Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEBIJAKAN KESEHATAN NASIONAL

KONSEP KEBIJAKAN SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL

OLEH :
KELOMPOK 1
4B S.TR.KEPERAWATAN

NAMA KELOMPOK :

NI KOMANG WIDYASTUTI (P07120219051)


I MADE ADITYA DWI ARTAWAN (P07120219052)
KADEK SINTA PRADNYA DEVI ANJANI (P07120219057)
NI KETUT RESTU ADITYA PUTRI (P07120219058)
NI LUH PUTU MARSELA DEWI (P07120219077)
NI KOMANG AYU SANTI WULANDARI (P07120219098)
M. FADIL AKBAR (P07120219101)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Makalah
Kebijakan Kesehatan Nasional “Konsep Kebijakan Sistem Jaminan Sosial
Nasional”.

Makalah “Konsep Kebijakan Sistem Jaminan Sosial Nasional” disusun


guna memenuhi tugas Ibu Ns Ida Erni Sipahutar,S.Kep.M.Kep pada mata kuliah
Kebijakan Kesehatan Nasional di Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar.
Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang Kebijakan Kesehatan Nasional. Penulis mengucapkan
terimakasih sebesar-besarnya kepada Ibu selaku dosen matakuliah. Tugas yang
telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang
yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih pada semua pihak
yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 27 Juli 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PEMDAHULUAN............................................................................................3
1.1 Latar Belakang.................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................5
2.1 KONSEP DASAR JAMINAN SOSIAL.........................................................5
2.1.1 Pengertian Jaminan Sosial................................................................................5
2.1.2 Aspek Jaminan Sosial.........................................................................................8
2.2 LANDASAN FILOSOFIS, YURIDIS, SOSIOLOGIS JAMINAN
SOSIAL............................................................................................................8
2.2.1 Landasan Filosofis..............................................................................................8
2.2.2 Landasan Yuridis...............................................................................................9
2.2.3 Landasan Sosiologis.........................................................................................10
2.2.4 Jenis-Jenis Jaminan Sosial Nasional...............................................................11
2.2.5 Badan Penyelenggara Sistem Jaminan Sosial di Indonesia............................12
BAB III PENUTUP....................................................................................................18
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cita-cita Indonesia adil dan makmur telah dilakukan oleh founding father
dengan melaksanakan langkah pertama yaitu tujuan Negara Indonesia yang terdapat
dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu memajukan
kesejahteraan umum. Tujuan tersebut menandakan negara Indonesia sebagai negara
kesejahteraan (welfare state). Indonesia sebagai negara kesejahteraan bertanggung
jawab untuk pemenuhan kesejahteraan rakyatnya, karena ciri utama dari Negara
kesejahteraan adalah munculnya kewajiban negara untuk mewujudkan kesejahteraan
umum bagi warganya.
Disamping itu Pasal 2 Konvensi Ekosob merupakan ketentuan yang paling
penting untuk memahami sifat hak ekonomi, sosial dan budaya. Kovenan Internasional
tentang Hak Sipil dan Politik yang berisi 31 Pasal juga menyebutkan hak atas jaminan
sosial, termasuk asuransi sosial khususnya para ibu, anak dan orang muda (Pasal 9, dan
Pasal 10). Dasar pertimbangan lain adalah Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952 yang
juga menganjurkan agar semua negara di dunia memberikan perlindungan dasar kepada
setiap warga negaranya dalam rangka memenuhi Deklarasi PBB tentang Hak Jaminan
Sosial.
Dengan ditetapkannya UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) maka bangsa Indonesia telah memiliki sistem jaminan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Pasal 5 dalam undang-undang tersebut mengamanatkan
pembentukan badan yang disebut Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS). Meski
sempat dilakukan judicial review oleh PT JAMSOSTEK, PT TASPEN, PT. ASABRI,
dan PT ASKES atas UU tersebut, namun Mahkamah Konstitusi (MK) melalui putusan
atas perkara perkara Nomor 007/PUU-III/2005 memberikan kepastian hukum bagi
BPJS dalam melaksanakan program jaminan sosial di seluruh Indonesia. Pada
Nopember 2011 baru terwujud Undang-Undang No 24 Tahun 2011 Tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Berdasarkan dengan eksplikasi tersebut, mengantarkan pembaca untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai jaminan sosial, maka penulis memilih tema kajian
“jaminan sosial “ untuk dikaji secara holistik.

3
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu pengertian jaminan sosial?


