Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH UMUR, JENIS KELAMIN DAN PENGETAHUAN TERHADAP

PERILAKU ANAK DALAM PEMELIHARAAN KEBERSIHAN GIGI


DAN MULUT DI PUSAT PENGEMBANGAN ANAK (PPA) IO-641
AGAPE SIKUMANA KOTA KUPANG, NUSA TENGGARA TIMUR

Mery Novaria Pay


Program Studi Jurusan Keperawatan Gigi, Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Kupang, Nusa Tenggara Timur, Indonesia
Jl. Piet A. Tallo Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia; e-
mail: merypay_kpg@yahoo.com

ABSTRAK
Perilakumerupakan hasil interaksi faktor eksternal berupa stimulus dan faktor
internal berupa respon. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh umur, jenis kelamin
dan pengetahuan terhadap perilaku anak dalam pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut
di Pusat Pengembangan Anak IO-641 Agape Sikumana Kota Kupang, Nusa Tenggara
Timur. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross
sectional dan semua anak usia 12-17 tahun yang memenuhi kriteria inklusi diambil
sebagai sampel. Variabel pengaruh umur, jenis kelamin, pengetahuan dan variabel terikat
adalah perilaku anak dalam pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut. Alat ukur penelitian
ini menggunakan kuesioner yang disusun dengan metode Likert untuk mengukur variabel
perilaku anak dalam pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut. Kuesioner pilihan ganda
untuk mengukur variabel pengetahuan yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.
Variabel umur dan jenis kelamin dengan mengisi daftar isian. Hasil analisis korelasi
menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin (p=0.361) tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap perilaku. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa variabel
umur (p=0.109) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku. Variabel
pengetahuan (p=0.002) berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku sebesar 43,1%
(R2=0.431). Kesimpulan penelitian, semakin baik pengetahuan semakin baik perilaku
anak dalam pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut. Umur dan jenis kelamin tidak
berpengaruh terhadap perilaku anak dalam pemeliharaan kebersihan gigi danmulut.

Kata Kunci : perilaku anak, umur, jenis kelamin, pengetahuan.

71
PENDAHULUAN

Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dapat mencegah terjadinya penyakit gigi
dan mulut. Pencegahan yang dapat dilakukan salah satunya adalah dengan menjaga
kebersihan gigi dan mulut. Perilaku pencegahan terhadap penyakit gigi dan mulut perlu
dilakukan agar tidak menyebabkan gangguan fungsi, aktivitas dan penurunan
produktivitas kerja yang akan mempengaruhi kualitas hidup (Sriyono, 2011).
Perilaku adalah faktor paling dominan yang mempengaruhi status kesehatan gigi
dan mulut (Sriyono, 2011). Perilaku muncul sebagai akibat adanya interaksi antara
stimulus dan organisme (Walgito, 2003). Perilaku atau perbuatan manusia tidak terjadi
secara sporadis (timbul dan hilang saat- saat tertentu), tetapi selalu ada kelangsungan
kontinuitas antara satu perbuatan dengan perbuatan berikutnya (Purwanto, 2001).
Menurut Sariningsih (2014), tata cara perilaku hidup dan penerapan hygiene perorangan
akan berpengaruh pada kesehatan gigi dan rongga mulut yang selanjutnya mempunyai
dampak pada kesehatan masyarakat.
Menurut Wahyuningrum (2002), perilaku anak dalam pemeliharaan kebersihan
gigi dan mulut yaitu dengan menyikat gigi secara teratur dan benar, terutama pada anak
usia sekolah perlu mendapat perhatian khusus karena pada usia ini anak sedang menjalani
proses tumbuh kembang. Menurut Notoatmodjo, dkk (2012), faktor yang terpenting
dalam usaha menjaga kebersihan gigi dan mulut adalah faktor kesadaran dan perilaku
pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut personal. Widi (2003) menyatakan bahwa
kegiatan pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut personal yang dilakukan di rumah tanpa
ada pengawasan dari siapapun, sepenuhnya tergantung dari pengetahuan, pemahaman,
kesadaran serta kemauan pihak individu untuk memelihara kebersihan mulutnya.
Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting terbentuknya perilaku. Bentuk perilaku pada seseorang sangat tergantung juga
pada karakteristik, misalnya dinilai dari tingkatan umur, jenis kelamin dan pengetahuan.
Al-Omari dan Hamasha (2005) menyatakan bahwa perbedaan tingkatan umur dan
perbedaan jenis kelamin berdasarkan karakter fisiologis dan perilaku psikologis dapat
menyebabkan adanya kemungkinan perbedaan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut.
Pusat Pengembangan Anak (PPA) merupakan salah satu program dari unit
pembantu pelayanan (UPP) dalam gereja yang bekerja memberikan pelayanan kepada
anak-anak dalam jemaat gereja tersebut. PPA memberikan pelayanan kepada anak-anak
sejak usia tiga tahun sampai dengan anak tersebut menduduki perguruan tinggi. PPA yang
belum mendapatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut salah satunya adalah PPA IO-
641 Agape Sikumana Kota Kupang.
Pusat Pengembangan Anak IO-641 Agape merupakan PPA yang dimiliki oleh
Gereja Kemah Injil Eklesia Sikumana. PPA IO-641 merekrut anak-anak yang berada di
wilayah pelayanan Gereja dengan latar belakang tingkat pendapatan orang tua rata-rata
berkisar Rp. 300.000 - Rp. 1.000.000 per bulan. Tingkat sosial ekonomi orang tua dapat
dikategorikan rendah karena pendapatan rata-rata orang tua per bulan di bawah upah
minimum regional (UMR) Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2015 yaitu sebesar Rp.
1.250.000 per bulan (Pemerintah Daerah NTT, 2014).
Pusat Pengembangan Anak IO-641 Agape dalam melayani anak adalah pelayanan
secara holistik yang meliputi empat bidang pelayanan yaitu bidang kognitif, bidang fisik,
bidang kerohanian dan bidang sosio emosional. Pelayanan bidang fisik meliputi pelajaran
tentang kesehatan dasar, praktek hidup sehat, penebusan biaya berobat, pemberian

