Anda di halaman 1dari 14

Makalah

MCHC
(Mean corpuscular hemoglobin concentration)

DI SUSUN OLEH

NAMA : FATMAWATI TAADAN

NIM : 2320191022

KELAS : A/III

MK : BAKTERIOLOGI

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN

FAKULTAS SAINS TEKNOLOGI & ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BINA MANDIRI GORONTALO

2020
DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................ i

DAFTAR ISI................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................... 1

1.2 Rumusan masalah ..................................................................... 2

1.3 Tujuan ....................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori................................................................................. 3

2.2 Indeks eritrosit ........................................................................... 3

2.3 Konsentrasi Hemoglobin............................................................ 4

2.4 Hemaglobin................................................................................ 5

2.5 Hematokrit................................................................................. 6

BAB III METODE KERJA

3.1 Alat dan bahan........................................................................... 8

3.2 Prosedur kerja ........................................................................... 8

3.3 Pembahasan................................................................................ 8

BAB VI PENUTUP

4.1 Kesimpulan................................................................................ 9

4.2 Saran........................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarokatuh

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan nikmat dan karunianya,

sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu syarat untuk mata kuliah

HEMATOLOGI PRAKTIKUM program studi D-III Analis kesehatan. Sholawat serta salam

senantiasa kita curahkan kepada nabi besar kita nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya

yang sampai sekarang mengikuti ajaran ajaran beliau.

Saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini sepenuhnya masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa.Apabila pembaca belum puas

dengan makalah yang lebih bagus dan lebih baik.Saya harapkan demi kesempurnaan makalah

ini bermanfaat bagi bangsa dan Negara yang khusunya bagi kemajuan ilmu pengetahuan.

Wassalamu’allaikum warrahmatulahi wabarokatuh.

Gorontalo, desember 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Darah adalah jaringan cair yang tersusun dari plasma darah dan sel darah.Sel darah

terdiri dari tiga bagian yaitu eritrosit, leukosit, dan trombosit.Volume darah secara

keseluruhan yang beredar dalam tubuh adalah satu per dua belas berat badan atau sekitar

lima liter. Selain itu di dalam tubuh juga terdapat 55% plasma darah, dan 45% terdiri dari

sel darah (Sutedjo, 2006).

Darah merupakan salah satu jaringan dalam tubuh yang berbentuk cair berwarna

merah. Karena sifat darah yang berbeda dengan jaringan lain, mengakibatkan darah

dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lain sehingga dapat ke berbagai kompartemen

tubuh. Penyebaran tersebut harus terkontrol dan harus tetap berada pada satu ruangan

agar darah benar-benar dapat menjangkau seluruh jaringan di dalam tubuh melalui suatu

sistem yang di sebut sistem kardiovaskuler, yang meliputi jantung dan pembuluh darah

(Nugraha Gilang, 2015).

Fungsi utama darah sebagai pengangkut oksigen ke seluruh tubuh yang dilakukan

oleh sel-sel darah merah.Hampir semua sel darah dihasilkan oleh sumsum tulang,

sedangkan sebagian kecil sel limfosit dihasilkan oleh jaringan limfopoietik.Sedangkan

eritrosit berfungsi untuk mengangkut O2 dari paru-paru ke seluruh tubuh dan

mengangkut sedikit CO2 dari seluruh tubuh ke paru-paru.

Eritrosit (sel darah merah) berasal dari hemositoblast, proses pembentukannya

dinamakan eritropoiesis dan diatur melalui mekanisme umpan balik yang dipengaruhi

jumlah oksigen dalam darah. Kecepatan eritropoiesis akan meningkat dengan

menurunnya jumlah eritrosit. Namun apabila jumlah O2 meningkat maka produksi

globulin dan faktor eritropoietik akan menurun (Notopoero, 2007).


Mean corpuscular hemoglobin concentration atau MCHC adalah konsentrasi

hemoglobin rata-rata untuk setiap sel darah merah. Nilai MCHC dihitung dengan

membagi hemoglobin dengan massa sel darah merah (Hematokrit) sehingga didapatkan

hasil dalam satuan persen (%) atau gram/desiliter (g/dL). Tes darah untuk melihat kadar

MCHC diperuntukkan bagi pasien yang memiliki infeksi berkelanjutan dengan gejala

kelemahan, memar, dan pembengkakan. Ini adalah tes darah standar untuk orang-orang

yang menderita anemia. Umumnya tes darah untuk MCHC sering dilakukan bersamaan

dengan MCV (mean corpuscular volume) karena keduanya dapat mengevaluasi kelainan

darah secara menyeluruh.

