Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ASURANSI DAN BPJS

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah: Masailul Fiqhiyyah

Dosen Pengampu: M. Aba Yazid, M.S.I

Disusun oleh:

1. Abdul Fahmi Romadhoni (2121010)


2. Hani Safitri (2121030)

KELAS F

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

IAIN PEKALONGAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya berupa limpahan nikmat iman
dan Kesehatan, sehingga makalah yang berjudul “Asuransi dan BPJS Kesehatan” ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih atas bantuan pihak-
pihak yang telah berkontribusi baik berupa pemikiran maupun materi.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Bahkan kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penulis, kami merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini kareana keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Pekalongan, 08 Mei 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................2

DAFTAR ISI ..............................................................................................................................3

BAB I .........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN ......................................................................................................................4

A. Latar Belakang .................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................4

C. Tujuan Penulisan ..............................................................................................................4

BAB II ........................................................................................................................................6

PEMBAHASAN .........................................................................................................................6

A. Pengertian Asuransi dan BPJS ..........................................................................................6

B. Hukum Asuransi dan BPJS menurut islam dan Undang-undang ........................................7

C. Manfaat Menggunakan Asuransi dan BPJS ..................................................................... 10

D. Kerugian Menggunakan Asuransi Dan BPJS .................................................................. 12

BAB III ..................................................................................................................................... 15

PENUTUP ................................................................................................................................ 15

A. Simpulan ........................................................................................................................ 15

B. Saran .............................................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 16

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuransi di zaman sekarang ini mengalami ekspansi atau perkembangan yang cukup pesat.
Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya perusahaan asuransi. Asuransi merupakan salah
satu bentuk usaha di bidang keuangan yang bergerak di bidang pertanggungan risiko. Asuransi
memiliki peran sentral yang manfaatnya dirasakan hingga saat ini. Manfaat itu dirasakan oleh
masyarakat pada umumnya dan dunia usaha pada khususnya. Fungsi utama asuransi adalah
memberikan perlindungan terhadap terjadinya suatu kejadian yang tidak diharapkan yang
dapat merugikan nasabah.

Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan Kesehatan agar peserta


memperoleh manfaat pemeliharaan Kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan
dasar Kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya
dibayar pemerintah. Badan Kesehatan dunia telah menetapkan bahwa Kesehatan merupakan
investasi, hak dan kewajiban setiap mausia, tertuang dalam pasal 28 ayat (3) Undang-Undang
Dasar 1945 dan Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, setiap orang berhak
mendapatkan pelayanan Kesehatan. Karena setiap keluarga dan masyarakat berhak
memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggungjawab untuk
mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin
dan tidak mampu. Oleh karena itu pemerintah mengambil kebijakan untuk menggratiskan
pelayanan Kesehatan bagi masyarakat miskin.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Asuransi dan BPJS?
2. Bagaimana hukum Asuransi dan BPJS dalam islam dan Undang-undang?
3. Apa manfaat menggunakan Asuransi dan BPJS bagi masyarakat?
4. Apa kerugian Asuransi dan BPJS yang dialami masyarakat?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari asuransi dan BPJS.
2. Mengetahui hukum asuransi dan BPJS dalam islam dan undang-undang.

4
3. Mengetahui manfaat menggunakan asuransi dan BPJS.
4. Mengetahui kerugian menggunakan asuransi dan BPJS yang dialami masyarakat.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Asuransi dan BPJS


Jaminan sosial (social security) merupakan bagian dari konsep perlindungan sosial
(social protection), dimana perlindungan social bersifat lebih luas. Perbedaan keduanya adalah
jaminan social memberikan perlindungan sosial bagi individu dengan dana yang diperoleh dari
iuran berkala, sedangkan perlindungan sosial biasanya melibatkan banyak pihak dalam
memberikan perlindungan kepada individu, keluarga atau masyarakat dari berbagai risiko
kehidupan yang tidak terduga seperti krisis ekonomi, atau bencana alam. Hal ini sejalan dengan
pendapat BAPPENAS yang telah melakukan kajian awal tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN), dan dalam kajian ini dikemukakan pendapat bahwa jaminan social meliputi
dua hal yaitu:

