Anda di halaman 1dari 20

1

LAPORAN PBL SKENARIO 1

BLOK BIOMEDIK II

KELOMPOK V:

1. MUHAMMAD I MADE ANNAFI ARIANTO (20180811014001)


2. GABRIEL CHRISTO TIMANG (20180811014006)
3. PASKALIA C.R SAA (20180811014011)
4. ISMAEL WANDIKBO (20180811014013)
5. ASKAR BO’NE (20180811014017)
6. DESI DWI L. RONSUMBRE (20180811014020)
7. FAUSTINA F.S.M WIGU TUKAN (20180811014023)
8. HELENA G.F KARETH (20180811014026)
9. JULIO MICHEL MIRINO (20180811014033)
10. MUHAMMAD IMAM HANAFI (20180811014038)
11. PONIA YULICE DEMONGGRENG (20180811014043)
12. SAMUEL S.K.N SUMBARI (20180811014048)
13. TISYHA FAHJIRIN RAMIN (20180811014054)

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UMUM
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
2018
2

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha kuasa, oleh
karena berkat dan pertolongan-Nya kami dapat menyelesaikan laporan tutorial ini
dengan baik dan tepat waktu.
Laporan ini adalah laporan hasil kerja Problem Based Learning (PBL)
skenario 1 pada blok biomedik 2 yang fokus pada permasalahan yang diberikan
dalam skenario tersebut.
Dalam pembuatan laporan ini, ada banyak pihak yang telah membantu
kami sehingga laporan ini dapat selesai dengan baik oleh karena itu, atasnya kami
mengucapkan terima kasih. Secara khusus kami sampaikan terima kasih kepada
ibu Venthy Angelica, S.Psi, MA yang telah menuntun kami saat melakukan
Problem Based Learning sebagai tutor, serta memberikan masukan dalam
penulisan laporan ini, terima kasih juga kami sampaikan kepada rekan mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih Angkatan 2018, serta pihak yang
tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah memberikan kami support
dalam penulisan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca serta
menambah wawasan kepada pembaca yang berkaitan dengan pembahasan dalam
laporan ini namun kami menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih
banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun penyajian isi dari laporan ini
sendiri. Oleh karena itu, kami memohon kritik dan saran kepada pembaca sebagai
masukan kepada kami untuk menjadi tolak ukur kami pada penulisan laporan
selanjutnya.

Jayapura, Maret 2019

Kelompok V
3

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... 2
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4
1.1. Tujuan ................................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 6
2.1 Klarifikasi Terminologi......................................................................................... 6
2.2 Mengidentifikasi Masalah ................................................................................... 6
2.3 Analisa Masalah .................................................................................................. 6
2.4 Learning Object ................................................................................................... 7
2.5 Pembahasan Pokok Masalah .............................................................................. 7
 Definisi Combustio/ luka bakar ........................Error! Bookmark not defined.
 Klarifikasi luka bakar ........................................Error! Bookmark not defined.
Klarifikasi berdasarkan penyebabnya ..................Error! Bookmark not defined.
Klarifikasi atas kedalaman luka bakar .................Error! Bookmark not defined.
Klarifikasi berdasarkan keseriusan luka ..............Error! Bookmark not defined.
Klarifikasi ukuran luas luka bakar .......................Error! Bookmark not defined.
Klarifikasi pembagian zona kerusakan jaringan ..Error! Bookmark not defined.
 Etiologi dan patofisiologi luka kebakaran.........Error! Bookmark not defined.
Etiologi ..................................................................Error! Bookmark not defined.
Patofisiologi ..........................................................Error! Bookmark not defined.
Respon organ tubuh terhadap luka bakar .........Error! Bookmark not defined.
Pengelompokan fase fase luka bakar ................Error! Bookmark not defined.
 Penatalaksanaan Luka bakar .............................Error! Bookmark not defined.
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 19
Kesimpulan.................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 20
4