2. Apa saja program jaminan sosial nasional?
3. Apa saja aspek jaminan sosial?
4. Bagaimana penyelenggaraan sistem jaminan sosial di Indonesia?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu pengertian jaminan sosial

2. Untuk mengetahui apa saja program jaminan sosial nasional

3. Untuk mengetahui bagaimana penyelenggaraan sistem jaminan sosial di


indonesia

4
BAB II
PEMBAHASA
N

2.1 KONSEP DASAR JAMINAN SOSIAL


2.1.1 Pengertian Jaminan Sosial
Istilah jaminan sosial muncul pertama kali di Amerika Serikat dalam The
Social Security Act tahun 1935 untuk mengatasi masalah- masalah pengangguran,
manula, orang-orang sakit dan anak-anak akibat depresi ekonomi. Meskipun
penyelenggaraan jaminan sosial di negara-negara maju belakangan ini mengalami
perubahan, pada dasamya penyelenggaraan jaminan sosial di sana pada hakekatnya
difahami sebagaibentuk nyata perlindungan negara terhadap rakyatnya
Jaminan sosial (social security) merupakan bagian dari konsep perlindungan
sosial (social protection), dimana perlindungan sosial sifatnya lebih luas. Perbedaan
keduanya adalah bahwa jaminan sosial memberikan perlindungan sosial bagi
individu dengan dana yang diperoleh dari iuran berkala, sedangkan perlindungan
sosial biasanya melibatkan banyak pihak dalam memberikan perlindungan baik
kepada individu, keluarga atau komunitas dari berbagai risiko kehidupan yang tidak
dapat diprediksi sebelumnya seperti krisis ekonomi, atau bencana alam. Hal tersebut
sejalan dengan pendapat BAPPENAS yang telah mengadakan Kajian awal Tentang
Sistim Jaminan Sosial Nasional (SJSN), dan dalam kajian tersebut dikemukakan
pendapat bahwa jaminan sosial mencakup dua hal yaitu (a) Asuransi Sosial (social
insurance) dan (b) Bantuan Sosial (Social Assistance).
Asuransi sosial mempunyai konsep sebagaimana asuransi pada umumnya,
dimana pembayaran premi menjadi tanggungan bersama antara pemberi kerja (yaitu
pemerintah atau pengusaha) dan pekerja (Pegawai Negeri Sipil (PNS), ABRI/POLRI
atau pegawai swasta) oleh karena adanya hubungan kerja. Menurut Undang-undang
Nomor 40 Tahun 2004 Tentang SJSN, definisi Asuransi Sosial adalah sebagaimana
yang dinyatakan dalam Pasal 1 ayat 3 yaitu suatu mekanisme pengumpulan dana
yang bersifat wajib yang berasal dari iuran guna memberikan perlindungan atas
risiko sosial ekonomi yang menimpa peserta dan/atau anggota keluarganya.
Sedangkan bantuan sosial, berupa “bantuan” dalam berbagai bentuk, uang, jasa
maupun barang dengan tujuan sosial.

5
Pengertian yang lain dikemukakan oleh Agusmindah, bahwa jaminan sosial
adalah bentuk perlindungan bagi pekerja/buruh yang berkaitan dengan penghasilan
berupa materi, guna memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk dalam hal terjadinya
peristiwa yang tidak diinginkan yang menyebabkan seseorang tidak dapat bekerja,
ini diistilahkan juga sebagai perlindungan ekonomis. Pengertian ini mencerminkan
konsep asuransi sosial yang ditujukan bagi pekerja di sektor formal dengan rumus
yang telah ditentukan yaitu berdasarkan partisipasi pekerja dan majikan yang
menyetorkan porsi iuran secara berkala yang penyelenggaraannya dilakukan oleh PT
JAMSOSTEK.
Ahli lain yang mempertahankan konsep asuransi sosial sebagai dasar teknik
jaminan sosial adalah Vladimir Rys, yang mengatakan bahwa jaminan sosial adalah
seluruh rangkaian langkah wajib yang dilakukan oleh masyarakat untuk melindungi
mereka dan keluarga mereka dari segala akibat yang muncul karena gangguan yang
tidak terhindarkan, atau karena berkurangnya penghasilan yang mereka butuhkan
untuk mempertahankan taraf hidup yang layak. Serangkaian langkah wajib yang
dilakukan oleh masyarakat untuk melindungi diri dan keluarga dari suatu risiko
ekonomi maupun fisiologi adalah dengan turut serta pada asuransi sosial. Pendapat
Rys sejalan dengan berkembangnya pemikiran tentang cara-cara menghadapi risiko
ketidakstabilan penghasilan manakala seseorang mengalami kecelakaan, sakit
ataupun ketika seseorang tidak lagi mempunyai kemampuan fisik karena usia tua
atau cacat phisik (risiko fisiologis) dan juga ketika seseorang tidak bekerja (risiko
sosial), padahal mereka harus tetap mempertahankan kehidupan keluarganya.
Untuk mengantisipasi risiko-risiko dimaksud, maka diperlukan dana sehingga
perlu diciptakan sumber keuangan, harus ada pihak/lembaga yang melakukan
pengelolaan dana tersebut serta perlu dirumuskan program-program yang sesuai
dengan setiap risiko sehingga dapat mewujudkan cita-cita melindungi setiap warga
negara untuk mendapatkan taraf hidup yang layak. Tentang hal ini akan dibahas
lebih lanjut dalam sesi Pengelolaan Jaminan Sosial Nasional.
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional dimana Pasal 1 angka 1 mendefinisikan bahwa Jaminan Sosial adalah salah
satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. dan Pasal 1 ayat 2 mendefisinikan
Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan program
jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. Selanjutnya,

