Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERAN MAHASISWA DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI DI


MASYARAKAT

DISUSUN OLEH:
TINGKAT II A
KELOMPOK III

1. JEVONDA PESETELEHAHA
2. JURNITA PAYAPO
3. MAIMUNASTI SAMAL
4. MICHAEL MILANO TAPILAHA
5. MUSTIKA SARI YUSUF
6. NOVENDA MATAKENA
7. NOVITA SAPSUHA
8. NUR FATRIA IRAN,ANJARANG
9. NURHAYATI UMASUGI
10. NURUL ISNANIA LESTALUHU

KEMENETRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
PROGRAM STUDI ANALIS KESEHATAN
2020
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah dengan judul “Peran Mahasiswa Dalam Pemberantasan Korupsi di
Masyarakat” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi. , dari yang terhormat Dra.R.R
Pudyastuti,M.Ks .

Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang peran
mahasiswa dalam pemberantasan korupsi di masyarakat bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Ambon oktober 2020

Penulis

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Korupsi
2.2 Peran Mahasiswa dalam memberantas korupsi di masyarakat
2.3 Upaya Mahasiswa dalam pemberantasan korupsi
2.4 potensi korupsi yang terjadi pada kesehatan masyarakat

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Korupsi adalah kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang berdampak sangat
luar biasa. Pada dasarnya korupsi berdampak buruk pada seluruh sendi kehidupan
manusia. Korupsi merupakan salah satu faktor penyebab utama tidak tercapainya
keadilan dan kemakmuran suatu bangsa. Korupsi juga berdampak buruk pada sistem
perekonomian, sistem demokrasi, sistem politik, sistem hukum, sistem pemerintahan,
dan tatanan sosial kemasyarakatan. Yang tidak kalah penting korupsi juga dapat
merendahkan martabat suatu bangsa dalam tata pergaulan internasional. Korupsi
yang terjadi di Indonesia sudah bersifat kolosal dan ibarat penyakit sudah sulit untuk
disembuhkan. Korupsi dalam berbagai tingkatan sudah terjadi pada hampir seluruh
sendi kehidupan dan dilakukan oleh hampir semua golongan masyarakat. Oleh
karena itu sebagian masyarakat menganggap korupsi bukan lagi merupakan
kejahatan besar. Karena sifatnya yang sangat luar biasa, maka untuk memerangi atau
memberantas korupsi diperlukan upaya yang luar biasa pula. Upaya memberantas
korupsi sama sekali bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Upaya memberantas
korupsi tentu saja tidak bisa hanya menjadi tanggungjawab institusi penegak hukum
atau pemerintah saja, tetapi juga merupakan tanggungjawab bersama seluruh
komponen bangsa. Oleh karena itu upaya memberantas korupsi harus melibatkan
seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) yang terkait, yaitu pemerintah, swasta
dan masyarakat. Dalam konteks inilah mahasiswa, sebagai salah satu bagian penting
dari masyarakat, sangat diharapkan dapat berperan aktif.
Tindak perilaku korupsi akhir-akhir ramai di perbincangkan, baik di media massa
maupun media cetak. Tindak korupsi ini mayoritas dilakukan oleh para pejabat tinggi
negara yang sesungguhnya dipercaya oleh masyarakat luas untuk memajukan

5
kesejahteraan rakyat sekarang malah merugikan negara. Hal ini tentu saja sangat
memprihatinkan bagi kelangsungan hidup rakyat yang dipimpin oleh para pejabat
yang terbukti melekukan tindak korupsi. Maka dari itu, di sini kami akan membahas
tentang korupsi di Indonesia dan upaya untuk memberantasnya.

1.2.   Rumusan Masalah
1. Apa arti dari korupsi ?
2. Bagaimana peran mahasiswa dalam pemberantasan korupsi di
masyarakat?
3. Bagaimana upaya mahasiswa mencegah terjadinya korupsi di masyarakat?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa arti dari korupsi.