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Jaminan sosial adalah perlindungan yang diberikan oleh masyarakat
bagi anggotaanggotanya untuk resiko-resiko atau peristiwa-peristiwa
tertentu dengan tujuan, sejauh mungkin, untuk menghindari peristiwa-
peristiwa tersebut yang dapat mengakibatkan hilangnya atau turunya
sebagian besar penghasilan, dan untuk memberikan pelayanan medis
dan/atau jaminan keuangan terhadap konsekuensi ekonomi dari terjadinya
peristiwa tersebut, serta jaminan untuk tunjangan keluarga dan anak.
Secara singkat jaminan sosial diartikan sebagai bentuk perlindungan sosial
yang menjamin seluruh rakyat agar dapat mendapatkan kebutuhan dasar
yang layak. Di dalam program BPJS jaminan sosial dibagi kedalam 5 jenis
program jaminan sosial dan penyelenggaraan yang dibuat dalam 2
program penyelengaraan, yaitu:
1. Program yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, dengan
programnya adalah Jaminan Kesehatan yang berlaku mulai 1 Januari
2014.
2. Program yang diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan, dengan
programnya adalah Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua,
Jaminan Pensiun, dan Jaminan Kematian yang direncanakan dapat
dimulai mulai 1 Juli 2015.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang


dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial adalah peleburan 4 (empat) badan usaha milik
negara menjadi satu badan hukum, 4 (empat) badan usaha yang dimaksud
adalah PT TASPEN, PT JAMSOSTEK, PT ASABRI, dan PT ASKES. Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial ini berbentuk seperti asuransi, nantinya semua
warga Indonesia diwajibkan untuk mengikuti program ini.
5

1.2. Tujuan
Setelah membaca laporan ini penulis dan pembaca diharapkan mampu
untuk memahami:
 Memahami pengertian dari regulasi BPJS
 Memahami mekanisme pembayaran dan kepesertaan BPJS
 Mengetahui dan memahami undang-undang yang berkaitan dengan
BPJS Kesehatan
6

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Klarifikasi Terminologi
 BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial adalah badan hukum yang
dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. ( UU No.24
Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial pasal 1 ayat 1 )
 Kapitasi : Besaran pembayaran perbulan yang dibayar dimuka oleh BPJS
Kesehatan tingkat pertama berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar
tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang
diberikan.
 JKN : Jaminan Kesehatan Nasional merupakan bagian dari Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan
menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib
berdasarkan UU No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
masyarakat yang layak diberikan kepada setiap orang yang telah
membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.

2.2 Mengidentifikasi Masalah


Masalah yang terdapat pada skenario adalah:
1. Sebelum bekerjasama dengan BPJS dr. Mince dibayar langsung oleh
pasien yang datang berobat
2. Tn. Obeth belum termasuk dalam anggota BPJS
3. Minimnya pengetahuan Tn. Obeth tentang jaminan sosial kesehatan
4. Tn. Obeth mendatangi kantor BPJS dan mencari informasi lebih lanjut
tentang BPJS
5. Iuran bulanan hanya dibayar jika sudah mendaftar menjadi peserta BPJS
2.3 Analisa Masalah
1. Apa prinsip BPJS dalam melaksanakan jaminan sosial?
2. Bagaimana prosedur dan persyaratan pendaftaran BPJS?
3. Bagaimana mekanisme BPJS dalam menjamin jaminan sosial?
7

4. Bagaimana meningkatkan pengetahuan masyarakat dan peserta tentang


BPJS?
5. Darimana saja sumber dana bagi BPJS dalam jaminan sosial peserta?

2.4 Learning Object


1. Memahami dasar hukum BPJS
2. Menjelaskan sistem regulasi dari BPJS
3. Menjelaskan mekanisme pembayaran dari BPJS
4. Menjelaskan dan mengetahui syarat dan ketentuan keanggotaan BPJS
kesehatan
5. Mengetahui UU yang berkaitan dengan BPJS kesehatan

2.5 Pembahasan Pokok Masalah


1. Definisi BPJS
Berdasarkan Undang-undang No.24 Tahun 2011 BPJS adalah
badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan jaminan sosial.
Jaminan sosial adalah satu bentu perlindungan sosial untuk
menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar
hidupnya yang layak.

