Anda di halaman 1dari 17

JAMINAN SOSIAL

UNIVERSITAS PAMULANG
Di Susun Oleh :
KELOMPOK 4

ANASTASYA ROSINITA SIHOMBING 181010200898


FENY YONALISA 181010200703
SULISTIYORINI 181010200629
VIKTOR BOSE 181010200536
YAEBESI HIA 181010200565

MATA KULIAH KAPITA SELEKTA HUKUM


PROGRAM STUDI S1 HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PAMULANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah Jaminan Sosial tepat waktu. Makalah Jaminan Sosial disusun guna
memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Kapita Selekta Hukum. Selain itu, penulis juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Surya Oktarina SH.,
M.Hum. selaku dosen mata kuliah Kapita Selekta Hukum. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis mengenai Jaminan Sosial. Penulis menyadari
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan Penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Pamulang, 02 Oktober 2021

Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
ABSTRAK..................................................................................................................................................4
BAB I..........................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................5
A. Latar Belakang.....................................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................................8
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................8
A. Pengertian Jaminan Sosial...................................................................................................................8
B. Eksistensi Jaminan Sosial di Indonesia................................................................................................9
C. Dasar hukum pembentukan jaminan sosial di Indonesia....................................................................10
D. Manfaat Jaminan Sosial.....................................................................................................................11
BAB III......................................................................................................................................................15
PENUTUP.................................................................................................................................................15
Kesimpulan................................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................17
ABSTRAK

Mewujudkan cita nasional bangsa Indonesia sudah selaknya jaminan sosial menjadi garda
dalam kemajuan bangsa. Dikarenakan indonesia adalah negara yang terbentuk dari Rakyat, oleh
Rakyat dan untuk Rakyat maka Jaminan Sosial ini sungguh diperlukan dan mengingat bahwa
jaminan Sosial juga merupakan hak setiap waga negara. Jaminan Sosial itu sendiri telah memiliki
payung hukum yakni Undang-undang No 40 Taun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
dan Undang-undang No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Nasional.
Dimana Jaminan Sosial ini pada dasarnya memiliki 2 cakupan program yakni kesehatan dan
ketenagakerjaan. Kesehatan dan Ketenangakerjaan merupakan hal yang utama dan penting
dalam berlangsungnya kehidupan masyarakat. Setiap insan manusia membutuhkan jaminan atas
kesehatan, pekerjaan bahkan hari tua mereka. Kehadiran Jaminan Sosial ini sangat baik adanya
untuk seluruh masyarakat. Dalam penyelenggaraan Jaminan Sosial ini prinsip gotong royong,
probablitas, dana amanat dan lainnya sesuai yang telah diatur undang-undang mengenai Jaminan
Sosial.

Kata Kunci: Jaminan Sosial, Program Jaminan Sosial dan Prinsip Jaminan Sosial.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jaminan sosial merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin
seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
Penyelenggaraan progam jaminan sosial merupakan salah satu tanggung jawab dan
kewajiban negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat
sebagaimana yang tersurat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H bahwa: “Setiap
orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh
sebagai manusia yang bermartabat”. Jaminan sosial merupakan bentuk pelayanan
pemerintah kepada masyarakat sesuai dengan kemampuan negara, Indonesia
mengembangkan program jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan
sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor
formal. Sejalan dengan hal ini, maka pemerintah perlu adanya alat yang berbentuk
organisasi atau badan khusus yang menangani jaminan sosia.

Jamsostek adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan
berupa uang sebagai pengganti sebagian dan penghasilan yanoleh tenaga kerja berupa
kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal duniag hilang atas
berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami.

Secara kronologis proses terbentuknya asuransi sosial tenaga kerja semakin


transparan. Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan
hukum, bentuk perlindungan, maupun cara penyelenggaraan, pada tahun 1977 diperoleh
suatu tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 33
Tahun 1977 tentang Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK), yang mewajibkan setiap
pemberi kerja atau pengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Terbit
pula Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1977 tentang Pembentukan Wadah
Penyelenggara ASTEK, yaitu Perum Astek.
Tonggak penting berikutnya adalah Undang Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek), yang ditindaklanjuti dengan menetapkan PT.
Jamsostek (Persero) sebagai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja melalui
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995. Program Jamsostek memberikan
perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan
keluarganya, dengan memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan
keluarga sebagai pengganti sebagai atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat risiko
social.

