Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEBIJAKAN KESEHATAN NASIONAL

SISTEM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL


BPJS KESEHATAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7

ADELINA DAMAYANTI P0 5120319 001


FHADILA RAHMADINI P0 5120319 014
GUSTINA FEBRIANI P0 5120319 015
PUTRI YUNDA UTAMI P0 5120319 037
SELVIA MARLITA P0 5120319 042

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN
TA 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah
Kebijakan Kesehatan Nasional tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam
tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulisan makalah Keperawatan Kebijakan Kesehatan Nasional dapat


diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Kami juga berharap agar pembaca
mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama


pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi
penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini,
kami memohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah bahasa
Indonesia ini dapatbermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bengkulu, 15 Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................................
C. Tujuan ..................................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN
A. Sejarah singkat pembentukan BPJS.....................................................
B. Hak dan kewajiban BPJS......................................................................
C. Hak dan kewajiban peserta BPJS..........................................................
D. Manfaat BPJS.......................................................................................
E. Fungsi, Tugas dan Wewenang..............................................................

BAB III : PENUTUP


A. Kesimpulan..........................................................................................
B. Saran ....................................................................................................

Daftar Pustaka.....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan
dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap
bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia.
Di Indonesia, falsafah dan dasar negara Pancasila terutama sila ke-5
mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Hak ini juga termaktub dalam UUD 45
pasal 28H dan pasal 34, dan diatur dalam UU No. 23/1992 yang kemudian diganti
dengan UU 36/2009 tentang Kesehatan. Dalam UU 36/2009 ditegaskan bahwa
setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber
daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, dan terjangkau. Sebaliknya, setiap orang juga mempunyai kewajiban
turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial.
Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 menetapkan, Jaminan Sosial
Nasional akan diselenggarakan oleh BPJS, yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan
BPJS Ketenagakerjaan. Khusus untuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) akan
diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang implementasinya dimulai 1 Januari
2014. Secara operasional, pelaksanaan JKN dituangkan dalam Peraturan
Pemerintah dan Peraturan Presiden, antara lain: Peraturan Pemerintah No.101
Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI); Peraturan Presiden No. 12
Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan; dan Peta Jalan JKN (Roadmap Jaminan
Kesehatan Nasional).
Untuk mengatasi hal itu, pada 2004, dikeluarkan Undang-Undang No.40
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). UU 40/2004 ini mengamanatkan
bahwa jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) melalui suatu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 juga menetapkan, Jaminan Sosial Nasional
akan diselenggarakan oleh BPJS, yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan. Khusus untuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) akan
diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang implementasinya dimulai 1 Januari
2014. Secara operasional, pelaksanaan JKN dituangkan dalam Peraturan
Pemerintah dan Peraturan Presiden, antara lain: Peraturan Pemerintah No.101
Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI); Peraturan Presiden No. 12
Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan; dan Peta Jalan JKN (Roadmap Jaminan
Kesehatan Nasional).
Untuk mewujudkan komitmen global dan konstitusi di atas, pemerintah
bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi kesehatan perorangan. Usaha ke arah itu
sesungguhnya telah dirintis pemerintah dengan menyelenggarakan beberapa
bentuk jaminan sosial di bidang kesehatan, di antaranya adalah melalui PT Askes
(Persero) dan PT Jamsostek (Persero) yang melayani antara lain pegawai negeri
sipil, penerima pensiun, veteran, dan pegawai swasta. Untuk masyarakat miskin
dan tidak mampu, pemerintah memberikan jaminan melalui skema Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda).
Namun demikian, skema-skema tersebut masih terfragmentasi, terbagi-bagi.
Biaya kesehatan dan mutu pelayanan menjadi sulit terkendali.

