Anda di halaman 1dari 19

COMPARASION OF THE HEALTH SERVICE SYSTEM AND

THE UNIVERSAL HEALTH INSURANCE AMONG


INDONESIA’S NEIGHBORING COUNTRIES

Disusun Oleh:

Asy Syifa Dhiya Ulhaqq Anwar 11719118

Nirwana Tri Hartati 14719799

Siti Suciati 16719124

Weni Salsabiela 17719422

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS GUNADARMA

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat


Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis akhirnya mampu
menyelesaikan tugas yang berjudul “Penyelenggaraan Asuransi Kesehatan” pada Blok Ilmu
Kesehatan Masyarakat ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.

         Tidak lupa, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada dr. Evi Maryam,
MARS selaku dosen pada blok Ilmu Kesehatan Masyarakat yang telah membimbing dalam
pembelajaran kuliah kesehatan masyarakat dan serta kepada seluruh pihak yang telah turut serta
membantu berjalannya proses perkuliahan ini yang tidak bisa penulis sebutkan dan tuliskan satu-
persatu.

         Semoga tugas ini dapat dipahami dan bermanfaat oleh siapapun yang membacanya.
Penulis memohon maaf jika ada kata – kata yang kurang berkenan di penulisan yang sudah
penulis susun ini. Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih memiliki banyak kekurangan
yang sekiranya perlu diperbaiki, sehingga penulis akan menerima dengan terbuka kritik, saran,
serta masukan yang membangun, supaya di tugas selanjutnya bisa menjadi lebih baik lagi untuk
kedepannya.

         Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dengan perkiraan 17.504 pulau, Indonesia adalah negara terbesar dengan kepulauan dan
memiliki populasi terbesar keempat di dunia (Statistik, 2017). Banyak rintangan yang harus
dilalui untuk mewujudkan Indonesia yang maju dan membawa kemakmuran dan keadilan bagi
negara kepulauan yang luas. Komponen kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam
pembangunan bangsa. Setiap orang memiliki hak dasar atas kesehatan, yang diatur oleh UUD
1945 (UUD RI & RI, 1945). Setiap warga negara berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang
sama, merata, adil, aman, bermutu, dan dengan harga yang terjangkau, sesuai Undang-Undang
Kesehatan No. 36 Tahun 2009 (Republik Indonesia, 2009). Namun, masih ada kesenjangan
karena tidak semua masyarakat Indonesia memiliki akses ke layanan kesehatan karena biaya
kesehatan yang tinggi dan sistem kesehatan yang tidak stabil sebelum penerapan jaminan
kesehatan semesta, ketika Indonesia dikenal sebagai Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Hal ini
ditunjukkan dengan tingkat out-of-pocket Indonesia yang tinggi, yaitu sekitar 60% pada tahun
2012. (Statistik, 2017).

Salah satu metrik untuk mengukur pembangunan suatu negara adalah sistem kesehatannya.
Untuk memastikan kesehatan dan kesejahteraan semua orang, kebersamaan sistem perawatan
kesehatan disambut baik. Pada kenyataannya, tidak semua negara menawarkan akses kesehatan
dan hak yang sama. Oleh karena itu, sejumlah negara berusaha memperkenalkan asuransi
kesehatan universal atau nasional untuk memastikan bahwa setiap warga negara memiliki akses
ke layanan kesehatan dan kebutuhan dasar yang setara. Bagi masyarakat Indonesia,
mengimplementasikan jaminan kesehatan universal masih merupakan perjuangan. Hal ini juga
terkait dengan sistem kesehatan yang masih kalah dibandingkan dengan sejumlah negara
berkembang lainnya dan tetangga Indonesia. Oleh karena itu, tujuan esai ini adalah untuk
membandingkan sistem kesehatan negara-negara sekitar Indonesia dan penerapan jaminan
kesehatan universal. Pendekatan literature review digunakan untuk menganalisis hasil penelitian
ini. Setiap bangsa memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga sistem kesehatan universal dan
asuransi kesehatan yang digunakan di mana-mana memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk
memastikan bahwa setiap orang memiliki akses ke sistem perawatan kesehatan terbaik, setiap
negara berusaha untuk meningkatkan sistem kesehatannya dan malah bekerja untuk membuatnya
lebih kuat, dan lebih stabil.

