Disusun oleh:
Kelompok 4
Upi Almasari 101411535002
Yogi Yhuwono 101411535004
Ogis Mega Pratiwi 101411535006
Febriani Nurul kholifah 101411535024
Desy Tri Wulansari 101411535030
Muhammad Yustia Vandana 101411535034
Masrul Rodliyah 101411535041
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
BANYUWANGI
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan kepada Allah SWT. karena atas limpahan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ” Asuransi
Kesehatan dan Manage Care” dengan lancar.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Ekonomi Kesehatan. Tidak lupa Kami ucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Thinni Nurulrochmah selaku dosen pengajar mata kuliah Ekonomi
Kesehatan
2. Keduaorang tua yang telah memberikan do’a, dukungan, dansemangat
dalam pembuatan makalah ini
3. Dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
4.2 Saran........................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................42
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perbedaan Asuransi dan Asuransi Kesehatan......................................13
Tabel 1.2 Perbedaan Antara Asuransi Sosial dan Asuransi Komersial.................14
Tabel 1.3 Perbedaan Asuransi Sosial dan Asuransi Komersial.............................17
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR ISTILAH
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
jonsumen yang menghendaki pelayanan sebaik mungkin juga dalam memperoleh
rasa aman, keadaan ini membawa kecenderungan diabaikannya perhitungan-
perhitungan ekonomi, cost efficiency, dan lain-lain. Karena itu, tak jarang
pelayanan kesehatan dianggap semata-mata bersifat konsumtif, tanpa
mempedulikan aspek untung-rugi. Oleh karena itu masih dibutuhkan banyak
penjelasan dalam mencapai pemahaman mengenai implementasi Manage Care.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan manfaat dan cara implementasi Manage Care dan
asuransi dibidang kesehatan masyarakat.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Menjelaskan definisi Manage Care dan asuransi
1.3.2.2 Menjelaskan prinsip-prinsip asuransi
1.3.2.3 Menjelaskan perbedaan asurans, asuransi kesehatan, asuransi
komersial, dan asuransi sosial.
1.3.2.4 Menjelaskan perbedaan asuransi kesehatan di Indonesia dan
luar negeri.
1.3.2.5 Menjelaskan ciri dan teknik-teknik Manage Care
1.3.2.6 Menjelaskan mekanisme pembayaran provider
2
1.3.2.7 Menjelaskan pengimplementasian Manage Care di
Indonesia menurut UU SJSN dan UU BPJS
1.4 Manfaat
1.4.1 Sebagai bahan dalam memberikan sumbangan pemikiran pada
mahasiswa dalam meningkatan pengetahuan mengenai Manage Care
dan asuransi.
1.4.2 Mahasiswa bisa memahami teknik dan implementasi Manage Care
berdasar UU SJSN dan UU BPJS.
1.4.3 Mahasiswa bisa memahami perbedaan berbagai macam asuransi yang
ada dan pengimplementasiannya.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
4
5. Pemegang Polis : Orang atau Badan Hukum yang mengadakan perjanjian
Asuransi Jiwa dengan penanggung atas jiwa tertanggung seperti yang
tercantum dalam data polis.
6. Premi : Sejumlah uang yang disetujui Pemegang Polis untuk dibayarkan
kepada Penanggung sebagaimana tercantum dalam data polis yang
memuat komponen-komponen biaya-biaya dan Dana Investasi.
7. Adanya kerugian, kerusakan atau kehilangan
8. Adanya peristiwa tertentu yang mungkin akan terjadi
5
Uncertainty adalah peristiwa tidak pasti adalah peristiwa terhadap
mana asuransi diadakan, tidak dapat dipastikan terjadi dan tidak
diharapkan akan terjadi.
3. Keadilan
Akses pelayanan kesehatan yang adil menggunakan prinsip keadilan
vertikal. Prinsip keadilan vertikal menegaskan, kontribusi warga dalam
pembiayaan kesehatan ditentukan berdasarkan kemampuan membayar
(ability to pay), bukan berdasarkan kondisi kesehatan/ kesakitan seorang.
4. Konsep The Law Of Large Numbers (Konsep Bilangan Besar)
Asuransi membutuhkan peserta dalam jumlah yang besar, agar risiko
dapat didistribusikan secara merata dan luas serta dikurangi secara efektif.
5. Pengelompokan Resiko
Pengelompokan resiko atau biasa disebut berbagi kerugian dilakukan
dengan cara menyebar resiko atau berbagi kemungkinan kerugian,
sekelompok besar orang dapat mengganti biaya yang kecil untuk
mengganti resiko yang tidak diketahui pasti.
6. Insurable interest (Prinsip kepentingan).
Prinsip kepentingan menegaskan bahwa orang yang menutup
asuransi harus mempunyai kepentingan (interest) atas harta benda yang
dapat diasuransikan (insurable). Jadi pada hakekatnya yang diasurnsikan
bukanlah harta benda itu, tetapi kepentingan tertanggung atas harta benda
tersebut.
Selain itu, agar kepentingan itu dapat diasuransikan (insurable
interest), kepentingan itu harus legal dan patut (legal and equitable). Untuk
membuktikan legal atau tidak, dibuktikan dengan surat-surat resmi
(otentik) dari harta yang bersangkutan.