6
Subianto menjelaskan bahwa SJSN adalah sistem pemberian jaminan kesejahteraan
berlaku kepada semua warganegara dan sifatnya adalah dasar (Basic). Definisi ini
hendak menegaskan bahwa fasilitas jaminan kesejahteraan harus dapat dinikmati
oleh semua warga Negara tanpa terkecuali.
Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja, Jaminan Sosial mempunyai pengertian yang universal, sehingga jika
disimak lebih dalam, maka Jaminan Sosial merupakan suatu perlindungan bagi
seluruh rakyat dalam bentuk santunan baik berupa uang sebagai pengganti sebagian
dari penghasilan yang hilang atau berkurang maupun pelayanan sebagai akibat
peristiwa atau keadaan yang diakibatkan oleh risiko-risiko sosial berupa kecelakaan
kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia melalui mekanisme
pengumpulan dana yang bersifat wajib.
Menurut ILO bahwa jaminan sosial adalah perlindungan yang diberikan oleh
masyarakat melalui seperangkat kebijaksanaan publik terhadap tekanan-tekanan
ekonomi dan sosial bahwa jika tidak diadakan system jaminan sosial akan
menimbulkan hilangnya sebagia pendapatan akibat sakit, persalinan, kecelakaan
kerja, sementara tidak bekerja, cacat, hari tua dan kematian dini, perawatan medis
termasuk pemberian subsidi bagi anggota keluarga yang membutuhkan.
Jaminan sosial (social security) dapat didefinisikan sebagai sistem pemberian
uang dan/atau pelayanan sosial guna melindungi seseorang dari resiko tidak
memiliki atau kehilangan pendapatan akibat kecelakaan, kecacatan, sakit,
menganggur, kehamilan, masa tua, dan kematian.  Spicker (1995) dan MHLW
(1999), memberi batasan dan penjelasan mengenai jaminan sosial sebagai berikut:
 
The term “social security” is mainly now related to financial assistance, but
the general sense of the term is much wider, and it is still used in many countries to
refer to provisions for health care as well as income. Although the benefits of
security are not themselves material, they do have monetary value; people in
Britain, where there is a National Health Service, are receiving support which
people in the US have to pay for through private insurance or a Health Maintenance
Organisation. (Spicker, 1995:60).

Social security systems mean the systems to enable every citizen to lead a
worthy life as a member of cultured society. Social security systems provide

7
countermeasures against the causes for needy circumstances including illness,
injury, childbirth, disablement, death, old age, unemployment and having a lot of
children by implementing economic security measures through insurance or by
direct public spending. (MHLW, 1999:2). 

2.1.2 Aspek Jaminan Sosial


Dari pengertian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa jaminan sosial
mempunyai beberapa aspek yaitu:
1. Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi
tenaga kerja serta keluarganya.
2. Dengan adanya upaya perlindungan dasar akan memberikan kepastian
berlangsungnya arus penerimaan penghasilan, sebagai pengganti atau seluruh
penghasilan yang hilang.
3. Menciptakan ketenangan kerja karena adanya upaya perlindungan terhadap
resiko ekonomi maupun sosial.
4. Karena adanya upaya perlindungan dan terciptanya ketenangan kerja akan
berdampak meningkatkan produktifitas kerja.
5. Dengan terciptanya ketenangan kerja pada akhirnya mendukung kemandirian
dan harga manusia dalam menerima dan menghadapi resiko sosial ekonomi.

2.2 LANDASAN FILOSOFIS, YURIDIS, SOSIOLOGIS JAMINAN SOSIAL


2.2.1 Landasan Filosofis
Pemikiran mendasar yang melandasi penyusunan SJSN bagi
penyelenggaraan jaminan sosial untuk seluruh warga negara adalah sebagai
penyelenggaraan SJSN berlandaskan kepada hak asasi manusia dan hak
konstitusional setiap orang, sebagaimana pada UUD Negara RI Tahun 1945 Pasal
28H ayat (3) menetapkan, ”Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangandirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermanfaat.”
Selain itu, penyelenggaraan SJSN adalah wujud tanggung jawab Negara
dalam pembangunan perekonomian nasional dan kesejahteraan social. Hal ini
Berdasarkan UUD Negara RI Tahun 1945 Pasal 34 ayat (2) menetapkan, ”Negara
mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.”