B. Rumusan Masalah
Sebagaimana latar belakang yang kami paparkan di atas, maka
pembahasan dalam makalah ini kami rumuskan sebagai berikut;
1. Bagaimana Sejarah Pembentukan BPJS?
2. Apa saja Hak dan Kewajiban BPJS?
3. Apa saja Hak dan Kewajiban Peserta BPJS?
4. Apa saja Manfaat BPJS
5. Bagaimana Fungsi, Tugas dan Wewenang BPJS?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat Pembentukan BPJS


Pembentukan BPJS Diawali dengan Sidang Tahunan MPR RI Tahun
2000, dimana Presiden Abdurrahman Wahid menyatakan tentang Pengembangan
Konsep SJSN. Pernyataan Presiden tersebut direalisasikan melalui upaya
penyusunan konsep tentang Undang-Undang Jaminan Sosial (UU JS) oleh Kantor
Menko Kesra (Kep. Menko Kesra dan Taskin No.
25KEP/MENKO/KESRA/VIII/2000, tanggal 3 Agustus 2000, tentang
Pembentukan Tim Penyempurnaan Sistem Jaminan Sosial Nasional). Sejalan
dengan pernyataan Presiden, DPA RI melalui Pertimbangan DPA RI No.
30/DPA/2000, tanggal 11 Oktober 2000, menyatakan perlu segera dibentuk Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat
sejahtera.
Dalam Laporan Pelaksanaan Putusan MPR RI oleh Lembaga Tinggi
Negara pada Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2001 (Ketetapan MPR RI No. X/
MPR-RI Tahun 2001 butir 5.E.2) dihasilkan Putusan Pembahasan MPR RI yang
menugaskan Presiden RI Membentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional dalam
rangka memberikan perlindungan sosial yang lebih menyeluruh dan terpadu.
Pada tahun 2001, Wakil Presiden RI Megawati Soekarnoputri
mengarahkan Sekretaris Wakil Presiden RI membentuk Kelompok Kerja Sistem
Jaminan Sosial Nasional.
Munculnya UU SJSN ini juga dipicu oleh UUD Tahun 1945 dan
perubahannya Tahun 2002 dalam Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 28H ayat (1),
ayat (2) dan ayat (3), serta Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2) mengamanatkan untuk
mengembangkan Sistem Jaminan Sosial Nasional. Hingga disahkan dan
diundangkan UU SJSN telah melalui proses yang panjang, dari tahun 2000 hingga
tanggal 19 Oktober 2004.
Akhirnya setelah melalui serangkaian proses tersebut, Presiden Megawati
mengesahkan UU No. 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
pada 19 Oktober 2004. Ini lah awal dari pembentukan dari Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS).
Kemudian pada tahun 20005, Putusan Mahkamah Konstitusi terhadap
perkara Nomor 007/PUU-III/2005, memberikan kepastian hukum bagi
pembentukan BPJS untuk melaksanakan program Jaminan Sosial di seluruh
Indonesia. Undang-Undang ini merupakan pelaksanaan dari Pasal 5 ayat (1) dan
Pasal 52 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004, yang mengamanatkan
pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan transformasi
kelembagaan PT Askes (Persero), PT Jamsostek (Persero), PT TASPEN
(Persero), dan PT ASABRI (Persero) menjadi Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial. Dengan Undang-Undang ini dibentuk 2 (dua) BPJS, yaitu BPJS Kesehatan
dan BPJS Ketenagakerjaan (UU no 24 tahun 2011).
RUU BPJS di sahkan dalam rapat paripurna DPR pada 28 Oktober 2011,
BPJS Kesehatan mulai beroprasi pada 1 Januari 2014

