Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

URAIAN TENTANG JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) ATAU


BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) DENGAN
ANALISA SWOT

OLEH : KELOMPOK 3

ANNA BERLIANA SIREGAR 2215005


ELPI CHANDRA SARAGIH 2215022
GUNAWAN PARLINDUNGAN SINAGA 2215005
HESTI WILDANI DAULAY 2215028
IMPIYANTI HASIBUAN 2215150
JOLLY ALBERTUS ZEBUA 2215085
M FERDINANTA SITEPU 2215106
WIWIK ANDRIYANI 2215064

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELI TUA
TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatnya sehingga
penulis dapat menyusun makalah tentang "Uraian tentang Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) atau Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dengan Analisa
SWOT” dengan sebaik-baiknya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ekonomi dan Pembiayaan Kesehatan yang
diberikan oleh Dosen Pengampu Dr. drg. Suci Erawati, M.Kes

Saya ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu,
memfasilitasi, memberi masukan, dan mendukung penulisan makalah ini sehingga
selesai tepat pada waktunya. Semoga dibalas oleh Allah Swt. dengan ganjaran yang
berlimpah.

Penulis menyadari bahwa laporan makalah ini masih memiliki banyak


kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan
laporan ini. Semoga Tuhan yang Maha Esa selalu memberikan Rahmat dan Hidayah-
Nya atas segala kebaikan yang telah diberikan. dan semoga Laporan makalah ini
membawa manfaat.

Deli Tua, 10 Oktober 2023


Penulis

i
DAFTAR ISI
Hal.
KATA PENGHANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
2.1 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).......................................................5
2.1.1 Definisi JKN......................................................................................5
2.1.2 Prinsip JKN.......................................................................................5
2.1.3 Kepesertaan JKN...............................................................................6
2.1.4 Manfaat JKN.....................................................................................7
2.2 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)........................................9
2.2.1 Dasar Hukum....................................................................................9
2.2.2 Hak dan Kewajiban Peserta BPJS Kesehatan...................................9
BAB III ANALISA SWOT..................................................................................11
3.1 Strengthness.........................................................................................11
3.2 Weaknesses..........................................................................................11
3.3 Opportunities........................................................................................12
3.4 Threats..................................................................................................13
BAB IV KESIMPULAN......................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Pelayanan kesehatan adalah salah satu bentuk kongkret pelayanan publik.


Sehat adalah hak azasi setiap manusia, kesehatan merupakan sebuah investasi bagi
negara, dalam artian hanya manusia yang sehat baik jasmani dan rohani saja yang
dapat melakukan pembangunan kelak dan untuk dapat mewujudkan tujuan
pembangunan nasional diperlukan tenaga sumber daya manusia yang tangguh,
mandiri dan berkualitas. Salah satu permasalahan kependudukan terbesar yang
dihadapi pemerintah hingga saat ini adalah kesehatan. Masalah kesehatan masyarakat
terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia didasarkan pada dua aspek
utama yaitu aspek fisik seperti sarana kesehatan dan pengobatan penyakit, sedangkan
yang kedua adalah aspek non fisik yang menyangkut masalah kesehatan.

Pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah pelayanan yang mudah, murah,


cepat dan dengan prosedur yang tidak berbelit-belit. Masyarakat mengharapkan agar
kiranya pelayanan kesehatan yang diberikan lebih baik dan tidak memandang dari
sudut pandang baik status sosial ataupun kelas-kelas tertentu. Amanat Undang-
Undang Dasar 1945 (UUD 45) Amandemen ke IV (empat) merupakan tanggung
jawab negara dalam memenuhi hak dasar bagi warga negara serta menerima program
jaminan kesehatan terhadap warga miskin dan tidak mampu dari pemerintah sesuai
dengan bunyi Pasal 34 ayat (2) menyatakan bahwa: “Negara mengembangkan sistem
jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan
tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial


Nasional dapat mensinkronkan sistem jaminan sosial setiap penyelenggaran
program-program jaminan sosial yang menyeluruh bagi warga negara, serta dapat
menjangkau kepesertaan secara luas dan dapat memberi manfaat bagi peserta.