8
Program jaminan sosial ditujukan untuk memungkinkan setiap orang
mampu mengembangkan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermanfaat,
sebagaimana tercantum dalam UUD Negara RI Tahun 1945 Pasal 28H ayat (3),
”Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermanfaat.”
Penyelenggaraan SJSN berdasarkan asas kemanusiaan dan berkaitan dengan
penghargaan terhadap martabat manusia. Undang-Undang No. 40 Tahun 2004
Pasal 2 menetapkan, “Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan
asas kemanusiaan, asas manfaat,asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Penjelasan Pasal 2 UU No. 40 Tahun 2004 menjelaskan bahwa asas kemanusiaan
berkaitan dengan penghargaan terhadap martabat manusia.
Jaminan sosial dari aspek tujuannya yakni untuk terpenuhinya kebutuhan
dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya. Hal ini
diatur berdasarkan UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 3 menetapkan, “Sistem Jaminan
Sosial Nasional bertujuan untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan
dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya.”
Penjelasan UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 3 menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan kebutuhan dasar hidup adalah kebutuhan esensial setiap orang agar dapat
hidup layak, demi terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dengan demikian, bahwa landasan filosofis mengenai ungensinya jaminan
sosial adalah berlandaskan kepada hak asasi manusia dan hak konstitusional setiap
orang, wujud tanggung jawab Negara dalam pembangunan perekonomian nasional
dan kesejahteraan social, asas kemanusiaan dan berkaitan dengan penghargaan
terhadap martabat manusia, dan jaminan sosial bertujuan untuk terpenuhinya
kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota
keluarganya.

2.2.2 Landasan Yuridis


Landasan yuridis penyelenggaraan SJSN adalah UUD Negara Republik
Indonesia Pasal 28H ayat (3) dan Pasal 34 ayat (2). Pasal 28H ayat (3) diatur dalam
Perubahan Kedua UUD NRI 1945 dan Pasal 34 ayat (2) diatur dalam Perubahan
Keempat UUD NRI 1945. Amanat konstitusi tersebut kemudian dilaksanakan
dengan UU No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU
SJSN).

9
10
Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi atas Perkara No. 007/PUU-III/2005,
Pemerintah bersama DPR mengundangkan sebuah peraturan pelaksanaan UU SJSN
setingkat Undang-Undang, yaitu UU No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Nasional (UU BPJS).
Peraturan Pelaksanaan UU SJSN dan UU BPJS terbentang mulai Peraturan
Pemerintah hingga Peraturan Lembaga. Penyelesaian seluruh dasar hukum bagi
implementasi SJSN yang mencakup UUD NRI, UU SJSN dan peraturan
pelaksanaannya membutuhkan waktu lima belas tahun (2000 – 2014).
Dengan demikian,landasan yuridis jaminan sosial adalah UUD Negara
Republik Indonesia Pasal 28H ayat (3) dan Pasal 34 ayat (2). Pasal 28H ayat (3)
diatur dalam Perubahan Kedua UUD NRI 1945 dan Pasal 34 ayat (2) diatur dalam
Perubahan Keempat UUD NRI 1945. Amanat konstitusi tersebut kemudian
dilaksanakan dengan UU No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (UU SJSN) dan Putusan Mahkamah Konstitusi atas Perkara No.
007/PUU-III/2005.

2.2.3 Landasan Sosiologis


Paradigma hubungan antara penyelenggara Negara dengan warganya
mengalami perubahan sangat mendasar sejak reformasi ketatanegaraan pada medio
tahun 1998.
Selama pemerintahan Orde Baru, hubungan tersebut berorientasi kepada
Negara (state oriented). Kemudian sejak reformasi hubungan tersebut berubah
menjadi atau berorientasi kepada rakyat yang berdaulat (people oriented). Rakyat
tidak dipandang sebagai obyek tetapi subyek yang diberi wewenang untuk turut
menentukan kebijakan publik yang menyangkut kepentingan mereka. Negara tidak
lagi menguasai penyelenggaraan segala urusan pelayanan publik, tetapi mengatur
dan mengarahkannya.
Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat tersebut direspon oleh
hukum. Salah satu di antaranya adalah hukum jaminan sosial. Pemerintah
membentuk dan mengundangkan UU SJSN untuk menyikapi dinamika masyarakat
dan menangkap semangat jamannya, menyerap aspirasi, dan cita-cita hukum
masyarakat. Penyelenggaraan program jaminan sosial diubah secara mendasar
untuk memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Prinsip dana amanat diberlakukan. Dana dikumpulkan dari iuran peserta

11
sebagai dana titipan kepada BPJS untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka
mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.

2.2.4 Jenis-Jenis Jaminan Sosial Nasional


Berdasarkan pada UU SJSN menetapkan 5 (lima) jenis program jaminan sosial,
yaitu:
1. Jaminan kesehatan
Jaminan adalah program jaminan sosial yang diselenggarakan secara
nasional dengan tujuan untuk menjamin agar peserta dan anggota keluarganya
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.
2. Jaminan kecelakaan kerja
Jaminan kecelakaan kerja adalah program jaminan sosial yang
diselenggarakan secara nasional dengan tujuan menjamin agar peserta
memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila ia
mengalami kecelakaan kerja atau menderita penyakit akibat kerja.
3. Jaminan hari tua
Jaminan hari tua adalah program jaminan sosial yang diselenggarakan
secara nasional dengan tujuan untuk menjamin agar peserta menerima uang
tunai apabila memasuki masa pensiun, mengalami cacat total tetap, atau
meninggal dunia.
4. Jaminan pensiun
Jaminan pensiun adalah program jaminan sosial yang diselenggarakan
secara nasional dengan tujuan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang
layak pada saat peserta mengalami kehilangan atau berkurang penghasilannya
karena memasuki usia pensiun atau mengalami cacat tetap total.
5. Jaminan kematian
Jaminan kematian adalah program jaminan sosial yang diselenggarakan
secara nasional dengan tujuan untuk memberikan santunan kematian yang
dibayarkan kepada ahli waris peserta yang meninggal dunia.
Berdasarkan dari eksplanasi di atas, dengan demikian bahwa jenis-jenis
jaminan sosial adalah teridiri dari jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan,
jaminan kerja, jaminan hari tua, jaminan pension, jaminan kematian.