2. Untuk mengetahui dan memahami peran mahasiswa dalam pemberantasan
korupsi di masyarakat 
3. Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan oleh mahasiswa dalam
pemberantasan korupsi di masyarakat.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korupsi


Kata Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya
busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik atau menyogok. Menurut Dr. Kartini
Kartono, korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan
jabatan guna mengeduk keuntungan,  dan merugikan kepentingan umum. Korupsi
menurut Huntington (1968) adalah perilaku pejabat publik yang menyimpang dari
norma-norma yang diterima oleh masyarakat, dan perilaku menyimpang ini
ditujukan dalam rangka memenuhi kepentingan pribadi. Maka dapat disimpulkan
korupsi merupakan perbuatan curang yang merugikan Negara dan masyarakat luas
dengan berbagai macam modus.

Banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang jka dilihat dari
struktrur bahasa dan cara penyampaiannya yang berbeda, tetapi pada hakekatnya
mempunyai makna yang sama. Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagi
tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk
keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara. Jadi korupsi
merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan
pribadi, salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan
menggunakan wewenang dan kekuatankekuatan formal (misalnya denagan alasan
hukum dan kekuatan senjata) untuk memperkaya diri sendiri.

Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatan yang


dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi dengan
mengatasnamakan pribadi atau keluarga, sanak saudara dan teman. Wertheim
(dalam Lubis, 1970) menyatakan bahwa seorang pejabat dikatakan melakukan
tindakan korupsi bila ia menerima hadiah dari seseorang yang bertujuan
mempengaruhinya agar ia mengambil keputusan yang menguntungkan
kepentingan si pemberi hadiah. Kadang-kadang orang yang menawarkan
hadiahdalam bentuk balas jasa juga termasuk dalam korupsi. Selanjutnya,

7
Wertheim menambahkan bahwa balas jasa dari pihak ketiga yang diterima atau
diminta oleh seorang pejabat untuk diteruskan kepada keluarganya atau partainya/
kelompoknya atau orang-orang yang mempunyai hubungan pribadi dengannya,
juga dapat dianggap sebagai korupsi. Dalam keadaan yang demikian, jelas bahwa
ciri yang paling menonjol di dalam korupsi adalah tingkah laku pejabat yang
melanggar azas pemisahan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan
masyarakat, pemisaham keuangan pribadi dengan masyarakat.

2.2 Peran mahasiswa dalam pemberantasan korupsi di masyarakat 


Mahasiswa adalah suatu kaum intelektual yang terlahir dari suatu organisasi
akademis yang dituntut untuk menjadi suatu problem solver dalam setiap
permasalahan yang dialami bangsa. Kapasitas intelektual yang melekat
padanya, Mahasiswa secara etis mendapat tanggung jawab sebagai agen of
change dan agen of social control yang menjadi suatu bagian terpenting dalam
sejarah perkembangan bangsa dalam mengarungi setiap masalah yang ada. 
Sifat ideal, kritis, analitis, bertanggungjawab yang melekat pada seorang
intelektualis Mahasiswa merupakan modal besar untuk menciptakan kontrol
dan perubahan bangsa Indonesia.

Dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia tercatat bahwa mahasiswa


mempunyai peranan yang sangat penting. Peranan tersebut tercatat dalam
peristiwa-peristiwa besar yang dimulai dari Kebangkitan Nasional tahun 1908,
Sumpah Pemuda tahun 1928, Proklamasi Kemerdekaan NKRI tahun 1945,
lahirnya Orde Baru tahun 1996, Reformasi tahun 1998 dan yang terjadi pada
saat ini ialah penolakan Undang-Undang Omnibus law. Tidak dapat
dipungkiri bahwa dalam peristiwa-peristiwa besar tersebut mahasiswa tampil
di depan sebagai motor penggerak dengan berbagai gagasan, semangat dan
idealisme yang mereka miliki.