6. Utmost good faith (Prinsip Itikad baik)
Utmost good faith secara sederhana bisa diterjemahkan sebagai “niatan
baik”. Dalam hal ini, hal yang dimaksud adalah dalam menetapkan
kontrak atau persetujuan, sudah seharusnya dilakukan semata-mata
berlandaskan dengan niatan baik. Dengan demikian, tidak dibenarkan jika
kemudahan baik dari pihak tertanggung maupun penanggung
6
menyembunyikan suatu fakta yang bisa mengakibatkan timbulnya
kerugian bagi salah satu pihak diantara keduanya.
7. Indemnity (Prinsip Jaminan)
Dengan adanya insurable interest yang legal dan patut, maka
sebagai konsekuensinya adalah jaminan (indemnity) dari pihak
penanggung bahwa penanggung akan memberikan ganti rugi bila
tertanggung benar-benar menderita kerugian atas insurable interest itu,
yang disebabkan oleh peristiwa yang tidak diduga sebelumnya.
Prinsip indemnity atau ganti rugi terdiri dari subrogation
(subrogasi) dan contribution (kontribusi). Berikut ini penjelasan kedua hal
tersebut.
1. Surogation (Subrogasi)
Subrogation atau subrogasi, pada prinsipnya, merupakan hak
penanggung selaku pihak yang telah memberikan ganti rugi kepada
pihak tertanggung, dimana dalam hal ini penanggung memiliki hak
untuk menuntut pihak lain yang mengakibatkan kepentingan
asuransinya mengalami suatu peristiwa yang tidak diinginkan
sehingga mengakibatkan kerugian. Dengan adanya prinsip semacam
ini, maka pada saat bersamaan, pihak tertanggung tidak
memungkinkan untuk memperoleh biaya ganti rugi melebihi kerugian
yang dialami atau dideritanya.
2. Contribution (Kontribusi)
Contribution merupakan suatu prinsip di mana penanggung berhak
mengajak penanggung-penanggung lain yang memiliki kepentingan
yang sama untuk ikut bersama membayar ganti rugi kepada seseorang
tertanggung, meskipun jumlah tanggungan masing-masing
penanggung belum tentu besarnya.
8. Prinsip trustful (Kepercayaan)
Dalam asuransi, kepercayaan (trustfull) dari penanggung mendapat
tempat terhormat dalam setiap penutupan asuransi. Bila tidak ada
kepercayaan dari pihak penanggung, maka bisnis asuransi akan mengalami
kegagalan.
7
9. Proximate cause
Proximate cause merupakan suatu sebab aktif, efisien, yang
memicu terjadinya suatu peristiwa secara berantai tanpa adanya intervensi
oleh suatu kekuatan lain. Dalam konteks ini, tertanggung penting untuk
memahami betul terkait dengan hubungan antara risiko yang merupakan
bagian yang termuat atau dijamin oleh polis. Berpijak pada prinsip
semacam ini, dalam suatu peristiwa yang tidak diinginkan apabila benar-
benar terjadi maka yang akan ditelisik secara lebih mendalam dahulu
adalah masalah dari rentetan peristiwa tersebut hingga pada akhir peristiwa
itu.
2.2.2 Prinsip sistem jaminan kesehatan nasional
JaminanKesehatanNasionalmengacupadaprinsip-
prinsipSistemJaminanSosialNasional (SJSN) berikut:
1. Prinsip kegotongroyongan
Prinsip kegotongroyongan adalah prinsip kebersamaan antar peserta
dalam menanggung beban biaya Jaminan Sosial, yang diwujudkan
dengan kewajiban setiap Peserta membayar Iuran sesuai dengan
tingkat Gaji, Upah, atau penghasilannya. Dalam SJSN, prinsip
gotong royong berarti peserta yang mampu membantu peserta yang
kurang mampu, peserta yang sehat membantu yang sakit atau yang
berisiko tinggi, dan peserta yang sehat membantu yang sakit.
2. Prinsip nirlaba
Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented).
Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya
kepentingan peserta.
3. Keterbukaan
Prinsip keterbukaan adalah prinsip mempermudah akses informasi
yang lengkap, benar, dan jelas bagi setiap peserta.
4. Kehati-hatian
Prinsip kehati-hatian adalah prinsip pengelolaan dana secara cermat,
teliti, aman, dan tertib.
5. Akuntabilitas
8
Prinsip akuntabilitas adalah prinsip pelaksanaan program dan
pengelolaan keuangan yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan.
6. Prinsip portabilitas
Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan
jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka
berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
7. Prinsip kepesertaan bersifat wajib
Prinsip kepesertaan bersifat wajib adalah prinsip yang mengharuskan
seluruh penduduk menjadi Peserta Jaminan Sosial, yang
dilaksanakan secara bertahap.
8. Prinsip dana amanat
Prinsip dana amanat adalah bahwa Iuran dan hasil
pengembangannya merupakan dana titipan dari peserta untuk
digunakan sebaik-baiknya bagi kepentingan peserta dalam rangka
mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.
9. Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial
Dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk
sebesar-besar kepentingan peserta.
9
BAB III
PEMBAHASAN
10
Indemnity adalah kompensasi finansiil yang pasti yang cukup
menempatkan tertanggung dalam posisi keuangan tertanggung sesudah
kerugian sebagaimana yang dialami segera sebelum peristiwanya terjadi
5. Subrogation
Subrogration merupakan pendukung konsep indemnity karena
subrogasi mencegah tertanggung untuk mendapatkan recovery lebih dari
kerugian yang dideritanya. Hal yang mendasar adalah bahwa tertanggung
berhak atas indemnity tapi tidak boleh lebih dari itu.
