OLEH :
ARIANI RAHMADANIA
RUSMITA. A
Dosen Pembimbing
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat limpahan rahmat dan
nikmat kesempatan sehingga kita bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Dengan
judul yang kami bahas pada tugas kali ini mengenai “PEMBIAYAAN KESEHATAN”.
Dalam pembuatan makalah ini tidak jauh dari dukungan berbagai pihak, baik dari teman -
teman, keluarga, maupun dosen yang dengan setia memberi masukan yang sangat berharga bagi
Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
karena sebagai manusia biasa kita tidak lepas dari kesalahan, maka dari itu kami mohon
Demikianlah makalah ini kami buat, atas perhatian dan kesempatannya untuk membaca kami
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................….i
Daftar isi...........................................................................................................….ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................….1
A. Latar Belakang...........................................................................….1
B. Rumusan Masalah......................................................................….2
C. Tujuan Penulisan........................................................................….2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................….3
A. Kesimpulan................................................................................…19
B. Saran...........................................................................................…19
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................…20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan pelayanan
kesehatan promotif dan preventif. Pelayanan promotif adalah upaya meningkatkan
kesehatan masyarakat ke arah yang lebih baik lagi dan yang preventif mencegah agar
masyarakat tidak jatuh sakit agar terhindar dari penyakit. Sebab itu pelayanan kesehatan
masyarakat itu tidak hanya tertuju pada pengobatan individu yang sedang sakit saja,
tetapi yang lebih penting adalah upaya-upaya pencegahan (preventif) dan peningkatan
kesehatan (promotif). Sehingga, bentuk pelayanan kesehatan bukan hanya puskesmas
atau balkesmas saja, tetapi juga bentukbentuk kegiatan lain, baik yang langsung kepada
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, maupun yang secara tidak langsung
berpengaruh kepada peningkatan kesehatan. (Febri Endra Budi Setyawan,2015)
Kesehatan adalah unsur vital dan merupakan elemen konstitutif dalam proses
kehidupan seseorang. Tanpa adanya kesehatan yang baik maka tidak akan ada
masyarakat yang produktif. Dalam kehidupan berbangsa, pembangunan kesehatan
merupakan suatu hal yang bernilai sangat insentif. Nilai investasinya terletak pada
tersedianya sumber daya yang senantiasa “siap pakai” dan terhindar dari ancaman
penyakit. Di Indonesia sendiri tak bisa dipungkiri bahwa trend pembangunan kesehatan
bergulir mengikuti pola rezim penguasa. Ketika pemerintah negeri ini hanya memandang
sebelah mata pada pembangunan kesehatan, maka kualitas hidup dan derajat kesehatan
masyarakat akan menjadi sangat memprihatinkan. (Delfi Stefani,2013)
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pembiayaan Kesehatan?
2. Apa saja Sumber Pembiayaan Kesehatan?
3. Apa saja macam-macam Pembiayaan Kesehatan?
4. Apa saja syarat pokok dan jelaskan fungsi Pembiayaan Kesehatan?
5. Apa saja masalah dan upaya dalam Pembiayaan Kesehatan?
C. Tujuan
1. Agar dapat mengetahui definisi Pembiayaan Kesehatan
2. Agar dapat mengetahui Apa saja Sumber Pembiayaan Kesehatan
3. Agar dapat mengetahui macam-macam Pembiayaan Kesehatan
4. Agar dapat mengetahui syarat pokok dan jelaskan fungsi Pembiayaan Kesehatan
5. Agar dapat mengetahui masalah dan upaya dalam Pembiayaan Kesehatan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Proses pelayanan kesehatan tidak bisa dipisahkan dengan pembiayaan kesehatan. Biaya
kesehatan ialah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau
memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
Berdasarkan pengertian ini, Menurut (Azwar, A. 1999) maka biaya kesehatan dapat
ditinjau dari dua sudut yaitu berdasarkan:
1. Penyedia Pelayanan Kesehatan (Health Provider), adalah besarnya dana yang harus
disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya kesehatan, maka dilihat pengertian
ini bahwa biaya kesehatan dari sudut penyedia pelayanan adalah persoalan utama
pemerintah dan ataupun pihak swasta, yakni pihak-pihak yang akan
menyelenggarakan upaya kesehatan. Besarnya dana bagi penyedia pelayanan
kesehatan lebih menunjuk kepada seluruh biaya investasi (investment cost) serta
seluruh biaya operasional (operational cost).