1. Asuransi sosial (Social Insurance), merupakan suatu mekanisme pengumpulan dana yang
bersifat wajib yang berasal dari iuran guna memberikan perlindungan atas risiko sosial
ekonomi yang menimpe peserta dan anggota keluarganya.
2. Bantuan sosial beupa “bantuan” dalam bentuk uang, jasa maupun barang dengan tujuan
sosial.

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah sistem penyelenggaraan program


negara dan pemerintah untuk memberikan perlindungan sosial, agar setiap penduduk dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak, menuju terwujudnya kesejahteraan sosial bagi
seluruh penduduk indonseia. Jaminan sosial diperlukan apabila terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan yang dapat mengakibatkan hilangnya atau berkurangnya pendapatan seseorang,
baik karena memasuki usia tua atau pension, maupun karena gangguan Kesehatan, cacat,
kehilangan pekerjaan dan sebagainya.

Jaminan Kesehatan Nasional merupakan program pelayanan Kesehatan terbaru yang


sistemnya menggunakan sistem asuransi. Artinya, seluruh warga indonseia nantinya wajib
menyisihkan Sebagian kecil uangnya untuk jaminan Kesehatan di masa depan.

6
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang berfungsi
menyelenggarakan program jaminan Kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia termasuk
warga asing yang bekerja paling singkat 6 bulan di Inonesia. Peserta BPJS terdiri dari bantuan
iuran (PBI) yang terdiri dari fakir miskin serta orang tidak mampu, dan golongan non
PBI/peserta dari peralihan Askes. UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS membentuk 2
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

1. BPJS Kesehatan adalah badan hukum public yang bertanggung jawab kepada presiden dan
berfungsi menyelenggarakan program jaminan Kesehatan. Jaminan Kesehatan adalah
jaminan berupa perlindungan Kesehatan agar peserta memperoleh manfaat perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar Kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang
telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. BPJS Kesehatan
diselenggarakan pada tanggal 1 Januari 2014 sesuai dengan UU BPJS.
2. BPJS Ketenagakerjaan adalah badan hukum public yang bertanggung jawab kepada
presiden dan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari
tua, jaminan pension dan jaminan kematian. Pada tanggal 1 Januari 2014, pemerintah
mengubah PT. Jamsostek (Persero) menjadi BPJS Ketenagakerjaan atas perintah UU BPJS.
1

B. Hukum Asuransi dan BPJS menurut islam dan Undang-undang


Para ulama hingga saat ini tampaknya belum mencapai kesepakatan tentang hukum
asuransi secara umum. Sampai saat ini setidaknya ada empat pendapat tentang hukum asuransi
konvensional yang dikemukakan oleh para ulama kontemporer. Keempat pendapat tersebut
antatra lain:

1. Haram secara mutlak. Pendapat ini dikemukakan oleh Syeikh Yusuf Al-Qardhawi dan Isa
Abduh. Hukum haramnya asuransi tersebut mencakup berbagai macam bentuknya, baik
asuransi jiwa maupun asuransi kerugian.
2. Halal secara mutlak. Ini adalah pendapat Mustafa Ahmad Zerka dan Muhammad Al-Bahi.
Menurut kelompok ini kehalalan asuransi mencakup berbagai macam dan bentuknya.

1
Maya Widyana Dewi, Perbandingan Premi Asuransi Kesehatan Peserta BPJS Badan Usaha dengan
Asuransi Kesehatan Swasta, (Jurnal Akuntan dan Pajak Vol. 16 No. 01, Juli 2015).