Singkronisasi dan menetapkan kebijakan umum penyelenggaraan SJSN,


dibentuk suatu lembaga Dewan Jaminan Sosial yang diketuai oleh seorang pejabat

1
2

setingkat Menteri, dengan anggota dari unsur pemerintah, pemberi kerja dan pekerja,
profesi terkait dan bidang-bidang usaha terkait. Melalui sistem ini, Dewan tersebut
diharapkan akan mampu melakukan “enforcement” Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2004 tentang SJSN dan diberikan kewenangan menetapkan sanksi
administrasi maupun tindakan pidana untuk ditegakkan, agar semangat penerapan
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dapat berjalan “on the track”
untuk memenuhi amanat konstitusi. Penyelenggaraan jaminan sosial bagi kelompok
informal, maupun pemerintah daerah tetap diberikan peluang membantu dan 3
memfasilitasi penyelenggaraan sistem jaminan sosial nasional dengan membentuk
lembaga jaminan sosial di daerah yang harus terintegrasi dan terkoordinasi dengan
Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial secara nasional.

Program Sistem Jaminan Sosial Kesehatan (SJSN) adalah menjamin dan


memastikan masyarakat kurang mampu untuk mendapatkan manfaat pelayanan
kesehatan seperti yang dilaksanakan melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
yang diselenggarakan oleh BPJS kesehatan melalui Kartu Indonesia Sehat (KIS)

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah Badan Hukum yang


dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS Bertujuan untuk
mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar
hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarga. Hadirnya BPJS
membawa asas kemanusiaan dalam menyelenggarakan jaminan asuransi kesehatan
terhadap kehidupan sosial, utamanya masyarakat miskin dan kurang mampu dapat
menerima manfaat atas penyelenggaraan sistem dan kebijakan pemerintah dalam
menjamin hak-hak dasar terhadap kesehatan masyarakat. Program BPJS terbagi
menjadu dua, yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan
adalah Badan Hukum Publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan Program
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

Salah satu program yang didapatkan atau diterima oleh keluaga miskin yaitu
program Kartu Indonesia Sehat (KIS) Penerima Bantuan Iuran (PBI), dengan
3

bertujuan memberikan jaminan kesehatan kepada masyarakat atau keluarga miskin di


kota maupun di desa untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara gratis.
Penggunanya KIS PBI sendiri dapat berfungsi di setiap fasilitas kesehatan tingkat
pertama dan tingkat lanjut. KIS PBI merupakan program yang bertujuan untuk
melakukan perluasan dari program kesehatan yang sebelumnya yaitu Kartu BPJS
kesehatan. Sebagai program fasilitas kesehatan dari Negara, ternyata KIS PBI dan
Kartu BPJS kesehatan memiliki perbedaan diantaranya adalah jika Kartu BPJS
merupakan sebuah program yang anggotanya harus mendaftar dan membayar iuran,
sedangkan KIS PBI anggotanya diambil dari keluarga miskin atau masyaraka kurang
mampu dan pemberian kartunya tersebut ditetapkan oleh pemerintah serta
pembayaranya ditanggung oleh pemerintah.

Peluncuran KIS sejak tahun 2014 masih memiliki berbagai pertanyaan bagi
kalangan masyarakat miskin kebawah, karena masih ada kartu lain yang beroperasi
sebagai jaminan asuransi kesehatan maupun jaminan pengobatan seperti Kartu
ASKES, Kartu BPJS Kesehatan, Kartu JAMKESMAS dan JAMKESDA yang masih
berlaku serta dapat dipergunakan untuk mendapat Jaminan Kesehatan Kesehatan
(JKN). Program KIS adalah nama untuk Program JKN gratis bagi Penduduk
Indonesia, khususnya fakir miskin dan tidak mampu serta iurannya dibayarkan oleh
pemerintah dan pemerintah daerah. Jadi, KIS adalah suatu program, sedang BPJS
Kesehatan adalah badan yang ditugaskan untuk menyelenggarakan program tersebut

Secara kualitas dan kuantitas program KIS lebih ditingkatkan dari program
sejenis yang sebelumnya sudah ada. Secara kualitas program KIS memberikan
tambahan manfaat layanan promotif, preventif dan deteksi dini perorangan yang
dilaksanakan secara lebih insentif dan terintegrasi dengan program kesehatan
masyarakat yang sudah ada. Secara kuantitas peningkatan program KIS ini adalah
untuk peningkatan sasaran peserta yaitu sebanyak 1,7 juta jiwa yang berasal dari
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) untuk tahapan awal dan tahapan
lanjutan.
4