72
makanan tambahan dan pemeriksaan kesehatan oleh dokter umum namun belum terdapat
pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
Informasi dari koordinator PPA IO-641 Agape bahwa pelayanan kesehatan yang
diberikan adalah pelayanan kesehatan secara umum, sedangkan pelayanan kesehatan gigi
dan mulut sampai saat ini belum pernah tersentuh baik kegiatan promotif, preventif
maupun kuratif. Pihak pengelola PPA akan merekomendasikan ke Puskesmas Sikumana
apabila ada anak-anak yang mengeluh sakit gigi atau gigi sudah goyang. Wawancara yang
dilakukan dengan perawat gigi yang bertugas di Puskesmas Sikumana, diketahui bahwa
angka kejadian karies gigi pada anak-anak di wilayah kerja Puskesmas Sikumana rata-
rata tiap anak memiliki empat gigi yang berkaries dan rata-rata status kebersihan gigi dan
mulut termasuk kriteria sedang (1,5).
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh umur, jenis kelamin dan
pengetahuan terhadap perilaku anak dalam pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut di
PPA IO-641 Agape Sikumana Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Manfaat dari
penelitian ini adalah bagi pihak pengelola PPA IO-641 Agape, agar dapat meningkatkan
kerja sama dengan unit pelayanan kesehatan gigi, sehingga dapat memberikan upaya
promotif tentang pentingnya memelihara kebersihan gigi dan mulut, bagi institusi
Poltekkes Kemenkes Jurusan Keperawatan Gigi Kupang, agar menjadi bahan masukan
dalam upaya perencanaan, pembinaan dan peningkatan dalam kegiatan praktek lapangan
yang berhubungan dengan upaya perilaku anak dalam pemeliharaan kebersihan gigi dan
mulut.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian observasional yaitu penelitian yang


observasinya dilakukan terhadap sejumlah ciri subjek menurut keadaan sebenarnya tanpa
ada manipulasi dan intervensi dari peneliti. Rancangan penelitian ini adalah dengan
rancangan cross sectional study yaitu penelitian yang pengukuran variabel-variabelnya
dilakukan hanya satu kali, pada satu saat dan bersifat deskriptif (Sastroasmoro dan Ismael,
2012). Subjek penelitian adalah semua anak usia 12-17 tahun yang terdaftar sebagai siswa
di PPA IO-641 Agape yang memenuhi kriteria inklusi, eksklusi dan karakteristik
responden berdasarkan pengeluaran orang tua per bulan dan informasi media massa yang
berjumlah 102 orang (total sampling).
Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: bersedia
menjadi responden, pendapatan sosial ekonomi orang tua Rp. 300.000,- s.d. Rp.
1.000.000,- per bulan. Kriteria eksklusi: pendapatan sosial ekonomi orang tua ˃ Rp.
1.000.000,- per bulan. Karakteristik responden berdasarkan pengeluaran orang tua per
bulan dan informasi melalui media massa tentang kesehatan gigi dan mulut.
Penelitian ini dilakukan melalui tahap persiapan dan tahap penelitian. Pada tahap
persiapan dilakukan penyusunan alat penelitian berupa kuesioner mengenai pengetahuan
menggunakan pilihan berganda dan variabel perilaku menggunakan skala Likert yang
berisi 4 alternatif jawaban yaitu: Selalu, Sering, Kadang-Kadang dan Tidak Pernah
(Azwar, 2013).Hasil uji validitas menunjukkan dari 21 kuesioner tidak terdapat item
pertanyaan yang gugur dan kuesioner tersebut telah memenuhi uji reliabilitas dengan nilai
AlphaCronbach’s ≥ 0,7 (Uyanto, 2009).
Analisis korelasi spearmen untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas
yaitu jenis kelamin terhadap variabel terikat yaitu perilaku anak dalam pemeliharaan
kebersihan gigi dan mulut. Analisis regresi berganda dilakukan untuk mengetahui