B. Hak dan Kewajiban BPJS


Dalam undang-undang nomor 24 Tahun 2011 Bab IV Bagian Keempat di
jalaskan mengenai hak dan kewajiban BPJS, yakni:
1. Hak
Pasal 12
Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11, BPJS berhak untuk:
a. memperoleh dana operasional untuk penyelenggaraan
program yang bersumber dari Dana Jaminan Sosial dan/atau sumber
lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
dan
b. memperoleh hasil monitoring dan evaluasi
penyelenggaraan program Jaminan Sosial dari DJSN setiap 6 (enam)
bulan.
2. Kewajiban
1) memberikan nomor identitas tunggal kepada
Peserta;
2) mengembangkan aset Dana Jaminan Sosial dan
aset BPJS untuk sebesar-besarnya kepentingan Peserta;
3) memberikan informasi melalui media massa
cetak dan elektronik mengenai kinerja, kondisi keuangan, serta
kekayaan dan hasil pengembangannya;
4) memberikan Manfaat kepada seluruh Peserta
sesuai dengan Undang-Undang tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional;
5) memberikan informasi kepada Peserta mengenai
hak dan kewajiban untuk mengikuti ketentuan yang berlaku;
6) memberikan informasi kepada Peserta mengenai
prosedur untuk mendapatkan hak dan memenuhi kewajibannya;
7) memberikan informasi kepada Peserta mengenai
saldo jaminan hari tua dan pengembangannya 1 (satu) kali dalam 1
(satu) tahun;
8) memberikan informasi kepada Peserta mengenai
besar hak pensiun 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun;
9) membentuk cadangan teknis sesuai dengan
standar praktik aktuaria yang lazim dan berlaku umum;
10) melakukan pembukuan sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku dalam penyelenggaraan Jaminan Sosial; dan
11) melaporkan pelaksanaan setiap program,
termasuk kondisi keuangan, secara berkala 6 (enam) bulan sekali
kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN.

C. Hak dan Kewajiban Peserta BPJS


a) Hak Peserta
1. Mendapatkan kartu peserta sebagai bukti sah untuk memperoleh pelayanan
kesehatan;
2. Memperoleh manfaat dan informasi tentang hak dan kewajiban serta
prosedur pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
3. Mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan; dan
4. Menyampaikan keluhan/pengaduan, kritik dan saran secara lisan atau
tertulis ke Kantor BPJS Kesehatan.
b) Kewajiban Peserta
1. Mendaftarkan dirinya sebagai peserta serta membayar iuran yang
besarannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku ;
2. Melaporkan perubahan data peserta, baik karena pernikahan, perceraian,
kematian, kelahiran, pindah alamat atau pindah fasilitas kesehatan tingkat I;
3. Menjaga Kartu Peserta agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan oleh
orang yang tidak berhak.
4. Mentaati semua ketentuan dan tata cara pelayanan kesehatan.

D. Manfaat BPJS
Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan meliputi :
1) Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu
pelayanan kesehatan non spesialistik mencakup:
a) Administrasi pelayanan
b) Pelayanan promotif dan preventif
c) Pemeriksaan, pengobatan dan
konsultasi medis
d) Tindakan medis non spesialistik, baik
operatif maupun non operatif
e) Pelayanan obat dan bahan medis habis
pakai
f) Transfusi darah sesuai kebutuhan
medis
g) Pemeriksaan penunjang diagnosis
laboratorium tingkat pertama
h) Rawat inap tingkat pertama sesuai
indikasi
2) Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan,