7
3. Haram Sebagian dan halan Sebagian. Muhammad Abu Zahrah membolehkan asuransi
yang bersifat sosial dan mengharamkan asuransi yang semata-mata bersifat komersial.
Sedangkan ulama lainnya yakni Muhammad Ibn Zaid membolehkan asuransi kecelakaan,
dan mengharamkan asuransi jiwa.
4. Syubhat (tidak jelas antara halal dan haram). Pendapat ini beralasan karena tidak
ditemukannya dalil yang secara tegas mengharamkan asuransi, juga tidak adanya dalil yang
secara jelas membolehkannya.

Keempat pendapat diatas merupakan pendapat tentang hukum asuransi secara umum.
Adapun hukum asuransi BPJS Kesehatan, menurut para ulama di Indonesia terbagi menjadi
tiga pendapat sebagai berikut:

1. Pendapat yang mengaharmkan. Pendapat tersebut diungkapkan Majelis Ulama Indonesia


(MUI) pada sidang keputusan ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se Indonseia ke-V tahun 2015.
Dalam putusannya MUI menetapkan haramnya penyelenggaraan Jaminan BPJS Kesehatan.
Menurut MUI, pelaksanaan jaminan sosial oleh BPJS Kesehatan, terutama yang terkait
dengan akad antar para pihak, tidak sesuai dengan prinsip syariah, karena mengandung
unsur gharar, maisir dan riba. Dalam putusan tersebut MUI tidak secara langsung
menggunakan kata “haram”, tetapi dari kalimat yang digunakan yakni “tidak sesuai dengan
prinsip syariah” dapat dipahami tentang hukum kebenaran hukum asuransi.
Menurut fatwa DSN MUI tentang asuransi BPJS Kesehatan, setidaknya ada empat
permasalahan dalam praktik asuransi konvensional, yaitu pertama, unsur gharar atau
ketidakpastian. Kedua, unsur maysir atau perjudian. Ketiga, unsur riba. Keempat, unsur
zulm atau penganiayaan. inilah argumentasi kelompok yang mengharamkan asuransi
konvensional yang dalam hal ini adalah asuransi BPJS Kesehatan. Perlu dicatat bahwa
pendapat MUI yang notabene merupakan lembaga fatwa yang diwakili oleh seluruh ormas
islam di Indonesia ini tidak didukung oleh ormas islam lainnya seperti dua ormas islam
terbesar di Indonesia, yaitu NU dan Muhammadiyah.
2. Pendapat yang menghalalkan. Para ulama yang terlibat dalam diskusi pra-muktamar PBNU
ke-33 yang diadakan di Pondok Pesantren Krapyak Yoyakarta pada 28 Maret 2015 sepakat
bahwa program jaminan Kesehatan yang ditangani BPJS tidak bertentangan dengan syariat
islam. Mereka menganggap bahwa akad yang digunakan BPJS Kesehatan adalah akad