Peran penting mahasiswa tersebut tidak dapat dilepaskan dari karakteristik


yang mereka miliki, yaitu: intelektualitas, jiwa muda, dan idealisme. Dengan
kemampuan intelektual yang tinggi, jiwa muda yang penuh semangat, dan

8
idealisme yang murni telah terbukti bahwa mahasiswa selalu mengambil peran
penting dalam sejarah perjalanan bangsa ini. Dalam beberapa peristiwa besar
perjalanan bangsa ini telah terbukti bahwa mahasiswa berperan sangat penting
sebagai agen perubahan (agent of change).
Dalam konteks gerakan anti-korupsi mahasiswa juga diharapkan dapat tampil
di depan menjadi motor penggerak. Mahasiswa didukung oleh kompetensi dasar
yang mereka miliki, yaitu: intelegensia, kemampuan berpikir kritis, dan
keberanian untuk menyatakan kebenaran. Dengan kompetensi yang mereka miliki
tersebut mahasiswa diharapkan mampu menjadi agen perubahan, mampu
menyuarakan kepentingan rakyat, mampu mengkritisi kebijakan-kebijakan yang
koruptif, dan mampu menjadi watch dog lembaga-lembaga negara dan penegak
hukum.

 Peran Mahasiswa di Masyarakat

Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi di masyarakat dan di tingkat


lokal/nasional terkait dengan status mahasiswa sebagai seorang warga negara
yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan masyarakat lainnya, hal
ini bisa menjadi bagaikan pisau yang bermata dua, di satu sisi  mahasiswa mampu
mendorong dan menggerakkan masyarakat untuk bertindak atas ketidakadilan
sistem termasuk didalamnya tindakan penyelewengan jabatan dan korupsi
sedangkan di sisi yang lain, mahasiswa merupakan faktor penekan bagi penegakan
hukum bagi pelaku korupsi serta pengawal bagi terciptanya kebijakan publik yang
berpihak kepada kepentingan masyarakat. Peran mahasiswa dalam memberantas
korupsi dapat dilakukan dengan empat cara. Pertama, mahasiswa dapat melakukan
kajian dan masukan konstruktif terhadap kebijakan publik yang dibuat oleh
lembaga eksekutif dan legislatif. Kedua, mahasiswa  dapat melakukan
pengawasan terhadap pengelolaan dana pemerintah yang terjadi di lingkungan
kampus. Kemudian, mahasiswa pun dapat menginisiasikan sebuah penelitian
ilmiah yang bertujuan untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan negara
yang lebih reliable. Dan yang keempat, mahasiswa dapat berperan untuk

9
mendorong pemerintah untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas
KKN

Hal yang dapat dilakukan oleh mahasiswa atau kelompok mahasiswa untuk
mengamati di lingkungan masyarakat sekitar, misalnya:
a.     Apakah kantor-kantor pemerintah menjalankan fungsi pelayanan kepada
masyarakatnya dengan sewajarnya: pembuatan KTP, SIM, KK, laporan
kehilangan, pelayanan pajak? Adakah biaya yang diperlukan untuk pembuatan
surat-surat atau dokumen tersebut? Wajarkah jumlah biaya dan apakah jumlah
biaya tersebut resmi diumumkan secara transparan sehingga masyarakat umum
tahu?
b.     Apakah infrastruktur kota bagi pelayanan publik sudah memadai? Misalnya:
kondisi jalan, penerangan terutama di waktu malam, ketersediaan fasilitas umum,
ramburambu penyeberangan jalan, dsb.
c.     Apakah pelayanan publik untuk masyarakat miskin sudah memadai? Misalnya:
pembagian kompor gas, Bantuan Langsung Tunai, dsb.
d.     Apakah akses publik kepada berbagai informasi mudah didapatkan?

2.3 Upaya Mahasiswa dalam pemberantasan korupsi

a. Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya melakukan korupsi.

