hypoxia-inducible genes), termasuk
gen eritropoietin (EPO). HIF-1 mengikat unsur respons hipoksia (hypoxia
response element) yang ada pada gen eritropoietin, merangsang transkripsi
mRNA dan pada akhirnya meningkatkan sintesis eritropoietin ke dalam darah
dan hormon ini pada gilirannya merangsang eritropoiesis oleh sumsum merah.
Indeks eritrosit MCH gambarannya adalah bila nilai MCH yang ditemukan
dibawah dari nilai rujukan tersebut bisa ditemukan pada keadaan defisiensi
besi, thalassaemia dan di beberapa kasus anemia pada penyakit kronik.

e. Pengobatan MCH abnormal

Pengobatan bervariasi pada setiap kasus, tergantung pada penyebabnya.

Memperbanyak asupan vitamin B12 dan asam folat melalui makanan bisa menjadi


cara yang baik untuk mengatasi MCH tinggi. Caranya dengan mengatur pola dan
menu makan yang bervariasi dan seimbang yang kaya akan kedua zat tersebut.

17
Jika diperlukan dokter akan merekomendasikan suplemen untuk membantu
menjaga kadar zat gizi tersebut pada tubuh.

Di sisi lain, Kadar MCH Rendah umumnya terjadi akibat kekurangan zat besi
yang menyebabkan anemia. Oleh sebab itu, para dokter merekomendasikan agar
penderita menambahkan lebih banyak zat besi dan vitamin B6 ke makanannya.
Mengkonsumsi vitamin C dan serat, bersama dengan makanan yang mengandung
zat besi, juga dapat membantu mempercepat pemulihan.

Pada intinya, setiap orang yang memiliki kadar MCH rendah atau tinggi harus
selalu mendiskusikan rencana pengobatan dengan dokter sebelum mengkonsumsi
suplemen atau melakukan perubahan drastis terhadap menu makanan sehari-hari.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Indeks eritrosit merupakan pemeriksaan yang banyak di minta oleh dokter.


Indeks eritrosit atau mean corpuscular indekx merupakan pemeriksaan
laboratorium yang dapat digunakan untuk menegakan diagnosis penyakit anemia
yang banyak ditemukan di Indonesia. Pemeriksaan indeks eritrosit yang meliputi
MCV, MCH dan MCHC, dimana masing-masing parameter tersebut di dapatkan
melalui perhitungan yang melibatkan kadar hemaglobin, hematokrit dan jumlah
eritrosit di pengaruhi oleh factor pra analitik,analitik dan pasca analitik. Kadar
MCH dapat diketahui melalui pemeriksaan darah lengkap atau complete blood
count (CBC). Sejatinya, CBC memeriksa ketiga sel darah, yaitu eritrosit, leukosit,
dan tombosit. Karena MCH adalah bagian dari eritrosit, maka hasil MCH sudah
tercakup di dalamnya.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis mengetahui bahwa makalah ini masih
sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca sehingga dapat membuat makalah ini
lebih baik lagi.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.unimus.ac.id/466/2/FILE%20BAB%20I.pdf
file:///C:/Users/ACER/Downloads/22316-45483-1-SM%20(2).pdf

20

Anda mungkin juga menyukai