2. Landasan hukum BPJS


BPJS merupakan suatu lembaga hukum yang berdiri berdasarkan
undang-undang No.24 Tahun 2011 yang ditetapkan pada tanggal 25
November 2011. Adapun dalam operasionalnya didukung oleh
beberapa peraturan yang lain antara lain:

1) Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2012 tentang Penerima


Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan
2) Peraturan Presiden No. 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
3) Peraturan Presiden No. 111 tahun 2013 tentang Perubahan Peraturan
Presiden No 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
4) Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 tahun 2013 tentang Pelayanan
kesehatan Jaminan Kesehatan Nasional
8

5) Peraturan Menteri Kesehatan RI No 69 tahun 2013 tentang Standar


Tarif Pelayanan Kesehatan pada Fasilitas Kesehatan tingkat Pertama
dan Fasilitas Kesehatan tingkat Lanjutan dalam Penyelenggaraan
Program Jaminan Kesehatan
6) Peraturan BPJS Kesehatan No.1 tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan
3. Jenis-jenis, prinsip, tujuan, pembiayaan (iuran) BPJS
Program dari BPJS saat ini ada 5 yaitu, jaminan kesehatan,
jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua, dan
jaminan pensiun.

1. Jaminan Kesehatan
Jaminan kesehatan diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Peserta jaminan kesehatan
adalah setip orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh
pemerintah.

2. Jaminan Kecelakaan Kerja


Jaminan kecelakaan kerja memberikan perlindungan atas risiko-
risiko kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju ke
tempat kerja. Perlindungan atas risiko kecelakaan kerja mulai dari
perjalanan pergi, pulang, dan ditempat bekerja, serta perjalanan dinas. Jika
terjadi kecelakaan kerja maka akan mendapatkan santunan upah selama
tidak bekerja yakni 6 bulan pertama 100%, 6 bulan kedua 75%, seterusnya
hingga sembuh 50%, mendapatkan santunan kematian akibat kecelakaan
kerja yakni sebesar 48x upah yang dilaporkan oleh perusahaan (pemberi
kerja) atau peserta, mendapatkan beasiswa untuk 1 orang anak yakni
beasiswa pendidikan bagi satu orang anak dari peserta yang meninggal
dunia atau mengalami cacat total tetap akibat kecelakaan kerja sebesar
Rp.12.000.0000, mendapatkan bantuan untuk kesiapan kembali bekerja
yakni pendampingan kepada peserta yang mengalami kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja mulai dari peserta masuk perawatan di rumah sakit
sampai peserta tersebut dapat kembali bekerja.
3. Jaminan Kematian
Jaminan kematian ini memberikan manfaat uang tunai yang
diberikan kepada ahli waris ketika peserta meninggal dunia bukan akibat
kecelakaan kerja. Manfaat dari jaminan kematian yakni mendapatkan
santunan kematian yang dimana manfaat uang tunai yang diberikan kepada
9