Upaya mahasiswa ini misalnya memberikan penyuluhan kepada masyarakat


mengenai bahaya melakukan tindakan korupsi karena pada nantinya akan
mengancam dan merugikan kehidupan masyarakat sendiri. Serta menghimbau

10
agar masyarakat ikut serta dalam menindaklanjuti (berperan aktif) dalam
memberantas tindakan korupsi yang terjadi di sekitar lingkungan mereka. Selain
itu, mahasiswa juga dapat menciptakan kegiatan-kegiatan lain secara kreatif yang
berhubungan dengan masyarakat secara langsung, seperti mengadakan sayembara
karya tulis antikorupsi, mengadakan pentas seni antikorupsi, meminta pendapat
masyarakat tentang pelayanan publik, atau mendengarkan keluhan masyarakat
terkait pelayanan publik.

Mahasiswa selain sebagai agen perubahan juga bertindak sebagai agen pengontrol
dalam pemerintahan. Kebijakan pemerintah sangat perlu untuk dikontrol dan
dikritisi jika dirasa kebijakan tersebut tidak memberikan dampak positif pada
keadilan dan kesejahteraan masyarakat dan semakin memperburuk kondisi
masyarakat. Misalnya dengan melakukan demo untuk menekan pemerintah atau
melakukan jajak pendapat untuk memperoleh hasil negosiasi yang terbaik.

 Maka mahasiwa harus lebih berkomitmen dalam memberantas korupsi supaya


upaya mereka berjalan semaksimal mungkin

b. Menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan pemerintah.

Mahasiswa selain sebagai agen perubahan juga bertindak sebagai agen pengontrol
dalam pemerintahan. Kebijakan pemerintah sangat perlu untuk dikontrol dan dikritisi
jika dirasa kebijakan tersebut tidak memberikan dampak positif pada keadilan dan
kesejahteraan masyarakat dan semakin memperburuk kondisi masyarakat. Misalnya
dengan melakukan demo untuk menekan pemerintah atau melakukan jajak pendapat
untuk memperoleh hasil negosiasi yang terbaik.

c. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.

d. Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari pemerintahan desa
hingga ke tingkat pusat/nasional.

11
e. Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyelenggaraan peme-
rintahan negara dan aspek-aspek hukumnya.

f. Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan aktif dalam
setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat luas.

2.4 potensi korupsi yang terjadi pada kesehatan masyarakat

Potensi-potensi Fraud layanan kesehatan semakin nampak di Indonesia. Potensi


ini muncul dan dapat semakin meluas secara umum karena adanya tekanan dari
sistem pembiayaan yang baru berlaku di Indonesia, adanya kesempatan karena
minim pengawasan, serta ada pembenaran saat melakukan tindakan ini (Cressey,
1973). Di Indonesia, sesuai teori yang dikemukakan Shariari (2010), potensi
Fraud dari kelompok klinisi mungkin muncul akibat (1) tenaga medis bergaji
rendah, (2) adanya ketidakseimbangan antara sistem layanan kesehatan dan beban
layanan kesehatan, (3) penyedia layanan tidak memberi insentif yang memadai,
(4) kekurangan pasokan peralatan medis, (5) inefisiensi dalam sistem, (6)
kurangnya transparansi dalam fasilitas kesehatan, dan (7) faktor budaya.

Dari kuesioner yang disebar kepada peserta blended learning dengan topik
pencegahan, deteksi, dan penindakan Fraud layanan kesehatan kelompok rumah
sakit tahun 2015, tarif INA CBG’s yang dianggap rendah oleh kalangan klinisi
dan tingginya beban kerja membuat mereka memikirkan upaya-upaya yang tidak
wajar untuk mempertahankan diri agar tidak sampai merugi. Buruknya lagi para
klinisi ini kadang saling berbagi “pengalaman” dalam upaya “penyelamatan diri
ini”. Pengalaman-pengalaman tersebut kemudian mereka terapkan dalam memberi
pelayanan kesehatan sehingga menjadi budaya. Dasar penetapan tarif juga masih
dirasa misterius bagi sebagian besar kalangan sehingga menyebabkan
ketidakpuasan terhadap sistem.