2. Pemakai Jasa Pelayanan (Health consumer), adalah besarnya dana yang harus
disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa pelayanan. Dalam hal ini biaya kesehatan
menjadi persoalan utama para pemakai jasa pelayanan, namun dalam batas-batas
tertentu pemerintah juga turut serta, yakni dalam rangka terjaminnya pemenuhan
kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang membutuhkannya. Besarnya
dana bagi pemakai jasa pelayanan lebih menunjuk pada jumlah uang yang harus
dikeluarkan (out of pocket) untuk dapat memanfaatkan suatu upaya kesehatan.
(Febri Endra Budi Setyawan,2015)
Dari batasan biaya kesehatan yang seperti ini segera dipahami bahwa pengertian biaya
kesehatan tidaklah sama antara penyedia pelayanan kesehatan (health provider) dengan
pemakai jasa pelayanan kesehatan (health consumer). Bagi penyedia pelayanan kesehatan,
pengertian biaya kesehatan lebih menunjuk pada dana yang harus disediakan untuk dapat
menyelenggarakan upaya kesehatan. Sedangkan bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan,
3
pengertian biaya kesehatan lebih menunjuk pada dana yang harus disediakan untuk dapat
memanfaatkan upaya kesehatan. Sesuai dengan terdapatnya perbedaan pengertian yang
seperti ini, tentu mudah diperkirakan bahwa besarnya dana yang dihitung sebagai biaya
kesehatan tidaklah sama antara pemakai jasa pelayanan dengan penyedia pelayanan
kesehatan. Besarnya dana bagi penyedia pelayanan lebih menunjuk padaa seluruh biaya
investasi (investment cost) serta seluruh biaya operasional (operational cost) yang harus
disediakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Sedangkan besarnnya dana bagi
pemakai jasa pelayanan lebih menunjuk pada jumlah uang yang harus dikeluarkan (out of
pocket) untuk dapat memanfaatka suatu upaya kesehatan. (Novi Ekalora,2013)
Secara umum disebutkan apabila total dana yang dikeluarkan oleh seluruh pemakai jasa
pelayanan, dan arena itu merupakan pemasukan bagi penyedia pelayan kesehatan (income)
adalah lebih besar daripada yang dikeluarkan oleh penyedia pelayanan kesehatan (expenses),
maka berarti penyelenggaraan upaya kesehatan tersebut mengalami keuntungan (profit).
Tetapi apabila sebaliknya, maka berarti penyelenggaraan upaya kesehatan tersebut
mengalami kerugian (loss).
Perhitungan total biaya kesehatan satu negara sangat tergantung dari besarnya dana yang
dikeluarkan oleh kedua belah pihakk tersebut. Hanya saja, karena pada umumnya pihak
penyedia pelayanan kesehatan terutama yang diselenggrakan oleh ihak swasta tidak ingin
mengalami kerugian, dan karena itu setiap pengeluaran telah diperhitungkan terhadap jasa
pelayanan yang akan diselenggarakan, maka perhitungan total biaya kesehatan akhirnya lebih
banyak didasarkan pada jumlah dana yang dikeluarkan oleh para pemakai jasa pelayanan
kesehatan saja.
Di samping itu, karena di setiap negara selalu ditemukan peranan pemerintah, maka dalam
memperhitungkan jumlah dana yang beredar di sektor pemerintah. Tetapi karena pada upaya
kesehatan pemerintah selalu ditemukan adanya subsidi, maka cara perhitungan yang
dipergunakan tidaklah sama. Total biaya kesehatan dari sektor pemerintah tidak dihitung dari
besarnya dana yang dikeluarkan oleh para pemakai jasa, dan karena itu merupakan
4
pendapatan (income) pemerintah, melainkan dari besarnya dana yang dikeluarkan oleh
pemerintah (expenses) untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan. (Novi Ekalora,2013)
Pelayanan kesehatan memiliki beberapa ciri yang tidak memungkinkan setiap individu
untuk menanggung pembiayaan pelayanan kesehatan pada saat diperlukan:
1.) Kebutuhan pelayanan kesehatan muncul secarasporadik dan tidak dapat
diprediksikan, sehinggatidak mudah untuk memastikan bahwa setiap
individumempunyai cukup uang ketika memerlukan pelayanankesehatan.