8
ta’awun. Meurut para kiyai yang terlibat diskusi tersebut, disebutkan bahwa akad BPJS
tidak mengandung riba.
Keputusan itu diambil setelah mempelajari konsep iuran, penggunaan dana, besaran iuran,
siapa saja pengguna BPJS, siapa saja yang dibebaskan dari iuran tersebut, dan hal-hal yang
terkait dengan sistem penyelenggaraan BPJS. Para ulama dan kiyai NU yang membahas
tentang hukum BPJS ini tidak menggunakan argumentasi yang berbelit-belit untuk
memutuskan hukum BPJS kesehatan ini. Oleh karena itu, jika dilihat dari segi metodologis,
ijtihad atau keputusan hukum mengenai BPJS didasarkan pada penggunaan metode qiyas,
yakni meng-qiyaskan BPJS dengan perkongsian atau syirkah, yang dalam hal ini
dikhususkan untuk syirkah ta’awun dalam hal kesehatan. Karena antara syirkah dan BPJS
sama-sama memiliki kesamaan ‘illat hukum, yaitu bekerja sama atau gotong royong dalam
suatu kebaikan yang menghasilkan kemaslahatan atau manfaat. Karena itu, jika syirkah
dalam berbagai bentuknya merupakan akad yang dibolehkan berdasarkan Al-Qur’an,
Sunnah dan ijma’, maka BPJS harus memiliki hukum yang sama, yaitu boleh.
3. Pendapat yang menganggap syubhat. Pendapat yang termasuk dalam kategori ini adalah
pendapat Majelis Tarjih Muhammadiyah. Dalam hal ini Muhammadiyah berpendapat
bahwa asuransi hukumnya mubah, jika asuransi itu bersifat sosial. Sedangkan asuransi
yang mengandung unsur riba, judi dan penipuan hukumnya haram. Adapun unsur riba yang
terdapat dalam asuransi, menurut Muhammadiyah terdapat kelebihan menerima jumlah
santunan daripada pembayaran premi. Sedangkan unsur perjudian yang terkandung dalam
asuransi menurut pengamatannya adalah sifat kesempatan bagi tertanggung yang
menerima tanggungan lebih besar daripada premi, atau sebaliknya penanggung akan
memperoleh keuntungan jika dalam masalah pertanggungan tidak ada peristiwa yang
ditentukan dalam perjanjian. Sedangkan yang termasuk unsur penipuan menurut Majelis
Tarjih adalah ketidakpastian apa yang akan diperoleh orang yang ditanggung sebagai
akibat dari apa yang belum tentu terjadi. Dengan demikian, secara umum Muhammadiyah
tidak mengharamkan asuransi secara mutlak dan tidak pula menghalalkan secara mutlak.
Majelis Tarjih dalam hal ini juga mengakui bahwa dalam asuransi jiwa terdapat unsur
tolong-menolong dalam kebaikan dan ada manfaat bagi kedua belah pihak, tertanggung
dan penanggung. Bahkan Majelis Tarjih menegaskan pandangannya bahwa mengambil
sesuatu yang maslahah sangat dianjurkan oleh syariat Islam agar terhindar dari

9
kemudharatan. Apabila jika pemerintah ikut berperan dalam terciptanya kemaslahatan
tersebut. Oleh karena itu Majelis Tarjih menegaskan bahwa perusahaan asuransi yang
dikelola oleh pemerintah diperbolehkan secara hukum.2

Kesehatan merupakan hak asasi setiap manusia yang tidak dapat dihapuskan dalam dirinya
karena hak atas kesehatan tersebut telah ada sejak manusia dilahirkan dan harus dijaga
keberlangsungannya tanpa adanya diskriminasi. Setiap upaya peningkatan derajat kesehatan
masyarakat juga berarti investasi bagi pembangunan negara, dan upaya pembangunan harus
berlandaskan wawasan kesehatan dalam arti pembagnunan nasional harus memperhatikan
kesehatan masyarakat dan menjadi tanggung jawab semua pihak, baik pemerintah maupun
masyarakat. Hal ini ditegaskan oleh Undang-undang Dasar Republik Indonesia yang tertuang
dalam pasal 28H Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi:
“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta memperoleh pelayanan Kesehatan”.

Mewujudkan amanat konstitusi, pemerintah Indonesia harus menyelenggarakan program


jaminan kesehatan agar hak kesehatan seluruh rakyat dapat terjamin dan program tersebut
dilalksanakan dengan prinsip asuransi. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 19 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang berbunyi:
“Jaminan Kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan
prinsip ekuitas”. Menurut Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 yang
dimaksud dengan asuransi sosial adalah “Suatu mekanisme pengumpulan dana yang bersifat
wajib yang berasal dari iuran guna memberikan perlindungan atas risiko sosial ekonomi yang
menimpa peserta dan anggota keluarganya”. Sedangkan prinsip ekuitas adalah pelayanan yang
didapatkan sesuai dengan jumlah besaran iuran yang dibayarkan oleh peserta. 3