Ketidakpuasan ini juga yang mendorong dokter maupun rumah sakit dapat
melakukan coping strategy sebagai langkah untuk menutupi kekurangan mereka
atau paling tidak memang bertujuan mencari keuntungan meskipun dari sesuatu
yang illegal (Lerberghe et al. 2002). Mekanisme koping ini hadir ketika sistem

12
pengawasan lemah dan tidak mampu menutupi peluang oknum untuk melakukan
Fraud. Oknum tentu akan terus menerus melakukan kecurangan ini sepanjang
mereka masih bisa menikmati keuntungan dengan kesempatan yang selalu terbuka
untuk melakukan kecurangan (Ferrinho et al. 2004).

Diperlukan sebuah upaya sistematis untuk dan berkelanjutan untuk


mengendalikan Fraud layanan kesehatan. Kegiatan dalam sistem anti Fraud ini
harus berupa siklus yang dimulai dari pembangunan kesadaran – pelaporan –
deteksi – investigasi – pemberian sanksi – (kembali lagi ke) pembangunan
kesadaran (European Comission, 2013). Pembangunan kesadaran merupakan
kunci untuk mencegah terjadinya atau meluasnya Fraud layanan kesehatan
(Bulletin WHO, 2011). Pembangunan kesadaran dapat dilakukan dalam bentuk
sosialisasi dan edukasi.

Kegiatan-Kegiatan dalam Impelementasi Sistem Anti fraud Layanan Kesehatan

Detil kegiatan dalam siklus anti Fraud adalah sebagai berikut:

1. Pembangunan Kesadaran

Pembangunan kesadaran merupakan kunci untuk mencegah terjadinya atau


meluasnya Fraud layanan kesehatan (Bulletin WHO, 2011). Membangun
kesadaran tentang potensi Fraud dan bahayanya di rumah sakit merupakan salah
satu upaya pencegahan terjadi atau berkembangnya Fraud. Dalam Permenkes No.
36/ 2015, pembangunan kesadaran dapat dilakukan oleh dinas kesehatan
kabupaten/ kota dengan pembinaan dan pengawasan dengan melalui program-
program edukasi dan sosialisasi.

2. Pelaporan

Pihak yang mengetahui ada kejadian Fraud hendaknya dapat membuat pelaporan.
Permenkes No. 36/ 2015 mengamanatkan bahwa pelaporan dugaan Fraud
minimalnya mencakup identitas pelapor, nama dan alamat instansi yang diduga
melakukan tindakan kecurangan JKN, serta alasan pelaporan. Laporan
disampaikan kepada kepala fasilitas kesehatan maupun dinas kesehatan
kabupaten/ kota.

13
3. Deteksi

Dalam Permenkes No 36 Tahun 2015 deteksi potensi Fraud dapat dilakukan


dengan analisa data klaim yang dilakukan dengan pendekatan: mencari anomali
data, predictive modeling, dan penemuan kasus. Analisis data klaim dapat
dilakukan secara manual dan/atau dengan memanfaatkan aplikasi verifikasi klinis
yang terintegrasi dengan aplikasi INA-CBGs. Dalam melakukan analisis data
klaim tim pencegahan kecurangan JKN dapat berkoordinasi dengan verifikator
BPJS Kesehatan atau pihak lain yang diperlukan.

4. Investigasi

Dalam Permenkes No. 36 tahun 2015 disebutkan bahwa investigasi dilakukan


oleh tim investigasi yang ditunjuk oleh oleh Tim Pencegahan Kecurangan JKN
dengan melibatkan unsur pakar, asosiasi rumah sakit/asosiasi fasilitas kesehatan,
dan organisasi profesi. Investigasi dilakukan untuk memastikan adanya dugaan
kecurangan JKN, penjelasan mengenai kejadiannya, dan latar belakang/
alasannya.

Pelaporan hasil deteksi dan investigasi dilakukan oleh Tim Pencegahan


Kecurangan JKN dan paling sedikit memuat: ada atau tidaknya kejadian
Kecurangan JKN yang ditemukan; rekomendasi pencegahan berulangnya kejadian
serupa di kemudian hari; dan rekomendasi sanksi administratif bagi pelaku
Kecurangan JKN.