ahli waris ketika peserta meninggal dunia bukan akibat dari kecelakaan
kerja, santunan berkala 24 bulan yakni santunan berkala 24x200.000 =
Rp.4,8 juta yang dibayarkan sekaligus, biaya pemakaman sebesar 3 juta,
dan bantuan beasiswa 1 orang anak yakni diberikan kepada setiap peserta
yang telah memasuki masa iuran paling singkat 5 tahun yang diberikan
sebanyak 12 juta.
4. Jaminan Hari Tua
Jaminan hari tua ini manfaatnya berupa uang tunai yang besarnya
merupakan nilai akumulasi iuran ditambah hasil pengembangannya.
5. Jaminan Pensiun
Jaminan pensiun adalah jaminan sosial yang bertujuan untuk
mempertahankan derajat kehidupan yang layak bagi peserta dan atau ahli
warisnya dengan memberikan penghasilan setelah peserta memasuki usia
pensiun, mengalami cacat. Manfaat dari pensiun hari tua yakni berupa
uang tunai bulanan yang diberikan kepada peserta (yang memenuhi iuran
minimum 15 tahun yang setara dengan 180 bulan) saat memasuki usia
pensiun sampai meninggal dunia. Uang pensiun tersebut dapat diterima
secara berkala yakni setiap bulannya dengan nilai maksimal dapat
mencapai 40% dari upah.
Terdapat sembilan prinsip penyelenggaraan BPJS Kesehatan menurut
UU No. 24 Tahun 2011 pasal 4, yaitu:

1. Kegotong-royongan

Prinsip kegotong-royongan adalah prinsip kebersamaan antar peserta


dalam menanggung beban biaya jaminan sosial, yang diwujudkan dengan
kewajiban setiap peserta membayar iuran sesuai dengan tingkat gaji, upah,
atau penghailannya.

2. Nirlaba

Prinsip nirlaba adalah prinsip pengelolaan usaha yang mengutamakan


penggunaan hasil pengembangan dana untuk memberikan manfaat
sebesar-besarnya bagi seluruh peserta.

3. Keterbukaan

Prinsip keterbukaan adalah prinsip mempermudah akses informasi yang


lengkap benar, dan jelas bagi setiap peserta.
10

4. Kehati-hatian

Prinsip kehati-hatian adalah prinsip pengelolaan dana secara cerma, teliti


aman dan tertib.

5. Akuntabiltas

Prinsip akuntabilitas adalah prinsip pelaksaan program dan pengelolaan


keuangan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

6. Portabilitas

Prinsip protabilitas adalah prinsip memberikan jaminan yang


berkelanjutan meskipun peserta yang berkelanjutan meskipun peserta
berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

7. Kepesertaan bersifat wajib

Prinsip kepersertaan bersifat wajib adalah prinsip yang mengharuskan


seluruh penduduk menjadi peserta jaminan sosial yang dilaksanakan
secara bertahap.

8. Dana dan amanat

Prinsip dana dan amanat adalah bahwa iuran dan hasil pengembangannya
merupakan dana titipan dari peserta untuk digunakan sebesar-besarnya
bagi kepentingan peserta jaminan sosial.

9. Hasil pengelolaan dana jaminan kesehatan

Hasil pengelolaan dana jaminan kesehatan ini dipergunakan seluruhnya


untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan
peserta.

Tujuan BPJS Kesehatan, menurut UU No.24 Tahun 2011 pasal 3


BPJS bertujuan mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan
11

terpenuhinya kebutuhan dasar hidup layak bagi setiap peserta dan atau
anggota keluarganya.

Pembayaran iuran BPJS, menurut UU No. 24 Tahun 2011 pasal 19


yaitu :

1. Pemberian kerja wajib memungut iuran yang menjadi peserta dari


pekerjaannya dan menyetorkannya ke BPJS
2. Pemberi kerja wajib membayar dan menyetor iuran yang menjadi
tanggung jawabnya kepada BPJS
3. Peserta yang bukan pekerja dan bukan penerima bantuan iuran wajib
membayar dan menyetor iuran yang menjadi tanggung jawabnya
kepada BPJS
4. Pemerintah membayar dan menyetor iuran untuk penerima bantuan
iuran kepada BPJS
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai :
a. Besaran dan tata cara pembayaran iuran program jaminan
kesehatan diatur dalam peraturan presiden; dan
b. Besaran dan tata cara pembayaran iuran selain program
jaminan kesehatan dalam peraturan pemerintah.