C. Manfaat Menggunakan Asuransi dan BPJS


1. Berikut manfaat yang dimiliki asuransi secara umum
a. Asuransi merupakan tabungan masa depan. Ketika berada di usia produktif, waktu yang
tepat untuk bekerja sekeras mungkin. Memiliki pendapatan sendiri dan bebas

2
Chamim Tohari, Hukum Asuransi Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (Bpjs) Kesehatan Perspektif
Fiqh Muamalah Dan Qawâ’id Fiqhiyah, (AHKAM, Volume 7, Nomor 2, November 2019).
3
https://pengertian.asuransi.go.id/bpjs/indek.php/pages/detail/2010/2

10
mengelola pendapatan. Akan tetapi, perlu diingat bahwa kamu perlu tabungan di hari
tua. Kamu perlu mempersiapkan dana cadangan masa depan, terutama untuk kesehatan.
Sebagian pendapatan bisa dialihkan untuk asuransi. Mengingat asuransi menawarkan
jaminan perlindungan saat terjadi resiko.
b. Membantu mengelola keuangan. Asuransi memiliki biaya premi yang harus dibayarkan,
setiap bulannya bahkan setiap tahun. Besaran premi disesuaikan dengan produk
asuransi yang diambil, tergantung kebijakan perusahaan asuransi juga. Adanya
tanggung jawab premi, secara tidak langsung membantumu menyisihkan sekian persen
pendapatan. Hal ini bisa untuk membatasimu mengeluarkan uang untuk membeli
barang konsumtif dan tidak berguna.
c. Bisa memindahkan risiko. Memiliki asuransi sama saja kamu memindahkan risiko ke
perusahaan asuransi. Dengan membayar premi yang relatif kecil bila dibandingkan
kerugian risiko. Saat terjadi risiko, kamu bisa melakukan klaim kepada perusahaan
terkait. Besaran klaim akan dibayarkan langsung oleh perusahaan. Sesuai perjanjian,
klaim dibayarkan penuh tidak ada pengurangan biaya apapun.
2. Manfaat BPJS secara umum
a. Murah. BPJS Kesehatan memiliki member yang banyak karena biaya atau iuran yang
dipungut pemerintah masih terjangkau. Kendati murah, layanan yang bisa didapat
peserta dianggap tidak murahan. Biaya atau iuran pada BPJS Kesehatan ini memang
terbilang murah.Bagaimana tidak, hanya dengan premi per-bulan, untuk kelas 1 sebesar
Rp160 ribu, kelas 2 sebesar Rp110 ribu, dan kelas 3 sebesar Rp42 ribu, kamu sudah
mendapat perlayanan dan perlindungan dari BPJS Kesehatan. Asuransi plat merah ini
juga termasuk pemeriksaan, rawat inap, pembedahan, obat dan lain sebagainya secara
cuma-cuma. Bahkan cuci darah dan biaya persalinan bisa didapat oleh peserta dengan
gratis.
b. Wajib. BPJS Kesehatan yang diselenggarakan langsung dari pemerintah atau negara
ini memang sebuah program yang diwajibkan kepada seluruh masyarakat Indonesia.
Kenapa wajib?Hal ini dikarenakan ada Undang-Undang dan peraturan pemerintah
yang mengatur kewajiban ini. Lebih lanjut lagi, jika kamu ikut asuransi swasta, kamu
juga diwajibkan pemerintah untuk mendaftar BPJS Kesehatan. Bila tidak punya, maka

