Disusun Oleh :
Kelompok IV
Kelas 2B Kelas 2A
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul
“INDEKS ERITROSIT (MCH)” ini tepat pada waktunya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………….………………………..….…………………i
KATA PENGANTAR……………………………………………………….…ii
DAFTAR ISI………...………………………………………..….……………..iii
BAB I PENDAHULUAN…….………………………………..….……………
A. Latar belakang………………………………………..………………….
B. Rumusan masalah……………………………………..………………..
C. Tujuan………………………………………………...……...………….
BAB I
3
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Darah adalah jaringan cair yang tersusun dari plasma darah dan sel
darah.Sel darah terdiri dari tiga bagian yaitueritrosit, leukosit, dan trombosit.
Volume darah secara keseluruhan yang beredar dalam tubuh adalah satu per dua
belas berat badan atau sekitar lima liter. Selain itu di dalam tubuh juga terdapat
55% plasma darah, dan 45% terdiri dari sel darah.
4
semakin banyak darah yang dikeluarkan sehingga kandungan zat besi dalam tubuh
akan berkurang dan dapat menyebabkan anemia, penyakit anemia dapat di
diagnosa dengan pemeriksaan indeks eritrosit.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana hubungan merokok dengan nilai indeks
eritrosit (MCH) pada mahasiswa yang perokok.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
A. Indeks eritrosit (MCH)
1. Pengertian indeks eritrosit
Indeks eritosit atau Mean cospuscular Value adalah suatu nilai rata-rata yang
dapat memberi keterangan mengenai rata-rata eritrosit dan mengenai banyaknya
hemoglobin per eritrosit. Pemeriksaan indeks eritrosit digunakan sebagai
pemeriksaan penyaring untuk mendiagnosis terjadinya anemia dan mengetahui
anemia berdasarkan morfologinya. . Hemoglobin adalah protein dalam sel darah
merah (eritrosit) yang berfungsi mengantarkan oksigen ke sel dan jaringan di
seluruh tubuh.
6
MCH (mean corpuscular hemoglobin) atau HER (hemoglobin eritrosit
rata-rata) adalah jumlah hemoglobin per eritrosit yang dinyatakan dengan
satuan pikogram (pg)
Rumus perhitungan MCH :
MCH= Nilai hemoglobin ( gr%)x10
Jumlah eritrosit (juta/ul)
Nilai normal MCH=27-31 pg. penurunan MCH pada pasien anemia
mikrositik dan anemia hipokromik. Peningkatan MCH terjadi pada pasien
anemia defisiensi besi.
26 – 34 pg
7
Berbagai jenis anemia diketahui menunjukkan hasil kadar MCH rendah.
Misalnya, anemia mikrositik yang terjadi saat sel darah merah terlalu kecil
sehingga tidak mengandung sejumlah hemoglobin sebagaimana mestinya.
Penyebab utamanya adalah kekurangan zat gizi atau nutrisi dari makanan,
terutama zat besi (iron).
Jumlah zat besi dalam darah yang rendah juga dapat menyebabkan MCH
rendah. Tubuh menggunakan zat besi untuk membuat hemoglobin. Jika tubuh
kehabisan zat besi, anemia defisiensi besi dapat menyebabkan kadar MCH rendah.
Jenis anemia ini mungkin lebih umum terjadi pada vegetarian atau orang dengan
asupan gizi buruk.
b. Penyakit Seliaka
Penyakit ini dapat membuat tubuh kesulitan dalam menyerap zat besi. Sebagai
akibatnya kadar zat besi dalam tubuh lambat laun tidak mencukupi kebutuhan
untuk membentuk sel-sel darah merah.
c. Operasi Lambung
Demikian juga, orang-orang yang menjalani operasi lambung mungkin juga
tidak dapat menyerap zat besi sesuai kebutuhan tubuh.
d. Menstruasi Berlebihan
Wanita dengan menstruasi yang berlebihan juga bisa menjadi anemia, karena
mereka kehilangan lebih banyak zat besi dalam darah menstruasi dari pada yang
di dapatkan dari makanan.
e. Kekurangan Vitamin B
8
Kadar MCH rendah juga bisa muncul di tubuh yang kekurangan vitamin B.
Orang yang tidak mendapatkan cukup vitamin B seperti folat dan B12 mungkin
menunjukkan konsentrasi MCH yang rendah. Karena kekurangan vitamin juga
dapat menunjukkan kadar MCH yang tinggi, dokter mungkin meminta pengujian
dan interpretasi laboratorium lebih lanjut untuk melakukan diagnosis definitif.
Pada sebagian besar orang dengan MCH rendah, awalnya sama sekali tidak
mengalami gejala. Bila bertahan lama atau turun terlalu rendah, gejala mulai
muncul. Gejala MCH rendah meliputi:
a. sesak napas.
b. kehilangan stamin.
c. kelelahan yang konsisten.
d. pusing.
e. kelemahan dalam tubuh.
f. Kulit pucat.
g. Mudah memar.