2.) Biaya pelayanan kesehatan pada kondisi tertentu jugasangat mahal, misalnya
pelayanan di rumah sakitmaupun pelayanan kesehatan canggih (operasi dantindakan
khusus lain), kondisi emergensi dan keadaansakit jangka panjang yang tidak akan
mampuditanggung pembiayaannya oleh masyarakat umum.
3.) Orang miskin tidak saja lebih sulit menjangkaupelayanan kesehatan, tetapi juga lebih
membutuhkanpelayanan kesehatan karena rentan terjangkit berbagaipermasalahan
kesehatan karena buruknya kondisi gizi,perumahan.
4.) Apabila individu menderita sakit dapat mempengaruhikemampuan untuk berfungsi
termasuk bekerja,sehingga mengurangi kemampuan membiayai. (Febri Endra Budi
Setyawan,2015)
5
tidaklah sama antara satu Negara dengan negara lain. Secara umum sumber biaya
kesehatan dapat dibedakan sebagai berikut (Lubis, 2009):
1. Bersumber dari anggaran pemerintah
Pada sistem ini, biaya dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan sepenuhnya
ditanggung oleh pemerintah. Pelayanannya diberikan secara cuma-Cuma oleh
pemerintah sehingga sangat jarang penyelenggaraan pelayanan kesehatan disediakan
oleh pihak swasta. Untuk Negara yang kondisi keuangannya belum baik, system ini
sulit dilaksanakan karena memerlukan dana yang sangat besar. Contohnya, dana dari
pemerintah pusat dan provinsi
6
ini juga menuntut peran serta masyarakat dalam memenuhi biaya kesehatan yang
dibutuhkan dengan mengeluarkan biaya tambahan. Adanya keikutsertaan masyarakat
menyelenggarakan pelayanan kesehatan, maka ditemukan pelayanan kesehatan
swasta. Selanjutnya dengan diikutsertakannya masyarakat membiayai pemanfaatan
pelayanan kesehatan, maka pelayanan kesehatan tidaklah cuma-cuma. Masyarakat
diharuskan membayar pelayanan kesehatan yang dimanfaatkannya. Sekalipun pada
saat ini makin banyak saja negara yang mengikutsertakan masyarakat dalam
pembiayaan kesehatan, namun tidak ditemukan satu Negara pun yang pemerintah
sepenuhnya tidak ikut serta (Lubis, 2009). Pada negara yang peranan swastanya
sangat dominan pun peranan pemerintah tetap ditemukan. Paling tidak dalam
membiayai upaya kesehatan masyarakat, dan ataupun membiayai pelayanan
kedokteran yang menyangkut kepentingan masyarakat yang kurang mampu (Syamsul
Arifin dkk,2016).
Biaya kesehatan banyak macamnya, karena kesemuanya tergantung dari jenis dan
kompleksitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dan atau yang dimanfaatkan.