Hal yang melatar belakangi penulis menyusun sebuah makalah dengan judul “Mean

corpuscular hemoglobin concentration (MCHC)”. Agar para mahasiswa dari berbagai

program studi kesehatan khususnya mahasiswa analis kesehatan dapat meningkatkan

kemampuan dan mengerti tentang bagaimana melakukan pemeriksaan dengan

menghitung kosentrasi hb menggunakan MCHC.

1.2 Rumusan masalah

1. Apakah yang dimaksud Mean corpuscular hemoglobin concentration (MCHC)?

2. Bagaimana cara menghitung Mean corpuscular hemoglobin concentration ?

1.3 Tujuan

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui Mean corpuscular hemoglobin concentration

2. Agar mahasiswa dapat mengetahui perhitungan dari Mean corpuscular  hemoglobin

concentration
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar teori

Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu jenis

pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk

melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit. Disamping itu juga

pemeriksaan ini sering dilakukan untuk melihat kemajuan atau respon terapi pada pasien

yang menderita suatu penyakit infeksi

Pemeriksaan Darah Lengkap terdiri dari beberapa jenis parameter pemeriksaan, yaitu:

Hemoglobin, Hematokrit, Leukosit (White Blood Cell / WBC), Trombosit (platelet),

Eritrosit (Red Blood Cell / RBC), Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC), Laju Endap

Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR), Hitung Jenis Leukosit (Diff Count),

Platelet Disribution Width (PDW), Red Cell Distribution Width (RDW).

2.2 Indeks eritrosit

Indeks eritrosit adalah batasan untuk ukuran dan isi hemoglobin eritrosit. Istilah lain

untuk indeks eritrosit adalah indeks kospouskuler Indeks eritrosit terdiri atas : isi/volume

atau ukuran eritrosit (MCV :mean corpuscular volume atau volume eritrosit rata-rata),

berat (MCH :mean corpuscular hemoglobin atau hemoglobin eritrosit rata-rata),

konsentrasi (MCHC :mean corpuscular hemoglobin concentrationatau kadar hemoglobin

eritrosit rata-rata), dan perbedaan ukuran (RDW :RBC distribution width atau luas

distribusi eritrosit).Indeks eritrosit dipergunakan secara luas dalam mengklasifikasi

anemia atau sebagai penunjang dalam membedakan berbagai macam anemia. Indeks

eritrosit dapat ditetapkan dengan dua metode, yaitu manual dan elektronik (automatik)

menggunakan hematology analyzer. Untuk dapat menghitung indeks eritrosit secara

manual diperlukan data kadar hemoglobin, hematokrit/PCV dan hitung eritrosit.


2.3 Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration

(MCHC)

MCHC adalah perhitungan rata- rata konsentrasi hemoglobin di dalam eritrosit,

dinyatakan dengan persen (%) (satuan yang lebih tepat adalah “gr/dl”) MCHC menurun

(hiperkromik) dijumpai pada kondisi di mana hemoglobin abnormal diencerkan di dalam

eritrosit, seperti pada anemia dan kekurangan zat besi dalam talasemia. Peningkatan

MCHC (hiperkromik) terdapat pada kondisi di mana hemoglobin abnormal

terkonsentrasi di dalam eritrosit, seperti pada pasien luka bakar dan sferositosis bawan.

Jika kadar MCHC terlalu tinggi, bisa mengindikasikan bahwa sel-selnya bersifat

hyperchromic ( hiperkromik ). Artinya ada konsentrasi hemoglobin yang tinggi di setiap

sel darah merah. Hal ini ditandai dengan warna merah yang lebih padat. Gejala MCHC

tinggi terlihat pada pasien dengan anemia hemolitik autoimun (sistem kekebalan tubuh

menghancurkan sel darah merah sendiri), spherocytosis herediter (kelainan bawaan yang

menyebabkan anemia dan batu empedu), dan anemia makrositik. Kondisi lain yang dapat

menyebabkan peningkatan konsentrasi hemoglobin sel darah merah

termasuk kekurangan vitamin B12, penyakit hati, dan komplikasi luka bakar sekunder.

Jika dalam tes darah MCHC rendah, berarti kadar hemoglobin dalam setiap sel darah

merah lebih rendah dari normal. Hal ini mengindikasikan bahwa sel-selnya bersifat

hypochromic (baca: hipokromik) yang ditandai dengan warna yang kurang pekat alias

pucat Gejala MCHC rendah meliputi sesak napas, kelelahan, lemas, kulit pucat, pusing,

kulit mudah memar, dan kehilangan stamina. Ada berbagai alasan mengapa MCHC

rendah. Anemia, khususnya anemia mikrositik hipokrom adalah penyebab umum MCHC

rendah.