1.2. Tujuan

a. Untuk mengetahui tentang sistem kesehatan di Indonesia


b. Untuk mengetahui tentang sistem kesehatan di Singapura
c. Untuk mengetahui tentang sistem kesehatan di Malaysia
d. Untuk Mengetahui tentang sistem kesehatan di Thailand
e. Untuk mengetahui tentang sistem kesehatan di Filipina
f. Untuk mengetahui perbandingan sistem kesehatan dari mutu dan pembiayaan diberbagai
negara tetangga Indonesia
g. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam sistem kesehatan masing-masing
negara tetangga Indonesia.
1.3. Rumusan Masalah

a. Bagaimana sistem kesehatan di Indonesia?


b. Bagaimana sistem kesehatan di Singapura?
c. Bagaimana sistem kesehatan di Malaysia?
d. Bagaimana sistem kesehatan di Thailand?
e. Bagaimana sistem kesehatan di Filipina?
f. Bagaimana perbandingan sistem kesehatan dari mutu dan pembiayaan diberbagai negara
tetangga Indonesia?
g. Bagaimana kendala-kendala yang dihadapi dalam sistem kesehatan masing-masing negara
tetangga Indonesia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Asuransi Kesehatan di Indonesia

2.1.1. Definisi Asuransi

Kata asuransi berasal dari bahasa Inggris yaitu assurance atau insurance yang
memiliki arti jaminan atau perlindungan. Pasal 1 angka 1 menjelaskan mengenai definisi
asuransi yaitu asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan
pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai
imbalan untuk (Goretti, M and Aditya, K, 2019) :
a. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian,
kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena
terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau
b. memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau
pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya
telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.

Dalam Pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) Republik Indonesia,
menyebutkan bahwa asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian di mana seorang
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima suatu premi yang
bertujuan untuk memberi penggantian kepada penanggung karena suatu hal yang
mengakibatkan kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, semua ini
adalah hal yang mungkin akan diderita penanggung akibat suatu peristiwa tertentu (Goretti, M
and Aditya, K, 2019).

2.1.2. Ketentuan Mengenai Perasuransian di Indonesia

Perasuransian di Indonesia diatur melalui (Goretti, M and Aditya, K, 2019) :

a. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian


b. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992
c. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang terkait asuransi
d. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan terkait asuransi
e. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan terkait asuransi

2.1.3. Istilah Umum dalam Asuransi Kesehatan di Indonesia

Asuransi kesehatan menggunakan beberapa istilah umum, yaitu (Goretti, M and


Aditya, K, 2019) :

a. Pihak penanggung (Insurer)