Hanya saja disesuaikan dengan pembagian pelayanan kesehatan, maka biaya kesehatan
tersebut dapat dibedakan atas dua macam yaitu:
1) Biaya pelayanan kedokteran
Biaya yang dimaksudkan adalah yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan dan
atau memanfaatkan pelayanan kedokteran, yakni yang tujuan utamanya untuk
mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan penderita
2) Biaya pelayanan kesehatan masyarakat
Biaya yang dimaksud adalah yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan dan atau
memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat yaitu yang tujuan utamanya untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta untuk mencegah penyakit. Sama
halnya dengan biaya kesehatan secara keseluruhan, maka masing-masing biaya
kesehatan ini dapat pula ditinjau dari dua sudut yaitu dari sudut penyelenggara
7
kesehatan ( health provider ) dan dari sudut pemakai jasa pelayanan ( health
consumer ) (Febri Endra Budi Setyawan,2015)
8
- Dari perusahaan /swasta:
1. Perusahaan asuransi swasta
2. Dana kesehatan di perusahaan swasta (self-insurance)
- Dari lembaga/Organisasi
1. Lembaga Swadya Masyarakat
2. Lembaga Donor Kesehatan (mis: Global Found, AusAid)
Pemanfaatan:
Sumber dari APBN di gunakan untuk:
1. Anggaran kemenkes
2. Anggaran kesehatan kementerian lain
3. Anggaran kesehatan daerah (pemda)
4. Anggaran kesehatan daerah
5. Jaminan kesehatan daerah
9
Sumber dari dana kesehatan perusahaan/ dana Yankes:
1. Membiayai pelayanan kesehatan pekerja
- Peningkatan Efektifitas
Peningkatan efektifitas dilakukan dengan mengubah penyebaran atau
alokasi penggunaan sumber dana. Berdasarkan pengalaman yang dimiliki,
maka alokasi tersebut lebih diutamakan pada upaya kesehatan yang
menghasilkan dampak yang lebih besar, misalnya mengutamakan upaya
pencegahan, bukan pengobatan penyakit. (Delfi Stefani,2013)
- Peningkatan Efisiensi
Peningkatan efisiensi dilakukan dengan memperkenalkan berbagai
mekanisme pengawasan dan pengendalian. Mekanisme yang dimaksud
untuk peningkatan efisiensi antara lain:
a. Standar minimal pelayanan. Tujuannya adalah menghindari
pemborosan. Pada dasarnya ada dua macam standar minimal yang
sering dipergunakan yakni:
1.) standar minimal sarana, misalnya standar minimal rumah sakit dan standar
minimal laboratorium.
2.) standar minimal tindakan, misalnya tata cara pengobatan dan perawatan
penderita, dan daftar obat-obat esensial.
Dengan adanya standard minimal pelayanan ini, bukan saja pemborosan
dapat dihindari dan dengan demikian akan ditingkatkan efisiensinya, tetapi
10
juga sekaligus dapat pula dipakai sebagai pedoman dalam menilai mutu
pelayanan.
b. Kerjasama. Bentuk lain yang diperkenalkan untuk meningkatkan
efisiensi ialah memperkenalkan konsep kerjasama antar berbagai sarana
pelayanan kesehatan. Terdapat dua bentuk kerjasama yang dapat
dilakukan yakni:
1.) Kerjasama institusi, misalnya sepakat secara bersama-sama membeli
peralatan kedokteran yang mahal dan jarang dipergunakan. Dengan
pembelian dan pemakaian bersama ini dapat dihematkan dana yang
tersedia serta dapat pula dihindari penggunaan peralatan yang rendah.
Dengan demikian efisiensi juga akan meningkat.
2.) Kerjasama sistem, misalnya sistem rujukan, yakni adanya hubungan
kerjasama timbal balik antara satu sarana kesehatan dengan sarana
kesehatan lainnya. (Delfi Stefani,2013)
11
2. Penggalian dana untuk Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) berasal
dari masing-masing individu dalam satu kesatuan keluarga. Bagi
masyarakat rentan dan keluarga miskin, sumber dananya berasal dari
pemerintah melalui mekanisme jaminan pemeliharaan kesehatan
wajib. (Delfi Stefani,2013)
b) Pengalokasian dana
1. Alokasi dana dari pemerintah yakni alokasi dana yang berasal dari
pemerintah untuk UKM dan UKP dilakukan melalui penyusunan
anggaran pendapatan dan belanja baik pusat maupun daerah sekurang-
kurangnya 5% dari PDB atau 15% dari total anggaran pendapatan dan
belanja setiap tahunnya.
2. Alokasi dana dari masyarakat yakni alokasi dana dari masyarakat
untuk UKM dilaksanakan berdasarkan asas gotong royong sesuai
dengan kemampuan. Sedangkan untuk UKP dilakukan melalui
kepesertaan dalam program jaminan pemeliharaan kesehatan wajib
dan atau sukarela.
c) Pembelanjaan
1. Pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan public-private patnership
digunakan untuk membiayai UKM.
2. Pembiayaan kesehatan yang terkumpul dari Dana Sehat dan Dana
Sosial Keagamaan digunakan untuk membiayai UKM dan UKP.
