Anda di halaman 1dari 11

JURNAL PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA TENTANG ORAL


HYGIENE DENGAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT ANAK TUNAGRAHITA
USIA 8-13 TAHUN DI SLB-C ”YPLB” KOTA BLITAR

APRILIEZA LAKSMITA AMELIA


NIM. 1311040
Program Studi Pendidikan Ners

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PATRIA HUSADA BLITAR
2017
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA TENTANG ORAL
HYGIENE DENGAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT ANAK TUNAGRAHITA
USIA 8-13 TAHUN DI SLB-C ”YPLB” KOTA BLITAR
Oleh:
Aprilieza Laksmita Amelia

Kondisi keterbelakangan mental dan kemampuan fisik yang terbatas membuat anak
tunagrahita kurang mampu dalam merawat diri secara mandiri dalam menjalankan aktivitas
kehidupan sehari-hari secara normal. Peran serta orang tua sangat diperlukan dalam
membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas anak, agar
dapat memelihara kebersihan gigi dan mulutnya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
hubungan pengetahuan dan sikap orang tua tentang oral hygiene dengan kebersihan gigi dan
mulut anak tunagrahita di SLB-C “YPLB” kota Blitar.
Desain dalam penelitian ini adalah cross sectional. Populasi penelitian sebanyak 28
orang tua yang mempunyai anak tunagrahita, dengan teknik purposive sampling yang
didapatkan sampel 15 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan orang tua
tentang oral hygiene anak tunagrahita sebanyak 8 responden (53%) adalah kategori cukup.
Sikap orang tua entang oral hygiene anak tunagrahita sebanyak 12 responden (80%) adalah
kategori cukup. Sedangkan hasil observasi kebersihan gigi dan mulut anak tunagrahita
sebanyak 10 anak (67%) adalah kategori sedang. Uji korelasi rank spearman pengetahuan
orang tua tetang oral hygiene dengan kebersihan gigi dan mulut anak tunagrahita
menunjukkan tingkat signifikan ρ= 0.004 dan sikap orang tua tetang oral hygiene dengan
kebersihan gigi dan mulut anak tunagrahita menunjukkan tingkat signifikan ρ= 0.001, yang
berarti ada hubungan.
Diharapkan pihak sekolah bekerjasama dengan petugas kesehatan untuk memberikan
penyuluhan dan praktik secara langsung yaitu cara membersihkan gigi dan mulut kepada
orang tua dan anak tunagrahita.

Kata Kunci: Pengetahuan Orang Tua, Sikap Orang Tua, Kebersihan Gigi dan Mulut

PENGANTAR Kondisi keterbelakangan mental dan


Menurut penelitian Salim (2006), kemampuan fisik yang terbatas membuat
menyatakan bahwa secara umum, pasien tunagrahita kurang mampu dalam merawat
anak tunagrahita memiliki kesehatan mulut diri secara mandiri dalam menjalankan
dan oral hygiene yang jelek dibandingkan aktivitas kehidupan sehari-hari secara
dengan anak normal. Pernyataan tersebut normal. Tunagrahita yang disertai gangguan
didukung pula oleh Mahardiyanti (2012), motorik mempengaruhi perilaku tunagrahita
menyatakan bahwa sehubungan dengan dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut
semakin meningkatnya usia, meningkat pula sehingga berdampak pada kondisi kesehatan
masalah kesehatan gigi dan mulut penderita gigi dan mulut anak tunagrahita. Keadaan
tunagrahita, sehingga kebutuhan akan rongga mulut anak tunagrahita lebih buruk
perawatan gigi dan mulut semakin meningkat dibandingkan dengan anak seusianya. Hal
sejalan dengan usianya. Masalah kesehatan tersebut dikarenakan anak tunagrahita sulit
gigi dan mulut yang paling sering untuk untuk merawat dirinya sendiri dan
penderita tunagrahita adalah penyakit kurangnya pengetahuan serta peranan orang
jaringan gusi (periodontal), gigi berlubang tua dalam menjaga kesehatan rongga mulut
dan gigi tidak beraturan (malokluksi). anak (Effendi, Diah, dan Octavianus, 2011).