Siapa pun yang mengalami gejala ini harus segera menghubungi dokter.
Kadar MCH tinggi biasanya merupakan tanda dari anemia makrositik. Kondisi
ini terjadi ketika sel darah terlalu besar, yang umumnya disebabkan
oleh kekurangan vitamin B12 atau asam folat dalam tubuh.Nilai MCH tinggi bisa
juga disebabkan oleh hal-hal berikut:
a. penyakit hati.
b. kelenjar tiroid yang terlalu aktif.
c. minum alkohol berlebihan.
d. komplikasi dari kanker tertentu.
e. komplikasi dari infeksi.
9
f. Mengonsumsi terlalu banyak obat yang mengandung estrogen.
a. Kelelahan.
b. Kulit sangat pucat.
c. Detak jantung cepat.
d. Kuku yang rapuh dan mudah pecah.
e. Menurunnya daya konsentrasi.
f. Kebingungan dan kehilangan ingatan.
Diketahui terdapat lebih dari 4000 zat berbahaya serta bahan karsinogen
terkandung di dalam rokok. Zat kimia yang paling besar dan berbahaya yang
10
terkandung pada asap rokok yaitu nikotin, tar dan karbon monoksida. World
Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa pada periode dekade 2020-
2030 rokok akan menyebabkan 10 juta kematian per tahun, dengan 70%
persentasinya terjadi pada negara-negara berkembang.
Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, proporsi
penduduk menurut kebiasaan merokok dan jenis kelamin di Indonesia sebesar
47,5% untuk persentase pria yang aktif merokok setiap hari dibandingkan dengan
wanita yang aktif merokok setiap hari hanya sebesar 1,1%. Menurut WHO
perokok dibagi dalam tiga kategori sesuai dengan pengonsumsian batang rokok
perhari, yakni ringan (1-10 batang), sedang (11-19 batang) dan berat (lebih dari
sama dengan 20 batang).
Eritrosit adalah sel yang berbentuk cakram bikonkaf yang berperan dalam
efisiensi pengangkutan O2. Eritrosit tidak mengandung nukleus atau organel yang
mana ini dimaksudkan untuk menyediakan tempat bagi hemoglobin. Dua enzim
kunci dalam eritrosit adalah enzim glikolitik yang berfungsi untuk menghasilkan
energi dalam menjalankan mekanisme transpor aktif; dan karbonat anhidrase yang
berfungsi dalam transpor CO2 dan katalisis reaksi kunci perubahan CO2. Setiap
mililiter darah rata-rata mengandung 5 miliar eritrosit.
11
rata pada sel darah merah, yang didapatkan dari perhitungan rumus: MCV =
[HCT (%) x 10/RBC (million/cmm)] fL. MCH adalah perhitungan jumlah
hemoglobin rata-rata dalam satu sel darah merah, yang didapatkan dari rumus:
MCH = [Hb (g/dL)/RBC (million/cmm)] pg. MCHC adalah perhitungan rata-rata
konsentrasi hemoglobin dalam satu sel darah merah, yang didapatkan dari
perhitungan: MCHC = [Hb (g/dL)/HCT (5%)] g/dL.
b. Metode penelitian
c. Hasil penelitian
12
Berdasarkan tabel 4, jenis rokok yang di konsumsi subjek menunjukkan
jumlah terbanyak adalah rokok filter (biasa) dengan jumlah 23 orang (76,7%).
Tabel 5 menunjukkan hasil jumlah rokok yang dikonsumsi dalam sehari yang
dikaitkan dengan klasifikasi WHO pada responden penelitian. Hasil yang
ditunjukkan adalah jumlah terbanyak dengan pengonsumsian 1-10 batang per hari
dengan klasifikasi WHO ringan yang didapatkan pada 21 orang responden (70%).
Tabel 6 menunjukkan data hasil indeks eritrosit MCV diperoleh hasil normal
dengan rerata 83,73 fL pada semua responden berjumlah 30 orang (100%). Pada
indeks eritrosit MCH terdapat variasi pada hasil nilainya dimana hasil normal
didapatkan pada 23 orang (76,7%) dengan nilai rerata 30,97 pg, dan hasil MCH
yang meningkat ditunjukkan oleh 7 orang responden (23,3%) dengan nilai rerata
34,54 pg. Dalam tabel 6, pada indeks eritrosit MCHC menunjukkan hasil yang
meningkat dengan nilai rerata 39,16 g/dL pada 18 orang responden (60%),
sedangkan jumlah responden 12 orang (40%) menunjukkan hasil yang normal
dengan rerata 35,73 g/dL.
