Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MANAJEMEN PEMBIAYAAN KESEHATAN


PROBLEMATIKA PELAYANAN ASURANSI KESEHATAN
DI RUMAH SAKIT DAN APOTEK

Dosen Pengampu : Rahmayanti Fitriah S.Farm, M.Ph, Apt

Disusun Oleh :
Kelompok 6

Abdurrahman SF15001
Debby Mauretha Damayanti SF15017
Durratul Baidah SF15019
Mia Audina SF15053
Muridah SF15063
Raudhah SF15077
Selva Amadia SF15089
Shella Yunida Rahman SF15093
Tia Mariati Risma Melati SF15101

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BORNEO LESTARI


PROGRAM STUDI S-1 FARMASI
BANJARBARU
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Yang telah memberikan
kesempatan kepada kami, sehingga tugas makalah Manajemen Pembiayaan
Kesehatan ini dapat terselesaikan dengan waktu yang diharapkan, dimana
makalah ini membahas tentang “Problematika Pelayanan Asuransi Kesehatan di
Rumah Sakit dan Apotek”.
Dengan adanya makalah ini, mudah – mudahan dapat membantu
meningkatkan pengetahuan kita mengenai apa saja problematika asuransi
kesehatan yang di alami baik di Rumah Sakit maupun di Apotek. Kami sangat
menyadari bahwa pembuatan makalah ini masing sangat minim, sehingga saran
serta kritikan dari semua pihak masih kami harapkan untuk perbaikan makalah ini.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini.

Banjarbaru, 02 Mei 2018


Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul .............................................................................................. i


Kata Pengantar.................................................................................................. ii
Daftar Isi .......................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 2

1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 3

1.3 Tujuan ....................................................................................... 3

1.4 Manfaat ..................................................................................... 3

BAB II. PEMBAHASAN ............................................................................... 4


2.1 Definisi ...................................................................................... 4

2.2 Jenis-Jenis Asuransi .................................................................. 5

2.3 Problematika Pelayanan Asuransi di Rumah Sakit .................. 5

2.4 Problematika Pelayanan Asuransi di Apotek ............................ 6

BAB III. PENUTUP ....................................................................................... 8

3.1 Kesimpulan ............................................................................... 8

3.2 Saran .......................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 9

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asuransi merupakan sebuah bisnis yang dapat membantu setiap orang
untuk mendapat jaminan dari setiap resiko yang dihadapi. Namun masyarakat
Indonesia masih termasuk dalam kategori un-insured, karena masyarakat
Indonesia yang memiliki asuransi masih dibawah 1%. Mempunyai kurun waktu
yang panjang, optimisme yang tinggi akan masa depan yang cerah serta kuatnya
tradisi extended family merupakan beberapa kondisi yang membuat industri
asuransi belum berkembang (Kartajaya, 2002).
Asuransi kesehatan adalah suatu sistem pembiayaan yang memberikan
jaminan penggantian sosial dalam menghadapi risiko yang disebabkan oleh
gangguan kesehatan (penyakit) baik penyakit yang dapat disembuhkan dengan
pelayanan rawat jalan maupun perawatan yang lebih intensif atau rawat inap.
Keadaan tersebut sebagai akibat adanya gangguan kesehatan dan menimbulkan
kerugian yang disebabkan pengeluaran biaya untuk pengobatan dan perawatan
serta kerugian akibat hilangnya waktu kerja.
Pemeliharaan kesehatan merupakan kebutuhan bagi setiap orang tanpa
membedakan status sosial ekonomi dan sosial. Saat ini negara-negara berkembang
terus di tekan agar memperhatikan masalah kesehatan yang merupakan hak azasi
manusia, sebagai prioritas dalam pembangunan. Peraturan perundang-undangan
indonesia pun telah mengatur kesehatn ini yang dituangkan dalam Undang-
Undang Dasar ( UUD ) 1945 Pasal 28H “...Setiap orang berhak mendapat
pelayanan kesehatan.
Data Susenas 2004 menyebutkan, penduduk yang sudah mendapatkan
jaminan pelayanan kesehatan baik itu dari pemerintah ( BUMN ) maupun asuransi
komersial adalah 25,4 dari total jumlah pendududk Indonesia. Cakupan program
asuransi kesehatan ini terus berkembang Karena adanya jaminana program
jaminan kesehatan masyarakat miskin dari 18% hingga sekarang sekitar 35% dari
jumlah total penduduk Indonesia( Chusnun, 2007).
Penduduk Indonesia yang kurang dari 225 juta (Bakohumas, 2008),
Membuat Indonesia sebenarnya pasar yang besar untuk asuransi namun karena
2

