Kelompok 3
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
TAHUN 2021
LEMBAR PENILAIAN
Judul Laporan Tutorial : Sistem Hematologi
Kelompok : 3 (Tiga)
( )
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas ridho dan
karunia-Nya serta limpahan nikmat sehat-Nya, baik berupa sehat fisik maupun
akal pikiran, sehingga pembuatan Laporan Tutorial Skenario 1 Blok 4.1 ini dapat
terselesaikan dengan baik sesuai waktu yang ditentukan.
Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR PENILAIAN.........................................................................................2
KATA PENGANTAR............................................................................................3
DAFTAR ISI...........................................................................................................4
BAB I.......................................................................................................................5
PENDAHULUAN...............................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................7
2.1. ANATOMI............................................................................................7
2.2. HISTOFISIOLOGI.............................................................................7
BAB III..................................................................................................................38
PEMBAHASAN................................................................................................38
BAB IV..................................................................................................................46
KESIMPULAN.....................................................................................................46
BAB V....................................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................48
BAB I
PENDAHULUAN
1. PENDAHULUAN
Cut off point yang di gunakan ialah kriteria WHO tahun 1968,
dinyatakan anemia bila:
2.1. ANATOMI
Gambar 1.
Gambar 3.
Hati atau hepar adalah organ terbesar yang terletak di sisi kanan
atas rongga perut. Dalam kondisi hidup, hati berwarna merah tua karena
kaya akan suplai darah. Hepar adalah kelenjar terbesat di tubuh manusia,
dengan berat sekitar 1,5 kilogram. Sebagian besar hepar terletak di
profunda arcus costalis dextra dan hemidiaphragma dextra memisahkan
hepar dari pleura, pulmo, pericardium, dan cor. Hepar terbentang ke
sebelah kiri untuk mencapai hemidiaphragma sinistra (Sloane, 2004)
(Junqueira & Carneiro., 2007) (Snell, 2006)
2.2. HISTOFISIOLOGI
Semua sel darah yang bersirkulasi berasal dari diferensiasi sel stem
pluripotent yang diproduksi di sumsum tulang. Mereka terbagi menjadi
tiga jenis utama. Yang paling banyak adalah sel darah merah yang
dikhususkan untuk pengangkutan oksigen dari paru-paru ke jaringan dan
karbon dioksida ke arah sebaliknya, mereka memiliki masa hidup 4 bulan,
sedangkan sel terkecil, trombosit yang terlibat dalam hemostasis,
bersirkulasi hanya selama 10 hari. Sel darah putih terdiri dari empat jenis
fagosit, neutrofil, eosinofil, basofil dan monosit, yang melindungi dari
infeksi bakteri dan jamur, dan limfosit, yang meliputi sel B, yang terlibat
dalam produksi antibodi, dan sel T (pembantu CD4 dan CD8). penekan),
berkaitan dengan respons kekebalan dan perlindungan terhadap virus dan
sel asing lainnya. Sel darah putih memiliki rentang umur yang luas
(Hoffbrand, n.d.).
Sel-sel progenitor untuk sel darah sering disebut colony forming unit
(CFU), karena mereka hanya membentuk koloni dari satu jenis sel ketika
dibiakkan secara in vitro atau disuntikkan ke dalam limpa.
Klasifikasi utama dibagi menjadi empat jenis: akut dan kronis leukemia,
yang selanjutnya dibagi lagi menjadi limfoid atau myeloid.
Lien adalah penyaring darah terbesar dalam tubuh (Hoffbrand, 2016). Lien
mengandung akumulasi jaringan limfoid terbesar di dalam tubuh dan merupakan
satu-satunya organ limfoid yang terlibat dalam penyaringan darah, menjadikannya
organ penting dalam pertahanan terhadap antigen yang dibawa oleh darah
(Mescher and Junqueira, 2018).
Limpa memiliki dua jenis pupla, yaitu pulpa merah dan pulpa putih (20%)
dari lien. Massa kecil pulpa putih terdiri dari nodul limfoid periarteriolar (PALS),
sedangkan pulpa merah terdiri dari sinusoid berisi darah dari kabel-kabel lien.