Penyebab lain dari MCHC rendah dalam darah adalah sebagai berikut:
1. Kekurangan zat besi akibat ketidakmampuan tubuh menyerap zat besi. Berbagai

kondisi medis yang menyebabkan malabsorpsi zat besi meliputi operasi bypass

lambung, penyakit Crohn, dan penyakit Celiac.

2. Kehilangan darah besar akibat perdarahan hebat akibat siklus menstruasi yang lama.

3. Perusakan dini sel darah merah.

4. Keracunan timbal.

5. Kanker.

6. Infeksi Parasit

MCHC mengindikasikan konsentrasi hemoglobin per unit volume eritrosit. Nilai

MCHC dihitung dari nilai MCH dan MCV atau dari hemoglobin dan hematokrit:

MCHC = Hemoglobin x 100


Hematokrit
Nilai normal = 32-37 %

Atau :
MCHC = ( MCH : MCV ) x 100 %

2.4 Hemaglobin

Hemaglobin merupakan zat protein yang terdapat dalam eritrosit yang memberi warna

merah pada darah dan merupakan pengangkut oksigen utama dalam tubuh (riswanto,

2013).

1. Struktur hemoglobin

Struktur hemoglobin terdiri dari satu golongan hem dan globin yang merupakan empat

rantai polipeptida terdiri dari asam amino yang terdekat terangkai menjadi rantai dengan

urutan tertentu. Molekul-molekul hemoglobin terdiri dari dua pasang rantai polipeptida
(globin) dan empat gugus hem yang masing-masing mengandung sebuah atom besi

(riswanto, 2013).

2. Fungsi hemoglobin

Hemoglobin mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di jaringan tubuh

b. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian di bawah ke seluruh tubuh untuk

digunakan sebagai bahan bakar.

c. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil

metabolisme ke paru-paru untuk di buang.

3. Nilai rujukkan hemoglobin

Nilai rujukkan kadar hemoglobin di tentukan berdasarkan umur dan jenis kelamin

adalah sebagai berikut : pada bayi baru lahir 16 ± 3.0 g/dl ; bayi 3 bulan 11,5 ± 2,0

g/dl : anak usia 1 tahun 12,0 ± 1,5 g/dl dan anak usia 10-12 tahun 13,0 ± 1,5 g/dl.

Nilai rujukkan kadar hemoglobin pada pria 13-16 g/dl dn wanita 12-14 g/dl.

2.5 Hematokrit

1. Penetapan hematokrit

Penetapan hematokrit merupakan salah satu cara pemeriksaan hematologi untuk

mengetahui volume eritrosit dalam 100 ml darah yang di nyatakan dalam persen (%).

Nilai hematokrit ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya anemia dan di gunakan

juga untuk menghitung indeks eritrosit. Penetapan nilai hematokrit dapat dilakukan

dengan cara makrometode dan mikrometode. Cara makrometode menggunakan

tabung wintrobe dan cara mikrometode digunakan pipet kapiler (Widman FK, 2005).
2. Nilai rujukan hematokrit

Nilai normal hematokrit bayi baru lahir 44-72 % ; untuk anak usia 1-3 tahun : 35-43%

; anak usia 4-5 tahun : 31-43 % ; anak usia 6-10 tahun : 33-45%, dewasa pria 40-48%,

perempuan : 37-43% (Riswanto, 2013)

3. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai hematokrit

a. Sampel darah yang apabila di ambil pada daerah lengan yang terpasang jalur

intra-vena, nilai hematokrit cenderung rendah karena terjai hemodilusi

b. Pemasangan tali tourniquet yang terlalu lama berpotensi penyebab

hemokosentrasi, sehingga nilai hematokrit bisa meningkat.

c. Pengambilan darah kapiler : tusukkan kurang dalam sehingga volume yang di

peroleh sedikit dan darah harus di peras-peras keluar, kulit yang ditusuk masih

basah oleh alkohol sehingga darah terencerkan, terjadi bekuan dalam tetes

darah karena lambat dalam bekerja.


BAB III

METODE KERJA

3.1 Alat dan bahan

1) Spuit
2) Lancet
3) Tourniquet
4) Tabung hematokrit
5) Mikroskop
6) Pipet eritrosit
7) Bilik hitung
8) Mikrocentrifuge
9) Dempul
10) Pipet gondok 5ml
11) Mikropipet
12) Spektrofotometer Tabung reaksi
13) Darah vena dan darah kapiler
14) Reagen hayem
15) Alkohol 70%
16) Na2EDTA
17) Reagen Drabkins

3.2 Prosedur kerja

- Melakukan sampling darah kapiler.


