OLEH : KELOMPOK 3
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatnya sehingga
penulis dapat menyusun makalah tentang "Uraian tentang Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) atau Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dengan Analisa
SWOT” dengan sebaik-baiknya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ekonomi dan Pembiayaan Kesehatan yang
diberikan oleh Dosen Pengampu Dr. drg. Suci Erawati, M.Kes
Saya ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu,
memfasilitasi, memberi masukan, dan mendukung penulisan makalah ini sehingga
selesai tepat pada waktunya. Semoga dibalas oleh Allah Swt. dengan ganjaran yang
berlimpah.
i
DAFTAR ISI
Hal.
KATA PENGHANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
2.1 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).......................................................5
2.1.1 Definisi JKN......................................................................................5
2.1.2 Prinsip JKN.......................................................................................5
2.1.3 Kepesertaan JKN...............................................................................6
2.1.4 Manfaat JKN.....................................................................................7
2.2 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)........................................9
2.2.1 Dasar Hukum....................................................................................9
2.2.2 Hak dan Kewajiban Peserta BPJS Kesehatan...................................9
BAB III ANALISA SWOT..................................................................................11
3.1 Strengthness.........................................................................................11
3.2 Weaknesses..........................................................................................11
3.3 Opportunities........................................................................................12
3.4 Threats..................................................................................................13
BAB IV KESIMPULAN......................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
setingkat Menteri, dengan anggota dari unsur pemerintah, pemberi kerja dan pekerja,
profesi terkait dan bidang-bidang usaha terkait. Melalui sistem ini, Dewan tersebut
diharapkan akan mampu melakukan “enforcement” Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2004 tentang SJSN dan diberikan kewenangan menetapkan sanksi
administrasi maupun tindakan pidana untuk ditegakkan, agar semangat penerapan
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dapat berjalan “on the track”
untuk memenuhi amanat konstitusi. Penyelenggaraan jaminan sosial bagi kelompok
informal, maupun pemerintah daerah tetap diberikan peluang membantu dan 3
memfasilitasi penyelenggaraan sistem jaminan sosial nasional dengan membentuk
lembaga jaminan sosial di daerah yang harus terintegrasi dan terkoordinasi dengan
Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial secara nasional.
Salah satu program yang didapatkan atau diterima oleh keluaga miskin yaitu
program Kartu Indonesia Sehat (KIS) Penerima Bantuan Iuran (PBI), dengan
3
Peluncuran KIS sejak tahun 2014 masih memiliki berbagai pertanyaan bagi
kalangan masyarakat miskin kebawah, karena masih ada kartu lain yang beroperasi
sebagai jaminan asuransi kesehatan maupun jaminan pengobatan seperti Kartu
ASKES, Kartu BPJS Kesehatan, Kartu JAMKESMAS dan JAMKESDA yang masih
berlaku serta dapat dipergunakan untuk mendapat Jaminan Kesehatan Kesehatan
(JKN). Program KIS adalah nama untuk Program JKN gratis bagi Penduduk
Indonesia, khususnya fakir miskin dan tidak mampu serta iurannya dibayarkan oleh
pemerintah dan pemerintah daerah. Jadi, KIS adalah suatu program, sedang BPJS
Kesehatan adalah badan yang ditugaskan untuk menyelenggarakan program tersebut
Secara kualitas dan kuantitas program KIS lebih ditingkatkan dari program
sejenis yang sebelumnya sudah ada. Secara kualitas program KIS memberikan
tambahan manfaat layanan promotif, preventif dan deteksi dini perorangan yang
dilaksanakan secara lebih insentif dan terintegrasi dengan program kesehatan
masyarakat yang sudah ada. Secara kuantitas peningkatan program KIS ini adalah
untuk peningkatan sasaran peserta yaitu sebanyak 1,7 juta jiwa yang berasal dari
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) untuk tahapan awal dan tahapan
lanjutan.
4
Program Kartu Indonesia Sehat (KIS) untuk Penerima Bantuan Iuran (PBI)
adalah Tanggungjawab pemerintah yang termuat dalam Pasal 16 ayat (1) dan ayat
(1a) Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, menyatakan
bahwa : Ayat (1) “Iuran Jaminan Kesehatan bagi PBI Jaminan Kesehatan di bayar
oleh Pemerintah”. Ayat (1a)“Iuran Jaminan Kesehatan bagi penduduk yang didaftar
oleh pemerintah daerah dibayar oleh Pemerintah Daerah” Pelaksanaan Program
Kartu Indonesia Sehat atau penerima bantuan Iuran (PBI) per bulan Maret 2023
mencapai 252,17 Juta orang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
a. Peserta penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu Setiap orang yang
bekerja pada pemberi kerja dengan menerima gaji atau upah, antara lain
Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI, Anggota Polri, Pejabat Negara,
Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Swasta, dan
Pekerja lain yang memenuhi kriteria pekerja penerima upah
b. Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu setiap orang
yang bekerja atau berusaha atas risiko sendiri, antara lain pekerja di luar
hubungan kerja atau pekerja mandiri, dan lain sebagainya
c. Bukan pekerja penerima dan anggota keluarganya, setiap orang yang
tidak bekerja tapi mampu membayar iuran Jaminan Kesehatan, antara lain
Investor, Pemberi kerja, Penerima pensiun, Veteran, Perintis
kemerdekaan, dan bukan pekerja lainnya yang memenuhi kriteria bukan
pekerja penerima upah
Paket manfaat yang diterima dalam program JKN ini adalah komprehensive
sesuai kebutuhan medis. Dengan demikian pelayanan yang diberikan bersifat
paripurna (preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif) tidak dipengaruhi
oleh besarnya biaya premi bagi peserta. Promotif dan preventif yang
diberikan dalam konteks upaya kesehatan perorangan (personal care).
Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan:
3.1 STRENGTHNESS
1. Memiliki sifat kepersertaan yang WAJIB untuk seluruh penduduk Indonesia.
Hal ini akan membuat JKN menjadi sebuah asuransi kesehatan yang
menjamin seluruh penduduk Indonesia untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan.
2. Menggunakan prinsipnya gotong royong (yaitu semua golongan wajib ikut
tergabung baik kaya-miskin, sehat-sakit, ataupun muda-tua) sehingga tidak
terlalu membebankan suatu pihak untuk tergabung dalam program JKN.
3. Diatur oleh undang-undang. Sehingga dalam pelaksanaannya, JKN tidak
mengejar profit.
4. JKN menjamin premi yang murah untuk setiap paket pelayanan yang sama.
Tidak seperti asuransi komersial yang akan menghitung premi sesuai risiko
tiap peserta, yang mana jika risiko sakit semakin tinggi, maka premi di
setting lebih mahal.
5. Manfaat jaminan menyeluruh mencakup pelayanan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif, termasuk obat dan bahan medis habis pakai yang
diperlukan.
3.2 WEAKNESSES
1. Pasal 14 ayat 2 UU SJSN menyebutkan bahwa “ Penerima bantuan iuran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah fakir miskin dan orang tidak
mampu” namun sampai saat ini belum ada ketentuan yang mengatur
kategori fakir miskin, miskin, dan hampir miskin. Aturan mengani hal
tersebut diperlukan karena setiap orang mempunai persepsi berbeda
terhadap kategori miskin tersebut, ditambah lagi sebagian besar orang
Indonesia lebih suka bertingkah “memiskinkan” diri.
2. Semakin meningkatnya animo masyarakat yang ingin ikut tergabung
dalam JKN tidak diimbangi dengan ketersediaan SDM yang memadai di
11
12
3. Program JKN didukung oleh berbagai pihak, seperti AUSAID dan GIZ.
3.4 THREATS
1. Belum semua instansi dan komponen yang terkait dengan pelaksanaan
JKN memiliki kesadaran penuh dan peduli terhadap pelaksanaan JKN
yang lebih baik.
2. Terdapat beberapa regulasi/kebijakan penting terkait pelaksanaan JKN
yang belum diterbitkan. Contohnya adalah regulasi tentang pemanfaatan
kapitasi dan juknis/manlak/pedoman INA CBG’s. Ketiadaan
regulasi/kebijakan ini dapat menimbulkan dampak seperti
ketidakseragaman pemahaman, sehingga implementasinya pun menjadi
berbeda-beda. Selain itu, ketidakjelasan prosedur akibat belum adanya
regulasi yang mengatur juga dapat memicu konflik antar pemangku
kepentingan.
3. Risiko adverse selection, yaitu masyarakat menjadi peserta JKN hanya
karena ingin mendapatkan manfaat karena memiliki risiko tinggi terhadap
penyakit. Risiko ini biasanya pada peserta mandiri (voluntary)
4. Pemahaman kebijakan/regulasi yang belum merata. Peserta JKN terdiri
atas penduduk dengan latar belakang pendidikan, pekerjaan, tingkat
ekonomi, akses terhadap media dan teknologi, serta geografis yang
berbeda-beda. Diversifikasi tersebut membuat pemahaman tentang
regulasi yang berbeda-beda sehingga akan menimbulkan ekspektasi yang
berbeda pula.
5. Sistem pembayaran INA CBG’s belum dipahami oleh seluruh
stakeholders
6. Perubahan pola pelayanan obat akibat perubahan sistem pembayaran,
selain itu ketersediaan obat juga menjadi terkendala akibat E-catalog tidak
diterbitkan bersamaan dengan formularium nasional dan beberapa RS
tidak memiliki cukup dana operasional untuk menjamin ketersediaan obat
sehingga menyebabkan terjadinya blocked account pleh distributor obat.
14
15
DAFTAR PUSTAKA
Keputusan menteri kesehatan republik indonesia Nomor 326 Tahun 2013 Tentang
Penyiapan kegiatan penyelenggaraan Jaminan kesehatan nasional.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Standar
Tarif Pelayanan Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Dan Fasilitas
Kesehatan Tingkat Lanjutan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2012 Tentang Penerima
Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan.
Sarwo Budi Y, 2012, Sistem Jaminan Sosial Kesehatan Yang Berkeadilan Dalam Negara
Kesejahteraan Di Indonesia, Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang.
TNP2K. 2022. Kartu Indonesia Sehat. The National Team for the Acceleration of Poverty
Reduction. Diakses melalui http://tnp2k.go.id/kartu-indonesia-sehat
Rikal Eben Moniung, Frans Singkoh, Daud Markus Liando, (2017), “Implementasi
Program Kartu Indonesia Sehat Di Rumah Sakit Umum Daerah Noongan
Kabupaten Minahasa”. Jurnal Eksekutif, Vol 1, No 1 (2017).
Taufiqul , Ricky, Siti , Putri, Humairah, Lestari, Irma, Novi, Regina, Elman Boy (2017),
“Gambaran Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) Pada Peserta
Penerima Bantuan Iuran (PBI) Dan Non-Penerima Bantuan Iuran (Non-PBI) Di
Puskesmas Medan Denai”. Jurnal Ibnu Sina Biomedika, Vol 1, No 2 (2017).
Wijaya Faris. 2021. Permasalahan BPJS. Management Dual Degree Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Padang. Padang
16