4. Fungsi, tugas, wewenang, hak dan kewajiban BPJS

Fungsi dari BPJS yaitu:


1. BPJS kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (2) huruf a
berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan.
2. BPJS ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (2) huruf
b berfungsi menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja,
program jaminan kematian, program jaminan pensiun, dan jaminan hari
tua.
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, BPJS bertugas
untuk :
a. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta;
b. Memungut dan mengumpulkan Iuran dari peserta dan Pemberi Kerja;
c. Menerima Bantuan Iuran dari Pemerintah;
12

d. Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan Peserta;


e. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program Jaminan Sosial;
f. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai
dengan ketentuan program Jaminan Sosial; dan
g. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program Jaminan
Sosial kepada Peserta dan masyarakat.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, BPJS
berwenang untuk :
a. Menagih pembayaran Iuran
b. Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan
jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas,
kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai;
c. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan
pemberi kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional;
d. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar
pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang
ditetapkan oleh Pemerintah;
e. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan;
f. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang
tidak memenuhi kewajibannya;
g. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai
ketidakpatuhannya dalam membayar Iuran atau dalam memenuhi
kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
dan
h. Melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan
program Jaminan Sosial.
Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam dalam pasal
BPJS berhak untuk :
a. Memperolah dana operasional untuk penyelenggaraan program yang
bersumber dari Dana Jaminan Sosial dan/atau sumber lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
b. Memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program
Jaminan Sosial dari DJSN setiap 6 (enam bulan).
Dalam melaksanakan tugas yang dimaksud dalam Pasal 10, BPJS berkewajiban
untuk :
a. Memberikan nomor identitas tunggal kepada Peserta;
b. Mengembangkan aset Dana Jaminan Sosial dan aset BPJS untuk sebesar-
besarnya kepentingan Peserta;
13

c. Memberikan informasi melalui media massa cetak dan elektronik


mengenai kinerja, kondisi keuangan, serta kekayaan dan hasil
pengembangannya;
d. Memberikan manfaat kepada seluruh Peserta sesuai dengan undang-
undang tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional;
e. Memberikan informasi kepada peserta mengenai hak dan kewajiban untuk
mengikuti ketentuan yang berlaku;
f. Memberikan informasi kepada peserta mengenai prosedur untuk
mendapatkan hak dan memenuhi kewajibannya;
g. Memberikan informasi kepada peserta mengenai saldo jaminan hari tua
dan pengembangannya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun;
h. Memberikan informasi kepada peserta mengenai besar hak pensiun 1
(satu) kali dalam 1 (satu) tahun;
i. Membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktik aktuaria yang
lazim dan berlaku umum;
j. Melakukan pembukuan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku
dalam penyelenggaraan Jaminan Sosial; dan
k. Melaporkan pelaksanaan setiap program, termasuk kondisi keuangan,
secara berkala 6 (enam) bulan sekali kepada presiden dengan tembusan
kepada DJSN.

5. Syarat keanggotaan dan jenis kepesertaan BPJS

Syarat dan Ketentuan :


1. Usia yang cukup secara hukum untuk melaksanakan kewajiban yang mengikat
dari setiap kewajiban apapun yang terjadi akibat penggunaan layanan BPJS
Kesehatan
2. Mengisi dan memberikan data dengan benar dan dapat dipertanggungjawabkan
3. Mendaftarkan diri dan anggota keluarganya menjadi peserta
4. Membayar iuran setiap bulan selambat-lambatnya tanggal 10 setiap bulan
5. Melaporkan perubahan status anggota keluarga (perubahan kesehatan susunan
keluarga, jumlah keluarga dan tambahan keluarga)
6. Menjaga identitas peserta
7. Melaporkan apabila terjadi kehilangan dan kerusakan identitas peserta
keanggotaan BPJS Kesehatan
8. Menyetujui pembayaran iuran setiap bulan
9. Menyetujui proses pendaftaran ulang apabila
a. Belum melakukan pembayaran iuran pertama sampai dengan 30 hari sejak
virtual account
10. Menyetujui pencetakan e-id sebagai identitas peserta
11. Perubahan susunan keluarga dapat dilakukan di kantor BPJS
14