- Menempelkan tabung hematocrit pada jari yang telah disampling.
- Memasukkan darah kapiler ke dalam tabung hematocrit hingga ¾ bagian tabung.
- Menghitung pada skala hematocrit.
- Menghitung jumlah eritrosit
- Melakukan sampling darah vena.
- Memipet darah menggunakan pipet eritrosit sampai batas tanda 1.
- Menghapus kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet.
- Memipet reagen hayem sampai garis tanda 101.
- Mengangkat pipet dari cairan, tutup ujung pipet dengan ujung jari dan melepaskan
karet penghisap.
- Mengocok pipet selama 3 menit agar homogeny.
- Setelah homogeny, membuang 3 tetesan pertama, kemudian memasukkan setetes
campuran cairan ke dalam bilik hitung.
- Mendiamkan selama 2-3 menit agar eritosit dapat mengendap.
- Prosedur menghitung sel eritrosit pada mikroskop
- Meletakkan bilik hitung di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x
- Mencari kotak penghitungan yang berada di tengah
- Kotak terbagi dalam 25 kotak kecil dan di setiap kotak kecil terbagi menjadi 16 kotak
kecil
- Sel eritrosit dihitung dalam kotak kecil yaitu 4 kotak di sudut dan 1 kotak di tengah
3.3 Pembahasan

Pada praktikum ini dilakukan pemeriksaan indeks eritosit. Pemeriksaan ini berguna

untuk mengetahui keterangan mengenai ukuran rata-rata eritrosit dan mengenai

banyaknya hemoglobin per eritrosit. Beberapa nilai yang dipakai untuk pemeriksaan

indeks eritosit adalah MCV (Mean Corpuscular Volume), MCH (Mean Corpuscular

Hemoglobin), dan MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration). MCV yaitu

nilai volume atau ukuran rata-rata eritrosit dengan femtoliter. Nilai MCV didapat dengan

menghitung Ht dikali 10 yang dibagi dengan jumlah eritosit. Nilai MCV normal berada

pada kisaran 82-92 femtoliter (ft). Jika nilai ini kurang dari 82 maka menandakan bahwa

eritrosit berukuran kecil (mikrositik), sedangkan jika lebih dari 92 menandakan eritrosit

berukuran besar (makrositik). Pada sampel yang kami periksa diperoleh nilai MCV

sebesar 68, berarti ukuran eritrosit sampel mikrositik. MCH (Mean Corpuscular

Hemoglobin) yaitu banyaknya hemoglobin per eritrosit yang disebut pikogram. Nilai

MCH normal berada pada kisaran 27-31 pikogram. Pada sampel yang kami periksa

didapat nilai MCH 29 yang berarti hemoglobin dalam eritrosit sampel tidak normal. Dan

MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) yaitu kadar hemoglobin per

eritrosit yang dinyatakan dalam persen (%) didapat nilainya dengan membagi MCH

dengan MCV lalu dikalikan 100%. Nilai normal MCHC berada pada kisaran 32-37

persen. Jika nilainya kurang dari 32% maka termasuk hipokromik, sedangkan jika lebih

dari 37% termasuk hiperkromik. Dari sampel yang kami periksa, nilai MCHC didapat

32% menandakan sampel yang diperiksa normal.


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

MCHC adalah perhitungan rata- rata konsentrasi hemoglobin di dalam eritrosit,

dinyatakan dengan persen (%) (satuan yang lebih tepat adalah “gr/dl”), MCHC menurun

(hiperkromik) dijumpai pada kondisi di mana hemoglobin abnormal diencerkan di dalam

eritrosit, seperti pada anemia dan kekurangan zat besi dalam talasemia. Peningkatan

MCHC (hiperkromik) terdapat pada kondisi di mana hemoglobin abnormal

terkonsentrasi di dalam eritrosit, seperti pada pasien luka bakar dan sferositosis bawan.

Jika kadar MCHC terlalu tinggi, bisa mengindikasikan bahwa sel-selnya bersifat

hyperchromic ( hiperkromik ).

4.2 Saran

Saran saya selaku pembuat makalah ini yang berjudul MCHC, pemeriksaan ini sering

dilakukan pada saat menghitung eritrosit pada seseorang. Maka dari itu makalah ini di

jadikan bahan pembelajaran pada teman-teman sekalian.


DAFTAR PUSTAKA

Sutedjo, AY. 2006. Mengenal Penyakit Melalui Pemeriksaan Laboratorium.


Yogyakarta :Amara Books.

Gandasoebrata, R. 1968. Penuntun Laboratorium Klinik Jakarta : Dian Rakyat.

Dharma R, Immanuel S, Wirawan R. Penilaian hasil pemeriksaan hematologi rutin.


Cermin Dunia Kedokteran. 1983

Anda mungkin juga menyukai