11
kamu bakal kesulitan mengurus hal-hal lainnya, seperti membuat Kartu Tanda
Penduduk (KTP) hingga mengurus Surat Izin Mengemudi (SIM)
c. Tanpa medical check up. Jika kamu ikut asuransi kesehatan swasta, kamu bakal
melewati proses medical check up terlebih dahulu. Jika itu penyakit yang kronis dan
kamu sudah berusia 40 tahun ke atas, maka premi kamu bakal menjadi semakin mahal.
Kemungkinan terburuknya, kamu bisa ditolak bila mengajukan polis asuransi.
d. Dijamin seumur hidup. Hanya BPJS Keshatan yang mampu menjamin pesertanya
hingga seumur hidup, tidak seperti asuransi lainnya. Sejauh ini, yang diketahui redaksi
Ajaib, asuransi kesehatan hanya melindungi membernya hingga usia maksimal 100
tahun. Itupun belum ada yang membenarkan kabarnya.
e. Tidak ada pengecualian. Kelebihan BPJS Kesehatan adalah tidak adanya pengecualian.
Biasanya, asuransi swasta, seseorang yang terkena penyakit parah bisa saja ditolak.
Kalaupun diterima, premi yang ditanggung bakal ditolak. Selain itu, klaim dana bisa
semakin sulit bila kamu dianggap melakukan kebohongan. Hal itu tidak bakal terjadi
di BPJS karena tidak ada pengecualian penyakit yang diderita para membernya.
f. Perubahan data bisa dilakukan onlie. Memang sebelumnya jika peserta BPJS
Kesehatan ingin melakukan perubahan data harus datang ke kantor cabang atau pusat.
Namun, mengingat semakin hari makin membludaknya peserta BPJS Kesehatan yang
mengantre, pemerintah langsung mengatasinya dengan membuka perubahan data
secara online. Jadi bagi peserta yang ingin melakukan perubahan data pribadi seperti
nomor telepon peserta, alamat dll, atau faskes, kelas BPJS dan sebagainya, peserta bisa
ubah melalui website BPJS Kesehatan atau melalui aplikasi JKN yang sebelumnya
harus diunduh terlebih dahulu di playstore atau appstore.

D. Kerugian Menggunakan Asuransi Dan BPJS


1. Kerugian menggunakan asuransi antara lain:
a. Dana akan hangus bila berhenti di tengah jalan. Dalam asuransi ada sistem dana hangus.
Nasabah yang tidak bisa membayar premi di tengah jalan, tidak lagi bisa melakukan
klaim. Inilah kekurangan asuransi, nasabah yang macet tidak mengalami refund. Hak
yang dimilikinya akan diambil perusahaan asuransi secara penuh. Sistem ini cukup
merugikan para nasabah. Sudah uang hilang, tidak mendapatkan manfaat apapun dari
produk asuransi.