12
2.2.5 Badan Penyelenggara Sistem Jaminan Sosial di Indonesia
Untuk mengelola dana dan menyelenggarakan jaminan sosial agar berjalan
dengan efektif, maka diperlukan lembaga pengelola yang kredibel. Pasal 47 ayat (1)
Undang-Undang SJSN disebutkan bahwa Dana Jaminan Sosial wajib dikelola dan
dikembangkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, selanjutnya Pasal 1
angka 6 menyatakan bahwa badan penyelenggara jaminan sosial adalah badan
hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. Sebelum
diundangkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004, telah ada badan-badan
Penyelenggara Jaminan Sosial yang juga dinyatakan masih berlaku sesuai dengan
Pasal 5 ayat (3), yaitu:
a) Perusahaan Perseroan (Persero) Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(JAMSOSTEK).
b) Perusahaan Perseroan (Persero) Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri
(TASPEN).
c) Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia (ASABRI); dan
d) Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES).
Berdasarkan eksplikasi tersebut, bahwa dengan adanya Putusan Mahkamah
Konstitusi No. 007/ PUU-III/2005 tanggal 30 Agustus 2005, pada intinya
menyatakan bahwa negara harus membentuk UU BPJS paling lambat 5 (lima)
tahun sejak UU SJSN diundangkan, yaitu selambat-lambatnya pada 19 Oktober
2009.
Dalam amar putusannya, Mahkamah Konstitusi yang menyatakan Pasal 5
ayat (2), (3), dan (4) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4456) tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat; Menolak permohonan
Pemohon selebihnya; Memerintahkan pemuatan Putusan ini dalam Berita Negara
sebagaimana mestinya di simpulkan bahwa landasan hukum tentang transformasi
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penjelasan Umum UU SJSN menjelaskan bahwa, BPJS dalam UU SJSN
adalah TRANSFORMASI dari BPJS yang sekarang telah berjalan, yaitu PT
JAMSOSTEK, PT TASPEN, PT ASABRI, dan PT ASKES.
2. Putusan Mahkamah Konstitusi No. 007/PUU-III/2005 tanggal 30 Agustus

13
2005 membatalkan PT JAMSOSTEK, PT TASPEN, PT ASABRI, dan PT
ASKES sebagai BPJS sebagaimana disebutkan dalam Pasal 5 ayat (2) dan
ayat (3) UU SJSN karena bertentangan dengan UUD1945.
3. Pertimbangan hukum Mahkamah Konstitusi menyebutkan bahwa, PT
JAMSOSTEK, PT TASPEN, PT ASABRI, dan PT ASKES keberadaannya
hanya dibutuhkan untuk mengisi kekosongan hokum (rechts-vacuum) dan
menjamin kepastian hukum (rechtszkerheid) selama 5 (lima) tahun terhitung
sejak 19 Oktober 2004 s.d 19 Oktober 2009 (Pasal 52 ayat (2) UU SJSN
karena belum adanya BPJS yang memenuhi persyaratan agar UU SJSN dapat
dilaksanakan.
4. Pasal 52 ayat (2) UU SJSN menyatakan bahwa, semua ketentuan yang
mengatur mengenai BPJS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (PT
JAMSOSTEK, PT TASPEN, PT ASABRI, dan PT ASKES) disesuaikan
dengan Undang-Undang ini paling lama 5 (lima) tahun sejak Undang-Undang
ini diundangkan. Dari putusan Mahkamah Konstitusi tersebut maka dalam
waktu 5 (lima) tahun sejak 19 Oktober 2004 sudah harus dibuat Undang-
Undang yang mengatur tentang transformasi secara menyeluruh lembaga
penyelenggara jaminan sosial.
Sebagaimana Putusan Mahkamah Konstitusi diatas, bahwa Mahkamah
Konstitusi memerintahkan untuk transformasi secara menyeluruh lembaga
penyelenggara jaminan sosial. Adapun transformasi menyeluruh adalah :
1. Transformasi Kelembagaan; yaitu dari bentuk BUMN dengan badan hukum
PT menjadi BPJS berbentuk Badan Hukum Publik dengan 9 Prinsip
(kegotong-royongan, nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas,
portabilitas, kepesertaan wajib, dana amanat), dan hasil pengeloaan dana
jaminan sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan
untuk sebesar-besar kepentingan peserta. (Pasal 4 UU SJSN).
2. Transformasi Asset/Kekayaan; yaitu seluruh asset/kekayaan PT.
JAMSOSTEK, PT TASPEN, PT ASABRI, dan PT ASKES baik dalam
bentuk harta tidak bergerak, harta bergerak termasuk dana pesert menjadi
asset/kekayaan BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS.
3. Transformasi Kepesertaan; yaitu seluruh peserta yang terdaftar dalam PT
JAMSOSTEK, PT TASPEN, PT ASABRI, dan PT ASKES menjadi Peserta
BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS.