Jenis kepersertaan BPJS Kesehatan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :


1. Kepersertaan PBI ( Penerima Bantuan Iuran ) menurut Perpres No.101 Tahun
2011
 Kriteria peserta PBI meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan
orang yang tidak mampu yang telah ditetapkan oleh menteri dibidang
sosial
Yang berhak menjadi peserta PBI jaminan kesehatan lainnya adalah yang
mengalami cacat total tetap dan tidak mampu. Yang dimaksud dengan cacat total
tetap ini merupakan kecacatan fisik atau mental yang mengakibatkan
ketidakmampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan. Penetapan cacat total tetap
dilakukan oleh dokter yang berwenang.

2. Kepersertaan Non PBI menurut Perpres No. 12 Tahun 2013

Pembagian Non PBI terbagi menjadi 3 golongan :


a. Pekerja Penerima Upah
Pekerja penerima upah adalah setiap orang yang bekerja pada pemberi kerja
dengan menerima gaji atau upah.
Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, terdiri atas :
 PNS (Pegawai Negeri Sipil)
 TNI/POLRI
 Pejabat negara
 Pegawai swasta dan lain-lain.
b. Pekerja Penerima Upah
Pekerja Penerima Upah adalah setiap orang yang bekerja atau berusaha atas
resiko sendiri.
Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, terdiri atas :
 Pekerja mandiri
 Pekerja diluar hubungan kerja
c. Bukan Pekerja
Bukan pekerja adalah setiap orang yang tidak bekerja tapi mampu membayar
iuran jaminan kesehatan.
Bukan Pekerja dan anggota keluarganya, terdiri atas :
 Investor
 Pemberi kerja
 Pensiunan
 Pelajar
 Veteran
 Perintis kemerdekaan

6. Sistem Rujukan Berjenjang

I. Definisi dan Ketentuan Umum


15

A. Definisi
Sistem rujukan pelayanan kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan
kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal yang wajib
dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan sosial, dan seluruh fasilitas
kesehatan.

B. Ketentuan Umum

1. Pelayanan kesehatan perorangan terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yaitu :


a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama;
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua; dan
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga.
2. Pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan pelayanan kesehatan dasar yang
diberikan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama.
3. Pelayanan kesehatan tingkat kedua merupakan pelayanan kesehatan spesialistik
yang dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi spesialis yang menggunakan
pengetahuan dan teknologi spesialistik.
4. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga merupakan pelayanan sub spesialistik yang
dilakukan oleh dokter sub spesialis atau dokter gigi sub spesialis yang
menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan sub spesialistik.
5. Dalam menjalankan pelayanan kesehatan fasilitas kesehatan tingkat pertama dan
tingkat lanjutan wajib melakukan sistem rujukan dengan mengacu pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
6. Peserta yang ingin mendapatkan pelayanan yang tidak sesuai dengan sistem
rujukan dapat dimasukkan dalam kategori pelauanan yang tidak sesuai dengan
prosedur sehingga tidak dapat dibayarkanoleh BPJS Kesehatan.
7. Fasilitas kesehatan yang tidak menerapkan sistem rujukan maka BPJS Kesehatan
akan melakukan recredentialing terhadap kinerja fasilitas kesehatan tersebut dan
dapat berdampak pada kelanjutan kerjasama.
16

8. Pelayanan rujukan dapat dilakukan secara horizontal maupun vertikal.


9. Rujukan horizontal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan
dalam satu tingkatan apabila perujuk tidak dapat memberikan pelayanan
kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, perlatan
dan atau ketenagaan yang sifatnya sementara atau menetap.
10. Rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan yang
berbeda tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat pelayanan yang lebih rendah ke
tingkat pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya.
11. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan
pelayanan yang lebih tinggi dilakukan apabila:
a. Pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau subspesialistik;
b. Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan atau ketenagaan.
12. Rujukan vertikal dari tingkatanan pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan
pelayanan yang lebih rendah dilakukan apabila:
a. Permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan
kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya;
b. Kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua lebih
baik dalam menangani pasien tersebut;
c. Pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh tingkatan
pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan untuk alasan kemudahan,
efisiensi dan pelayanan jangka panjang; dan atau
d. Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan dan atau
ketenagaan.