6. Contribution
Memfokuskan pada proporsi tanggung jawab penanggung yang
bertanggung jawab atas peril atau subject matter of insurance yang sama,
dalam hal terjadi double insurance sehingga tertanggung tidak
mendapatkan indemnitu lebih dari erugian yang diderita. Hal yang pokok
disini adalah bila penanggung telah membayar ganti rugi penuh,
penanggung dapat menutup kerugiannya dari penanggung lain dengan
proporsi yang seimbang.
11
1. Rasa aman dan perlindungan
Polis asuransi yang dimiliki oleh tertanggung akan memberikan rasa
aman dari resiko atau kerugian yang mungkin timbul.
2. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil
Prinsip keadilan harus diperhitugkan dengan matang untuk menenukan
nilai pertanggungan dan premi yang harus ditanggung oleh pemegang
polis.
3. Polis asuransi dapat dijadikan jaminan untuk memperoleh kredit
4. Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan
Premi yang dibayarkan tiap periode mempunyai substansi yang sama
dengan tabungan.
5. Alat penyebaran resiko
Resiko yang seharusnya bebankan pada tertanggung ikut dibebankan
juga penanggung dengan imbalan sejumlah premi tertentu yang
didasarkan atas nilai pertanggungan.
6. Membantu meningkatkan kegiatan usaha.
2. Asuransi Kesehatan
Definisi Asuransi Kesehatan/ Health Insurance : “The payment for
the excepted costs of a group resulting from medical utilization based on
the excepted expense incurred by the group. The payment can be based on
community or experience rating” (Jacobs P, 1997).
Definisi di atas ada beberapa kata kunci yaitu :
1. Ada pembayaran, yang dalam istilah ekonomi ada suatu transaksi
dengan pengeluaran sejumlah uang yang disebut premi.
2. Ada biaya, yang diharapkan harus dikeluarkan karena penggunaan
pelayanan medik.
3. Pelayanan medik tersebut didasarkan pada bencana yang mungkin
terjadi yaitu sakit.
4. Keadaan sakit merupakan sesuatu yang tidak pasti (uncertainty), tidak
teratur dan mungkin jarang terjadi. Tetapi bila peristiwa tersebut
benar-benar terjadi, implikasi biaya pengobatan dapat demikian besar
12
dan membebani ekonomi rumah tangga. Kejadian sakit yang
mengakibatkan bencana ekonomi bagi pasien atau keluarganya biasa
disebut catastrophic illness.(Murti B. 2000).
Perbedaan yang jelas terdapat pada barang atau jasa yang dijadikan
penanggungan. Pada perusahaan asuransi umum menyediakan penggantian
terhadap barang yang hilang, rusak, dicuri, atau sesuatu yang merugikan
13
dirinya. Penggantian tersebut dilakukan dengan mengklaim kejadian
merugikan yang dialami pihak tertanggung kepada perusahaan asuransi.
Sedangkan pada asuransi kesehatan, perusahaan menjamin kesehatan
peserta asuransi ketika mengalami sakit atau masalah kesehatan. Tidak hanya
itu, untuk pemeliharaan kesehatan pun terjangkau oleh asuransi kesehatan dan
dibiayai oleh perusahaan tersebut, namun tidak seluruh biaya pengobatan
ditanggung oleh perusahaan asuransi kesehatan karena sebagian biaya obat
tetap dikenakan kepada peserta asuransi kesehatan.
14
sosial merupakan keberlanjutan dari berkembangnya asuransi yang
mulanya bersifat komersial.
1.1 Keuntungan Asuransi Sosial
1. Biaya kesehatan lebih ringan
2. Mutu dan biaya mudah diatur
3. Kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh penduduk
4. Kepastian pembiayaan yankes berkelanjutan
5. Manfaat yankes yang komprehensif (promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif)
6. Peserta tetap mendapatkan jaminan meskipun berpindah tempat
atau bekerja dalam wilayah NKRI
1.3 Pembiayaan
Pembiayaan pada asuransi sosial yakni dengan iuran sejumlah uang
yang dibayar oleh peserta, pemberi iuran, atau pemerintah untuk
program jaminan kesehatan. Macam iuran dibedakan menjadi
beberapa klasifikasi sebagai berikut:
1. Peserta PBI (Peserta Bebas Iuran) dibayarkan oleh pemerintah
2. Peserta Penerima Upah dibayar oleh pemberi kerja
3. Peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja
dibayar oleh peserta yang bersangkutan
15
Sumber: Jaminan Kesehatan Nasional
Gambar 1.1 Alur Pembayaran Iuran Asuransi
2. Asuransi Komersial
Asuransi komersial pada prinsipnya hampir sama dengan asuransi
lainnya namun pada mekanisme kerja dan sifat ada perbedaan seperti
yang telah disebutkan di atas.
Pada perkembangannya asuransi komersial yang dijual oleh
perusahaan asuransi sebelum tahun 1992 tidak berkembang pesat karena
landasan hukum yang tidak terlalu jelas. Asuransi kesehatan komersial
juga umumnya dijual sebagai produk tumpangan (rider ) saat itu. Setelah
tahun 1992 sampai sekarang dan sudah diatur dalam Undang-undang
Nomor 2 Tahun 1992 tentang asuransi bahwa perusahaan asuransi jiwa
boleh menjual produk asuransi kesehatan.
Sampai saat ini cakupan Asuransi Komersial pada rumah sakit
sudah meluas dikarenakan rumah sakit pemerintah maupun swasta telah
bekerjasama dengan perusahaan asuransi swasta, serta regulasi yang jelas
yakni Regulasi Health Insurance yang telah dilaporkan pada bank dunia
pada tahun 1993. Hal ini menjadikan prinsip dari Asuransi Komersial.