Arteri trabecular merupakan cabang dari hilum yang meninggalkan jaringan
konektif trabecular menuju parenkim sebagai arteriole yang diselubungi oleh
PALS, dimana pembuluh ini dikenal dengan arteriole centralis. Arteriole ini
menyalurkan kapiler-kapiler yang melewati pulpa putih dan sinus kecil pada zona
marginal perifer tempat berkembangnya sel B disekitar nodul limfoid. Hampir
seluruh bagian pulpa merah terdiri dari kabel-kabel lien (cord) dan sinus lien,
dimana menjadi tempat perombakan sel darah merah (RBC). Darah yang mengalir
dari pulpa merah dapat melewati dua rute, yaitu:
Dari sinusoid, darah mengalir menuju vena pada pulpa merah yang
berkumpul menjadi vena trabecular, nantinya akan menjadi vena lienalis (Mescher
and Junqueira, 2018).
b. Epidemiologi
c. Etiologi
Gambar 18.
d. Patofisiologi
Gambar 19.
Patogenesis anemia berdasarkan Gambar 19 merupakan
interaksi antara sel tumor dengan sistem imun pejamu yang
mendorong pengaturan inflamasi sitokin spesifik seperti interleukin-1
(IL-1), interferon gamma (IFN-γ) dan faktor nekrosis tumor (TNFα).
Peningkatan kadar sitokin ini akan menekan progenitor eritroid burst-
forming unit erythroid (BFUE) dan colony-forming unit erythroid
(CFU-E) di sumsum tulang, mengganggu metabolisme besi dan
mengurangi produksi eritropoietin (EPO). Kerusakan ginjal termasuk
disfungsi renal oleh zat yang nefrotoksik akan menurunkan respons
eritropoietin (EPO) terhadap anemia terutama saat pemberian
kemoterapi. Umur eritrosit menjadi pendek sedangkan jumlah produksi
sel yang baru tidak dapat mengkompensasi. Hal inilah yang akan
menyebabkan anemia. Perdarahan tumor juga akan menambah berat
anemia. (Rouli, 2016)
e. Gambaran Klinis
1. Gejala umum anemia
f. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap
Pemeriksaan penyaring: kadar Hb, Indeks Eritrosit, apusan darah
tepi
Pemeriksaan darah seri anemia: hitung trombosit, leukosit,
retikulosit, Ht (hematocrit), LED
MCH dan MCHC test untuk menggambarkan kualitas sel darah
merah (Rafika, 2019)
2. Pemeriksaan Penunjang CML Aspirasi dan biopsi sumsum
g. Diagnosis
h. Penatalaksanaan
1. Suplementasi
2. Transfusi eritrosit
i. Prognosis
– Hepatosplenomegali
– Peningkatan jumlah basophil dan eosinophil dalam sampel darah
– jumlah platelet yang terlalu tinggi atau rendah
– usia yang lebih dari 60 tahun. (Hakiki, 2007)
2.4. DIAGNOSIS BANDING
2.4.1. Anemia Hemofilik
a. Definisi
b. Etiologi
Faktor intrinsik
Kongenital:
o Defek membran eritrosit : sferositosis, eliptositosis
o Defisiensi enzim glikolitik eritrosit : piruvat kinase
o Defisiensi enzim pentose phosphate pathway : G6PD
o Defek struktur dan dintesis Hb : unstable Hb disease,
Talasemia, anemi bulan sabit
Didapat: Paroksismal nokturnal heboglobinuria.
Faktor ekstrinsik
d. Patofisiologi
f. Anamnesis
Tergantung etiologi:
b. Epidemiologi
c. Etiologi
Radiasi (pekerja radiologi, pasien yang menjalani radioterapi).
Faktor leukemogenik (benzena tingkat tinggi, insektisida,
formaldehyde).
Obat kemoterapi (obat agen alkilasi obat anti kanker).
Herediter (abnormal kromosom).
Virus leukemia feline, human T-cell leukemia virus (HTLV-1) pada
dewasa.
d. Diagnosis
e. Anamnesis
f. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum tampak terjadi penurunan kesadaran.
Ditemukan perdarahan seperti purpura, petekie dan ekimosis.
Tanda infeksi akibat kegagalan sumsum tulang leukosit tinggi
>100.00/mm
Ditemukan limfadenopati dan hepatosplenomegali.
Gambar 20-22.
g. Pemeriksaan Penunjang
h. Penatalaksanaan
Terapi Spesifik Terapi Suportif
Kemoterapi adalah pengobatan yang Untuk menyeimbangkan terapi spesifik.
dilakukan, terdiri atas:
Fase induksi remisi: Terapi untuk mengatasi anemia:
Pada fase ini, dilakukan untuk Transfusi PRC (Packed Red Cells)
menghilangkan gejala klinis. untuk mempertahankan hemoglobin
Blast dalam SST kurang dari 5%. sekitar 9-10 g/dl.