Selanjutnya pada akhir tahun 2004, Pemerintah memberlakukan UndangUndang


Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).Pemberlakuan UU
SJSN merupakan pelaksanaan Amandemen UUD 1945 tentang perubahan Pasal 34 ayat (2)
yang menyatakan bahwa: “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh
rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan.

Pada tanggal 31 Agustus 2005, Mahkamah Konstitusi membacakan putusan atas


perkara Nomor 007/PUU-III/2005 kepada publik. Mahkamah Konstitusi menyatakan
bahwa Pasal 5 ayat (2), (3), dan (4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional menyatakan bahwa keempat Persero tersebut sebagai Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial, dinyatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar
Negara RI Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

Berdasarkan putusan Nomor 007/PUU-III/2005 yang menyatakan bahwa Pasal 5


ayat (2), (3) dan (4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional menutup peluang Pemerintah Daerah (Pemda) untuk mengembangkan suatu sub
sistem jaminan sosial nasional sesuai dengan kewenangan yang diturunkan dari ketentuan
Pasal 18 ayat (2) dan (5) UUD NRI 1945. Selanjutnya, Mahkamah Konstitusi berpendapat
bahwa Pasal 52 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) tidak bertentangan dengan UUD NRI 1945. Namun Pasal 52 ayat
(2) hanya berfungsi untuk mengisi kekosongan hukum setelah dicabutnya Pasal 5 ayat (2),
(3) dan (4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) dan menjamin kepastian hukum karena belum ada Badan Penyelenggata
Jaminan Sosial (BPJS) yang memenuhi persyaratanagar Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dapat dilaksanakan.

Dengan dicabutnya ketentuan Pasal 5 ayat (2), (3) dan (4) Undang-Undang Nomor
40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan hanya bertumpu pada
Pasal 52 ayat (2) maka status hukum PT (Persero) JAMSOSTEK, PT (Persero) TASPEN,
PT (Persero) ASABRI, dan PT ASKES Indonesia (Persero) dalam posisi transisi.
Akibatnya, keempat Persero tersebut harus ditetapkan kembali sebagai BPJS dengan
sebuah Undang-Undang sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang menyatakan
bahwa: “Badan Penyelenggara Jaminan Sosial harus dibentuk dengan Undang-Undang”.
Pembentukan BPJS ini dibatasi sebagai badan penyelenggara jaminan sosial nasional yang
berada di tingkat pusat.

Pada tanggal 25 November 2011, Pemerintah mengundangkan UndangUndang


Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011
tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) diundangkan sebagai pelaksana dari
ketentuan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) Pasal 5 ayat (1), Pasal 52 ayat (2), dan pasca putusan Mahkamah Konstitusi atas
perkara Nomor 007/PUU-III/2005. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) terbentuk menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu; BPJS
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan)


adalah badan hukum publik yang bertanggungjawab kepada Presiden dan berfungsi
menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua,
dan jaminan pensiun.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Jaminan Sosial


Seperti halnya perlindungan sosial, terdapat pula berbagai macam interpretasi
jaminan sosial (social security). ILO (2002) menyebutkan bahwa jaminan sosial merupakan
bentuk perlindungan yang disediakan dalam suatu masyarakat untuk masyarakat itu sendiri
melalui berbagai upaya dalam menghadapi kesulitan keuangan yang dapat terjadi karena
kesakitan, kelahiran, pengangguran, kecacatan, lanjut usia, ataupun kematian. Lebih jauh
dijelaskan bahwa jaminan sosial terdiri dari asuransi sosial, bantuan sosial, tunjangan
keluarga, provident funds, dan skema yang diselenggarakan oleh employer seperti
kompensasi dan program komplimenter lainnya.
Michael von Hauff dalam “The Relevance of Social Security for Economic
Development” mengutip kesepakatan dari the World Summit for Social Development di
Kopenhagen tahun 1995, bahwa sistem jaminan sosial merupakan komponen esensial dari
perluasan pembangunan sosial dan dalam upaya menanggulangi kemiskinan. Lebih rinci,
deklarasi summit tersebut antara lain mencanangkan “to develop and implement policies
which ensure that all persons enjoy adequate economic and social protection in the event
of unemployment, sickness, during motherhood and child-rearing, in the event of
widowhood, disability and in old age.”
Selain untuk penanggulangan kemiskinan, jaminan sosial juga berfungsi sebagai
perlindungan bagi individual dalam menghadapi kondisi kehidupan yang semakin
memburuk yang tidak dapat ditanggulangi oleh mereka sendiri (von Hauff dan de Haan;
1997).
Barrietos dan Shepherd (2003) menjelaskan bahwa jaminan sosial lebih sempit
dibandingkan perlindungan sosial. Jaminan sosial umumnya dihubungkan dengan hal-hal
yang menyangkut kompensasi dan program kesejahteraan yang lebih bersifat ‘statutory
schemes’.
Adapun bentuk jaminan sosial yang sudah diselenggarakan adalah asuransi sosial
yang mencakup asuransi kesehatan (Askes dan Asabri), asuransi kesejahteraan sosial
(Askesos), tabungan pensiun (Taspen), jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek); kebijakan
ketenagakerjaan seperti cuti hamil, cuti haid, tunjangan sakit/kecelakaan yang dibayarkan
oleh perusahaan, dll.