73
hubungan antara variabel bebas yaitu umur dan pengetahuan terhadap variabel terikat
yaitu perilaku anak dalam pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut (Sugiyono, 2012).

HASIL PENELITIAN

Tabel 1 menunjukkan bahwa 67,6% perilaku dalam pemeliharaan kebersihan gigi


dan mulut responden dengan kategori cukup dan 32,4% responden memiliki perilaku baik
dalam pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut. Tidak ada perilaku dalam pemeliharaan
kebersihan gigi dan mulut responden dengan kategori kurang.

Tabel 1. Deskripsi Perilaku Anak dalam Pemeliharaan Kebersihan Gigi dan Mulut
(n=102)
No. Kategori Skor Rentang Skor Frekuensi Presentase
(f) (%)
n %
1. Baik 34 – 44 33 32,4
2. Cukup 23 – 33 69 67,6
3. Kurang 11 – 22 0 0,0
Jumlah 102 100,0

Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa responden pada kelompok umur 12 tahun
memiliki perilaku dengan kategori cukup sebesar 15,7% dan 13,7% responden pada
kelompok umur 17 tahun yang memiliki perilaku dengan kategori baik.

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Umur dan Perilaku Anak


dalam Pemeliharaan Kebersihan Gigi dan Mulut (n=102)
Perilaku Anak
dalam Pemeliharaan
Kebersihan Gigi dan Umur Total
Mulut 12 Tahun 13 Tahun 14 Tahun 15 Tahun 16 Tahun 17 Tahun
n % n % n % n % n % n % n %
Kurang (11-22) 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Cukup (23-33) 16 15,7 14 13,7 11 10,8 14 13,7 9 8,8 5 4,9 69 67,6
Baik (34-44) 2 2,0 3 2,9 1 1,0 6 5,9 7 6,9 14 13,7 33 32,4
100,
Total 18 17,6 17 16,7 12 11,8 20 19,6 16 15,7 19 18,6 102

Tabel 3 menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan memiliki perilaku kategori


cukup sebesar 38,2% sedangkan jenis kelamin responden yang memiliki perilaku kategori
baik sebesar 16,7% adalah laki-laki.

Tabel 3. Deskripsi Responden Berdasarkan Variabel Jenis Kelamin dan Perilaku Anak
dalam Pemeliharaan Kebersihan Gigi dan Mulut (n=102)

Anak dalam Pemeliharaan Kebersihan Gigi Jenis kelamin


dan Mulut Laki-laki Perempuan Total
n % n % n %

74
Kurang (11 – 22) 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Cukup (23 – 33) 30 29,4 39 38,2 69 67,6
Baik (34 – 44) 17 16,7 16 15,7 33 32,4
Total 47 46,1 55 53,9 102 100,0

Tabel 4 menunjukkan bahwa 47,1% responden memiliki pengetahuan tentang


pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut dengan kategori baik dan 25,5% responden
diantaranya memiliki pengetahuan baik dan perilaku baik terhadap pemeliharaan
kebersihan gigi dan mulut.

Tabel 4. Deskripsi Responden Berdasarkan Variabel Pengetahuan dan Perilaku Anak


dalam Pemeliharaan Kebersihan Gigi dan Mulut (n=102)

Pengetahuan
Perilaku Anak dalam Kurang Cukup Baik
Pemeliharaan Kebersihan (0 - 33) (34 - 67) (68 - 100) Total
Gigi dan Mulut
n % n % n % n %
Kurang (11 – 22) 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0

Cukup (23 – 33) 6 5,9 41 40,2 22 21,6 69 67,6

Baik (34 – 44) 0 0,0 7 6,9 26 25,5 33 32,4


Total 6 5,9 48 47,1 48 47,1 102 100,0

Hasil analisis korelasi pada Tabel 5 menunjukkan bahwa, variabel jenis kelamin
tidak mempunyai hubungan positif dan bermakna terhadap perilaku anak dalam
pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut.