banyaknya kendala, seperti krisis ekonomi yang sedang dihadapi membuat


persaingan diantara perusahaan asuransi semakin ketat. Akan tetapi karena krisis
ekonomi ini pula membuat banyak dari masyarakat Indonesia yang kian
menyadari pentingnya asuransi kesehatan sebagai tranfers resiko keuangan atau
kejadian sakit yang dialami (Wirasuta , 2013).
Tahun 2014 sudah diberlakukan sistem pelayanan kesehatan berbasis
asuransi. Pelayanan kesehatan dilaksanakan menggunakan sistem pelayanan
berjenjang meliputi pelayanan tingkat I (PPK-I) dan tingkat lanjut(PPK-TL).
PPK-I adalah pelayanan kesehatan tingkat dasar dilayani oleh dokter keluarga,
apoteker/apotek, puskesmas, dan klinik 24 jam sedangkan pada PPK-TL
umumnya dilakukan pada Rumah Sakit Umum Daerah atau Rumah Sakit Umum
Pusat [1]. Penggantian biaya pelayanan oleh PPK-TL akan sistem reimbusment
[2]. Untuk meningkatkan pembiayaan obat yang efektif apoteker dituntut untuk
mengedepatkan praktek pengobatan yang rasional (POR). Peran apoteker di
penyelenggara asuransi sebagai verifikator diharapkan mampu melakukan
auditing praktek asuhan kefarmasian yang diselenggarakan oleh apoteker pemberi
pelayanan, khususnya dalam upaya meningkatkan POR. (Wirasuta , 2013)
Praktek asuhan kefarmasian di rumah sakit ditetapkan berdasarkan
Kepmenkes RI No. 1197/MENKES/SK/X/2004 [3]. Peraturan ini bertujuan
meningkatkan mutu layanan kefarmasian melalui penerapan praktek asuhan
kefarmasian, sehingga dapat memperluas jangkauan fungsi peran apoteker di
rumah sakit dan memberi perlindungan masyarakat dari pelayanan yang tidak
profesional. Peraturan ini juga menuntut apoteker mengutamakan praktek asuhan
kefarmasian yang mengedepankan POR (Wirasuta, 2013).
PT. Askes (Persero) adalah badan usaha milik Negara yang bergerak pada
penyedia layanan asuransi kesehatan. Mengacu pada UU No. 24 tahun 2011
tentang badan penyelenggara janiman sosial (BPJS) menunjuk PT. Askes persero
sebagai pelaksana BPJS-Kesehatan Sistem jaminan kesehatan nasional ini (SJKN)
harus sudah berjalan mulai awal Januari 2014 [1]. Peserta yang harus dilayani
oleh BPJS-Kesehatan mulai 1-Januari 2014 ini adalah: a) Penerima Bantuan Iuran
(PBI) jaminan kesehatan meliputi fakir muskin dan orang tidak mampu sebagai
peserta program jaminan kesehatan, b) anggota TNI/PNS dilingkungan
3

Kementrian Pertahanan dan anggota keluarganya, c) Anggota Polri/PNS di


lingkungan Polri dan anggota keluarganya, d) peserta PT. ASKES dan anggota
keluarganya, e) peserta jaminan pemeliharaan kesehatan perusahan persero
jaminan social tenaga kerja (JAMSOSTEK) dan keluarganya [1]. Meluasnya
jangkauan pelayanan BPJS-Kesehatan akan meningkatkan jumlah nilai
pembiayaan pengobatan. (Wirasuta, 2013)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa saja problematika asuransi kesehatan di Rumah Sakit ?
2. Apa saja problematika asuransi kesehatan di Apotek?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat disimpulkan tujuan
penulisan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui problematika pelayanan asuransi kesehatan di Rumah
Sakit.
2. Untuk mengetahui problematika pelayanan asuransi kesehatan di Apotek.