B. Eksistensi Jaminan Sosial di Indonesia


Jaminan Sosial secara spesifik diatur dalam Undang-undang No 40 Taun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Undang-undang No 24 Tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Nasional. Adapun jenis daripada Program Jaminan Sosial
menurut Pasal 18 Undang-undang No 40 Taun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional adalah sebagai berikut:
 Jaminan Kesehatan;
Jaminan kesehatan diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh
manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan.
 Jaminan Kecelakaan Kerja;
Jaminan kecelakaan kerja diselenggarakan berdasarkan Prinsip Asuransi Sosial dengan
tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan santunan
uang tunai apabila seorang pekerja mengalami kecelakaan kerja atau menderita
penyakit akibat kerja.
 Jaminan Hari Tua;
Jaminan hari tua diselenggarakan berdasarkan prinsip tabungan wajib serta asuransi
Sosial dengan tujuan untuk menjamin agar peserta menerima uang tunai apabila
memasuki masa pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia.
 Jaminan Pensiun; dan
Jaminan pensiun diselenggarakan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak
pada saat peserta kehilangan atau berkurang penghasilannya karena memasuki usia
pensiun atau mengalami cacat total tetap.
 Jaminan Kematian
Jaminan kematian diselenggarakan dengan tujuan untuk memberikan santunan
kematian yang dibayarkan kepada ahli waris peserta yang meninggal dunia.
Merujuk pada Pasal 5 dan Pasal 6 Undang-undang No 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Nasional, Program Jaminan Sosial ini dibagi kedalam jenis
Program:

 BPJS Kesehatan
 BPJS Ketenagakerjaan:
a. Jaminan kecelakaan kerja;
b. Jaminan hari tua;
c. Jaminan pensiun;
d. Jaminan kematian.

C. Dasar hukum pembentukan jaminan sosial di Indonesia

Dasar pembentukan badan untuk mewujudkan tujuan Sistem Jaminan Sosial


Nasional diatur Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Tepatnya
pada Pasal 20, Pasal 21, Pasal 23A, Pasal 28H ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), dan Pasal 34
ayat (1) dan ayat (2). Selanjutnya dilengkapi dengan UU No. 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Nasional yang dibuat atas pertimbangan tiga hal, yakni:

1. Bahwa setiap orang berhak untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak
dan meningkatkan martabatnya menuju terwujudnya masyarakat Indonesia yang
sejahtera, adil, dan makmur. 
2. Bahwa untuk memberikan jaminan yang menyeluruh, negara mengembangkan Sistem
Jaminan Sosial Nasional bagi seluruh rakyat Indonesia. 
3. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b,
perlu membentuk Undang-Undang tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. 

Pemerintah kemudian merilis kembali UU No. 24 Tahun 2011 untuk memayungi


penyelenggara jaminan sosial dalam bentuk lembaga yang disebut dengan BPJS Kesehatan
dan BPJS Ketenagakerjaan.
D. Manfaat Jaminan Sosial

1. BPJS Kesehatan

Sesuai dengan Undang-Undang No 24 Tahun 2011 tentang BPJS Kesehatan


menyelenggarakan program jaminan kesehatan, berikut adalah tugas dari BPJS
Kesehatan:

 Menerima pendaftaran
 Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja
 Menerima bantuan iuran dari pemerintah
 Mengelola Dana untuk kepentingan masyarakat
 Mengumpulkan dan mengelola data peserta program
 Membayarkan manfaat dan atau membiayai pelayanan kesehatan
 Memberikan informasi tentang penyelenggara ke masyarakat
BPJS Kesehatan melakukan program Jaminan Kesehatan Nasional - Kartu Indonesia
Sehat (JKN-KIS).