Merupakan perusahaan asuransi itu sendiri yang berbentuk badan hukum dan bergerak
dalam pengelolaan risiko dan menjual produk atau layanan asuransi.
b. Pihak tertanggung (Insured)
Merupakan konsumen baik individu maupun institusi yang memiliki kepentingan terhadap
sesuatu yang dimilikinya dan membeli produk atau layanan asuransi. Dalam hal ini, pihak
tertanggung merupakan pihak yang menerima manfaat dari produk asuransi.
c. Contributor
Merupakan pihak yang membayar premi dari asuransi, dalam hal ini contributor bisa
merangkap sebagai pihak tertanggung (insured) dan bisa tidak.
d. Surat permintaan penutupan asuransi (Application Form)
Sering disingkat dengan istilah “SPPA”, merupakan suatu formulir yang disediakan oleh
penanggung dan wajib diisi secara lengkap, jujur, dan benar oleh pihak tertanggung.
SPPA merupakan bagian dari dokumen perjanjian yang berisi data dan informasi
tertanggung yang kurang lebih memuat sebagai berikut :
 Nama tertanggung
 Alamat lengkap
 Data atau informasi terkait objek pertanggungan asuransi
 Lokasi dari objek pertanggungan tersebut
 Jumlah nilai dari objek pertanggungan
 Luas jaminan yang dikehendaki oleh tertanggung
 Tarif premi yang disepakati
 Jangka waktu pertanggungan (tanggal mulai dan tanggal berakhir) yang diinginkan
 Syarat-syarat pembayaran premi
 Keterangan lain (jika ada dan dibutuhkan)
e. Survei risiko
Merupakan suatu mekanisme pengecekan terhadap objek yang menjadi pertanggungan
asuransi dengan tujuan untuk menghindari dispute di masa depan. Mengenai hal ini,
apabila menurut perusahaan asuransi nilai dari objek pertanggungan relatif kecil, maka
survei cukup dilakukan oleh petugas dari perusahaan asuransi. Selanjutnya, apabila nilai
objek pertanggungan dirasa besar, maka perusahaan asuransi dapat meminta bantuan
surveyor independen.
f. Premi Asuransi (Insurance Premium)
Harga untuk jaminan risiko dari objek pertanggungan yang dibayar oleh pihak
tertanggung kepada pihak penanggung dalam jangka waktu yang ditentukan. Besarnya
premi asuransi yang dibayarkan sangat beragam tergantung dari jenis asuransi, objek
pertanggungan, maupun jangka waktu dari asuransi tersebut.
g. Polis Asuransi (Insurance Policy)
Merupakan dokumen perjanjian tertulis antara pihak tertanggung dengan penanggung
yang diterbitkan oleh pihak penanggung. Polis diterbitkan dan ditandatangani oleh
penanggung, di mana polis berisi ketentuan-ketentuan seperti jangka waktu perjanjian,
syarat-syarat perjanjian, risiko kerugian yang akan diganti dan tidak diganti. Pihak
tertanggung tidak menandatangani polis, melainkan di formulir SPPA.
h. Reasuransi (Reinsurance)
Terdapat dua pengertian terkait reasuransi, yang pertama adalah berupa kegiatan dari
perusahaan penanggung pertama yang melakukan pertanggungan ulang dengan tujuan
penyebaran risiko. Pengertian yang kedua dari reasuransi adalah jenis perusahaan yang
kegiatan utamanya hanya menerima pertanggungan ulang.
i. Perusahan pialang asuransi (Insurance Brokers)
Berdasarkan POJK Nomor 69/POJK.05/2016 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan
Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi, dan Perusahaan
Reasuransi Syariah, pada Pasal 1 dijelaskan mengenai perusahaan pialang asuransi yaitu
perusahaan yang menyelenggarakan jasa konsultasi atau keperantaraan dalam hal
penutupan asuransi dan penanganan penyelesaian klaim dengan bertindak untuk dan atas
nama pemegang polis, tertanggung, atau peserta.
j. Agen asuransi (Insurance Agents)
Pengertian agen asuransi menurut POJK Nomor 69/POJK.05/2016 tentang
Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan
Reasuransi, dan Perusahaan Reasuransi Syariah (POJK Penyelenggaraan Usaha PA, PAS,
PR, dan PRS) adalah orang yang bekerja sendiri atau pada perusahaan yang bertindak
untuk dan atas nama perusahaan asuransi dan telah memenuhi persyaratan untuk mewakili
perusahaan asuransi serta memasarkan produk asuransi tersebut.

2.1.4. Jenis Layanan dan Manfaat Asuransi Kesehatan

a. Asuransi kesehatan rawat inap (in-patient treatment)