Kelainan ini juga ditambah dengan kesulitan Menurut American Assocoation on
anak untuk dapat menjaga kesehatan gigi Mental Retardation (AAMR) dalam Effendi,
mulutnya secara mandiri dan kurang aktifnya dkk (2011), tunagrahita adalah kelainan
otot mulut untuk mendapatkan pembersihan yang meliputi fungsi intelektual umum
alamiah gigi yang baik (Maulani dkk, 2005). dibawah rata-rata dan memiliki IQ 84 ke
bawah, yang muncul sebelum usia 16 Kesehatan mulut penting bagi kesehatan
tahun dan memiliki hambatan dalam dan kesejahteraan tubuh secara umum dan
perilaku adaptif. Menurut penelitian World sangat mempengaruhi kualitas kehidupan,
Health Organization (WHO) tahun 2009, termasuk fungsi bicara, pengunyahan dan
jumlah anak-anak tunagrahita seluruh rasa percaya diri. Gangguan kesehatan
dunia adalah 3% dari total populasi. Tahun mulut akan berdampak pada kinerja
2006 - 2007 terdapat 80.000 lebih seseorang (Putri dkk., 2012). Menjaga
penderita tunagrahita di Indonesia. Jumlah kesehatan gigi dan mulut yaitu dengan cara
ini mengalami kenaikan yang pesat sekitar menggosok gigi secara teratur 2 (dua) kali
25% pada tahun 2009, dimana terdapat sehari pagi sesudah makan dan malam
100.000 penderita tunagrahita (Depkes RI, sebelum tidur. Pencegahan dengan cara
2009). tersebut akan membebaskan gigi dan mulut
Pada anak-anak, pengaruh dari orang dari sisa makanan dan kuman yang
tua sangat kuat. Sikap dan perilaku orang merusak. Pemeliharaan kesehatan gigi dan
tua, terutama ibu, dalam pemeliharaan gigi mulut harus dilakukan pada semua
memberi pengaruh yang cukup signifikan kelompok, baik dari kelompok anak usia
terhadap kesehatan gigi dan mulut pada sekolah dasar, pra sekolah maupun pada
anak. Peran serta orang tua sangat anak-anak yang menyandang status
diperlukan dalam membimbing, keterbelakangan mental.
memberikan pengertian, mengingatkan, Berdasarkan masalah diatas peneliti
dan menyediakan fasilitas kepada anak tertarik untuk mengetahui tentang
agar dapat memelihara kebersihan gigi dan “Hubungan pengetahuan dan sikap orang
mulutnya. Terutama dalam memanfaatkan tua tentang oral hygiene dengan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang kebersihan gigi dan mulut anak tunagrahita
tersedia. Pengetahuan orang tua sangat usia 8-13 tahun di SLB-C “YPLB” kota
penting dalam mendasari terbentuknya Blitar.
perilaku yang mendukung atau tidak
mendukung kebersihan gigi dan mulut METODE PENELITIAN
anak (Ulfatusholiat, 2009). Desain penelitian ini menggunakan
Berdasarkan hasil wawancara yang desain penelitian korelasi dengan
dilakukan di SLBC “YPLB” kota Blitar pendekatan Cross Sectional artinya jenis
dengan kepala sekolah SLB-C “YPLB” penelitian yang menekankan pada waktu
kota Blitar jumlah siswa dan siswi anak pengukuran atau observasi data variabel
tunagrahita adalah 28 anak dengan rata- independen dan dependen hanya satu kali,
rata berumur 8-13 tahun. Wawancara yang pada saat itu.
dilakukan dengan 3 orang tua dari anak Populasi dalam penelitian ini adalah
tuanagrahita didapatkan bahwa 2 orang tua seluruh orang tua yang mempunyai anak
mengaku belum sepenuhnya memiliki tunagrahita usia 8-13 tahun di SLB-C
pengetahuan tentang cara membersihkan “YPLB” kota Blitar berjumlah 28 orang.
mulut dan gigi anak tunagrahita yang baik Sampel dalam penelitian ini adalah 15
dan benar, sedangkan 1 orang tua dari orang tua dari anak tunagrahita usia 8-13
anak tunagrahita mengaku belum bisa tahun di SLB-C “YPLB” kota Blitar yang
mendisiplinkan anak tunagrahita untuk memenuhi kriteria inklusi. Teknik sampel
membersihkan mulut dan gigi secara tepat yang digunakan dalam penelitian ini
waktu. Observasi yang dilakukan dengan 5 adalah Purposive Sampling yaitu cara
anak tunagrahita mengenai kebersihan gigi pengambilan sampel dengan cara memilih
dan mulut, didapatkan bahwa 3 orang anak sampel diantara populasi sesuai dengan
tunagrahita memiliki gigi yang kotor dan dikehendaki peneliti.