13
18 1 3,3
19 5 16,7
20 9 30,0
21 6 20,0
22 6 20,0
23 3 10,0
Jumlah 30 100
Jumlah 30 100
Jumlah 30 100
Jumlah 30 100%
14
Variabel Klasifikasi WHO N Persentase (%)
Rokok Per Hari (batang) 1-10 Ringan 21 70,0
11-19 Sedang 6 20,0
>20 Berat 3 10,0
Jumlah 30 100
Jumlah 30 100
Berdasarkan uji Spearman Rank (rho) didapatkan hasil untuk ketiga indeks
eritrosit MCV, MCH dan MCHC memiliki nilai p>0,05 yang menunjukkan tidak
terdapat adanya hubungan yang signifikan antara merokok derajat ringan, sedang,
berat dengan nilai indeks eritrosit. Kekuatan hubungan antara merokok dengan
nilai indeks eritrosit MCV dan MCH menunjukkan korelasi yang sangat lemah,
sedangkan MCHC menunjukkan kekuatan korelasi yang kuat.
15
Arah hubungan ketiga indeks eritrosit tersebut memberikan hasil nilai yang
positif pada nilai correlation coefficient dalam analisis data, maka dapat
disimpulkan bahwa hubungan masing-masing variabel searah. Hal ini berarti
semakin tinggi konsumsi batang rokok per hari dan semakin lama mengonsumsi
rokok maka akan memengaruhi indeks eritrosit. Bila dinyatakan dalam kurva
maka Variabel n Persentase (%) Lama Merokok (tahun) Jumlah 1-5 6-10 ≥11 26 3
1 30 86,7 10,0 3,3 100 Variabel n Persentase (%) Usia Pertama Merokok (tahun)
Jumlah 10-15 16-20 >20 7 22 1 30 23,3 73,3 3,3 100 Jenis Rokok n Persentase
(%) Filter Non-Filter Mix Jumlah 23 6 1 30 76,7 20,0 3,3 100% Variabel
Klasifikasi WHO n Persentase (%) Rokok Per Hari (batang) Jumlah 1-10 11-19
>20 Ringan Sedang Berat 21 6 3 30 70,0 20,0 10,0 100 Jurnal Medik dan
Rehabilitasi (JMR), Volume 1,Nomor 2, Desember 2018 4 masing-masing
variabel akan mengikuti arah satu sama lain.
d. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil nilai signifikansi p>0,05 pada hasil
uji korelasi hubungan merokok dengan nilai indeks eritrosit yaitu MCV
(p=0,338), MCH (p=0,386) dan MCHC (p=0,789). Berdasarkan hasil tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat adanya hubungan yang signifikan
antara merokok dengan indeks eritrosit (MCV, MCH dan MCHC). Indeks eritrosit
MCV didapatkan hasil normal yang nilai rerata 83,73 fL. Hal ini selaras dengan
penelitian oleh Lymperaki, E. et al. 14 tahun 2015 yang melakukan penelitian
kepada 32 orang usia 20-23 tahun, menemukan bahwa nilai MCV tidak terjadi
perubahan yang bermakna (p>0,05) pada kelompok perokok (p=0,342) dan bukan
perokok (p=0,315). Berbeda dengan hasil penelitian yang diperlihatkan oleh Inal
et al.15 tahun 2014 pada 171 subjek laki-laki sehat usia antara 20-30 tahun yang
secara statistik menunjukkan kontras tentang nilai MCV yang signifikan tinggi
(p0,05) antara perokok dan bukan perokok (p=0,526).
16
Karboksihemoglobin yang terbentuk membuat pergeseran ke kiri (shift-to-the-
left) kurva disosiasi Hb menyebabkan keadaan hipoksemia sehingga terjadi
gangguan hantaran oksigen ke jaringan, dan selanjutnya terjadi hipoksia
jaringan yang merujuk pada penurunan tekanan oksigen dan merangsang
sekresi pelepasan hormon eritropoietin (EPO) dari ginjal sehingga terjadi
eritropoiesis. Mekanismenya adalah terkadang keadaan hipoksia di bagian
tubuh lain yang bukan pada ginjal, dapat merangsang sekresi eritropoietin
ginjal. Hal ini menunjukkan bahwa mungkin terdapat beberapa sensor di luar
ginjal yang mengirimkan sinyal tambahan ke ginjal untuk memproduksi
hormon EPO.
17
Jika diperlukan dokter akan merekomendasikan suplemen untuk membantu
menjaga kadar zat gizi tersebut pada tubuh.
Di sisi lain, Kadar MCH Rendah umumnya terjadi akibat kekurangan zat besi
yang menyebabkan anemia. Oleh sebab itu, para dokter merekomendasikan agar
penderita menambahkan lebih banyak zat besi dan vitamin B6 ke makanannya.
Mengkonsumsi vitamin C dan serat, bersama dengan makanan yang mengandung
zat besi, juga dapat membantu mempercepat pemulihan.
Pada intinya, setiap orang yang memiliki kadar MCH rendah atau tinggi harus
selalu mendiskusikan rencana pengobatan dengan dokter sebelum mengkonsumsi
suplemen atau melakukan perubahan drastis terhadap menu makanan sehari-hari.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis mengetahui bahwa makalah ini masih
sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca sehingga dapat membuat makalah ini
lebih baik lagi.
19
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.unimus.ac.id/466/2/FILE%20BAB%20I.pdf
file:///C:/Users/ACER/Downloads/22316-45483-1-SM%20(2).pdf
20