Adapun kelebihan dan kekurangan Asuransi Komersial menurut
Caraklaim.com yang berjudul Asuransi Komersial Jaminan untuk
Kesehatan sebagai berikut:
Kelebihan:
16
1. Pihak penyelenggara tidak terbatas
2. Manajemen responsif dan kreatif
3. Memiliki pelayanan yang bervariasi
4. Kepuasan peserta tinggi karena manfaat yang diberikan sesuai
pilihan peserta
Kekurangan:
1. Subsidi silang tidak terlalu luas karena sukarela
2. Tidak mencakup semua penduduk/kurang universal
3. Besarnya premi tinggi
4. Biaya administrasi mahal dan administrasi rumit
5. Adakalanya menimbulkan moral hazard
6. Biaya tinggi untuk promosi dan pemasaran produk
17
Asuransi ini merupakan gabungan dari perusahaan bank Mandiri dengan
perusahaan AXA Group dengan visa AXA Mandiri dalam menyediakan
solusi kesehatan pada nasabahnya
2. Asuransi Manulife
Jenis Asuransi ini merupakan asuransi yang dipimpin oleh Manulife
Financial dan merupakan perusahaan Asuransi terbesar di dunia
3. Asuransi Prudential Indonesia
4. Asuransi AIA
Perusahaan AIA merupakan perusahaan ternama di Indonesia dan
perusahaan ini telah terdaftar dan diawasi oleh otoritas jasa keuangan.
5. Allianz
Berdiri sejak 1981 di Indonesia, perusahaan Allianz bergerak pada bidang
asuransi jiwa, kesehatan dan dana pensiun
18
Tingkat Badan Pembuat Badan
Responsibilities
Pemerintah keputusan/Legislatif Eksekutif
Kesehatan dan Menyetujui ekspansi
Sosial kapasitas
Anggaran dan perencanaan
Manajemen informasi
Desain kebijakan
19
Tingkat Badan Pembuat Badan
Responsibilities
Pemerintah keputusan/Legislatif Eksekutif
kesehatan dan sosial
20
regional yang dimiliki oleh pemerintah pusat. perawatan gigi masih
merupakan bagian dari tanggung jawab di wilayah ini. Sistem
perawatan kesehatan sebagian besar milik publik, meskipun ada
beberapa kontrak dengan lembaga-lembaga swasta
1.2 Pembiayaan Kesehatan di Norwegia
Sistem pelayanan kesehatan di Norwegia (Van Den Noord,1998)
sebagian besar didanai oleh publik (pemerintah), sedangkan asuransi
kesehatan swasta, yang mencakup spesifik kategori dari individu atau
kelompok, dan menetapkan premi atas dasar karakteristik risiko
mereka, hampir tidak ada di Norwegia. Sistem perawatan kesehatan
Norwegia utamanya dibiayai melalui pajak yang diperoleh pada
tingkat kota, provinsi dan pusat. Pemerintah pusat menyediakan grant
(bantuan hibah) kepada propinsi untuk pembiayaan sejumlah besar
dari sektor rumah sakit. Kotamadya juga menerima grant dari otoritas
pusat, dan sebagian besar mendanai sistem pemeliharaan kesehatan
primer.
Sejak tahun 1980, block grant dari pemerintah pusat kepada dewan
kabupaten untuk pembiayaan rumah sakit telah ditetapkan secara
tahunan berdasarkan kriteria seperti pendapatan per kapita kabupaten,
komposisi usia dari populasi dan kepadatan populasi (selanjutnya
tingkatan pendanaan berdasarkan biaya historis dari rumah sakit).
Pembiayaan perawatan primer pada pelayanan kesehatan kotamadya
dibiayai melalui kombinasi hibah dari pemerintah daerah, reimburse
oleh National Insurance Scheme (NIS) untuk penyediaan jasa dan
pembayaran out of pocket oleh para pasien.
Sistem pembiayaan rumah sakit propinsi (termasuk rumah sakit
universitas dan rumah sakit yang dimiliki oleh organisasi non profit)
dibagi menjadi tiga tingkatan (Van Den Noord,1998) yaitu:
1. Dewan daerah membiayai rumah sakit dalam jumlah besar, pada
gilirannya, didanai oleh hasil dan block grants yang diterima dari
pemerintah pusat;
21
2. Kontribusi dari NIS dan otoritas pendidikan untuk masing-masing,
rawat jalan (rawat jalan) perawatan dan layanan pengajaran
3. Hibah earmarked disediakan oleh pusat.
4. Untuk rumah sakit swasta komersil dibiayai oleh pembayaran
kembali pasien tersebut, reimburse oleh NIS dan hibah
berdasarkan kontrak dari kabupaten.
22
memberikan arahan strategis, sumber daya mengamankan, menetapan
standar nasional dan berinvestasi di layanan tersebut.
3. Arm’s Length Bodies/ ALB
ALB adalah organisasi independen, yang disponsori oleh DH untuk
menjalankan fungsi eksekutif. Mereka bertanggung jawab kepada DC
dan kadang-kadang ke Parlemen, bervariasi dalam ukuran dan jenis
pekerjaan yang mereka lakukan.
4. Strategis Health Authorities (SHA)
Strategis Health Authorities (SHA) diciptakan untuk mengelola NHS di
tingkat lokal dan bertindak sebagai sebuah link kembali ke DH tersebut.