ada plak atau karang gigi. Serta 2 orang Instrument penelitian menggunakan
anak tunagrahita yang lainnya memiliki kuesioner untuk pengetahuan dan sikap
gigi yang berlubang dan bau mulut saat serta lembar observasi untuk kebersihan
berbicara. gigi dan mulut anak. Uji statistik pada
penelitian ini menggunakan Uji Rank Berdasarkan tabel 2 menunjukkan
Spearman. Tingkat signifikan . bahwa sikap terbanyak dalam kategori
cukup yaitu 80%.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik responden Kebersihan gigi dan mulut anak
Penelitian dilaksanakan di SLB-C tunagrahita usia 8-13 tahun
“YPLB” Kota Bitar. Karakteristik
responden pada penelitian ini meliputi Tabel 3 Distribusi tentang kebersihan gigi
jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan mulut anak tunagrahita usia 8-13
pekerjaan responden, dan jumlah anak di
SLB-C “YPLB” Kota Blitar. No Kebersihan F %
Hasil penelitian menunjukkan jenis gigi dan mulut
kelamin terbanyak dalam kategori 1 Baik 3 20
perempuan yaitu 87%, umur terbanyak 2 Sedang 10 67
dalam kategori >35 tahun yaitu 87%, 3 Buruk 2 13
tingkat pendidikan terbanyak dalam Total 15 100
kategori SMA yaitu 60%, pekerjaan
responden terbanyak dalam kategori ibu Berdasarkan tabel 3 menunjukkan
rumah tangga yaitu 66% dan jumlah anak bahwa kebersihan gigi dan mulut anak
terbanyak dalam kategori 3 anak yaitu tunagrahita terbanyak dalam kategori
53%. sedang yaitu 67% .
Pengetahuan orang tua tentang oral Hubungan pengetahuan orang tua
hygiene anak tunagrahita usia 8-13 tentang oral hygiene dengan kebersihan
tahun gigi dan mulut
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui
Tabel 1 Distribusi pengetahuan orang tua bahwa hasil tertinggi menunjukkan
tentang oral hygiene anak tunagrahita usia pengetahuan cukup dengan hasil observasi
8-13 kebersihan gigi dan mulut kategori sedang
No Pengetahuan F % sebanyak 7 orang (87%) dan hasil terendah
1 Baik 4 27 menunjukkan pengetahuan cukup dengan
2 Cukup 8 53 hasil observasi kebersihan gigi dan mulut
3 Kurang 3 20 kategori buruk sebanyak 1 orang (12%).
Hasil uji Rank Spearman menunjukkan
Total 15 100
nilai ρ = 0.004, maka nilai ρ= 0.004 <
0.05, jadi antar variabel terdapat korelasi
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan yang signifikan antara sikap orang tua
bahwa pengetahuan terbanyak dalam dengan kebersihan gigi dan mulut pada
kategori cukup yaitu 53%. anak tunagrahita. Dari hasil diatas dapat
dilihat bahwa koefisien nilai korelasi
Sikap orang tua tentang oral hygiene adalah 0.689, maka nilai ini menandakan
anak tunagrahita usia 8-13 tahun hubungan sangat kuat antara pengetahuan
orang tua dengan kebersihan gigi dan
Tabel 2 Distribusi sikap orang tua tentang mulut pada anak tunagrahita.
oral hygiene anak tunagrahita usia 8-13
No Sikap F % Hubungan sikap orang tua tentang oral
1 Baik 2 13 hygiene dengan kebersihan gigi dan
2 Cukup 12 80 mulut
3 Kurang 1 7 Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui
bahwa hasil tertinggi menunjukkan sikap
Total 15 100
cukup dengan hasil observasi kebersihan
gigi dan mulut kategori sedang sebanyak
10 orang (83%) dan hasil terendah diantaranya adalah umur, pendidikan,
menunjukkan sikap cukup dengan hasil pekerjaan sehingga berpengaruh pada
observasi kebersihan gigi dan mulut pengetahuan orang tua dalam menangani
kategori buruk sebanyak 1 orang (8%). oral hygiene anak tunagrahita.