Kebijakannya pemerintah menanggung biaya kesehatan bagi warga miskin


dan tidak mampu sebagai representasi atas kesehatan gratis. Artinya bagi fakir
miskin dan keluarga tidak mampu yang tercatat dalam data Penerima Bantuan Iuran
(PBI) mendapatkan pelayanan kesehatan gratis, baik di lingkungan Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) maupun di Puskesmas setempat. Hal ini di atur dalam
Paraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI)
Pasal 1 Angka (4), menyatakan bahwa : “Penerima Bantuan Iuran Jaminan
Kesehatan atau selanjutnya disebut PBI Jaminan Kesehatan adalah Fakir Miskin dan
Orang Tidak Mampu sebagai Peserta Program Jaminan Kesehatan”

Program Kartu Indonesia Sehat (KIS) untuk Penerima Bantuan Iuran (PBI)
adalah Tanggungjawab pemerintah yang termuat dalam Pasal 16 ayat (1) dan ayat
(1a) Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, menyatakan
bahwa : Ayat (1) “Iuran Jaminan Kesehatan bagi PBI Jaminan Kesehatan di bayar
oleh Pemerintah”. Ayat (1a)“Iuran Jaminan Kesehatan bagi penduduk yang didaftar
oleh pemerintah daerah dibayar oleh Pemerintah Daerah” Pelaksanaan Program
Kartu Indonesia Sehat atau penerima bantuan Iuran (PBI) per bulan Maret 2023
mencapai 252,17 Juta orang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

2.1.1 Definisi JKN

Asuransi sosial merupakan mekanisme pengumpulan iuran yang bersifat


wajib dari peserta, guna memberikan perlindungan kepada peserta atas risiko sosial
ekonomi yang menimpa mereka dan atau anggota keluarganya (UU SJSN No.40
tahun 2004). Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah tata cara
penyelenggaraan program Jaminan Sosial oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Jaminan Sosial adalah bentuk
perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan
dasar hidupnya yang layak. Dengan demikian, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN). Sistem Jaminan Sosial Nasional ini diselenggarakan melalui
mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan
Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Tujuannya adalah agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi,
sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang
layak.

2.1.2 Prinsip JKN


Prinsip-prinsip Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-prinsip
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) berikut:
1. Prinsip kegotongroyongan
Dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta yang mampu
membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat membantu
yang sakit atau yang berisiko tinggi, dan peserta yang sehat membantu
yang sakit.
2. Prinsip nirlaba

5
6

Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial


(BPJS) adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented).
Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya
kepentingan peserta
3. Prinsip portabilitas
Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan
jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka
berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
4. Prinsip kepesertaan bersifat wajib
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta
sehingga dapat terlindungi.
5. Prinsip dana amanat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan
kepada badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya
dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan
peserta.
6. Prinsip hasil pengelolaan
Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan
program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.
2.1.3 Kepesertaan JKN
Peserta JKN adalah meliputi Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN dan bukan
Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN.
a. Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir
miskin dan orang tidak mampu, sebagaimana diamanatkan UU SJSN
yang iurannya dibayari pemerintah sebagai peserta program Jaminan
Kesehatan.
b. Peserta bukan PBI adalah Peserta yang tidak tergolong fakir miskin
dan orang tidak mampu, yang membayar iurannya secara sendiri
ataupun kolektif ke BPJS Kesehatan.
7

Peserta Non PBI JKN terdiri dari :

a. Peserta penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu Setiap orang yang
bekerja pada pemberi kerja dengan menerima gaji atau upah, antara lain
Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI, Anggota Polri, Pejabat Negara,
Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Swasta, dan
Pekerja lain yang memenuhi kriteria pekerja penerima upah
b. Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu setiap orang
yang bekerja atau berusaha atas risiko sendiri, antara lain pekerja di luar
hubungan kerja atau pekerja mandiri, dan lain sebagainya
c. Bukan pekerja penerima dan anggota keluarganya, setiap orang yang
tidak bekerja tapi mampu membayar iuran Jaminan Kesehatan, antara lain
Investor, Pemberi kerja, Penerima pensiun, Veteran, Perintis
kemerdekaan, dan bukan pekerja lainnya yang memenuhi kriteria bukan
pekerja penerima upah

Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara


teratur oleh Peserta, Pemberi Kerja, dan/atau Pemerintah untuk program
Jaminan Kesehatan (pasal 16, Perpres No. 12/2013 tentang Jaminan
Kesehatan).13 Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013, menyatakan bahwa
Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap
orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.
Secara operasional, pelaksanaaan JKN dituangkan dalam Peraturan
Pemerintah No. 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI).