Peran SHA adalah untuk mendukung upaya pelayanan kesehatan
setempat dalam meningkatkan kinerja; mengintegrasikan prioritas
nasional ke dalam rencana pelayanan kesehatan lokal, dan
menyelesaikan setiap konflik yang tidak dapat diselesaikan antara
organisasi NHS lokal. SHA juga memonitor kinerja PCT dan
memastikan bahwa mereka memenuhi target
5. Primary Care Trust (PCT)
Terdapat 303 PCT di Inggris, masing-masing dibebankan dengan
perencanaan, mengamankan dan meningkatkan dasar dan layanan
kesehatan masyarakat di daerah mereka. Mereka bekerja sama dengan
pasien, masyarakat, praktek dokter umum dan mitra untuk memberikan
layanan kesehatan.
6. NHS Trust
NHS Trust menggunakan sebagian besar tenaga kerja pelayanan
kesehatan. Mereka memperoleh sebagian besar pendapatan mereka
melalui perjanjian tingkat layanan dengan PCT lokal mereka pada
pembayaran dengan dasar hasil. Kepercayaan yang melebihi ekspektasi
kontrak akan menerima lebih banyak dana. Jenis utama dari trust adalah
sebagai berikut: perawatan akut, perawatan kesehatan mental,
ambulans, dan anak-anak.
7. Representasi Pasien
23
Komisi untuk pasien dan keterlibatan masyarakat dalam kesehatan
merupakan badan independen, yang disponsori DH itu. Didirikan pada
Januari 2003, untuk memastikan bahwa masyarakat yang terlibat dalam
pengambilan keputusan kesehatan bahasa Inggris, dan memberi nasihat
kepada pemerintah dan badan nasional mengenai isu-isu keterlibatan
publik.
Parliament
Department of Health
24
rahang, dsb.), dialisis; obat-obatan dan saus untuk luar-pasien atau dibawa
pulang digunakan; obat eksperimental dan pengobatan; penglihatan, HRT
dan tulang densitometri, kesulitan belajar, masalah perilaku dan
perkembangan; perawatan di luar negeri dan repatriasi, bantuan secara
fisik dan perangkat; kondisi yang telah ada atau khusus; masalah tidur
kehamilan dan melahirkan; skrining dan pengobatan pencegahan, dan
gangguan, gangguan bicara, bantuan sementara dari gejala.
Pada tahun 2009, badan perwakilan utama dari dokter British
Medical, British Medical Association, mengadopsi pernyataan kebijakan
mengungkapkan kekhawatiran tentang pembangunan di pasar asuransi
kesehatan di Inggris atas kebijakan beberapa perusahaan asuransi
kesehatan swasta yang mencegah atau membatasi pilihan pasien tentang:
1. konsultan yang merawat mereka,
2. rumah sakit di mana mereka dirawat dan
3. melakukan top up pembayaran untuk menutup kesenjangan antara
dana yang disediakan oleh perusahaan asuransi dan biaya perawatan
yang dipilih pribadi mereka.
Sistem NHS menawarkan pasien suatu pilihan rumah sakit dan
konsultan dan tidak membebankan biaya atas layanannya tersebut.
Sektor swasta telah digunakan untuk meningkatkan kapasitas NHS
meskipun sebagian besar publik Inggris menentang keterlibatan tersebut.
Berdasarkan World Health Organization, pendanaan pemerintah
mencakup 86% dari pengeluaran kesehatan keseluruhan di Inggris pada
2004, dengan pengeluaran swasta mencakup 14% sisanya.
25
Peserta wajib membayar iuran JKN secara teratur dan terus-menerus
hingga akhir hayat.
Peserta JKN terbagi atas dua kelompok utama, yaitu Penerima
Bantuan Iuran dan Bukan Penerima Bantuan Iuran. Penerima Bantuan
Iuran mendapatkan subsidi iuran JKN dari Pemerintah. Bukan Penerima
Bantuan Iuran wajib membayar iuran JKN oleh dirinya sendiri atau
bersama-sama dengan majikannya.
BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program jaminan sosial kesehatan. BPJS Kesehatan
dibentuk dengan UU No. 40 Tahun 2004 Tentang SJSN dan UU No. 24
Tahun 2011 Tentang BPJS. BPJS Kesehatan berbadan hukum publik yang
bertanggungjawab langsung kepada Presiden. BPJS Kesehatan
berkedudukan dan berkantor pusat di ibu kota Negara RI. BPJS Kesehatan
memiliki kantor perwakilan di provinsi dan kantor cabang di
kabupaten/kota.
2.1.1Pengumpulan Iuran dan Pemusatan Dana
Program JKN mewajibkan seluruh penduduk untuk mendaftar
menjadi peserta JKN dan membayar iuran berkala sepanjang tahun
kepada badan penyelenggara yang bernama BPJS Kesehatan.
Kepesertaan wajib dan besaran iuran diatur dalam peraturan
perundangan jaminan sosial, yaitu UU SJSN dan peraturan
pelaksanaannya, antara lain PerPres JK.
BPJS Kesehatan wajib menerima pendaftaran penduduk tanpa
kecuali, dan ia tidak diperbolehkan bersikap diskriminatif. BPJS
Kesehatan wajib pula menerima pendaftaran orang miskin dan tidak
mampu. BPJS Kesehatan menerbitkan identitas tunggal untuk setiap
penduduk dan mengelola data kepesertaan peserta sepanjang usia
Peserta.