Terdapat berbagai manfaat untuk para pengguna BPJS Kesehatan sebagai berikut :

a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama


Lewat BPJS Kesehatan, peserta perorangan dapat menerima layanan kesehatan di
faskes tingkat pertama, seperti puskesmas, praktik mandiri dokter, praktik mandiri
dokter gigi, klinik umum, dan Rumah Sakit Kelas D Pratama.
b. Rawat jalan tingkat pertama
Manfaat yang diterima, antara lain penyuluhan kesehatan perorangan dan imunisasi
rutin, keluarga berencana, skrining kesehatan, peningkatan kesehatan bagi penderita
penyakit kronis. Selanjutnya adalah pelayanan obat hingga pemeriksaan dan
pengobatan di pelayanan kesehatan gigi tingkat pertama.
c. Rawat inap tingkat pertama
Manfaat yang ditanggung mulai dari akomodasi rawat inap, pemeriksaan,
pengobatan, pelayanan kebidanan, persalinan, tindakan medis, hingga pelayanan
obat.
d. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan
Pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi rawat jalan tingkat lanjutan, rawat
inap tingkat lanjutan, rawat inap di ruangan perawatan khusus yang diberikan klinik
utama, rumah sakit umum pemerintah atau swasta, rumah sakit khusus dan apotek,
optik, dan laboratorium. 
e. Rawat jalan tingkat lanjutan
Manfaat yang diterima peserta, mulai dari pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi
medis di UGD, pelayanan obat dan alat kesehatan, rehabilitas medis, pelayanan
darah, rawat inap tingkat lanjutan, perawatan inap nonintensif atau intensif semisal
ICU, ICCU, NICU, PICU.
2. BPJS Ketenagakerjaan

BPJS Ketenagakerjaan mengelola dana peserta untuk melaksanakan empat program


yaitu jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan
kematian. 

Selain menyelenggarakan empat program tersebut, BPJS Ketenagakerjaan juga


memberikan manfaat tambahan, seperti pemberian uang muka untuk pembelian rumah
pertama dan diskon untuk sejumlah kebutuhan pokok.

Jenis kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan dibagi menjadi empat, yakni: 

 Penerima upah
 Penerima upah bukan penerima upah
 Jasa konstruksi 
 Pekerja migran Indonesia. 

Selanjutnya, keempat peserta tersebut akan membayar iuran untuk setiap program yang
dilaksanakan BPJS Ketenagakerjaan.
a. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
JKK adalah program perlindungan risiko kecelakaan yang terjadi dalam hubungan
kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju
tempat kerja atau sebaliknya dan penyakit yang disebabkan lingkungan kerja. 
Besaran iurannya tergantung situasi lingkungan kerja masuk dalam kategori risiko
rendah hingga tinggi. Persentase iuran yang dibayarkan antara 0,24%-1,74% dari
upah sebulan.
Berikut ini manfaat yang diterima adalah:  

 Perawatan tanpa batas biaya 


 Santunan upah selama tidak bekerja sebesar 100% selama 12 bulan pertama,
bulan selanjutnya 50% 
 Santunan kematian akibat kecelakaan kerja sebesar 48x upah yang dilaporkan
perusahaan atau peserta 
 Bantuan beasiswa anak untuk dua orang maksimal sebesar Rp174 juta 
 Bantuan untuk kesiapan kembali bekerja. 

b. Jaminan Hari Tua

Adalah manfaat yang diberikan BPJS Ketenagakerjaan berupa uang tunai yang
besarnya merupakan nilai akumulasi iuran ditambah hasil pengembangan dari BPJS
Ketenagakerjaan. Jaminan Hari Tua atau JHT diberikan ketika peserta hendak
memasuki masa pensiunnya.