Hasil uji Rank Spearman menunjukkan Pengetahuan merupakan definisi hasil dari
nilai ρ = 0.001, maka nilai ρ = 0.001 < tahu, dan ini terjadi setelah orang
0.05, jadi antar variabel terdapat korelasi melakukan pengindraan terhadap suatu
yang signifikan antara sikap orang tua objek tertentu. Faktor yang mempengaruhi
dengan kebersihan gigi dan mulut pada pengetahuan ada dua yaitu faktor internal
anak tunagrahita. Dari hasil diatas dapat meliputi pendidikan, pekerjaan, umur dan
dilihat bahwa koefisien nilai korelasi faktor eksternal meliputi lingkungan serta
adalah 0.774, maka nilai ini menandakan sosial budaya (Notoadmodjo, 2012).
hubungan sangat kuat antara sikap orang Berdasarkan hasil penelitian,
tua dengan kebersihan gigi dan mulut pada didapatkan bahwa 4 responden berusia 26-
anak tunagrahita. 35 tahun dan >35 tahun tahun memiliki
Tabel 4 Tabulasi silang pengetahuan orang tua tentang oral hygiene dengan kebersihan gigi
dan mulut pada anak tunagrahita usia 8-13 tahun
Observasi Kebersihan Gigi Dan Mulut
Total
Pengetahuan Baik Sedang Buruk
f % f % f % f %
Baik 3 75 1 25 0 0 4 100
Cukup 0 0 7 87 1 12 8 100
Kurang 0 0 2 67 1 33 3 100
Jumlah 3 20 10 67 2 13 15 100
Uji Korelasi Rank Spearman ρ = 0.004, (rs) = 0.689

Tabel 5 Tabulasi silang sikap orang tua tentang oral hygiene dengan kebersihan gigi dan
mulut pada anak tunagrahita usia 8-13 tahun
Observasi Kebersihan Gigi Dan Mulut
Total
Sikap Baik Sedang Buruk
f % f % f % f %
Baik 2 100 0 0 0 0 2 100
Cukup 1 8 10 83 1 8 12 100
Kurang 0 0 0 0 1 100 1 100
Jumlah 3 20 10 67 2 13 15 100
Uji Korelasi Rank Spearman ρ = 0.001, (rs)= 0.774
pengetahuan baik sebanyak 27%,
PEMBAHASAN sedangkan 8 responden memiliki
Pengetahuan orang tua tentang oral pengetahuan cukup sebanyak 53%. Makin
hygiene anak tunagrahita tua seseorang maka proses-proses
Dari hasil penelitian di SLB “YPLB” perkembangan mentalnya bertambah baik.
kota Blitar terhadap 15 responden bahwa Dengan bertambah usia seseorang, maka
pada tabel 1 menunjukkan, orang tua yang pemikirannya akan semakin berkembang
mempunyai pengetahuan oral hygiene sesuai dengan pengetahuan yang pernah
kategori baik sebanyak 27% responden dan diperoleh. Dalam hal ini ada 3 responden
orang tua yang mempunyai pengetahuan memiliki pengetahuan kurang sebanyak
oral hygiene kategori cukup sebanyak 20%. Semakin cukup umur, tingkat
53%. Pengetahuan responden yang cukup kematangan dan kekuatan seseorang akan
ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal
lebih matang dalam berpikir (Nursalam, informasi dari petugas kesehatan maka ibu
2011). rumah tangga memiliki pengetahuan baik
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan dan cukup. Menurut Thomas yang dikutip
bahwa pendidikan tertinggi SMA yaitu oleh Nursalam (2011), pekerjaan adalah
sebanyak 8 responden (53%) yang kebutuhan yang harus dilakukan terutama
memiliki pengetahuan baik sebanyak 3 untuk menunjang kehidupannya dan
(75%) dan cukup sebanyak (25%), kehidupan keluarga. Sedangkan bekerja
sedangkan pendidikan terendah adalah SD umumnya merupakan aktifitas yang
sebanyak 4 responden (27%), memiliki menyita waktu.