3. Pembelajaan untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat rentan dan
kesehatan keluarga miskin dilaksanakan melalui Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan wajib. (Delfi Stefani,2013)
12
penting yang berperan menurut Norman & Weber,2009 yaitu: revenue collection,
pooling dan purchasing.
1. Revenue Collection
Revenue collection atau sumber pembiayaan dapat didefinisikan sebagai
proses dimana sebuah sistem kesehatan menerima uang baik dari rumah
tangga, perusahaan, pemerintah dan organisasi lainnya, dalam hal ini termasuk
donor. Hal ini tidak hanya terkait dengan menjamin ketersediaan sumber daya
(dana), namun juga bagaimana target dari aksesibilitas keuangan universal dari
pelayanan kesehatan tercapai. Hal ini karena cara pendapatan (revenue)
dikumpulkan mempengaruhi aksesibilitas keuangan. Masalah desain utama
pada pengumpulan pendapatan adalah cakupan populasi dan metode
pembiayaan.
13
Cakupan Populasi : Jika suatu Negara telah memilih sistem Social Health
Insurance dalam mencapai universal health coverage. Isu permasalahannya
terletak pada bagaimana cakupan populasi pada asuransi kesehatan sosial
tersebut. Kenaikan persentase cakupan yang lebih besar akan terjadi seiring
dengan berjalannya waktu dengan semakin baik kinerja pelayanan dan
terciptanya kesetaraan (equity) dalam pelayanan kesehatan.
3. Purchasing
14
kesehatan semakin bertambah komplek. Kesemuanya ini disatu pihak memang
mendatangkan banyak keuntungan yakni makin meningkatnya derajat kesehatan
masyarakat, namun di pihak lain temyata juga mendatangkan banyak masalah. Adapun
berbagai masalah tersebut jika ditinjau dari sudut pembiayaan kesehatan secara sederhana
dapat disimpulkan sebagai berikut: (Delfi Stefani,2013)
1. Kurangnya dana yang tersedia
Di banyak negara terutama di negara yang sedang berkembang, dana yang
disediakan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan tidaklah memadai.
Rendahnya alokasi anggaran ini kait berkait dengan masih kurangnya kesadaran
pengambil keputusan akan pentingnya arti kesehatan. Kebanyakan dari
pengambilan keputusan menganggap pelayanan kesehatan tidak bersifat produktif
melainkan bersifat konsumtif dan karena itu kurang diprioritaskan. Kita dapat
mengambil contoh di Indonesia misalnya, jumlah dana yang disediakan hanya
berkisar antara 2 – 3% dari total anggaran belanja dalam setahun.
15
4. Pengelolaan dana yang belum sempurna
Seandainya dana yang tersedia amat terbatas, penyebaran dan pemanfaatannya
belum begitu sempuma, namun jika apa yang dimiliki tersebut dapat dikelola
dengan baik, dalam batas-batas tertentu tujuan dari pelayanan kesehatan masih
dapat dicapai. Sayangnya kehendak yang seperti ini sulit diwujudkan. Penyebab
utamanya ialah karena pengelolaannya memang belum sempurna, yang kait
berkait tidak hanya dengan pengetahuan dan keterampilan yang masih terbatas,
tetapi juga ada kaitannya dengan sikap mental para pengelola.
16
c. Kemajuan ilmu dan teknologi. Meningkatnya biaya kesehatan sangat
dipengaruhi oleh pemanfaatan berbagai ilmu dan teknologi, yang untuk
pelayanan kesehatan ditandai dengan makin banyaknya dipergunakan
berbagai peralatan modern dan canggih.
d. Perubahan pola penyakit. Meningkatnya biaya kesehatan sangat
dipengaruhi oleh terjadinya perubahan pola penyakit dimasyarakat. Jika
dahulu banyak ditemukan berbagai penyakit yang bersifat akut, maka pada
saat ini telah banyak ditemukan berbaga penyakit yang bersifat kronis.
Dibandingkan dengan berbagai penyakit akut, perawatan berbagai
penyakit kronis ini temyata lebih lama. Akibatnya biaya yang dikeluarkan
untuk perawatan dan penyembuhan penyakit akan lebih banyak pula.