Khusus untuk penduduk miskin dan tidak mampu, Pemerintah
mengambil alih kewajiban mendaftarkan, mengiur dan membayarkan
iuran JKN yang menjadi beban orang miskin dan tidak mampu kepada
BPJS Kesehatan. Sumber dana subsidi ini berasal dari pendapatan
26
Negara, yang salah satu di antaranya bersumber dari pajak penghasilan
penduduk mampu.
Dengan cara ini, Program JKN mewajibkan penduduk untuk
mengalihkan risiko finansial yang akan terjadi akibat sakit kepada
BPJS Kesehatan sepanjang mereka terdaftar sebagai Peserta dan
memenuhi kewajiban membayar iuran. Bagi pekerja yang menerima
upah, besaran iuran dihitung berdasarkan besaran pendapatan dan tidak
tergantung pada risiko sakit seseorang. Peserta yang berpendapatan
tinggi akan membayar lebih besar daripada mereka yang
berpendapatan rendah. Peserta yang sakit akan memanfaatkan
pelayanan yang lebih banyak daripada mereka yang sehat, tanpa
dibebani kewajiban membayar iuran lebih besar.
Bagi pekerja yang tidak menerima upah, terdapat tiga pilihan
besaran iuran sesuai dengan kelas perawatan di rumah sakit. Para
pekerja ini bebas memilih besaran iuran JKN. Ketentuan ini bersifat
transisional. Di masa yang akan datang, besaran iuran kelompok
pekerja ini akan dihitung sesuai dengan besaran pendapatan dan ruang
perawatan rumah sakit akan diberlakukan sama bagi seluruh Peserta.
Besaran iuran wajib yang sesuai dengan besaran pendapatan dan tidak
dipengaruhi oleh risiko sakit, menciptakan redistribusi pendapatan dari
mereka yang berpendapatan tinggi kepada mereka yang berpendapatan
rendah, serta dari mereka yang sehat kepada mereka yang sakit.
Dengan ketentuan iuran tersebut, tercipta gotong-royong di
antara Peserta JKN, yang merupakan salah satu prinsip utama SJSN
dan JKN. BPJS Kesehatan bertanggung jawab atas ketersediaan dana
JKN, sehingga UU SJSN memberi kewenangan kepada BPJS
Kesehatan untuk menegakkan kepatuhan Peserta supaya mereka
membayar iuran dengan tepat jumlah dan tepat waktu. Untuk
menegakkan kepatuhan Peserta, BPJS Kesehatan berwenang untuk
1. Menagih pembayaran iuran
2. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan
27
3. Mengenakan sanksi administratif kepada Pekerja atau Pemberi
Kerja yang lalai
4. Melaporkan pemberi kerja yang lalai kepada instansi yang
berwenang
28
lanjutan, yaitu di Rumah Sakit. Setelah penanganan di Fasilitas
Kesehatan tingkat lanjut selesai, Peserta akan dirujuk kembali ke
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Tata cara pelayanan kesehatan
yang terstruktur, berjenjang dan terintegrasi tersebut bertujuan untuk
memberikan kesinambungan pelayanan kesehatan bagi Peserta JKN
secara efisien dan efektif.
BPJS Kesehatan memantau dan memelihara jaringan fasilitas
kesehatan dengan cara memonitor dan mengevaluasi implementasi
perjanjian kerjasama/kontrak, melaksanakan kajian pemanfaatan
pelayanan (utilization review), melakukan seleksi ulang saat
perpanjangan kontrak (recredentialing).
29
3. Menggunakan tenaga dokter pelayanan primer dan provider lainnya
untuk melayani pasien
4. Menggiring pasien kepada provider yang efisien dan bermutu tinggi
5. Program perbaikan mutu
6. Sistem pembayaran yang membuat para dokter, rumah sakit, dan
provider lainny akuntabel baik biaya maupun kualitas pelayanan
kesehatan
Ada beberapa ciri Managed Care yaitu (Djuhaeni, 2007):
1. `Kontrol utilisasi yang ketat sesuai mekanisme kontrak.
2. Monitoring dan kontrol pelayanan yang diberikan.
3. Memakai dokter umum dan tenaga medik lainnya untuk mengelola
pasien.
4. Menciptakan layanan kesehatan yang sesuai dengan standar yang
ditetapkan.
5. Ada program perbaikan kualitas.
6. Sistem reimburse yang membuat sarana pelayanan kesehatan (dokter,
puskesmas, rumah sakit dll) dapat mempertanggungjawabkan biaya dan
kualitas layanan kesehatan.
Faktor utama dalam managed care antara lain (Djuhaeni, 2007):
1. Mengelola pembiayaan dan pemberian jasa pelayanan kesehatan.
2. Menggunakan teknik kendali biaya.
3. Membagi risiko keuangan antara provider dan badan asuransi.
30
1. Pembayaran premi didasarkan pada perhitungan kapitasi. Kapitasi
adalah pembayaran terhadap penyelenggara pelayanan kesehatan
berdasarkan jumlah sasaran anggota, biasanya didasarkan atas konsep
wilayah dan bukan berdasarkan jumlah pelayanan yang diberikan. Dulu
(HMO tradisional) dibayar reimburse berdasarkan fee for service.
2. Terikat pada lokasi tertentu.
3. Pembayaran out of pocket sangat minimal.
4. Ada dua bentuk HMO; pertama, HMO merupakan badan penyelenggara
merangkap sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan sehingga
kontrol lebih baik dan mengurangi utilisasi yang berlebihan. Kedua,
HMO mengontrol penyelenggara pelayanan kesehatan.