14
4. Transformasi Program; yaitu program jaminan sosial yang diselenggarakan
oleh PT JAMSOSTEK, PT TASPEN, PT ASABRI, dan PT ASKES menjadi
program BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS, dengan perluasan program,
seperti program Jaminan Pensiun yang sebelumnya tidak ada pada PT.
Jamsostek.
Selain makna transformasi di atas, makna transformasi yang lainnya
menurut Asih Eka Putri adalah Transformasi keempat BUMN PT (Persero) menjadi
BPJS bersifat sangat mendasar. Perubahan ini mencakup filosofi, badan hukum,
organisasi, tata kelola, dan budaya organisasi, sebagai berikut:
(1) filosofi penyelenggaraan jaminan sosial ditetapkan kembali sebagai upaya
untuk mewujudkan hak konstitusional warga negara atas jaminan sosial,
(2) bentuk badan hukum diubah menjadi badan hukum publik dengan
kewenangan publik dan privat, serta termasuk lembaga Negara berkedudukan
langsung di bawah Presiden,
(3) organ badan penyelenggara diubah menjadi organ yang terdiri dari Dewan
Pengawas dan Direksi dengan proses perekrutan secara terbuka,
(4) penataan ulang tata kelola program yang bercirikan prinsip asuransi sosial,
segmentasi pengelolaan ke dalam dua kelompok program (program jaminan
kesehatan dan program jaminan non kesehatan), pemisahan aset BPJS dengan
aset Dana Jaminan Sosial, serta penyertaan dana Pemerintah,
(5) budaya organisasi mencerminkan upaya merealisasikan tujuan public untuk
memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Mengingat pemerintah tidak dapat memenuhi dibentuknya BPJS
sebagaimana putusan Mahkamah Konstitusi No. 007/PUU-III/2005 tanggal 30
Agustus 2005 yang seharusnya dilaksanakan paling lambat pada 19 Oktober 2009,
maka warga yang tergabung dalam KAJS (Komite Aksi Jaminan Sosial) yang terdiri
dari elemen buruh, tani, nelayan, mahasiswa, LSM mengajukan gugatan ke PN
Jakarta Pusat. Gugatan Warga Negara (Citizen Law Suite) mulai tanggal 26 Juni
2010 dan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Perkara Nomor
278/PDT.G/PN.JKT.PST tanggal 13 Juli 2011, yang memeriksa dan mengadili
Gugatan Warga Negara (Citizen Law Suit), membuktikan bahwa DPR dan
Pemerintahan SBY terbukti bersalah telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum.
Pemerintahan SBY telah lalai dengan tidak menjalankan UU SJSN, dan karenanya:

15
Ketua DPR RI dan Presiden SBY dihukum harus segera melaksanakan UU No. 40
tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, dengan: (a) Segera
mengundangkan UU BPJS; (b) Membentuk PP dan Perpres yang diperintahkan UU
SJSN; (c) Melakukan penyesuaian BPJS yang ada dengan UU No. 40 tahun 2004
tentang SJSN.
Setelah disahkannya Undang-Undang Nonor 24 Tahun 2011 tentang BPJS
tanggal 25 Nopember 2011, maka terjadi regulasi terhadap penyelenggaraan jaminan
sosial yang merupakan amanat Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) dan Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Secara
garis besar isi UU Nomor 24 Tahun 2011 Tentang BPJS meliputi:
1. BPJS dibagi 2, BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan
2. BPJS berbentuk Badan Hukum Publik
3. BPJS bertanggung-jawab langsung kepada Presiden
4. BPJS berwenang menagih iuran, menempatkan dana, melakukan pengawasan
dan pemeriksaan atas kepatuhan Peserta dan pemberi kerja, mengenakan
sanksi administrasi kepada Peserta dan pemberi kerja.
5. Setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 bulan di
Indonesia, wajib menjadi peserta Program Jaminan Sosial.
6. Sangsi adminstratif yang dapat dilakukan oleh BPJS: teguran tertulis dan
denda.
7. Pemerintah mendaftarkan penerima bantuan Iuran dan anggota keluarganya
sebagai peserta kepada BPJS
8. Pemberi kerja wajib memungut iuran yang menjadi beban peserta dari
pekerjanya dan menyetorkannya kepada BPJS.
9. Pemberi kerja wajib membayar dan menyetor iuran yang menjadi tanggung
jawabnya kepada BPJS.
10. Peserta yang bukan pekerja dan bukan penerima bantuan Iuran wajib
membayar dan menyetor Iuran yang menjadi tanggung jawabnya kepada BPJS.
11. Pemerintah membayar dan menyetor Iuran untuk Penerima Bantuan Iuran
kepada BPJS.
12. Jika pemberi kerja tidak memungut iuran yang menjadi beban peserta dari
pekerjanya dan tidak menyetorkannya kepada BPJS dan atau jika pemberi
kerja tidak membayar dan menyetor iuran yang menjadi tanggung jawabnya
kepada BPJS, dipidana penjara paling lama 8 tahun atau pidana denda paling