2.1.4 Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional

Ada 2 (dua) manfaat Jaminan Kesehatan, yakni berupa pelayanan


kesehatan dan Manfaat non medis meliputi akomodasi dan ambulans.
8

Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan


dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.

Paket manfaat yang diterima dalam program JKN ini adalah komprehensive
sesuai kebutuhan medis. Dengan demikian pelayanan yang diberikan bersifat
paripurna (preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif) tidak dipengaruhi
oleh besarnya biaya premi bagi peserta. Promotif dan preventif yang
diberikan dalam konteks upaya kesehatan perorangan (personal care).
Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan:

Penyuluhan kesehatan perorangan, meliputi paling sedikit penyuluhan


mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan
sehat.

1. Imunisasi dasar, meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri Pertusis


Tetanus dan HepatitisB (DPTHB), Polio, dan Campak.
2. Keluarga berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi, dan
tubektomi bekerja sama dengan lembaga yang membidangi keluarga
berencana. Vaksin untuk imunisasi dasar dan alat kontrasepsi dasar
disediakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
3. Skrining kesehatan, diberikan secara selektif yang ditujukan untuk
mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari risiko
penyakit tertentu.

Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat komprehensif namun


masih ada yang dibatasi, yaitu kaca mata, alat bantu dengar (hearing aid), alat
bantu gerak (tongkat penyangga, kursi roda dan korset). Sedangkan yang
tidak dijamin meliputi:

1. Tidak sesuai prosedur


2. Pelayanan diluar Faskes yang bekerjasama dengan BPJS
3. Pelayanan bertujuan kosmetik
9

4. General check up, pengobatan alternatif


5. Pengobatan untuk mendapatkan keturunan, Pengobatan Impotensi
6. Pelayanan Kesehatan Pada Saat Bencana
7. Pasien bunuh diri /penyakit yg timbul akibat kesengajaan untuk
menyiksa diri sendiri/ bunuh diri/narkoba
2.2 Badan Penyelenggara Kesehatan Sosial (BPJS)
Jaminan Kesehatan Nasional diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang
merupakan badan hukum publik milik negara yang bersifat non profit dan
bertanggungjawab kepada Presiden. BPJS terdiri atas Dewan Pengawas dan
Direksi. Dewan Pengawas terdiri atas 2 (dua) orang unsur Pemerintah, 2(dua)
orang unsur Pekerja, 1 (satu) orang unsur Pemberi Kerja, 1 (satu) orang
Masyarakat, 1 (satu) orang unsur Tokoh Masyarakat. Dewan Pengawas diangkat
dan diberhentikan oleh Presiden. Layanan BPJS meliputi pelayanan kesehatan
primer, dan sebagainya.
2.2.1 Dasar Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 Tentang
Sistem Jaminan Sosial Kesehatan
2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 Tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2012
Tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan
4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 Tentang
Jaminan Kesehatan.
2.2.2 Hak dan Kewajiban Peserta BPJS Kesehatan
A. Hak Peserta
1. Mendapatkan kartu peserta sebagai bukti sah untuk
memperoleh pelayanan kesehatan
2. Memperoleh manfaat dan informasi tentang hak dan
kewajiban serta prosedur pelayanan kesehatan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
10

3. Mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang


bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
4. Menyampaikan keluhan/pengaduan, kritik dan saran secara
lisan atau tertulis ke Kantor BPJS Kesehatan.
B. Kewajiban Peserta
1. Mendaftarkan dirinya sebagai peserta serta membayar iuran
yang besarannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku
2. Melaporkan perubahan data peserta, baik karena pernikahan,
perceraian, kematian, kelahiran, pindah alamat atau pindah
fasilitas kesehatan tingkat I
3. Menjaga Kartu Peserta agar tidak rusak, hilang atau
dimanfaatkan oleh orang yang tidak berhak.Mentaati semua
ketentuan dan tata cara pelayanan kesehatan.
BAB III
ANALISIS SWOT