5. Pilihan PPK terbatas, perlu waktu untuk menukar PPK.
6. Ada pembagian risiko dengan PPK.
7. Kendali biaya dan pemanfaatan tinggi.
8. Ada kemungkinan mutu pelayanan rendah.
31
2. Kebebasan memilih PPK.
3. Insentif untuk menggunakan PPK murah.
4. Pembayaran PPK berdsarkan fee for service dengan potongan harga.
5. Pengeluaran out of pocket sedang.
6. Inflasi biaya relatif masih tinggi.
7. Ada kendali utilitas dan mutu.
8. Tumbuh paling cepat.
32
Pembayaran langsung yang besarnya telah disepakati oleh pihak penerima
dan penyedia
5. Kapitasi
Pembayaran dengan jumlah yang telah ditetapkan berdasarkan sejumlah
orang yang menjadi tanggung jawab dokter
6. Anggaran Global
33
Sistem jaminan sosial nasional dibuat sesuai dengan “paradigma
tiga pilar” yang direkomendasikan oleh Organisasi Perburuhan
Internasional (ILO). Pilar-pilar itu adalah :
1. Program bantuan sosial untuk anggota masyarakat yang tidak
mempunyai sumber keuangan atau akses terhadap pelayanan yang
dapat memenuhi kebutuhan pokok mereka. Bantuan ini diberikan
kepada anggota masyarakat yang terbukti mempunyai kebutuhan
mendesak, pada saat terjadi bencana alam, konflik sosial,
menderita penyakit, atau kehilangan pekerjaan. Dana bantuan ini
diambil dari APBN dan dari dana masyarakat setempat.
2. Program asuransi sosial yang bersifat wajib, dibiayai oleh iuran
yang ditarik dari perusahaan dan pekerja. Iuran yang harus
dibayar oleh peserta ditetapkan berdasarkan tingkat
pendapatan/gaji, dan berdasarkan suatu standar hidup minimum
yang berlaku di masyarakat.
3. Asuransi yang ditawarkan oleh sektor swasta secara sukarela,
yang dapat dibeli oleh peserta apabila mereka ingin mendapat
perlindungan sosial lebih tinggi daripada jaminan sosial yang
mereka peroleh dari iuran program asuransi sosial wajib. Iuran
untuk program asuransi swasta ini berbeda menurut analisis risiko
dari setiap peserta.
4. Asas SJSN
Program SJSN diselenggarakan menurut asas-asas berikut ini:
1. Asas saling menolong (gotong royong): peserta yang lebih kaya
akan membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang
mempunyai risiko kecil akan membantu peserta yang mempunyai
risiko lebih besar, dan mereka yang sehat akan membantu mereka
yang sakit
2. Asas kepesertaan wajib: seluruh penduduk Indonesia secara
bertahap akan diwajibkan untuk berpartisipasi dalam program
Jamsosnas
34
3. Asas dana amanah (trustFUND ): dana yang dikumpulkan dari
peserta akan dikelola oleh beberapa Badan Pengelola Jamsosnas
dalam sebuah dana amanah yang akan dipergunakan semaksimal
mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh peserta
4. Asas nirlaba: dana amanah ini harus bersifat nirlaba dan
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan jaminan sosial seluruh
peserta
5. Keterbukaan, pengurangan risiko, akuntabilitas, efisiensi, dan
efektifitas: dasar pengelolaan ini akan digunakan sebagai dasar
pengelolaan program Jamsosnas
6. Portabilitas: peserta akan terus menjadi anggota program
Jamsosnas tanpa memedulikan besar pendapatan dan status kerja
peserta, dan akan terus menerima manfaat tanpa memedulikan
besar pendapatan dan status keluarga peserta sepanjang
memenuhi kriteria tertulis untuk menerima manfaat program
tersebut.
5. Manfaat SJSN
Manfaat program Jamsosnas tersebut cukup komprehensif, yaitu
meliputi jaminan hari tua, asuransi kesehatan nasional, jaminan
kecelakaan kerja, dan jaminan kematian. Program ini akan
mencakup seluruh warga negara Indonesia, tidak peduli apakah
mereka termasuk pekerja sektor formal, sektor informal, atau
wiraswastawan.
1. Jaminan Hari Tua
Program jaminan hari tua (JHT) adalah sebuah program
manfaat pasti (defined benefit) yang beroperasi berdasarkan asas
“membayar sambil jalan” (pay-as-you-go). Manfaat pasti
program ini adalah suatu persentasi rata-rata pendapatan tahun
sebelumnya, yaitu antara 60% hingga 80% dari Upah Minimum
Regional (UMR) daerah di mana penduduk tersebut bekerja.
Setiap pekerja akan memperoleh pensiun minimum pasti
sejumlah 70% dari UMR setempat.
35
2. Jaminan Kesehatan
Progam Jaminan Kesehatan Sosial Nasional (JKSN) ditujukan
untuk memberikan manfaat pelayanan kesehatan yang cukup
komprehensif, mulai dari pelayanan preventif seperti imunisasi
dan Keluarga Berencana hingga pelayanan penyakit katastropik
seperti penyakit jantung dan gagal ginjal. Baik institusi
pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta dapat
memberikan pelayanan untuk Programtersebut selama mereka
menandatangani sebuah kontrak kerja sama dengan pemerintah .
36
3. UU No.40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1241/MENKES/SK/XI/2004 dan Nomor 56/MENKES/SK/I/2005
3. Prinsip Penyelenggaraan BPJS
1. Diselenggarakan secara serentak di seluruh Indonesia dengan azas
gotong royong sehingga terjadi subsidi silang.