yaitu pelayanan kesehatan mencakup:
o Rawat jalan, meliputi:
a) Administrasi pelayanan
b) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh
dokter  spesialis dan sub spesialis
c) Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis
d) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
e) Pelayanan alat kesehatan implant
f) Pelayanan penunjang diagnostic lanjutan sesuai dengan
indikasi  medis
g) Rehabilitasi medis
h) Pelayanan darah
i) Peayanan kedokteran forensik
j) Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan
o Rawat Inap yang meliputi: 
a) Perawatan inap non intensif
b) Perawatan inap di ruang intensif
k) Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri
l)
Adapun manfaat dan pemberian maafaat BPJS yang diatur dalam undang-
undang meliputi;
1. Pelayanan kesehatan diberikan di fasilitas kesehatan milik Pemerintah
atau swasta yang menjalin kerjasama dengan badan penyelenggara jaminan
sosial (UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 23 ayat 1) .
2. Dalam keadaan darurat, pelayanan kesehatan dapat diberikan pada
fasilitas kesehatan yang tidak menjalin kerja sama dengan badan
penyelenggara jaminan sosial (UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 23 ayat 2).
3. Badan penyelenggara jaminan sosial wajib memberikan kompensasi
untuk memenuhi kebutuhan medik peserta yang berada di daerah yang
belum tersedia fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat. Kompensasi dapat
diberikan dalam bentuk uang tunai. (UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 23 ayat 3
dan penjelasannya).
4. Layanan rawat inap di rumah sakit diberikan di kelas standar (UU No.
40 Tahun 2004 Pasal 23 ayat 4).
5. Besar pembayaran kepada fasilitas kesehatan untuk setiap wilayah
ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara badan penyelenggara jaminan
kesehatan dengan asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah tersebut (UU No.
40 Tahun 2004 Pasal 24 ayat 1).
6. Badan penyelenggara jaminan sosial wajib membayar fasilitas
kesehatan atas pelayanan yang diberikan kepada peserta paling lambat 15
hari sejak permintaan pembayaran diterima (UU No. 40 Tahun 2004 Pasal
24 ayat 2)
7. Badan penyelenggara jaminan sosial dapat memberikan anggaran di
muka kepada rumah sakit untuk melayani peserta, mencakup jasa medis,
biaya perawatan, biaya penunjang dan biaya obat-obatan yang
penggunaannya diatur sendiri oleh pemimpin rumah sakit (metoda
pembayaran prospektif) (UU No. 40 Tahun 2004 Penjelasan Pasal 24 ayat
2)
8. Badan penyelenggara jaminan sosial menjamin obat-obatan dan bahan
medis habis pakai dengan mempertimbangkan kebutuhan medik,
ketersediaan, efektifitas dan efisiensi obat atau bahan medis habis pakai
sesuai ketentuan peraturan perundangan (UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 25
dan penjelasannya) .
9. Dalam pengembangan pelayanan kesehatan, badan penyelenggara
jaminan sosial menerapkan sistem kendali mutu, sistem kendali biaya dan
sistem pembayaran untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi jaminan
kesehatan serta untuk mencegah penyalahgunaan pelayanan kesehatan (UU
No. 40 Tahun 2004 Pasal 24 ayat 3 dan penjelasannya). Untuk jenis
pelayanan yang dapat menimbulkan penyalahgunaan pelayanan, peserta
dikenakan urun biaya (UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 22 ayat 2)