3.1 STRENGTHNESS
1. Memiliki sifat kepersertaan yang WAJIB untuk seluruh penduduk Indonesia.
Hal ini akan membuat JKN menjadi sebuah asuransi kesehatan yang
menjamin seluruh penduduk Indonesia untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan.
2. Menggunakan prinsipnya gotong royong (yaitu semua golongan wajib ikut
tergabung baik kaya-miskin, sehat-sakit, ataupun muda-tua) sehingga tidak
terlalu membebankan suatu pihak untuk tergabung dalam program JKN.
3. Diatur oleh undang-undang. Sehingga dalam pelaksanaannya, JKN tidak
mengejar profit.
4. JKN menjamin premi yang murah untuk setiap paket pelayanan yang sama.
Tidak seperti asuransi komersial yang akan menghitung premi sesuai risiko
tiap peserta, yang mana jika risiko sakit semakin tinggi, maka premi di
setting lebih mahal.
5. Manfaat jaminan menyeluruh mencakup pelayanan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif, termasuk obat dan bahan medis habis pakai yang
diperlukan.
3.2 WEAKNESSES
1. Pasal 14 ayat 2 UU SJSN menyebutkan bahwa “ Penerima bantuan iuran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah fakir miskin dan orang tidak
mampu” namun sampai saat ini belum ada ketentuan yang mengatur
kategori fakir miskin, miskin, dan hampir miskin. Aturan mengani hal
tersebut diperlukan karena setiap orang mempunai persepsi berbeda
terhadap kategori miskin tersebut, ditambah lagi sebagian besar orang
Indonesia lebih suka bertingkah “memiskinkan” diri.
2. Semakin meningkatnya animo masyarakat yang ingin ikut tergabung
dalam JKN tidak diimbangi dengan ketersediaan SDM yang memadai di

11
12

BPJS Kesehatan. Minimnya SDM akan membuat para pekerja


kelimpungan ketika memberikan pelayanan kepada peserta JKN yang
menumpuk dengan antrian yang panjang sehingga berpengaruh pada
kualitas hasil pekerjaan.
3. Kelemahan JKN dari segi pelayanan kesehatan (menurut peserta):
a. Pasien dengan penyakit kronis hanya diberikan obat kurang dari
30 hari (hanya untuk 3-7 hari) sehingga pasien harus berulang
kali ke RS
b. Terdapat beberapa RS yang masih mengenakan urun biaya bagi
pasien
c. Peserta belum memahami hak dan kewajibannya
d. Rujukan berjenjang belum dapat berjalan secara optimal
4. Kelemahan dari segi faskes
a. Penggunaan aplikasi P-Care di Puskesmas belum berjalan secara
optimal, kebanyakan puskesmas masih menggunakan SIMPUS
b. E-Catalog belum tersedia, sehingga mempengaruhi pelayanan obat di
RS
c. Tarif INA CBG’s belum memadai, khususnya bagi RS Swasta
d. Penerapan iur biaya di klinik rawat jalan di RS Swasta
3.3 OPPORTUNITIES
1. Masyarakat Indonesia yang ingin memiliki jaminan kesehatan meningkat
drastis. Hal ini dikarenakan adanya hukum ekonomi, dimana jika harga
menurun, maka permintaan akan naik. Sama halnya dengan JKN ini,
karena harga pelayanan kesehatan menjadi terjangkau dan dijamin oleh
pemerintah, maka permintaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
juga akan meningkat.
2. Untuk mencapai target terwujudnya seluruh masyarakat Indonesia yang
terjamin oleh JKN, dilakukan secara bertahap sejak tahun 2014 -2019.
Kepesertaan JKN dimulai dengan menggabungkan peserta Askes Sosial,
Jamkesmas, Jamkesda, dan Jamsostek.
13