12
b. Dana premi masuk ke dalam keuntungan perusahaan. Perlu diketahui, hal yang
membuat rugi dalam asuransi ialah dana premi yang menjadi keuntungan perusahaan.
Tidak perlu mengantongi izin dari kamu, selaku nasabah, pihak perusahaan memiliki
dana premi secara otomatis. Ini terlihat tidak adil, karena timpang antara nasabah dan
perusahaan. Memang nantinya nasabah akan mendapat dana klaim, tapi selama itu
nasabah tidak tahu kemana dananya diputar.
c. Ruang lingkup pengajuan klaim terbatas. Seperti yang diketahui, risiko nasabah sering
terjadi sewaktu-waktu. Sesuai perjanjian, harusnya perusahaan membayar klaim
sejumlah kesepakatan awal. Terbayarnya ganti rugi, jika kamu benar-benar mengalami
masalah atau kerugian. Namun, tidak di semua tempat kamu bisa mengajukan klaim.
Bila nasabah memiliki Fire Insurance tetapi kerusakan terjadi karena gempa, makan
otomatis klaim tidak akan dibayarkan. Karena jauh dari kesepakatan awal.
d. Tidak ada pengawasan dari dewan syariah. Kekurangan asuransi lainnya yakni tidak
diawasi oleh Dewan Syariah. Asuransi terlihat kurang meyakinkan, dianggap kurang
dalam melindungi nasabahnya. Kesepakatan asuransi adalah jual-beli, bukan konsep
tolong-menolong. Produk yang ditawarkan masih dipertanyakan kejelasannya. Apakah
nasabah tidak dirugikan atau diberikan manfaat sesuai perjanjian polis. Dana yang
dikelola perusahaan belum tau memberi dampak sosial atau tidak.
2. Kerugian menggunakan BPJS antara lain:
a. Metode berjenjang dan berlarut. Masalah yang pertama di BPJS Kesehatan, yakni
metode berjenjang atau berlarut saat para peserta melakukan klaim. Di luar keadaan
darurat, peserta BPJS Keshatan memang diharuskan memeriksa penyakit yang dia
derita ke faster satu lebih dahulu. Faskes satu ini maksudnya adalah puskesmas atau
klinik terdekat.Bila di faskes satu, pasien dinyatakan menderita penyakit parah, maka
langsung dirujuk ke rumah sakit. Setelah itu, pasien harus mencari rumah sakit yang
bekerja sama dengan BPJS. Sementara di asuransi lain, kamu bisa langsung ke rumah
sakit yang sudah bekerja sama.
b. Hanya di Indonesia. Layanan kesehatan di BPJS memang hanya bisa melindungi diri
di wilayah Indonesia saja. BPJS Kesehatan berbeda dengan asuransi swasta yang bisa
melindungi kamu sebagai peserta di rumah sakit hingga seluruh dunia, yang tentunya
sudah bekerja sama.

13
c. Antre. Wajar saja bila mau berobat menggunakan BPJS Kesehatan harus antre terlebih
dahulu sebelum dipanggil giliran. Hal ini dikarenakan hampir seluruh masyarakat
Indonesia memanfaatkan BPJS Kesehatan untuk berobat.4

4
Agita Natalia, Kelebihan Dan Kekurangan BPJS Kesehatan. https://ajaib.co.id/inilah-kelebihan-
dan-kekurangan-bpjs-kesehatan/

14
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program
jaminan sosial dan Kesehatan untuk seluruh masyarakat Indonseia, karen asetiap individu
berhak untuk hidup, baik itu masyarakat yang kaya atau masyarakat yang kurang dalam
perekonomiannya.

Manfaat jaminan Kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Bersifat pelayanan kesehatan perorangan, mencakup pelayanan promotif, prefentif, kuratif,


rehabilitatif, pelayanan obat, bahan medis habis pakai sesuai dengan indikasi medis yang
diperlukan.
2. Manfaat medis yang tidak terikat dengan besaran iuran yang dibayarkan, manfaat non
medis yang ditentukan berdasarkan skala besaran iuran yang dibayarkan, termasuk
didalamnya manfaat akomodasi.
3. Ambulans diberikan untuk pasien rujukan dari fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu
yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan

B. Saran
Demikian materi yang dapat penulis paparkan mengenai materi Asuransi dan BPJS.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan
dan kesalahan, baik dari segi penulisan maupun segi penyusunan kalimatnya. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kepada para pembaca makalah ini agar dapat memberikan
kritikan dan masukan yang bersifat membangun penulis. Semoga apa yang ada didalam
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Maya Widyana. 2015. Perbandingan Premi Asuransi Kesehatan Peserta BPJS Badan
Usaha dengan Asuransi Kesehatan Swasta. (Jurnal Akuntan dan Pajak Vol. 16 No. 01).

Tohari, Chamim. 2019. Hukum Asuransi Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (Bpjs)
Kesehatan Perspektif Fiqh Muamalah Dan Qawâ’id Fiqhiyah. (AHKAM, Volume 7, Nomor
2,)

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara jaminan Sosial.

Natalia, Agita. Kelebihan Dan Kekurangan BPJS Kesehatan. https://ajaib.co.id/inilah-kelebihan-


dan-kekurangan-bpjs-kesehatan/

16

Anda mungkin juga menyukai