16
banyak 1 miliar.
13. BPJS Kesehatan mulai beroperasi pada tanggal 1 Januari 2014, semua pegawai
PT. Askes (Persero) menjadi pegawai BPJS Kesehatan.

17
14. Pada tanggal 1 Januari 2014 PT. Jamsostek (Persero) berubah menjadi BPJS
Ketenagakerjaan. Semua pegawai PT. Jamsostek (Persero) menjadi pegawai
BPJS Ketenagakerjaan.
15. Paling lambat tanggal 1 Juli 2015 PT. Jamsostek (Persero) mulai beroperasi
menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, program jaminan hari
tua, program jaminan pensiun dan program jaminan kematian bagi peserta,
tidak termasuk peserta yang dikelola PT. TASPEN (Persero) dan PT. ASABRI
(Persero).
16. PT. ASABRI (Persero) menyelesaikan pengalihan program Asuransi Sosial
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dan program pembayaran pensiun
paling lambat tahun 2029.
Dengan demikian, berdasarkan dari eksplanasi di atas, yang menjadi serta
permasalahan yang lain yakni penerapan kartu indonesia sehat (KIS) yang
direncakan dan akan diterapkan oleh pemerintah. Menurut Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) menyatakan siap mendukung penuh peluncuran sekaligus
berjalannya program Kartu Indonesia Sehat (KIS) ke depan. KIS merupakan
program jaminan kesehatan baru untuk masyarakat yang dicetuskan Presiden RI
Joko Widodo. 
Selanjutnya menurut Direktur Perencanaan dan Pengembangan BPJS
Kesehatan Tono Rustiano mengatakan, masyarakat terutama pengguna BPJS tidak
perlu khawatir perihal program KIS ini. Sebab KIS hanya merupakan merek baru
atau nama lain dari BPJS. "Ini hanya merek baru saja. BPJS sudah terintegrasi
dengan KIS. Dan pengelolaan KIS nantinya juga akan tetap oleh BPJS, "Dilanjutkan
Tono, pengintegrasian tersebut telah dan akan dilakukan secara bertahap." Kita
sedang lakukan bertahap. Tidak hanya pengguna BPJS, seperti Jamkesmas itu juga
nantinya akan kita jadikan KIS secara bertahap," lanjutnya.
Mengingat KIS akan mulai diluncurkan pekan depan, Tono juga mengaku
pihaknya telah melakukan rangkaian persiapan terutama untuk menghadapi ribuan
pendaftar nantinya. "Kita sudah sangat siap. Targetnya 15 ribu dari daftar 1,7 juta
dari penduduk seluruh Indonesia," Teknis persiapan BPJS menghadapi peluncuran
KIS juga turut disampaikan Direktur Hukum Komunikasi dan Hubungan Antar
Lembaga Purnawarman Basundoro. "Ya kami sudah melakukan persiapan tentunya
dari mulai IT dan segala macam, sampai komunikasi melalui media juga," kata dia.

18
dapat diketahui bahwa dalam penyelengggaran jaminan sosial dari hasil
trransformasi lembaga penyelenggara jaminan sosial yakni BPJS dan terdiri dari
BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Selain itu, masih terdapat persero yang
menyelenggarakan jaminan sosial saat ini untuk sampai jangka waktu yang
ditentukan berdasarkan pada putusan Mahkamah Konstitusi untuk melayani subjek
hukum (peserta) tertentu yang belum bertransformasi menjadi BPJS yakni PT.
ASABRI dan PT TASPEN. serta permasalahan yang lain yakni penerapan kartu
indonesia sehat (KIS) yang direncakan dan akan diterapkan oleh pemerintah.

19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari eksplikasi pada pembahasan di atas, maka penulis berkesimpulan
sebagai berikut :
1. Bahwa pengertian jaminan sosial mempunyai beberapa aspek yaitu:
a. Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi
tenaga kerja serta keluarganya.
b. Dengan adanya upaya perlindungan dasar akan memberikan kepastian
berlangsungnya arus penerimaan penghasilan, sebagai pengganti atau seluruh
penghasilan yang hilang.
c. Menciptakan ketenangan kerja karena adanya upaya perlindungan terhadap resiko
ekonomi maupun sosial.
d. Karena adanya upaya perlindungan dan terciptanya ketenangan kerja akan
berdampak meningkatkan produktifitas kerja.
e. Dengan terciptanya ketenangan kerja pada akhirnya mendukung kemandirian dan
harga manusia dalam menerima dan menghadapi resiko sosial ekonomi.