3. Program JKN didukung oleh berbagai pihak, seperti AUSAID dan GIZ.
3.4 THREATS
1. Belum semua instansi dan komponen yang terkait dengan pelaksanaan
JKN memiliki kesadaran penuh dan peduli terhadap pelaksanaan JKN
yang lebih baik.
2. Terdapat beberapa regulasi/kebijakan penting terkait pelaksanaan JKN
yang belum diterbitkan. Contohnya adalah regulasi tentang pemanfaatan
kapitasi dan juknis/manlak/pedoman INA CBG’s. Ketiadaan
regulasi/kebijakan ini dapat menimbulkan dampak seperti
ketidakseragaman pemahaman, sehingga implementasinya pun menjadi
berbeda-beda. Selain itu, ketidakjelasan prosedur akibat belum adanya
regulasi yang mengatur juga dapat memicu konflik antar pemangku
kepentingan.
3. Risiko adverse selection, yaitu masyarakat menjadi peserta JKN hanya
karena ingin mendapatkan manfaat karena memiliki risiko tinggi terhadap
penyakit. Risiko ini biasanya pada peserta mandiri (voluntary)
4. Pemahaman kebijakan/regulasi yang belum merata. Peserta JKN terdiri
atas penduduk dengan latar belakang pendidikan, pekerjaan, tingkat
ekonomi, akses terhadap media dan teknologi, serta geografis yang
berbeda-beda. Diversifikasi tersebut membuat pemahaman tentang
regulasi yang berbeda-beda sehingga akan menimbulkan ekspektasi yang
berbeda pula.
5. Sistem pembayaran INA CBG’s belum dipahami oleh seluruh
stakeholders
6. Perubahan pola pelayanan obat akibat perubahan sistem pembayaran,
selain itu ketersediaan obat juga menjadi terkendala akibat E-catalog tidak
diterbitkan bersamaan dengan formularium nasional dan beberapa RS
tidak memiliki cukup dana operasional untuk menjamin ketersediaan obat
sehingga menyebabkan terjadinya blocked account pleh distributor obat.
14

7. Peningkatan cakupan peserta JKN tidak diimbangi dengan peningkatan


jumlah faskes. Dampaknya, beban kerja faskes bertambah sehingga
antrian pelayanan bertambah panjang. Selain itu distribusi nakes belum
merata di seluruh Indonesia, terutama daerah rural
8. Kualitas faskes belum terstandardisasi.
9. Memicu terjadinya morale hazard (perubahan perilaku seseorang akibat
telah merasa dijamin asuransi), sehingga dapat menyebabkan klaim JKN
yang tinggi.
10. Regulasi JKN cenderung mencerminkan upaya kesehatan kuratif, karena
sudah tercover asuransi, usaha penduduk Indonesia untuk melakukan
upaya preventif menjadi minim.
BAB IV
KESIMPULAN

1. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS adalah


badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan
sosial. BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS
Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program jaminan kesehatan.
2. BPJS Kesehatan akan membayar kepada Fasilitas Kesehatan tingkat
pertama dengan Kapitasi. Untuk Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan,
BPJS Kesehatan membayar dengan sistem paket INA CBG’s.
3. BPJS Kesehatan wajib membayar Fasilitas Kesehatan atas pelayanan yang
diberikan kepada Peserta paling lambat 15 (lima belas) hari sejak dokumen
klaim diterima lengkap. Besaran pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan
ditentukan berdasarkan kesepakatan antara BPJS Kesehatan dan asosiasi
Fasilitas Kesehatan di wilayah tersebut dengan mengacu pada standar tarif
yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan

15
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan menteri kesehatan republik indonesia Nomor 326 Tahun 2013 Tentang
Penyiapan kegiatan penyelenggaraan Jaminan kesehatan nasional.

Kementerian kesehatan republik indonesia. 2013. Buku pegangan sosialisasiJaminan


kesehatan nasional (JKN)Dalam sistem jaminan sosial nasional: Jakarta.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Standar
Tarif Pelayanan Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Dan Fasilitas
Kesehatan Tingkat Lanjutan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2012 Tentang Penerima
Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan.

Sarwo Budi Y, 2012, Sistem Jaminan Sosial Kesehatan Yang Berkeadilan Dalam Negara
Kesejahteraan Di Indonesia, Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang.

TNP2K. 2022. Kartu Indonesia Sehat. The National Team for the Acceleration of Poverty
Reduction. Diakses melalui http://tnp2k.go.id/kartu-indonesia-sehat

Rikal Eben Moniung, Frans Singkoh, Daud Markus Liando, (2017), “Implementasi
Program Kartu Indonesia Sehat Di Rumah Sakit Umum Daerah Noongan
Kabupaten Minahasa”. Jurnal Eksekutif, Vol 1, No 1 (2017).

Taufiqul , Ricky, Siti , Putri, Humairah, Lestari, Irma, Novi, Regina, Elman Boy (2017),
“Gambaran Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) Pada Peserta
Penerima Bantuan Iuran (PBI) Dan Non-Penerima Bantuan Iuran (Non-PBI) Di
Puskesmas Medan Denai”. Jurnal Ibnu Sina Biomedika, Vol 1, No 2 (2017).

Wijaya Faris. 2021. Permasalahan BPJS. Management Dual Degree Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Padang. Padang

16

Anda mungkin juga menyukai