Apabila penyakit yang seperti ini banyak ditemukan, tidak mengherankan
jika kemudian biaya kesehatan akan meningkat dengan pesat.
e. Perubahan pola pelayanan kesehatan. Meningkatnya biaya kesehatan
sangat dipengaruhi oleh perubahan pola pelayanan kesehatan. Pada saat ini
sebagai akibat dari perkembangan spesialisasi dan subspesialisasi
menyebabkan pelayanan kesehatan menjadi terkotak-kotak (fragmented
health services) dan satu sama lain tidak berhubungan. Akibatnya, tidak
mengherankan jika kemudian sering dilakukan pemeriksaan yang sama
secara berulang-ulang yang pada akhirya akan membebani pasien. Lebih
dari pada itu sebagai akibat makin banyak dipergunakanya para spesialis
dan subspesialis menyebabkan hari perawatan juga akan meningkat. (Delfi
Stefani,2013)
17
b) Terhadap badan-badan lain di luar pemerintah, menghimpun dana dari sumber
masyarakat serta bantuan luar negri.
2. Upaya memperbaiki penyebaran, pemanfaatan dan pengelolaan dana
a) Penyempurnaan sistem pelayanan, misalnya lebih mengutamakan pelayanan kesehatan
masyarakat dan atau melaksanakan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu.
b) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga pengelola.
3. Upaya mengendalikan biaya kesehatan
a) Memperlakukan peraturan sertifikasi kebutuhan, dimana penambahan sarana atau
fasilitas kesehatan hanya dapat dibenarkan jika dibuktikan dengan adanya kebutuhan
masyarakat. Dengan diberlalukannya peraturan ini maka dapat dihindari berdiri atau
dibelinya berbagai sarana kesehatan secara berlebihan
b) Memperlakukan peraturan studi kelayakan, dimana penambahan sarana dan fasilitas yang
baru hanya dibenarkan apabila dapat dibuktikan bahwa sarana dan fasilitas pelayanan
kesehatan tersebut dapat menyelenggarakan kegiatannya dengan tarif pelayanan yang
bersifat sosial.
c) Memperlakukan peraturan pengembangan yang terencana, dimana penambahan sarana
dan fasilitas kesehatan hanya dapat dibenarkan apabila sesuai dengan rencana
pengembangan yang sebelumnya telah disetujui pemerintah
d) Menetapkan standar baku pelayanan, diman pelayanan kesehatan hanya dibenarkan untuk
diselenggarakan jika tidak menyimpang dari standar baku yang telah ditetapkan.
e) Menyelenggarakan program menjaga mutu.
f) Menyelenggarakan peraturan tarif pelayanan.
g) Asuransi kesehatan. (Delfi Stefani,2013)
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses pelayanan kesehatan tidak bisa dipisahkan dengan pembiayaan
kesehatan. Biaya kesehatan ialah besarnya dana yang harus disediakan untuk
menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang
diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. Masalah pokok
pembiayaan kesehatan antara lain seperti kurangnya dana yang tersedia,
penyebaran dana yang tidak sesuai, pemanfaatan dana yang tidak tepat,
pengelolaan dana yang belum sempurna serta biaya kesehatan yang makin
meningkat. Sedangkan upaya penyelesaian yang dapat ditempuh seperti
meningkatkan jumlah dana, memperbaiki penyebaran, pemanfaatan dan
pengelolaan dana, serta mengendalikan biaya kesehatan
B. Saran
Dari makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat
bagi kita semua umumnya kami pribadi dan semoga dengan makalah ini kami
sedikit mengerti tentang PEMBIAYAAN KESEHATAN. Kami sadar bahwa
makalah kami ini jauh dari kata sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai
sisi, jadi kami harapkan saran dan kritik nya yang bersifat membangun, untuk
perbaikan makalah-makalah selanjutnya.
19
DAFTAR PUSTAKA
Stefani,Delfi.2013.MakalahPembiayaan Kesehatan.
(https://delfistefani.wordpress.com/2013/06/19/makalah-
pembiayaan-kesehatan/ ) di akses pada 14 September 2020
20