Layanan ini mencakup biaya pengobatan pihak tertanggung termasuk biasa penginapan di
rumah sakit sesuai dengan ketentuan yang disepakati dalam polis.
b. Asuransi kesehatan rawat jalan (out-patient treatment)
Layanan ini mencakup biaya pengobatan pihak tertanggung yang hanya memerlukan
rawat jalan saja, layanan ini tidak mencakup kebutuhan rawat inap di rumah sakit apabila
diperlukan. Dalam memilih produk atau layanan perawatan asuransi kesehatan, pihak
penanggung bisa memberikan manfaat tambahan kepada pihak tertanggung, diantaranya
sebagai berikut :
 Melahirkan (maternity)
Memberikan manfaat penggantian biaya persalinan atau melahirkan
 Kacamata (glasses)
Mencakup biaya lensa hingga bingkai kacamata atas rujukan atau surat pengantar dari
dokter mata
 Gigi (dental)
Meliputi perawatan dasar, gusi, hingga masalah gigi yang kompleks yang disesuaikan
dengan kebijakan yang diberikan pihak penanggung
 General Check-up
Merupakan biaya pemeriksaan kesehatan pihak tertanggung.
2.1.5. Risiko Asuransi Kesehatan

a. Kesalahan dalam memilih produk


b. Kesulitan dalam mengajukan klaim
c. Kelalaian dalam memenuhi perjanjian
d. Bangkrutnya perusahaan asuransi
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Sistem Kesehatan di Indonesia

Negara kepulauan terbesar di dunia dan rumah bagi populasi yang beragam dari ras,
etnis, budaya, dan agama, Indonesia juga merupakan rumah bagi populasi terbesar
keempat di dunia. Pada tahun 2011, terdapat hingga 30 juta orang yang hidup dalam
kemiskinan di Indonesia, negara yang menarik dan beragam yang terletak di jantung Asia
Tenggara (Statistik, 2022). Akibatnya, tidak semua warga negara Indonesia memiliki
akses lengkap terhadap layanan kesehatan, terutama masyarakat miskin yang tidak
mampu membayar kebutuhan kesehatan. Seperti telah disinggung sebelumnya, UUD
1945 mensyaratkan semua warga negara memiliki akses pelayanan kesehatan secara
merata.

Situasi kesehatan Indonesia juga terlihat fluktuatif sejak Sistem Jaminan Sosial
Nasional diimplementasikan sebagai Jaminan Kesehatan Nasional yang dijalankan oleh
BPJS, pada 1 Januari 2014. Dari tahun 1990 hingga 2020, angka harapan hidup Indonesia
meningkat secara signifikan, dari rata-rata usia 63 tahun menjadi 73,4 tahun, menurut
sejumlah indeks kesehatan (Statistik, 2017). Menurut data Badan Pusat Statistik (2022),
angka kematian bayi menurun dari 28,6 pada tahun 2011 menjadi 17,6 pada tahun 2020
per 1.000 kelahiran hidup. Selain itu, epidemiologi penyakit di Indonesia telah
mengalami pergeseran yang cukup besar dari penyakit menular ke penyakit tidak
menular, tetapi juga telah dijangkiti oleh penyakit menular baru, yang dikenal sebagai
COVID-19, sejak tahun 2020. Sistem kesehatan Indonesia menjadi tidak nyaman sebagai
akibat dari semua ini (Statistik, 2022)

Pendanaan untuk sistem kesehatan Indonesia berasal dari sumber pemerintah dan
swasta. Di Indonesia, biaya kesehatan telah meningkat secara signifikan selama delapan
tahun terakhir, meningkat sebesar 222% ( (Kharisma, 2020). Menurut data tahun 2014,
alokasi biaya kesehatan dari PDB hanya 3,6% meskipun pengeluaran kesehatan
meningkat. Pemerintah komitmen berupa peningkatan anggaran belanja kesehatan dari
pusat menjadi 5%, sekaligus menggenjot anggaran dari daerah menjadi 10%, selain itu,
BPJS bertujuan untuk mencapai universal coverage—disebut juga jaminan kesehatan—
untuk seluruh warga negara Indonesia pada tahun 2019. (statistik 2022) 2012 (Thabrani)
UU SJSN menetapkan lima program jaminan sosial: jaminan kesehatan yang
diselenggarakan oleh BPJS, empat program lainnya, yang diselenggarakan oleh BPJS
Ketenagakerjaan, mencakup jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun
, dan asuransi kematian 2014-an (Eka Putri)