pengetahuan kurang sebanyak 3 responden
(75%). Pendidikan responden kebanyakan Sikap responden tentang oral hygiene
tergolong pada pendidikan sekolah anak tunagrahita
menengah atas (SMA) sehingga sebagian Berdasarkan hasil penelitian yang
responden mampu memahami tentang ditunukkan pada tabel 2, dari 15 responden
kebersihan gigi dan mulut anak tunagrahita diperoleh data sikap responden terhadap
terutama tentang pentingnya menjaga dan oral hygiene anak tunagrahita sebesar 13%
mencegah masalah kebersihan gigi dan responden memiliki sikap baik dan 80%
mulut anak tunagrahita. Hal ini disebabkan responden memiliki sikap cukup. Sikap
karena pendidikan terakhir responden cukup disini berarti adanya penolakan
adalah SD, sehingga pengetahuan 3 responden terhadap masalah kebersihan
responden ini memiliki kategori kurang. gigi dan mulut anak tunagrahita. Orang tua
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang cenderung mengajarkan anaknya untuk
termasuk juga perilaku seseorang akan menjaga kebersihan gigi dan mulut anak
pola hidup terutama dalam memotivasi dengan cara menggosok gigi pada pagi hari
untuk sikap berperan serta dalam setelah makan dan pada malam hari
membangun (Nursalam, 2011), pada sebelum tidur agar terhindar dari sakit gigi
umumnya makin tinggi pendidikan bahkan sampai gigi berlubang yang akan
seseorang makin mudah menerima menyebabkan masalah kebersihan gigi dan
informasi. mulut anak tunagrahita. Sikap merupakan
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan reaksi atau respon seseorang yang masih
bahwa pekerjaan terbanyak yaitu ibu tertutup terhadap suatu stimulus atau
rumah tangga sebanyak 10 responden objek. Diantara berbagai faktor yang
(67%), memiliki pengetahuan baik mempengaruhi sikap adalah pengalaman
sebanyak 2 responden (20%) dan pribadi, kebudayaan, orang lain yang
pengetahuan cukup sebanyak (60%), dianggap penting, media massa, institusi
sedangkan ada responden yang bekerja atau lembaga agama, serta faktor emosi
sebagai ibu rumah tangga yang memiliki yang ada pada individu (Notoatmodjo,
pengetahuan kurang sebanyak 2 responden 2012).
(20%), hal ini disebabkan karena tingkat Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
pendidikan responden adalah SD. bahwa 13 responden yang berjenis kelamin
Responden yang sebagian besar bekerja perempuan memiliki sikap baik sebanyak 2
sebagai ibu rumah tangga akan lebih responden (15%) dan memiliki sikap
memiliki waktu yang fleksibel sehingga cukup sebanyak 10 responden (77%). Pada
akan bisa memanfaatkan waktu untuk penelitian ini ada 1 responden (8%) yang
dapat mencari atau mendapatkan informasi memiliki sikap kurang, ini disebakan
tentang kebersihan gigi dan mulut anak karena tingkat pendidikn responden yaitu
tunagrahita. Informasi akan memberikan SD, sehingga mempengaruhi dalam
pengaruh pada pengetahuan sesorang, mengambil sikap yang tepat untuk
melalui media seperti majalah, surat kabar, mengajarkan anak tunagrahita
televisi, radio, serta petugas kesehatan membersihkan gigi dan mulut. Wanita
melalui penyuluhan. Sehingga adanya seringkali berperilaku berdasarkan
informasi dari berbagai sumber media serta perasaan, sedangkan orang laki-laki
cenderung berperilaku atau bertindak atas Kebersihan gigi dan mulut anak
pertimbangan rasional dalam mengambil tunagrahita
sikap yang tepat untuk mengajarkan anak Berdasarkan hasil observasi yang
membersihkan gigi dan mulut. Perbedaan dilakukan oleh peneliti yaitu ditunjukkan
ini bisa dimungkinkan karena faktor pada tabel 3 bahwa, kebersihan gigi dan
hormonal, struktur fisik maupun norma mulut anak tunagrahita dengan kategori
pembagian tugas. Misalnya dalam merawat baik sebanyak 3 anak (20%), dengan
anak baik ayah atau ibu memiliki sikap kategori sedang sebanyak 10 anak (67%)
yang berbeda dalam bersikap kepada dan kategori buruk sebanyak 2 anak
anaknya. Lewin dalam Notoatmodjo, (13%). Karakteristik anak tunagrahita yang
(2012) mengemukakan bahwa lamban dan kesulitan dalam mempelajarai
pengambilan tindakan tepat untuk perilaku hal-hal yang baru terutama dalam menjaga
sehat dipengaruhi oleh variabel kesehatannya sendiri sangatlah
demografis, yang terwujud dalam umur memerlukan bimbingan terutama orang tua
jenis kelamin, suku bangsa atau kelompok dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut
etnis. Perbedaan perilaku berdasarkan jenis anaknya. Faktor-faktor yang
kelamin antara lain cara berpakaian, mempengaruhi seseorang membersihkan
melakukan pekerjaan sehari-hari, dan gigi dan mulut yaitu citra tubuh,
pembagian tugas pekerjaan. pengetahuan, status sosial ekonomi,
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan praktik sosial, kebudayaan, pilihan pribadi,
bahwa 9 responden dengan jumlah anak 3 kondisi fisik (Perry dan Potter, 2005).