Komplikasi: Perdarahan, masalah Calon transplantasi sumsum tulang
sistem pencernaan, gagal ginjal, dan sebaiknya tidak melakukan transfusi
gangguan elektrolit. darah.
Terapi untuk mengatasi infeksi:
Antibiotik adekuat
Transfusi konsentrat granulosit
Perawatan khusus (Isolasi)
Hemopoietic Growth Factor (G-CSF
atau GM-CSF)
Fase postremisi: Terapi untuk mengatasi perdarahan:
a. Kemoterapi lanjutan Transfusi konsentrat trombosit untuk
Terapi konsodilatasi mempertahankan trombosit.
o Transplantasi sel hematopoietic Pada M3 diberikan heparin untuk
(HCT) lebih disukai oleh mengatasi DIC (Disseminated
individu usia ≤ 60 tahun. Intravascular Coagulation)
o Prognosis sedang atau tidak Terapi untuk mengatasi hal lainnya:
baik. Pengelolaan leukostasis – Dilakukan
Terapi pemeliharaan dengan hidrasi intravenosus dan
Dengan terapi per oral jangka panjang. leukapheresis, lakukan induksi remisi
i. Prognosis
b. Epidemiologi
c. Etiologi
d. Patogenesis
Gambar 24. Sumber: (“Hematologi Klinik Ringkas.pdf,” n.d.)
1. Fase kronik
g. Pemeriksaan Fisik
Ditemukan tanda-tanda seperti:
Pucat
Organomegali (splenomegali- hepatomegali)
Limfadenopati
Purpura atau perdarahan pada retina sebagai akibat gangguan fungsi
trombosit
h. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah rutin:
Anemia mula-mula ringan menjadi progresif pada fase lanjut
(fase transformasi akut), bersifat normokromik normositer.
Hemoglobin : dapat kurang dari 10 g/dL
2. Gambaran darah tepi :
3
Leukositosis berat 20.000-50.000/mm pada permulaan
3
kemudian biasanya lebih dari 100.000/mm .
3,8
ABL pada 99% kasus PCR juga boleh digunakan untuk
memantau progress pengobatan, dengan adanya BCR-ABL
membuktikan leukemia masih ada.
i. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
3
50.000/mm . Efek samping dapat berupa aplasia sumsum
tulang berkepanjangan, fibrosis paru, bahaya timbulnya
leukemia akut.
o Hydroxiurea, bersifat efektif dalam mengendalikan penyakit
dan mempertahankan hitung leukosit yang normal pada fase
kronik, tetapi biasanya perlu diberikan seumur hidup. Dosis
mulai dititrasi dari 500 mg sampai 2000 mg. Kemudian
diberikan dosis pemeliharaan untuk mencapai leukosit 10.000-
15.000/mm3. Efek samping lebih sedikit Interferon α juga
dapat mengontrol jumlah sel darah putih dan dapat menunda
onset transformasi akut, memperpanjang harapan hidup
menjadi 1-2 tahun. IFN-α biasanya digunakan bila jumlah
leukosit telah terkendali oleh hidroksiurea. IFN-α merupakan
terapi pilihan bagi kebanyakan penderita leukemia Mielositik
(CML) yang terlalu tua untuk transplantasi sumsum tulang
(BMT) atau yang tidak memiliki sumsum tulang donor yang
cocok. Interferon alfa diberikan pada rata- rata 3-5 juta IU / d
subkutan (Emmanuel, 2010). Tujuannya adalah untuk
mempertahankan jumlah leukosit tetap rendah (sekitar 4x109/l).
Hampir semua pasien menderita gejala penyakit ”mirip flu”
pada beberapa hari pertama pengobatan. Komplikasi yang lebih
serius berupa anoreksia, depresi, dan sitopenia. Sebagian kecil
pasien (sekitar 15%) mungkin mencapai remisi jangka panjang
dengan hilangnya kromosom Ph pada analisis sitogenik
walaupun gen fusi BCR-ABL masih dapat dideteksi melalui
PCR.
o Imatinib (Gleevec), nilotinib (Tasigna), dasatinib (Sprycel)
adalah obat tyrosine-kinase inhibitor yang merupakan
pengobatan standar bagi pasien CML pada fase kronik.
o Transplantasi sumsum tulang alogenik (stem cell
transplantation, SCT) sebelum usia 50 dari saudara kandung
yang HLA-nya cocok memungkinkan kesembuhan 70% pada
fase kronik dan 30% atau kurang pada fase akselerasi
b. Non-Medikamentosa
Radiasi:
j. Prognosis
Dikatakan buruk apabila:
Ditemukan pada fase akeselerasi atau fase blast
Spelenomegali
Area-area bone damage akibat leukemia
Peningkatan jumlah basofil dan eosinophil dalam sampel darah
Jumlah platelet yang terlalu tinggi atau rendah
Usia lebih dari 60 tahun
Perubahan kromosome multipel
BAB III
PEMBAHASAN
3. PEMBAHASAN
Pasien mengaku sering mengkonsumsi obat anti nyeri bila kaki bengkak
karena asam urat. Pasien merokok 1 bungkus/hari. Pasien juga mengaku
mempunyai masalah lambung dan asam urat sejak lama.