E. Fungsi, Tugas dan Wewenang BPJS


Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (UU BPJS), secara tegas menyatakan bahwa BPJS yang dibentuk
dengan UU BPJS adalah badan hukum publik. BPJS yang dibentuk dengan UU
BPJS adalah BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
Kedua BPJS tersebut pada dasarnya mengemban misi negara untuk
memenuhi hak konstitusional setiap orang atas jaminan sosial dengan
menyelenggarakan program jaminan yang bertujuan memberi kepastian
perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Penyelenggaraan jamianan sosial yang adekuat dan berkelanjutan
merupakan salah satu pilar Negara kesejahteraan, disamping pilar lainnya, yaitu
pendidikan bagi semua, lapangan pekerjaan yang terbuka luas dan pertumbuhan
ekonomi yang stabil dan berkeadilan.
Mengingat pentingnya peranan BPJS dalam menyelenggarakan program
jaminan sosial dengan cakupan seluruh penduduk Indonesia, maka UU BPJS
memberikan batasan fungsi, tugas dan wewenang yang jelas kepada BPJS.
Dengan demikian dapat diketahui secara pasti batas-batas tanggung jawabnya dan
sekaligus dapat dijadikan sarana untuk mengukur kinerja kedua BPJS tersebut
secara transparan.

1) Fungsi
UU BPJS menetukan bahwa BPJS Kesehatan berfungsi
menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Jaminan Kesehatan
menurut UU SJSN diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip
asuransi sosial dan prinsip ekuitas, dengan tujuan menjamin agar peserta
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.
BPJS Ketenagakerjaan menurut UU BPJS berfungsi
menyelenggarakan 4 program, yaitu program jaminan kecelakaan kerja,
jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian.
Menurut UU SJSN program jaminan kecelakaan kerja
diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial,
dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pelayanan
kesehatan dan santunan uang tunai apabila seorang pekerja mengalami
kecelakaan kerja atau menderita penyakit akibat kerja.
Selanjutnya program jaminan hari tua diselenggarakan secara
nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib, dengan
tujuan untuk menjamin agar peserta menerima uang tunai apabila
memasuki masa pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal
dunia.
Kemudian program jaminan pensiun diselenggarakan secara
nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib, untuk
mempertahankan derajat kehidupan yang layak pada saat peserta
kehilangan atau berkurang penghasilannya karena memasuki usia pensiun
atau mengalami cacat total tetap.
Jaminan pensiun ini diselenggarakan berdasarkan manfaat pasti.
Sedangkan program jaminan kematian diselenggarakan secara
nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dengan tujuan untuk
memberikan santuan kematian yang dibayarkan kepada ahli waris peserta
yang meninggal dunia.
2) Tugas
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas BPJS
bertugas untuk:
a. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta;
b. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi
kerja;
c. Menerima bantuan iuran dari Pemerintah;
d. Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta;
e. Mmengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan
sosial;
f. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan
kesehatan sesuai dengan ketentuan program jaminan sosial; dan
g. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program
jaminan sosial kepada peserta dan masyarakat.
Dengan kata lain tugas BPJS meliputi pendaftaran kepesertaan dan
pengelolaan data kepesertaan, pemungutan, pengumpulan iuran termasuk
menerima bantuan iuran dari Pemerintah, pengelolaan Dana jaminan
Sosial, pembayaran manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan dan
tugas penyampaian informasi dalam rangka sosialisasi program jaminan
sosial dan keterbukaan informasi.
Tugas pendaftaran kepesertaan dapat dilakukan secara pasif dalam
arti menerima pendaftaran atau secara aktif dalam arti mendaftarkan
peserta.
3) Wewenang
Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana diamksud di atas
BPJS berwenang:
a. Menagih pembayaran Iuran;
b. Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka
pendek dan jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek
likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil
yang memadai;
c. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan
peserta dan pemberi kerja dalam memanuhi kewajibannya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan sosial
nasional;
d. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai
besar pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar
tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah;
e. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas
kesehatan;
f. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi
kerja yang tidak memenuhi kewajibannya;
g. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang
mengenai ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam
memenuhi kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
h. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka
penyelenggaraan program jaminan sosial.
Kewenangan menagih pembayaran Iuran dalam arti meminta
pembayaran dalam hal terjadi penunggakan, kemacetan, atau
kekurangan pembayaran, kewenangan melakukan pengawasan dan
kewenangan mengenakan sanksi administratif yang diberikan kepada
BPJS memperkuat kedudukan BPJS sebagai badan hukum publik.
BAB III
PENUTUP

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS ) adalah badan hukum


publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan social. BPJS
terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketengakerjaan. Semua penduduk
Indonesia wajib menjadi peserta jaminan kesehatan yang dikelola oleh BPJS
termasuk orang asing yang telah bekerja paling singkat enam bulan di Indonesia
dan telah membayar iuran. Peserta BPJS Kesehatan ada 2 kelompok, yaitu PBI
jaminan kesehatan dan bukan PBI jaminan kesehatan.
Besaran pembayaran kepada fasilitas kesehatan ditentukan berdasarkan
kesepakatan BPJS Kesehatan dengan asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah
tersebut dengan mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh pemerintah.
Sistem rujukan yang ada mengacu pada tingkat strata pelayanan kesehatan dari
yang rendah menenuju pada strata pelayanan yang lebih tinggi.
Hak dan kewajiban serta landasan hukum dari BPJS terdapat Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011
tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut;
1) BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program jaminan sosial (UU No 24 Tahun 2011). BPJS terdiri dari BPJS
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
2) Adanya dasar hukum yang melandasi terbentuknya BPJS
3) Ada hak dan kewajiban yang akan diterima bila menjadi peserta BPJS
4) Manfaat yang diperoleh dari Jaminan Kesehatan, yakni berupa
pelayanan kesehatan dan Manfaat non medis meliputi akomodasi dan
ambulans.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.depkes.go.id/resources/download/jkn/buku-pegangan-sosialisasi-jkn.pdf
http://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/index.php/pages/detail/2014/12
http://www.jamsosindonesia.com/sjsn/Program/program_jaminan_kesehatan

Anda mungkin juga menyukai