2. Mengacu pada prinsip asuransi kesehatan sosial.
3. Pelayanan kesehatan dengan prinsip managed care dilaksanakan
secara terstruktur dan berjenjang.
4. Program diselenggarakan dengan prinsip nirlaba.
5. Menjamin adanya protabilitas dan ekuitas dalam pelayanan kepada
peserta.
6. Adanya akuntabilitas dan transparansi yang terjamin dengan
mengutamakan prinsip kehati-hatian, efisiensi dan efektifitas.
4. Kepersetaan Wajib BPJS
Setiap warga negara Indonesia dan warga asing yang sudah
berdiam di Indonesia selama minimal enam bulan wajib menjadi
anggota BPJS. Ini sesuai pasal 14 UU BPJS.
Setiap perusahaan wajib mendaftarkan pekerjanya sebagai
anggota BPJS. Sedangkan orang atau keluarga yang tidak bekerja
pada perusahaan wajib mendaftarkan diri dan anggota keluarganya
pada BPJS. Setiap peserta BPJS akan ditarik iuran yang besarnya
ditentukan kemudian. Sedangkan bagi warga miskin, iuran BPJS
ditanggung pemerintah melalui program Bantuan Iuran.
Menjadi peserta BPJS tidak hanya wajib bagi pekerja di sektor
formal, namun juga pekerja informal. Pekerja informal juga wajib
menjadi anggota BPJS Kesehatan. Para pekerja wajib mendaftarkan
dirinya dan membayar iuran sesuai dengan tingkatan manfaat yang
diinginkan.
Jaminan kesehatan secara universal diharapkan bisa dimulai
secara bertahap pada 2014 dan pada 2019, diharapkan seluruh warga
Indonesia sudah memiliki jaminan kesehatan tersebut. Menteri
37
Kesehatan Nafsiah Mboi menyatakan BPJS Kesehatan akan
diupayakan untuk menanggung segala jenis penyakit namun dengan
melakukan upaya efisiensi
38
39
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asuransi merupakan perjanjian diantara dua pihak, yaitu perusahaan
asuransi dengan pemegang polis, yang menjadi dasar atau acuan bagi
penerimaan premi oleh perusahaan asuransi dengan imbalan. Ada 9 prinsip
dalam asuransi yaitu Kontrak, Uncertainty, Keadilan, Konsep Bilangan
Besar, Pengelompokan Resiko, Prinsip kepentingan, Prinsip Itikad baik,
Prinsip Jaminan, Kepercayaan dan Proximate cause. Menurut Musjab,
terdapat beberapa ciri dari Asuransi, yaitu Insurable Interest, Utmost Good
Faith, Proximate Cause, Indemnity, Subrogation dan Contribution.
Perbedaan Asuransi dan Asuransi Kesehatan adalah terdapat pada barang atau
jasa yang dijadikan penanggungan. Asuransi berdasarkan jenis
pengelolaannya ada Asuransi sosial dan komersial. Asuransi Komersial
berbasis kepada kepesertaan sukarela dan biasanya dikeloa oleh badan usaha
swasta yang bertujuan untuk mencari keuntungan (profisable business).
asuransi sosial adalah suatu mekanisme pengumpulan dana yang bersifat
wajib yang berasal dari iuran. Asuransi komersial merespon demand
(permintaan) masyarakat, sedangkan asuransi sosial merespon need
(kebutuhan) masyarakat
4.2 Saran
Pemahaman tentang asuransi kesehatan sosial masih sangat rendah
karena sejak lama kita hanya mendapatkan informasi yang bias tentang
asuransi kesehatan yang didominasi dari Amerika yang didominasi oleh
asuransi kesehatan komersial. Semoga saja asuransi diIndonesia dapat
menjamin semua aspek warga negaranya yang mengikuti asuransi agar lebih
baik lagi. Layanan asuransi yang baik dan menjamin dapat membuat banyak
masyarakat semakin bertambah mengikuti asuransi-asuransi yang ada
di Indonesia.
40
41
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992. Usaha
Perasurasian.____. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992
Nomor 3467. Jakarta. Dilihat 9 Oktober 2016 <
http://www.tatanusa.co.id/nonkuhp/1992UU02.pdf >
Murti Bhisma.2000. Dasar-dasarAsuransiKesehatan. Kanisius: Yogyakarta.
Sulastomo. 2000. Manajemen Kesehatan. Jakarta.
____. 2009. Konsep Managed Care Dalam Asuransi Kesehatan. Dilihat 5
42
Musjab, Imam. ____. The Principles & Practices of Insurance
Djuhaeni, Henni. 2007. Asuransi Kesehatan dan Managed Care. Universitas
Padjajaran: Bandung
Perhimpunan Ahli Manajemen Jaminan dan Auransi Kesehatan Indonesia
(PAMJAKI). 2008. Managed Care Mengintegrasikan Penyelanggaraan dan
Pembiayaan Pelayanan Kesehatan. PAMJAKI: Jakarta
UU Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
UU Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Putri, Asih Eka.2014.Paham JKN (Jaminan Kesehatan Nasional). Friedrich-
Ebert-Stiftung Kantor Perwakilan Indonesia, Jakarta.
____.2013.Guide to the Healthcare System in England Including the Statement of
NHS Accountability.The NHS Constitution, England
____.2012.Universal Health Coverage in Taiwan.Bureau of National Health
Insurance, Department of Health, Executive Yuan, Taiwan
Putri, Ayu Aprilia Paramitha Krisnayana Putri.2010.Analisis
Perencanaan.Universitas Indonesia, Jakarta
43