Tabel 5. Hasil Analisis Korelasi antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat
(Perilaku Anak dalam Pemeliharaan Kebersihan Gigi dan Mulut)

Korelasi
Variabel Bebas
r XY (p)
Umur 0,348a 0,000*
Dummy Jenis kelamin -0,091a 0,361
Pengetahuan 0,517b 0,000*
Keterangan: a) Korelasi spearman
b) Korelasi product moment
*) Signifikan pada α = 5%

Hasil analisis multivariat pada Tabel 6 menunjukkan variabel pengetahuan


berpengaruh signifikan terhadap perilaku anak dalam pemeliharaan kebersihan gigi dan
mulut.

75
Tabel 6. Hasil Uji Regresi Berganda

Variabel Koefisien Standardized


Bebas Beta Coefficients t hitung (p)
Beta
Konstanta 1,398 0,300 0,765
Umur 0,269 0,139 1,616 0,109
Pengetahuan 0,066 0,305 3,263 0,002*
R = 0,656
R2 = 0,431
F hitun g = 14,527
(p) = 0,000
Keterangan :
R= Koefisien korelasi Ganda ( Multiple Correlation)
2
R = Koefisien Determinan
Sig. = Signifikansi atau (p)
*) = Signifikan pada taraf 5%

PEMBAHASAN

Widi (2003) menyatakan bahwa perilaku pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut
personal yang dilakukan di rumah tanpa ada pengawasan dari siapapun, sepenuhnya
tergantung dari pengetahuan, pendidikan, pemahaman, kesadaran serta kemauan pihak
individu untuk memelihara kebersihan mulutnya, dalam penelitian ini pengetahuan
responden cukup, hal ini mungkin disebabkan karena faktor kurangnya pemahaman dan
kesadaran responden akan pentingnya pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut serta
mayoritas umur responden yang masih muda, akibatnya proses perubahan perilaku
mengalami hambatan. Hal ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2010) yang
menyatakan bahwa perubahan perilaku dalam proses pendidikan orang dewasa pada
umumnya lebih sulit, karena orang dewasa sudah mempunyai pengetahuan, sikap dan
ketrampilan yang telah dimiliki bertahun-tahun.
Hasil analisis multivariat menunjukan bahwa variabel umur tidak memiliki
pengaruh signifikan (p˃0,05) terhadap perilaku anak dalam pemeliharaan kebersihan gigi
dan mulut. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sharda dkk. (2013) yang
menyatakan bahwa secara statistik umur tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku
kesehatan gigi dan mulut. Hal ini mungkin disebabkan karena informasi mengenai cara
memelihara kebersihan gigi dan mulut yang didapat oleh anak-anak PPA IO-641 Agape
umur 12-17 tahun diperoleh dari penyuluhan di sekolah formal dan televisi serta
kemungkinan anak umur 12-17 tahun sudah dapat memahami informasi yang diterima
dengan baik. Menurut Desmita (2012), anak pada usia 12 tahun dan berlanjut sampai
remaja, karakteristik pemikiran anak secara umum pada tahap operasional formal adalah
diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis,
memperhatikan penampilan dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.
Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa variabel jenis kelamin tidak memiliki
pengaruh signifikan (p˃0,05) terhadap perilaku anak dalam pemeliharaan kebersihan gigi
dan mulut. Hal ini mungkin disebabkan karena informasi mengenai pemeliharaan
kebersihan gigi dan mulut yang didapat baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan
didapat dari sumber yang sama yaitu dari media masa (televisi) dan penyuluhan di sekolah