Sumber utama penerimaan SJSN, khususnya pada Jaminan Kesehatan Nasional,


adalah melalui iuran peserta wajib. Peserta JKN dapat diklasifikasikan menjadi dua
kategori yaitu penerima bantuan iuran (PBI) yang menyasar masyarakat miskin, dan yang
tidak (Non PBI). BPJS Ketenagakerjaan menjamin bahwa pemberi kerja dan pekerja
masing-masing akan membayar iuran dengan persentase tertentu. Selain menerima
donasi peserta, BPJS juga akan mendanai fasilitas kesehatan melalui dua strategi lain:
kapitasi dan casemix. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) ditargetkan dengan
pembayaran kapitasi, sedangkan Fasilitas Kesehatan Tingkat Rujukan Lanjutan (FKTRL)
ditargetkan dengan casemix (Eka Putri, 2014).

Kurangnya pendanaan dan meningkatnya permintaan pendanaan merupakan


tantangan yang dihadapi sistem pelayanan Indonesia, klaim (Alanri, 2015) dan (Ruslang,
n.d.). Ketiadaan dana bisa terjadi karena beberapa faktor, antara lain tidak rutinnya
peserta Iuran peserta PBI, pembayaran denda yang cukup besar oleh masyarakat yang
mengakibatkan OOP, pengalokasian dana yang tidak tepat, potensi kecurangan, dan
casemix sistem pembayaran. kurangnya standar. Tidak jelas bagaimana menghitung
tarif biaya, mengapa tidak selalu naik sejalan dengan kondisi pasar, spesifikasi tarif tarif,
dan pedoman untuk menggunakan dan menerapkan berbagai kode diagnosis ICD-10,
misalnya, dalam pendanaan casemix. Kebutuhan akan sistem teknologi yang selalu
berkembang untuk mendukung penerapan evidence-based diagnosa, supply-demand yang
terus meningkat menjadi penyebab utama pertumbuhan kebutuhan pembiayaan. Karena
ada permintaan yang tinggi untuk layanan kesehatan berkualitas tinggi dan biaya untuk
menyediakan layanan tersebut tidak mencukupi, banyak fasilitas kesehatan tidak dapat
memenuhi kebutuhan pasien mereka.
3.2. Sistem Kesehatan di Singapura

Singapura, negara kecil yang canggih dengan populasi sebesar Bandung, adalah salah
satu tetangga Indonesia. Pada tahun 2016, anggaran kesehatan nasional adalah 4,47%
dari PDB (Tan, Lam, Matchar, Zee, & Wong, 2021) Melalui pendekatan pembiayaan
hibrida dan sistem perawatan kesehatan yang sangat baik, Singapura telah mencapai
Cakupan Kesehatan Universal. Singapura memiliki sistem perawatan kesehatan terbaik
kelima belas di dunia, menurut data dari CEOWORLD Health Care Index (2021). Semua
warga Singapura wajib memiliki asuransi kesehatan MediShield Life, yang menawarkan
perlindungan seumur hidup terhadap biaya pengobatan yang tinggi dari rawat inap dan
beberapa layanan rawat jalan. Layanan pada tingkat rawat jalan primer, spesialis, dan
obat resep tidak ditanggung oleh perusahaan asuransi. Subsidi parsial berbasis
pendapatan pemerintah disediakan untuk pembayaran iuran, meskipun Medisave,
rekening tabungan kesehatan wajib, juga tersedia. Setiap karyawan dan penduduk tetap
harus menyumbangkan 8 hingga 10,5% dari pendapatan mereka ke Medisave, tergantung
pada usia mereka. Ketika warga Singapura dan Medisave tidak dapat memenuhi biaya
medis ini, negara membayar biaya MediFund (Tan et al., 2021). (Tikkanen, Osborn,
Mossialos, Djordjevic, & Wharton, 2020).