II. Tata Cara Pelaksanaan Sistem Rujukan Berjenjang

1. Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai


kebutuhan medis, yaitu:
a. Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh fasilitas
kesehatan tingkat pertama
17

b. Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat


dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua
c. Pelayanan kesehatan tingkat kedua di fasilitas kesehatan sekunder
hanya dapat diberikan atas rujukan dari fasilitas kesehatan primer
d. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di fasilitas kesehatan tersier
hanya dapat diberikan atas rujukan dari fasilitas kesehatan sekunder
dan fasilitas kesehatan primer
2. Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk langsung ke faskes
tersier hanya untuk kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan rencana
terapinya, merupakan pelayanan berulang dan hanya tersedia di faskes tersier.
3. Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat dikecualikan dalam kondisi:
a. Terjadi keadaan gawat darurat;
Kondisi kegawatdaruratan mengikuti ketentuan yang berlaku
b. Bencana;
Kriteria bencana ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan atau
Pemerintah Daerah
c. Kekhususan permasalahan kesehatan pasien;
Untuk kasus yang sudah ditegakkan rencana terapinya dan terapi
tersebut hanya dapat dilakukan di fasilitas kesehatan lanjutan
d. Pertimbangan geografis, dan
e. Pertimbangan ketersediaan fasilitas
4. Pelayanan oleh bidan dan perawat
a. Dalam ketentuan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan
pelayanan kesehatan tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan
atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama
kecuali dalam kondisi gawat darurat dan kekhususan permasalahan
kesehatan pasien, yaitu kondisi permasalahan ksehatan pasien, yaitu
kondisi di luar kompotensi dokter dan atau dokter gigi pemberi
pelayanan kesehatan tingkat pertama.
5. Rujukan Parsial
a. Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke pemberi
pelayanan kesehatan lain dalam rangka menegakkan diagnosis atau
pemberian terapi, yang merupakan satu rangkaian perawatan pasien
di Faskes tersebut.
b. Rujukan parsial dapat berupa:
1. Pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan penunjang
atau tindakan
2. Pengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjang
c. Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka
penjamin pasien dilakukan oleh fasilitas kesehatan perujuk.

7.
18
19

BAB III PENUTUP


Kesimpulan
Berdasarlan skenario yang telah diberikan, kelompok kami menyimpulkan
bahwa yang menjadi permasalahan utama terletak pada penyebarluasan informasi
mengenai BPJS yang kurang efektif, sehingga BPJS yang seharusnya menjadi
harapan terakhir bagi masyarakat yang kurang mampu, akhirnya tidak dapat
diterima oleh masyarakat. Kelompok kami menyarankan, agar kedepannya
program pemerintah yang mengatur tentang penyebarluasan informasi mengenai
BPJS harus lebih di tingkatkan, sehingga program-program dari BPJS dapat lebih
efektif bagi seluruh masyarakat.
20

DAFTAR PUSTAKA

Anggowarsito, J. L., 2014. LUKA BAKAR SUDUT PANDANG DERMATOLOGI. Jurnal Widya Medika
Surabaya , 2(2).

Kartohadmojo, 2008. LUKA BAKAR. 3(14), p. 3.

Lestia Anggraeni, M. A. B., 2018. TANAMAN OBAT YANG MEMILIKI AKTIVITAS LUKA BAKAR.
FARMAKA, 16(2), p. 8.

Sorensen, L. &., 1993 . Medical-surgical nursing a psychophysiologic approach.

Anda mungkin juga menyukai