yang memiliki sikap baik sebanyak 1 Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
responden (12%) dan sikap cukup bahwa orang tua yang berumur 26-35
sebanyak 7 responden (88%), sedangkan tahun dengan hasil observasi kebersihan
responden yang memiliki anak >3 anak gigi dan mulut anak tunagrahita kategori
memiliki sikap cukup sebanyak 1 baik sebanyak 2 anak (100%), dan orang
responden (8%). Semakin banyak anak tua yang berumur >35 tahun dengan hasil
semakin baik pula orang tua dalam observasi kebersihan gigi dan mulut anak
mendidik dan mengasuh anak-anaknya tunagrahita kategori sedang sebanyak 10
terutama sikap akan pentingnya menjaga anak (77%). Adapun orang tua yang
kebersihan gigi dan mulut. Dalam berumur >35 tahun dengan hasil observasi
penelitian ini ada 1 responden (33%) yang kebersihan gigi dan mulut anak tunagrahita
memiliki jumlah anak 1 akan tetapi kategori buruk sebanyak 2 anak (15%), hal
memiliki sikap baik dan yang memiliki ini bisa saja dipengaruhi oleh pengetahuan
sikap cukup sebanyak 2 responden (67%), dan sikap orang tua dalam menjaga
hal ini dikarenakan pekerjaan responden kebersihan gigi dan mulut anak
yaitu sebagai ibu rumah tangga lebih tunagrahita. Orang tua tentunya sangat
memiliki waktu yang banyak dalam ingin melihat anaknya sehat dengan
mendidik dan mengasuh anaknya dirumah perasaan yang tenang sehingga mereka
untuk membersihkan gigi dan mulut. memilih untuk menolak semua masalah
Menurut Supartini, (2004) menyatakan kesehatan gigi dan mulut. Jadi orang tua
bahwa orang tua yang telah mempunyai dengan pengetahuan yang baik akan
pengalaman sebelumnya dalam merawat menentukan sikap dalam menangani
anak akan lebih siap menjalankan peran kebersihan gigi dan mulut anak tunagrahita
pengasuhan dan lebih rileks. Selain itu dengan tepat, sehingga pengetahuan
mereka akan lebih mampu mengamati tentang kebersihan gigi dan mulut anak
tanda-tanda pertumbuhan dan tunagrahita sangat perlu untuk diketahui
perkembangan anak. oleh orang tua yang memiliki anak
tunagrahita. Menurut penelitian Hardiani
dkk., (2012) menyatakan bahwa pola asuh
orang tua merupakan faktor penentu
perkembangan kemandirian. Kemandirian
memiliki pengaruh terhadap kemampuan faktor eksternal meliputi lingkungan serta
anak dalam menjaga kebersihan dirinya. sosial budaya (Notoadmodjo, 2012).
Edukasi kesehatan gigi dan mulut serta
pelayanan kesehatan gigi sangat Hubungan sikap orang tua tentang oral
mempengaruhi kebersihan rongga mulut hygiene dengan kebersihan gigi dan
anak. mulut anak tunagrahita

Hubungan pengetahuan orang tua Hasil uji Spearman yang ditunjukkan


tentang oral hygiene dengan kebersihan pada tabel 5, menunjukkan nilai ρ=0.001
gigi dan mulut anak tunagrahita sehingga nilai ρ<0.05 atau signifikan
artinya ada hubungan antara sikap dengan
Hasil uji Spearman yang ditunjukkan oral hygiene anak tunagrahita. Hubungan
pada tabel 4, menunjukkan nilai ρ=0.004 antara sikap dengan kebersihan gigi dan
sehingga nilai ρ<0.05 atau signifikan mulut ini memiliki hubungan yang kuat
artinya ada hubungan antara pengetahuan dilihat dari hasil uji spearman dengan nilai
dengan kebersihan gigi dan mulut anak koefisien hubungan sebesar (rs)= 0.774
tunagrahita. Hubungan antara pengetahuan bernilai positif yang diartikan dengan
dengan kebersihan gigi dan mulut ini hubungan kuat antara sikap dan kebersihan
memiliki hubungan yang kuat dilihat dari gigi dan mulut anak tunagrahita. Hasil
hasil uji spearman dengan nilai koefisien penelitian menunjukkan sikap orang tua
hubungan sebesar (rs) = 0.689 bernilai yang baik sebanyak 2 responden (67%)
positif yang diartikan dengan hubungan dan cukup sebanyak 1 resonden (33%)
kuat antara pengetahuan dan kebersihan memiliki kebersihan gigi dan mulut anak
gigi dan mulut anak tunagrahita. Hasil tunagrahita kategori baik. Sedangkan sikap