Fasilitas pelayanan kesehatan yang menawarkan pelayanan medis kepada pasien tidak
dipengaruhi oleh jenis pelayanan; sebaliknya, pilihan bangsal pasien menentukan
hasilnya. Akan didukung 85% jika pasien memilih ruang perawatan dengan 8 tempat
tidur dalam satu ruangan; jika pasien memilih ruang perawatan dengan 1 tempat tidur
dalam satu kamar, maka tidak disubsidi. Pasien yang membutuhkan layanan kesehatan
tingkat primer, seperti yang disediakan di poliklinik, akan menerima subsidi sebesar 75%
dari total pendapatan mereka. Layanan pasien ruang gawat darurat akan ditanggung
sepenuhnya. Selain itu, Medishield Life menetapkan jumlah klaim maksimum tahunan;
namun, tidak ada batasan seumur hidup. Untuk memastikan bahwa akan ada cukup uang
untuk memenuhi kebutuhan dasar di hari tua, penggunaan MediSave juga dibatasi.
Melalui metode yang disebutkan di atas, biaya tambahan dapat didaur ulang ke warga
Singapura dengan subsidi silang. Demikian pula, orang Singapura dapat memotong
biaya OOP mereka (How & Fock, 2014). (Tikkanen et al., 2020).
Keterbatasan yang dihadapi oleh sistem kesehatan Singapura termasuk populasi yang
menua, yang meningkatkan kemungkinan MediSave kekurangan dana. Pemerintah
Singapura telah membuat sejumlah program asuransi untuk membantu penduduk lanjut
usia guna memitigasi risiko ini, termasuk Paket Generasi Pelopor dan Paket Generasi
Merdeka. Singapura telah menetapkan "Satu Pasien, Satu Rekam Medis," di mana rekam
medis lengkap dijaga dan disimpan oleh Kementerian Kesehatan, untuk menjaga kualitas
layanan kesehatan dan biaya yang lebih rendah dari pemeriksaan yang sia-sia (How &
Fock, 2014). (Tikkanen et al., 2020).

3.3. Sistem Kesehatan di Malaysia

Negara demokrasi parlementer dengan negara berpenghasilan menengah ke atas


adalah Malaysia. Pada tahun 2020, penduduk Malaysia juga akan berusia 30-an. Di
Malaysia, orang biasanya hidup 73 tahun. Pada 2016, pengeluaran kesehatan Malaysia
adalah 4,6% dari PDB (Yorulmaz & Mohamed, 2019). Malaysia memiliki sistem
perawatan kesehatan terbaik di dunia, menurut statistik dari CEOWORLD Health Care
Index (2021), dan menempati urutan ke-40 secara keseluruhan. Penyakit tidak menular,
berbeda dengan penyakit menular, adalah penyebab utama kematian di Malaysia.
Penyakit jantung iskemik adalah penyebab utama kematian di Malaysia (Safurah et al.,
2013) 2019 (Yorulmaz & Mohamed)

Semua penduduk Malaysia, termasuk presiden, memiliki akses ke layanan kesehatan


universal. Namun, program asuransi nasional bukanlah dasar dari sistem ini. Awalnya
dikembangkan pada tahun 1990-an dan didanai oleh pemerintah, asuransi kesehatan
nasional Malaysia sekarang sebagian besar disediakan oleh sektor swasta. Ekspektasi
publik yang tinggi terhadap standar dan kualitas layanan kesehatan, serta kenaikan biaya
dan pajak, menjadi penyebab hal ini. Industri rumah sakit di Malaysia dibagi menjadi
tiga divisi berbeda berdasarkan kepemilikan fasilitas: rumah sakit umum yang dikelola
pemerintah, rumah sakit swasta nirlaba, dan rumah sakit swasta nirlaba (Yorulmaz &
Mohamed, 2019). Pajak penghasilan umum menyediakan dana untuk pemerintah,
sementara OOP pasien dan asuransi kesehatan swasta menyediakan dana untuk sektor
swasta. Oleh karena itu, pasien OOP serta wisatawan membayar sebagian besar biaya
asuransi kesehatan warga negara Malaysia (Safurah et al., 2013). Menurut informasi dari
IMTJ Medical Travel Awards (2020), Malaysia menjadi destinasi teratas untuk wisata
kesehatan dan medis pada 2019.