Riwayat pekerjaan:
KESIMPULAN
4. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
5. DAFTAR PUSTAKA
1. Hematologi Klinik Ringkas.pdf. (n.d.)
2. Fernández, K.S., de Alarcón, P.A., 2013. Development of the
Hematopoietic System and Disorders of Hematopoiesis that Present During
Infancy and Early Childhood. Pediatr. Clin. North Am. 60, 1273–1289.
https://doi.org/10.1016/j.pcl.2013.08.002
3. Pai, A. Medscape (2014). Drugs & Diseases. Spleen Anatomy.
4. Sloane, E., 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Penerbit Buku
Kedokteran (EGC). Jakarta.
5. Junqueira LC, Carneiro J. 2007. Histologi Dasar. Edisi 10. Jakarta : EGC.
6. Snell, R.S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran.
Dialihbahasakan oleh Suguharto L. Edisi ke-6. Jakarta: EGC.
7. Hoffbrand, V. (2016) ‘Hoffbrand’s Essential Haematology’, p. 382.
8. Mescher, A. L. and Junqueira, L. C. U. (2018) Junqueira’s basic histology:
text and atlas. Available at:
http://www.vlebooks.com/vleweb/product/openreader?
id=none&isbn=9781260026184 (Accessed: 31 March 2021).
9. Rouli, N., & Amalia, P. (2016). Anemia pada penyakit keganasan anak.
Sari Pediatri, 6(4), 176-81.
10. Kar, A. S. (2005). Pengaruh anemia pada kanker terhadap kualitas hidup
dan hasil pengobatan. Disampaikan pada Pidato Pengukuhan Gurun Besar
Tetap Universitas Sumatera Utara, Medan, 17.
11. Rafika, M., & Setiadhi, R. (2019). LESI ORAL TERKAIT LEUKEMIA
MIELOID KRONIK: LAPORAN KASUS. ODONTO: Dental
Journal, 6(1), 62-67.
12. Hakiki, H (2007). MANIFESTASI KLINIS DAN GAMBARAN
LABORATORIK LEUKEMIA MIELOID KRONIK DI RSUP KARIADI.
Semarang : FK UNDIP
13. Anderson, S. (n.d.). Anderson’s Atlas of Hematology. 607.
14. Parlina, D., & Fadjari, T. H. (n.d.). PEDOMAN DIAGNOSIS DAN TERAPI
HEMATOLOGI ONKOLOGI MEDIK 2008. 346.
15. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK558904
16. Behrman., Kliegman. & Arvin. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak( edisi:
15, vol 2). Jakarta : EGC. 854 – 856.
17. Longo, D., Harrison, T.R., 2013. Harrison’s Hematology and Oncology, 2e.
McGraw-Hill
18. Publishing, New York.
19. Kumar V., Cotran R.S., Robbin S.L., 2007, Buku Ajar Patologi, Volume 2,
Edisi 7, EGC, Jakarta, 12-887
20. Longo D, Harrison TR. Harrison’s Hematology and Oncology, 2e.
[Internet]. New York: McGraw-Hill Publishing; 2013 [cited 2021 Mar 31].
Available from:
https://public.ebookcentral.proquest.com/choice/publicfullrecord.aspx?
p=4959577
21. Anwar C. ACUTE MYELOID LEUKAEMIA. :51.
22. Buku_Ajar_Ilmu_Penyakit_Dalam_PAPDI_FK_UI_Edisi_Keenam,_2014_
Tiga.pdf.
23. Hematologi Klinik Ringkas.pdf.
24. Kapita Selekta Hematologi Edisi 4.pdf.
25. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4810104/#:~:text=Acute
%20myeloid%20leukemia%20(AML)%20is%20a%20heterogeneous
%20disorder%20characterized%20by,60%20years%20old%20%5B1%5D.
26. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK531459/
27. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507875/
28. url-3.html.