penelitian menunjukkan pengetahuan orang tua yang cukup sebanyak 10
orang tua yang baik sebanyak 1 responden responden (100%) memiliki kebersihan
(10%) dan cukup sebanyak 7 resonden gigi dan mulut kategori sedang dan sikap
(70%) memiliki kebersihan gigi dan mulut orang tua yang kurang sebanyak 1
anak tunagrahita kategori sedang. responden (50%) memiliki kebersihan gigi
Sedangkan pengetahuan orang tua yang dan mulut kategori buruk. Responden yang
cukup sebanyak 1 responden (50%) dan memiliki sikap baik dan cukup yang
kurang sebanyak 1 responden (50%) dimiliki orang tua dengan anak tunagrahita
memiliki kebersihan gigi dan mulut ini sangat diperlukan dalam menangani
kategori buruk. Pengetahuan orang tua kebersihan gigi dan mulut anak tunagrahita
yang baik dan cukup ini sangatlah sehingga anak akan lebih disiplin dalam
berpengaruh pada anak tunagrahita untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. Sikap
lebih mendisiplinkan anak untuk menjaga orang tua yang baik akan lebih
kebersihan gigi dan mulut. Pengetahuan menguntungkan anaknya karena dengan
kurang yang dimiliki orang tua akan demikian anak tunagrahita lebih
merugikan anak tunagrahita karena anak membiasakan untuk membersihkan gigi
tidak dibimbing dan dibiasakan menyikat dan mulut. Sedangkan sikap yang kurang
gigi pagi sesudah makan dan malam akan merugikan orang tua dan anak
sebelum tidur. Kebiasaaan yang baik akan tungrahita yang tidak mau tau dn tidak
lebih menguntungkan anak sehingga anak terbiasa dalam menjaga kebersihan gigi
terhindar dari masalah kesehatan gigi dan dan mulut. Sikap merupakan reaksi atau
mulut. Pengetahuan merupakan definisi respon seseorang yang masih tertutup
hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang terhadap suatu stimulus atau objek.
melakukan pengindraan terhadap suatu Diantara berbagai faktor yang
objek tertentu. Faktor yang mempengaruhi mempengaruhi sikap adalah pengalaman
pengetahuan ada dua yaitu faktor internal pribadi, kebudayaan, orang lain yang
meliputi pendidikan, pekerjaan, umur dan dianggap penting, media massa, institusi
atau lembaga agama, serta faktor emosi
yang ada pada individu (Notoatmodjo, 3) Bagi institusi pendidikan
2012). Diharapkan institusi pendidikan dapat
melakukan salah satu Tri Dharma
KESIMPULAN DAN SARAN Perguruan Tinggi yaitu pengabdian kepada
A. Kesimpulan masyarakat seperti penyuluhan kepada
1) Pengetahuan orang tua tentang oral orang tua tentang pentingnya menjaga
hygiene diperoleh pengetahuan baik kebersihan gigi dan mulut terutama pada
sebanyak 27%, yang memiliki anak tunagrahita.
pengetahuan cukup sebanyak 53%, dan
pengetahuan kurang sebanyak 20%. DAFTAR PUSTAKA
2) Sikap orang tua terhadap oral hygiene
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian
diperoleh sikap baik sebanyak 13%,
Suatu Pendekatan Praktek Klinik.
yang memiliki sikap cukup sebanyak
Jakarta: Rineka Cipta
80%, dan sikap kurang sebanyak 7%.
3) Hasil observasi kebersihan gigi dan Azwar, Saifudin. 2013. Sikap Manusia
mulut anak tunagrahita didapatkan Teori dan Pengukurannya.
kategori sedang sebanyak 67%, kategori Yogyakarta: Pustaka Pelajar
baik sebanyak 20%, dan kategori buruk Departemen kesehatan RI. 2009. Sistem
sebanyak 13%. Kesehatan Nasional . Jakarta:
4) Ada hubungan antara pengetahuan Depkes. R.I
orang tua tentang oral hygiene dengan
kebersihan gigi dan mulut pada anak Depkes RI. 2006. Pedoman Pelaksanaan
tunagrahita yang ditunjukkan dari hasil Stimulasi, Deteksi Dan Intervensi
uji rank spearman dengan nilai ρ Dini Tumbuh Kembang Anak Di
=0.004. Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar.
5) Ada hubungan antara sikap orang tua Jakarta: Depkes R.I
tentang oral hygiene dengan kebersihan Dingwall, Lindsay. 2010. Higiene Personal
gigi dan mulut pada anak tunagrahita Keterampilan Klinis Perawat.
yang ditunjukkan dari hasil uji rank Jakarta: EGC
spearman dengan nilai ρ =0.001.