Layanan promosi kesehatan, pencegahan, kuratif, dan rehabilitasi adalah area


konsentrasi utama Kementerian Kesehatan Malaysia. Sementara itu, industri kesehatan
swasta berkonsentrasi pada area metropolitan dan terapeutik. Beberapa rumah sakit
umum saat ini telah menerima persetujuan pemerintah untuk menerima perawatan
swasta, menaikkan biaya profesional untuk merawat pasien swasta mereka. Dari contoh
ini, Malaysia mengalami peningkatan wisatawan medis. Kekurangan tenaga medis
merupakan tantangan utama yang dihadapi sektor kesehatan Malaysia. Namun,
pemerintah mengantisipasi melalui perguruan tinggi, jumlah tenaga kesehatan akan terus
meningkat (Awards, 2020); (Safurah et al., 2013).

3.4. Sistem Kesehatan di Thailand

Dengan populasi sekitar 66 juta jiwa, Thailand adalah negara dengan pendapatan
menengah ke atas (Tangcharoensathien, Tisayaticom, Suphanchaimat, Vongmongkol,
Viriyathorn, & Limwattananon, 2020). Sejak tahun 2002, program Universal Health
Coverage (UHC) telah berjalan dengan sukses dan memenuhi semua janjinya. Setelah
penerapan UHC, angka harapan hidup meningkat dari 71,8 menjadi 74,2 tahun hanya
dalam sepuluh tahun (2001-2011). Dari 100 per 1000 bayi yang lahir pada tahun 1970
menjadi 9,5 per 1000 anak yang lahir pada tahun 2017, angka kematian bayi juga turun
drastis. Sejak 2011, baik peserta maupun penyedia telah melaporkan tingkat kepuasan
yang tinggi terhadap kebijakan tersebut. Hal ini didukung oleh tiga rencana berbeda,
yaitu I Skema Manfaat Medis Pegawai Negeri Sipil (CSBMS), yang dikelola oleh
kementerian keuangan untuk 5,7 juta orang, (ii) Asuransi Kesehatan Sosial (SIH), yang
direncanakan dan dikelola oleh kementerian tenaga kerja untuk 12,3 juta orang, dan (iii)
Universal Coverage Scheme (UCS), yang dikelola kementerian kesehatan untuk jumlah
yang tersisa (Tangcharoensathien et al., 2020).

Pajak pemerintah umum digunakan untuk membayar kontribusi cakupan kesehatan


universal (UHC). Pemerintah akan memberikan pertimbangan khusus dan subsidi
kepada masyarakat miskin. Tantangan utama Thailand, sementara itu, adalah tingkat
kemiskinannya yang tinggi. Populasi Thailand juga menua dan mengembangkan
penyakit baru sebagai akibat dari perubahan gaya hidup yang dibawa oleh modernisasi.
Jumlah kematian akibat kecelakaan lalu lintas terbesar kedua terjadi di negara-negara
dengan keterbatasan akses jalan dan ketersediaan kendaraan. Meningkatkan biaya pajak
tembakau, alkohol, dan minuman manis adalah metode kebijakan yang dimaksudkan
untuk meningkatkan pendapatan kesehatan dengan mengurangi penggunaan barang-
barang berbahaya ini oleh konsumen. Pemerintah juga telah membuat kriteria evaluasi
gangguan medis yang membutuhkan biaya tinggi tanpa mengorbankan kesejahteraan
dalam upaya efisiensi penggunaan dana kesehatan. Selain itu, pemerintah dapat
menurunkan biaya stent koroner, lensa katarak, obat erythropoietin, dan obat
antiretroviral, yang pada akhirnya menghemat 257 juta dolar AS pada tahun 2016
(Sumriddetchkajorn et al., 2019); (Tangcharoensathien et al., 2020).