5. Pemberian Sanksi/Penindakan

Pemberian sanksi dilakukan untuk menindak pelaku Fraud. Berdasar Permenkes


36 tahun 2015, pihak yang berhak memberikan sanksi adalah Menteri, Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi, dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sanksi
yang direkomendasikan dalam Permenkes adalah sanksi administrasi dalam
bentuk: teguran lisan; teguran tertulis; dan/atau perintah pengembalian kerugian
akibat Kecurangan JKN kepada pihak yang dirugikan.

14
Secara prinsip dikenal ungkapan Pencegahan lebih baik dibanding dengan
Pengobatan. Oleh karena itu, diperlukan pencegahan korupsi di sektor kesehatan
melalui berbagai cara, antara lain:

1. Pembangunan karakter tenaga kesehatan, pimpinan pemerintahan dan


politik, serta konsultan, yang dimulai sejak masa kecil;
2. Rekrutmen pimpinan lembaga kesehatan dan rumah sakit dan serta
SDMnya harus dilakukan secara baik ,dan transparan;
3. Pendampingan kegiatan yang potensi korupsi sejak awal perencanaan,
terutama pada proyek-proyek di sektor kesehatan yang rentan menjadi
proyek yang dapat dirancang untuk dikorupsi;
4. Cermat dalam melakukan kegiatan, termasuk administrasi perkantoran;
5. Dokter, tenaga kesehatan, manajer RS harus memahami peraturan dan
perundangan mengenai korupsi melalui pendidikan dan pelatihan.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kata Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya
busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik atau menyogok. Menurut Dr. Kartini
Kartono, korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan
jabatan guna mengeduk keuntungan,  dan merugikan kepentingan umum. Korupsi
menurut Huntington (1968) adalah perilaku pejabat publik yang menyimpang dari
norma-norma yang diterima oleh masyarakat, dan perilaku menyimpang ini
ditujukan dalam rangka memenuhi kepentingan pribadi. Maka dapat disimpulkan
korupsi merupakan perbuatan curang yang merugikan Negara dan masyarakat luas
dengan berbagai macam modus. Peran penting mahasiswa tersebut tidak dapat
dilepaskan dari karakteristik yang mereka miliki, yaitu: intelektualitas, jiwa muda,
dan idealisme. Dengan kemampuan intelektual yang tinggi, jiwa muda yang
penuh semangat, dan idealisme yang murni telah terbukti bahwa mahasiswa selalu
mengambil peran penting dalam sejarah perjalanan bangsa ini. Dalam beberapa
peristiwa besar perjalanan bangsa ini telah terbukti bahwa mahasiswa berperan
sangat penting sebagai agen perubahan (agent of change).

b.     Saran

1. Perlu dikaji lebih dalam lagi tentang teori upaya pemberantasan korupsi di
masyarakat agar mendapat informasi yang lebih akurat.
2. Diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini mampu mengaplikasi-
kannya di dalam kehidupan sehari-hari.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://harissoekamti.blogspot.com/2011/10/makalah-tentang-upaya-
upaya.html#ixzz2h2ErTGUQ
https://zonasultra.com/peran-mahasiswa-dalam-pemberantasan-korupsi.html
Mochtar. 2009. “Efek Treadmill” Pemberantasan Korupsi : Kompas
Risbiyantoro, Mohamad, 2005. Peranan Mahasiswa dalam Memerangi Korupsi, Op
cit.
Erica, Peran Gerakan Mahasiswa dalam Pemberantasan Korupsi,
dalam http://ericamourissa.ngeblogs.com, 2007
Qyonglee. 2008. Mahasiswa dan Korupsi. Dalam http://qyonglee.multiply.com.
http://munajathati.wordpress.com/2012/05/19/peran-dan-upaya-mahasiswa-dalam-
memberantas-korupsi/
Pengertian Dasar-Dasar Korupsi. Dalam http://antikorupsi.org.
http://wawasanfadhitya.blogspot.com/2012/08/upaya-pemberantasan-korupsi-di-
indonesia.html

17

Anda mungkin juga menyukai