1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh adalah :
1. Agar dapat mengetahui masalah apa saja yang terjadi dalam pelayanan
asuransi kesehatan terhadap pasien asuransi di Rumah Sakit dan Apotek.
2. Sebagai bahan pengetahuan dan evaluasi bagi instansi terkait agar dapat
memperbaiki sistem pelayanan, kualitas pelayanan dan mengatasi problem
yang ada.
4

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
World Health Assembly (WHA) menggaris bawahi perlunya
pengembangan sistem pembiayaan kesehatan yang menjamin tersedianya
akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan memberikan
perlindungan terhadap risiko keuangan. WHA kemudian mengeluarkan
resolusi yang menyatakan, pembiayaan kesehatan yang berkelanjutan melalui
Universal Health Coverage diselenggarakan melalui mekanisme asuransi
kesehatan sosial. Pemerintah Indonesia mewujudkannya dalam bentuk
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi kesehatan perorangan (Nurtantijo,
2016).
Jaminan Kesehatan Nasional merupakan jaminan sosial wajib bagi
seluruh penduduk Indonesia. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
ditetapkan sebagai penyelenggara dari Jaminan Kesehatan Nasional hal itu
berdasarkan Undang-Undang No.24 Tahun 2011. Banyaknya keluhan yang
terjadi dalam pelaksanaan asuransi kesehatan di Indonesia bukan hanya
berdampak pada pasien namun juga berdampak terhadap keadaan financial
bagi pengelola kesehatan yang bekerjasama dengan pihak asuransi kesehatan
atau BPJS tersebut.
Banyak peserta, khususnya yang berpenyakit kronis, mengeluhkan obat
yang mereka terima hanya untuk konsumsi 3-7 hari, padahal sebelumnya
peserta bisa memperoleh obat untuk 30 hari. Direktur Pelayanan BPJS
Kesehatan, Fajriadinur, mengatakan masalah ini berkaitan dengan pola
pembayaran BPJS Kesehatan ke fasilitas kesehatan rujukan yang belum
mengakomodasi penyakit kronis tertentu. Dalam beberapa kasus yang terjadi,
obat yang dibutuhkan tidak tersedia dan peserta BPJS harus menunggu
beberapa hari bahkan beberapa minggu untuk mengambil obatnya. Hal ini
menjadi masalah bagi peserta BPJS baik dari segi kenyamanan maupun segi
finansial apalagi kalau tempat tinggal peserta jauh dari apotek sehingga
peserta perlu mengeluarkan uang lebih untuk transport. Banyak peserta BPJS
yang mempertanyakan ketersediaan obat JKN di apotek rujukan. Sementara
5

itu belum diketahui adanya data ketersediaan obat BPJS di apotek-apotek


tersebut
2.2 Jenis – Jenis Asuransi
1) Asuransi angkatan bersenjata RI (ASABRI)
Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia atau
disingkat ASABRI , adalah sebuah BUMN yang bergerak
dibidang Asuransi Sosial dan pembayaran pensiun khusus untuk
Prajurit TNI, Anggota Polri, PNS Kementerian Pertahanan Republik
Indonesia dan POLRI.
2) Asuransi Kesehatan (ASKES)
Asuransi kesehatan adalah sebuah jenis produk asuransi yang
secara khusus menjamin biaya kesehatan atau perawatan para anggota
asuransi tersebut jika mereka jatuh sakit atau mengalami kecelakaan.
3) Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)
Jaminan Sosial Tenaga Keja adalah suatu perlindungan bagi tenaga
kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai penggantian sebagian
dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat
peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa keelakaan
kerja, sakit, bersalin, hari tua, an meninggal dunia.
4) Tabungan Asuransi Pegawai (TASPEN)
TASPEN (Asuransi Pensiun) adalah Badan Usaha Milik Negara
Indonesia (BUMN) yang bergerak di bidang asuransi tabungan hari tua
dan dana pensiun Pegawai Negeri Sipil (PNS).
2.3 Problematika Pelayanan Asuransi di Rumah sakit
a. Kurang baiknya pelayanan
b. Keluhan tentang obat
c. Lamanya menunggu mendapat pelayanan
d. Petugas yang kurang ramah
e. dokter tidak dapat memberikan pengobatan optimal karena adanya batasan
dari perusahaan asuransi
6