3.5. Sistem Kesehatan di Filipina

Mirip dengan Indonesia, Filipina adalah negara kepulauan dengan populasi sekitar
104,9 juta jiwa pada tahun 2017. Negara terpadat ke-13 di dunia adalah Filipina. Salah
satu negara Asia yang mengalami ekspansi ekonomi yang pesat adalah Filipina. Di
Filipina, angka harapan hidup meningkat dari 62,2 menjadi 69,1 tahun antara tahun 1980
dan 2016. Filipina saat ini menghadapi beban tiga kali lipat, termasuk menjadi negara
peringkat ketiga di dunia dengan risiko terpajan badai dahsyat sebagai akibatnya.
perubahan iklim, (ii) perubahan gaya hidup yang meningkatkan kematian akibat penyakit
tidak menular, dan (iii) penyakit menular yang menetap (Dayrit, Lagrada, Picazo, Pons,
& Villaverde, 2018).

Di Filipina, sektor publik dan swasta masing-masing mengawasi sebagian dari sistem
perawatan kesehatan. Sistem perpajakan merupakan sumber utama pendapatan
masyarakat/sektor umum. Sementara itu, penyedia layanan kesehatan nirlaba dan nirlaba
memberikan uang kepada sektor swasta. Perusahaan Asuransi Kesehatan Filipina
(PhilHealth), yang didirikan pada tahun 1995 untuk melindungi warga negara Filipina,
adalah asuransi kesehatan sosial negara tersebut. Alam semesta termasuk dalam
keanggotaan setelah lima tahun (UHC). Hanya pasien rawat inap dan pasien rawat jalan
yang kurang mampu yang termasuk dalam cakupan PhilHealth. OOP masih lazim di
Filipina, di mana hanya ada sedikit perlindungan finansial, yang membatasi akses ke
perawatan kesehatan (Filipina, 2021).
BAB IV

KESIMPULAN

Besar kecilnya jumlah penduduk, jenis sistem pemerintahan negara, pendapatan


negara, dan posisi profil negara semuanya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
sistem pelayanan kesehatan di setiap negara. Terlepas dari perbedaan, setiap negara
berbagi tujuan untuk memberikan perawatan kesehatan terbaik untuk memenuhi
kebutuhan dasar setiap individu, mencapai cakupan kesehatan universal (UHC),
menjamin akses yang sama ke layanan kesehatan, dan meningkatkan peringkat kesehatan
setiap negara. Setiap negara menghadapi serangkaian tantangan unik saat mencoba
meningkatkan sistem layanan kesehatannya, dan setiap negara juga menerapkan
serangkaian tindakan pencegahan yang unik, yang masing-masing memiliki kelebihan
dan kekurangan dan memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan mana yang
paling efektif.

Dalam rangka mengejar dan meningkatkan profil kesehatan setiap warga negara serta
membangun Indonesia yang maju, masih banyak permasalahan yang harus diatasi di
Indonesia sendiri sebagai negara yang sedang berkembang. Beberapa tantangan sistem
pelayanan kesehatan yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan antara lain pembiayaan
JKN, pemerataan alokasi kepegawaian, ketimpangan pelayanan kesehatan antara kota
dan desa, serta mutu dan kepuasan pasien terhadap BPJS dan fasilitas kesehatan. Untuk
menentukan tindakan yang tepat untuk menciptakan Jaminan Kesehatan Nasional yang
lebih baik, perlu untuk mempelajari dan menganalisis sistem perawatan kesehatan saat ini
di negara-negara industri dan berkembang secara lebih mendalam. akhirnya berhasil
menjalankan amanat UUD 1945.
DAFTAR PUSTAKA

Dwi Putra, J.A. and Chalik Sjaaf, A. (2022) ‘Comparison of the Health Service System and the
Universal Health Insurance among Indonesia’s Neighboring Countries’, Daengku: Journal of
Humanities and Social Sciences Innovation, 2(4), pp. 502–508. Available at:
https://doi.org/10.35877/454RI.daengku1039.

Goretti, M and Aditya, K (2019) ‘Asuransi Kesehatan’. Otoritas Jasa Keuangan.

Anda mungkin juga menyukai