Besar iuran yang diberikan sebesar 5,7% dari upah yang dibayar oleh pekerja
sebesar 2% dan 3,7% oleh pemberi kerja. Tiga manfaat JHT selain uang pensiun
antara lain: 

 Peserta mencapai usia 56 tahun 


 Meninggal dunia
 Cacat total tetap 
c. Jaminan Pensiun

Jaminan Pensiun adalah jaminan sosial untuk mempertahankan derajat kehidupan


yang layak bagi peserta atau ahli waris dengan memberikan penghasilan setelah
peserta memasuki usia pensiun atau mengalami cacat. 

Besar iuran yang dipungut sebesar 1% untuk pekerja dan 2% untuk perusahaan dari
upah yang dilaporkan. Para peserta akan menerima manfaat dari Jaminan Pensiun
antara lain:  

 Manfaat pensiun hari tua 


 Manfaat pensiun janda atau duda 
 Manfaat pensiun cacat
 Manfaat pensiun anak 
 Manfaat pensiun orang tua 

d. Jaminan Kematian

Jaminan Kematian (JK) memberikan manfaat uang tunai yang diberikan kepada ahli
waris ketika peserta meninggal bukan akibat kecelakaan. 

Besaran iuran yang harus dibayarkan antara lain: pekerja penerima upah sebesar
0,3% (dari upah yang dilaporkan) dan pekerja bukan penerima upah: Rp 6.800. 

Manfaat yang diterima dari Jaminan Kematian antara lain: 

 Santunan kematian 
 Santunan berkala 24 bulan 
 Biaya pemakaman 
 Bantuan beasiswa 2 orang anak 
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan dari eplikasi pada pembahasan di atas maka Kesimpulannya adalah sebagai berikut :

1. Pengertian Jaminan Sosial mempunyai beberapa aspek yaitu :


a. memberikan perlindungan dasar untuk memenuhikebutuhan hidup minimal bagi tenaga
kerja serta keluarganya
b. Dengan adanya upaya perlindungan dasar akan memberikan kepastian berlangsungnya
arus penerimaan penghasilan sebagai pengganti atau seluruh penghasilan yang hilang
c. menciptakan ketenangan kerja karena adanya upaya perlindungan terhadap resiko
ekonomi maupun social
d. karena adanya upaya perlindungan dan terciptanyaketenangan kerja akan berdampak
meningkatkan produktitas kerja
e. Dengan terciptanya ketenangan kerja pada akhirnya mendukung kemandirian dan harga
manusia dalam menerima dan menghadapi resiko sosial ekonomi
2. Jaminan Sosial merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh
rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
3. Jaminan Sosial diatur dalam Undang-undang No 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional dan Undang-undang No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Nasional
4. Program Jaminan Sosial ini pada Undang-undang No 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional terdiri atas Jaminan Kesehatan, Kecelakaan Kerja, Hari Tua, Pensiun dan
kematian. Sedangkan dalam Undang-undang No 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Nasional terdiri atas BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
5. Jenis-jenis jaminan sosial teridiri dari jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan, jaminan kerja,
jaminan haritua, jaminan pension, jaminan kematian.
6. Bahwa dalam penyelengggaran jaminan sosial dari hasil transormasi lembaga penyelenggara
jaminan sosial yakni BPJS dan terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan
Selain itu masih terdapat persero yang menyelenggarakan jaminan sosial saat ini untuk
sampai jangka waktu yang ditentukan berdasarkan pada putusaN Mahkamah Konstitusi
untuk melayani subjek hukum peserta/tertentu yang belum bertransormasi menjadi BPJS
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). 2017. User Manual Vclaim. Jakarta: Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). 2014. Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional. Jakarta: Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). 2014. Petunjuk Teknis Verifikasi Klaim Direktorat
Pelayanan. Jakarta: Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Feriawati, dkk. 2015. Faktor-Faktor Keterlambatan Pengeklaiman BPJS di Rumah Sakit


Bhayangkara. Kementrian Kesehatan. 2013. Bahan Paparan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.

Kementrian Kesehatan RI. Permenkes No. 28 tahun 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Program Jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta 2014.

Setiawan B. Tinjauan Penyebab Keterlambatan Klaim Jaminan Kesehatan Nasional Pasien


Rawat Jalan di Rumah Sakit Waluyo Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2014.

Undang Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
2011.

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

Anda mungkin juga menyukai