2. Bahwa landasan filosofis, yuridis, sosiologis jaminan sosial yakni sebagai berikut :
a. Landasan Filosofis
Landasan filosofis mengenai ungensinya jaminan sosial adalah berlandaskan
kepada hak asasi manusia dan hak konstitusional setiap orang, wujud tanggung
jawab Negara dalam pembangunan perekonomian nasional dan kesejahteraan
social, asas kemanusiaan dan berkaitan dengan penghargaan terhadap martabat
manusia, dan jaminan sosial bertujuan untuk terpenuhinya kebutuhan dasar hidup
yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya.

b. Landasan Yuridis
Landasan yuridis jaminan sosial adalah UUD Negara Republik Indonesia
Pasal 28H ayat (3) dan Pasal 34 ayat (2). Pasal 28H ayat (3) diatur dalam
Perubahan Kedua UUD NRI 1945 dan Pasal 34 ayat (2) diatur dalam Perubahan
Keempat UUD NRI 1945. Amanat konstitusi tersebut kemudian dilaksanakan
dengan UU No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU
SJSN) dan Putusan Mahkamah Konstitusi atas Perkara No. 007/PUU-III/2005.

20
c. Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis jaminan sosial yakni terjadi perubahan sosial di dalam
masyarakat tersebut direspon oleh hukum. Salah satu di antaranya adalah hukum
jaminan sosial. Pemerintah membentuk dan mengundangkan UU SJSN untuk
menyikapi dinamika masyarakat dan menangkap semangat jamannya, menyerap
aspirasi, dan cita-cita hukum masyarakat. Penyelenggaraan program jaminan sosial
diubah secara mendasar untuk memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Prinsip dana amanat diberlakukan. Dana
dikumpulkan dari iuran peserta sebagai dana titipan kepada BPJS untuk dikelola
sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan
peserta.

3. Bahwa jenis-jenis jaminan sosial adalah teridiri dari jaminan kesehatan, jaminan
kecelakaan, jaminan kerja, jaminan hari tua, jaminan pension, jaminan kematian.

4. Bahwa dalam penyelengggaran jaminan sosial dari hasil trransformasi lembaga


penyelenggara jaminan sosial yakni BPJS dan terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan. Selain itu, masih terdapat persero yang menyelenggarakan jaminan
sosial saat ini untuk sampai jangka waktu yang ditentukan berdasarkan pada putusan
Mahkamah Konstitusi untuk melayani subjek hukum (peserta) tertentu yang belum
bertransformasi menjadi BPJS yakni PT. ASABRI dan PT TASPEN.

21
DAFTAR PUSTAKA

Mudiyono, Jaminan Sosial di Indonesia: Relevansi Pendekatan Informal, Jurnaillmu Sosial dan
llmu Politik, Volume 6, Nomor I, Juli 2002, hal. 68.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Sistim Perlindungan dan Jaminan
Sosial (Suatu Kajian awal), 2002.
Agusmindah, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Dinamika & Kajian Teori, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 2010, hal. xi.
Rys, Vladimir, Merumuskan Ulang Jaminan Sosial, Pustaka Alvabet, Jakarta, 2011, hal. 23.
Achmad Subianto, Sistem Jaminan Sosial Nasional, hal: 277, Gibon Books, Jakarta, 2010
Tim Internal SJSN PT Jamsostek (Persero), Kerangka Jaminan Sosial, “Menuju Implementasi
SJSN yang Ideal”.
Kementrian Kordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Indonesia, Reformasi Sistem Jaminan
Sosial di Indonesia : Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan
Nasional Indonesia Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi RI, Kementrian Kordinator
Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2006. H. 33.
Lihat, Spicker, Paul (1995), Social Policy: Themes and Approaches, London: Prentice-Hall dan
MHLW (Ministry of Health, Labour and Welfare of Japan) (1999), Tokyo: MHLW.
Spicker, Paul (1995), Social Policy: Themes and Approaches, h. 60.
Asih Eka Putri, Paham SJSN Sistem Jaminan Sosial Nasional, Friedrich-Ebert-Stiftung Kantor
Perwakilan Indonesia, 2014, h. 9-15.
Pasal 19 ayat 1 dan ayat 2, Pasal 20 ayat 2 UU SJSN
Pasal 29 ayat 1 dan ayat 2 UU SJSN
Pasal 35 ayat 1 dan ayat 2 UU SJSN
Lihat, Pasal 39 ayat 1 dan ayat 2
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 007/ PUU-III/2005 tanggal 30 Agustus 2005.
Roni Febriyanto , Jaminan Sosial : Haruskah Rakyat Menunggu, Jurnal Kajian Perburuhan
Sedane Vol ll No.1 tahun 2011, h.. 47.
http://lembagainformasi perburuhansedane. blogspot.com /2011/10/jaminan-sosial-haruskan-
rakyat-menunggu. di akses tgl.14 Januari 2015.

22

Anda mungkin juga menyukai