Effendi, Diah, Octavianus. 2011.
B. Saran Perbedaan Derajat Gingivitis Pada
Sesuai dengan kesimpulan yang telah Anak Tunagrahita Usia 12-15 Tahun
dikemukakan, peneliti ingin memberikan Di Sekolah Bhakti Luhur Malang.
beberapa saran sebagai berikut: Malang: Universitas Brawijaya
1) Bagi peneliti selanjutnya Hardiani, Karina A. Hubungan Pola Asuh
Sebagai data dasar untuk penelitian Orangtua dengan Kebersihan Rongga
selanjutnya. Penelitian selanjutnya Mulut Anak Reterdasi Mental di
sebaiknya menambakan faktor-faktor lain SLB-C Yayasan Taman Pendidikan
yang mempengaruhi kebersihan gigi dan dan Asuan Jember.
mulut, seperti citra tubuh, status sosial
[online]tersedia:http://repository.unej.ac.id
ekonomi, paraktik sosial, kebudayaan,
/bitstream/handle/123456789/2138/K
pilihan pribadi dan kondisi fisik.
arinAnggiHardiani -
2) Bagi tempat penelitian
091610101062_01.pdf, (04 juni
Diharapkan pada SLB-C “YPLB” kota
2015)
Blitar untuk memberikan pendidikan
kesehatan tentang kebersihan gigi dan Hartika, Dewi Meilyana. 2011. Gambaran
mulut kepada orang tua dan anak Kualitas Hidup Anak Usia 10-11
tunagrahita diluar jam pembelajaran serta Tahun Berdasarkan Status Kesehatan
mempratikkan secara langsung misalnya Mulut. Makasar: Universitas
cara membersihkan gigi dan mulut yang Hassanudin
baik dan benar.
Kemis dan Ati Rosnawati, 2013. Soetjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang
Pendidikan anak berkebutuhan Anak. Jakarta: Penerbit Buku
khusus Tunagrahita. Bandung: Kedokteran EGC
Luxima Metro Media Supartini, Y. 2004. Buku Ajar Konsep
Maulani, Ch., Enterprise, J. 2005. Kiat Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:
Merawat Gigi Anak. PT Elex Media EGC
Komputindo: Jakarta. Hal 60-65 Triyanto, Rudi. 2015. Gambaran Status
Notoatmodjo. 2012. Promosi Kesehatan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada
dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Anak Tunagrahita Usia 12-18 Tahun
Rineka Cipta Di Slb Negeri Widiasih Kecamatan
Pari Kabupaten Pangandaran.
Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan
Tasikmalaya: Poltekkes Kemenkes
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Ulfatusholiat, Ria. 2009. Peran Orangtua
Salemba Medika Dalam Penyesuaian Diri Anak
Tunagrahita. www.gunadarma.ac.id.
Perry, A.G. dan Potter, P.A. 2005. Buku
Universitas Guna Darma: Jakarta.
Ajar Fundamental Keperawatan:
(Diunduh 13 April 2014)
Konsep, Proses, dan Praktik, Edisi 4.
Jakarta: ECG Wawan, A dan M, Dewi. 2011. Teori dan
Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Putri, M. Herijulianti, E. Nurjannah, N.
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha
2010. Ilmu Pencegahan Penyakit
Medika
Jaringan Keras dan Jaringan
Pendukung Gigi. EGC : Jakarta. Hal
55, 77, 85, 93-97
Rizli Cintya Dewi, Anisa Oktiawati,
Lintang Dewi Saputri. 2015. Teori
dan Konsep Tumbuh Kembang Bayi,
Toddler, Anak dan Usia Remaja.
Yogyakarta: Nuha Medika
Salim, M, Syafri Ahmad, 2006. Reterdasi
Mental Hubungannya dengan
Praktek Kedokteran Gigi anak..
Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara : Medan.
(diunduh 1 januari 2015)
Sariningrum E., Irdawati A. 2009.
Hubungan Tingkat Pendidikan,
Sikap Dan Pengetahuan Orang Tua
Tentang Kebersihan Gigi dan Mulut
Pada Anak Balita 3-5 Tahun Dengan
Tingkat Kejadian Karies Di Paud
Jatipurno.
http://publikasiilmiahu.ums.ac.id.
Berita Ilmu Keperawatan ISSN
19792697, Vol 2. No.3 September
2009, 119-124. (diunduh 15 Februari
2014)

Anda mungkin juga menyukai