2.4 Problema Pelayanan Asuransi di Apotek


Menurut hasil penelitian (Nurtantijo, 2016) menyatakan bahwa masalah
yang timbul karna adanya asuransi kesehatan diapotek berupa :
a) Perubahan Sistem; Perubahan sistem yang terjadi merupakan perubahan
sistem pembiayaan kesehatan. Perubahan ini tidak didukung dengan
persiapan yang matang dari berbagai aspek. Ketidak siapan dalam
perubahan ini memicu pelaksanaan yang tidak efektif dan efisien
b) Ketidak sesuaian; Hal pertama yang muncul saat ada perubahan adalah
penolakan (resistance). Penolakan ini muncul dalam berbagai bentuk,
antara lain ketidak sesuaian dan ketidak harmonisan.
 Regulasi; peraturan yang diberikan BPJS dinilai kurang jelas dan
tidak bertanggung jawab.
 Pengadaan Obat; Apotek rujukan atau jejaring berkewajiban
menyediakan obat-obat formularium nasional (fornas) untuk
keperluan pasien BPJS ini. Pengadaan obat oleh apotek dilakukan
melalui e-purchasing berdasarkan e-catalogue dari Industri Farmasi
pemenang tender melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF). Harga
obat e-catalogue ini jauh lebih murah dibandingkan harga obat
Askes atau normal.
 Manajemen; Perubahan sistem memaksa adanya perubahan
manajemen. Selain membentuk manajemen baru berupa Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial, terjadi perubahan manajemen di
apotek.
 Sosialisasi; sosialisasi yang dilakukan BPJS dinilai masih belum
cukup untuk memberikan informasi kepada semua pihak.
 Penyimpangan Tujuan; Ketersediaan obat tidak tersedianya obat dari
penyedia menyebabkan tidak tersedianya obat dengan harga khusus
pasien JKN. Secara teknis, obat tersedia di stok apotek, tetapi bukan
dari penyedia pemenang tender sehingga harganya berbeda. Selisih
harga
c) Kurangnya rasa tanggung jawab tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada peserta asuransi, seharusnya dokter
7

memberikan pelayanan pada pasien dengan baik sehingga ada rasa


nyaman dan kemudahan bagi pasien yang berkunjung. Penyediaan obat-
obatan yang tidak lengkap, sehingga peserta asuransi terpaksa membeli
sendiri di apotik dengan menggunakan uang sendiri, pada hal obat itu
harusnya ditanggung oleh perusahaan asuransi dapat menyebabkan
kerugian jika obat tersebut digunakan untuk peserta JKN.
8

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah dimana pelayanan asuransi
kesehatan di Indonesia tidak lepas dari berbagai permasalahan yang ada,
permasalahan tersebut terjadi pada setiap aspek baik bagi masyarakat maupun
instansi kesehatan (Apotek, Rumah Sakit dan Klinik). Berbagai pemasalahan yang
terjadi di apotek maupun di rumah sakit, pada dasarnya sama namun berbeda dari
segi cakupannya saja.

3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunnya dapat di pertanggung
jawabkan.
9

DAFTAR PUSTAKA

Chusnun . 2007. Efisiensi Layanan Kesehatan, http//:www.pamjaki.org.Diakses


tanggal 25 April 2018.
Kertajaya, Herman. 2002. MarckPlus On Strategy: 12 Tahun Perjalanan
MarckPlus & Co Membangun Strategy Perusahaan. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Nurtantijo, Aditya .N, Kuswinarti, Deni Kurniadi .S. 2016. Analisis Ketersediaan
Obat pada era Jaminan Kesehatan Nasional di Apotek Wilayah
Bojonegara Kotamadya Bandung Tahun 2015. JSK. Vol 1 No 4
Wirasuta, I Made A.G, Made Gede Praditya P, Ni Made Pitri Susanti. 2013.
Praktek Pelayanan Kefarmasian Pada Rawat Inap-Pt Askes Di Unit
Loket Askes -Ifrs -Rs Wangaya. Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia. Vol
3(1 ): Hal 11-13.

Anda mungkin juga menyukai