76
formal. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sharda dkk. (2013) yang
menyatakan bahwa secara statistik jenis kelamin tidak berpengaruh signifikan terhadap
perilaku kesehatan gigi dan mulut. Menurut Sarwono (2013), peran gender tidak hanya
ditentukan oleh jenis kelamin orang bersangkutan tetapi juga oleh lingkungan dan faktor
lainnya. Lingkungan yang mempengaruhi perilaku anak diantaranya lingkungan sekolah,
teman bermain dan petugas kesehatan (Rahmawati, 2011).
Variabel pengetahuan berpengaruh secara signifikan (p=0,002) terhadap perilaku
anak dalam pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut. Hasil penelitian Tolvanen dkk.
(2012) menunjukkan bahwa pengetahuan berpengaruh terhadap perilaku kebersihan gigi
dan mulut terutama melalui dua peranan penting dalam menyikat gigi yaitu pentingnya
menyikat gigi untuk situasi sosial dan pentingnya menyikat gigi untuk kesehatan dan
penampilan. Hasil penelitian Nurchasanah (2006) menunjukkan juga bahwa pengetahuan
berpengaruh terhadap perilaku kebersihan gigi dan mulut pada siswa di kabupaten
Sleman. Notoatmodjo, dkk (2012) menyatakan bahwa pengetahuan anak yang baik
dikarenakan informasi mengenai menjaga dan merawat kesehatan gigi dan mulut dapat
diperoleh dengan mudah, misalnya dari penyuluhan petugas puskesmas dan didapat dari
informasi media seperti televisi. Perubahan perilaku harus disertai dengan perubahan
pengetahuan kerena pada dasarnya pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya perilaku seseorang.

KESIMPULAN

Semakin baik pengetahuan, maka semakin baik perilaku anak dalam pemeliharaan
kebersihan gigi dan mulut di PPA IO-641 Agape. Umur dan jenis kelamin tidak
memberikan pengaruh terhadap perilaku anak dalam pemeliharaan kebersihan gigi dan
mulut di PPA IO-641 Agape.

77
DAFTAR PUSTAKA

Al-Omari, Q.D., Hamasha A.A., 2005, Gender-Specifik Oral Health Attitudes and
Behaviour Among Dental Student Jordan, Contempt Dental Practice, 1(6): 107-
114.

Azwar, S., 2013, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Edisi Ke 2, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.

Budiharto, 2013, Ilmu Perilaku Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan Gigi, EGC,
Jakarta.
Desmita, 2012, Psikologi Perkembangan Peserta Didik Panduan Bagi Orang Tua dan
Guru dalam Memahami Psikologi anak Usia SD, SMP, dan SMA. Rosdakarya,
Bandung.
Gereja Kemah Injil Eklesia Sikumana, 2014, Profil PPA IO-641 Agape Sikumana,
Kupang.

Notoatmodjo, 2010, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Edisi Revisi, Rineka Cipta,
Jakarta.

Notoatmodjo., Hassan, A., Hadi, E, N., Krianto, T., 2012, Promosi Kesehatan Di Sekolah,
Rineka Cipta, Jakarta.

Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timur, 2014, Keputusan Gubernur Nusa Tenggara
Timur Nomor 248 Tahun 2014 Tentang Upah Minimum Provinsi Nusa Tenggara
Timur Tahun 2015, Kupang.

Purwanto, H., 2001, Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan, EGC, Jakarta.

Rahmawati, I., Hendrartini, J., Priyanto, A., 2011, Perilaku Kesehatan Gigi dan Mulut
Pada Anak Sekolah Dasar, Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 27(4): 180-186.

Sariningsih, E., 2014, Gigi Busuk dan Poket Periodontal Sebagai Fokus Infeksi,
Gramedia, Jakarta.

Sarwono, S., 2007, Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.

Sastroasmoro, S., dan Ismael, S., 2012, Dasar - Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi
ke-4, Sagung Seto, Jakarta.

Sharda, J., Mathur L, K., Sharda, A, J., 2013, Oral Health Behavior and its Relationship
with Dental Caries Status and Periodontal Status among 12-13 Year Old School
Children in Udaipur India, OHDM, Vol. 12(4): 237-242.

Sriyono, N.W., 2011, Pengantar Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan, Medika-Fakultas


Kedokteran UGM, Yogyakarta.

78
Sugiyono, 2012, Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung.

Tolvanen, dkk., 2012, Relationship between oral health-related knowledge, attitudes and
behavior among 5-16 year old adolescents-A structural equation modeling approach,
Acta Odontologica Scandinavica, 70: 169–176.

Uyanto S. S., 2009, Pedoman Analisis Data Dengan SPSS, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Wahyuningrum, 2002, Beberapa Cara Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut, EGC,
Jakarta.
Walgito, B., 2003, Psikologi Sosial (Suatu Pengantar), Andi Offset, Yogyakarta.
Widi E.R, 2003, Hubungan Perilaku Membersihkan Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan
Mulut Siswa Sekolah Dasar Negeri Wilayah Kerja Puskesmas Gladak Pakem
Kabupaten Jember, JKGI, Jakarta, 10 (3): 9-14.

79

Anda mungkin juga menyukai