Anda di halaman 1dari 4

¶¶48$/,7< 6(/) &$5( $1' +20( &$5(¶¶ SOLUSI KESEHATAN GIGI DAN

MULUT ANAK TUNANETRA DI SDLB A-YKAB SURAKARTA

Dian Agnintia1), Fauziah Rachmawati2), Riezky Arsita3), Pamela Lolita Berti4)


Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
1
email: dianagnintia@yahoo.com
2
email: rachmafauziah@yahoo.co.id
3
email: ra.arsita@yahoo.com
4
email: pamelalolita@ymail.com

Abstract

Levels of health and poor oral hygiene is a problem that often occurs to blind children. Lack of
knowledge and awareness of EOLQG FKLOGUHQ DQG WKH SDUHQW¶V role in maintaining oral health is one of
the reasons. Quality self care and home care with dental care approach applicable to blind children
to change their behavior in maintaining oral health. Measurement of the success rate of this program
is to compare the results of the examination OHI-S (Oral Hygiene Index-Simplified) beginning,
follow-up, and ending. There is a higher improvement of students with OHIS in good categories 13%
at the beginning examination, 50% at follow-up examination, and 75% at the end of the examination.

Keyword: blind children, Quality Self Care and Home Care, OHI-S

Anak dengan kebutuhan khusus


1. PENDAHULUAN memiliki tingkat kesehatan dan kebersihan
mulut yang lebih rendah jika dibandingkan
Data Riset Kesehatan Dasar dengan anak normal. Tingkat pengetahuan
(RISKESDAS) 2007 dari Departemen tentang menjaga kesehatan gigi dan mulut
Kesehatan RI menunjukkan masih yang rendah pada anak berkebutuhan
tingginya penyakit gigi dan mulut pada khusus, khususnya tunanetra mendukung
masyarakat Indonesia. Tercatat sebanyak tingginya angka karies, kalkulus, dan
89% anak-anak di bawah usia 12 tahun debris. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya
mengalami karies atau gigi berlubang, pendidikan tentang pentingnya menjaga
sedangkan masyarakat berusia 12 tahun ke kesehatan gigi dan mulut pada anak
atas mempunyai karies aktif (karies yang tunanetra khususnya di SDLB A-YKAB
belum tertangani) dan 67,2% memiliki Surakarta.
pengalaman karies. Indeks DMFT (Decay, Berdasarkan pengamatan di SDLB A-
Missing, Filling Teeth) penduduk Indonesia YKAB Surakarta, ditemukan bahwa
adalah sebesar 4,85. kondisi kesehatan gigi dan mulut siswa
Permasalahan dalam usaha pelayanan masih buruk. Pengetahuan dan kepedulian
kesehatan masyarakat salah saatunya yang kurang terhadap kesehatan gigi dan
adalah keterbatasan distribusi tenaga mulut serta kurangnya dukungan orang tua
kesehatan. Begitu pula dalam upaya merupakan penyebab utama disamping
penanganan penyakit atau gangguan pada keterbatasan anak tunanetra itu sendiri.
kesehatan gigi dan mulut khususnya bagi Selain itu, SDLB A-YKAB Surakarta
penderita tunanetra. sampai saat ini sama sekali belum tersentuh
Anak dengan keterbatasan fisik dan tenaga kesehtan gigi. Oleh karena itu, perlu
mental memiliki keterbatasan kondisi fisik, adanya metode pelatihan dan perawatan
perkembangan, tingkah laku atau emosi yang baru untuk menunjang kesehatan gigi
yang menyebabkan terjadinya gangguan dan mulut siswa di SDLB A-YKAB
fungsi fisiologis, psikologis atau struktur Surakarta.
anatomi berkurang atau hilang, sehingga Quality Self Care and Home Care
tidak dapat menjalankan aktifitas merupakan bentuk pelatihan yang bertujuan
kehidupan sehari-hari secara normal untuk membangun pemahaman dan
(mobilitas terbatas) (Welbury,1997). kemampuan siswa maupun orang tua dalam
merawat kesehatan gigi dan mulut anak c. Permainan dan penerapan konsep
tunanetra. Quality Self Care
Pelatihan dan perawatan dalam konsep Permainan merupakan program
Quality Self Care and Home Care berfokus pembelajaran yang menyenangkan
pada perubahan dan peningkatan kualitas bertujuan untuk meningkatkan daya
self care atau perawatan diri siswa ingat, mengasah kemampuan dan
tunanetra dan home care atau peran orang pemahaman siswa terhadap materi
tua dalam membantu menjaga kesehatan yang telah diajarkan. Metode
gigi dan mulut anak tunanetra. permainan tebak gigi dan makanan
bergizi menggunakan bentuk kertas
2. METODE gambar gigi dan gambar makanan
Kegiatan pengabdian ini dilakukan sehat serta manekin gigi yang dapat
dalam waktu empat bulan yakni mulai dilepas.
terhitung sejak bulan Februari 2013 hingga d. Penanaman konsep Quality Home
Juni 2013 di SDLB A-YKAB Surakarta. Care
Kegitan tersebut dilakukan melalui enam Penanaman konsep Quality Home
tahapan yaitu: Care sebagai sosialisasi kepada orang
a. Pemeriksaan atau Survey Awal tua mengenai cara pendampingan,
Pemeriksaan awal merupakan langkah pemantauan dan pemberian perawatan
untuk mengetahui keadaan rongga gigi dan mulut yang dapat dilakukan di
mulut anak berkebutuhan khusus dalam rumah sebagai upaya preventif.
sebelum pelaksanaan program Quality Sebelum melakukan sosialisasi Home
Self Care and Home Care dengan Care, dibagikan questioner kepada
menggunakan OHI-S (Indeks orang tua siswa dan wawancara yang
Kebersihan Mulut), def-t dan DMF-T hasilnya digunakan untuk menentukan
(Status Karies). strategi pendekatan dan edukasi Home
b. Penyuluhan Care. Dari metode Home Care ini
Penyuluhan mengenai cara merawat diharapkan orang tua dapat memantau
gigi dan mulut dengan benar ditujukan kesehatan gigi dan mulut anak secara
langsung kepada siswa. Penuyuluhan intens dan mengetahui kapan anak
ini bertujuan untuk menumbuhkan seharusnya dibawa ke dokter gigi
keingintahuan serta motivasi siswa apabila terdapat keluhan. Selain itu,
dalam menjaga kesehatan gigi dan digunakan alat inovasi berupa jam
mulutnya. Penyuluhan ini alarm yang diatur berbunyi tiga kali
menggunakan komunikasi verbal sehari sesuai waktu sikat gigi yang
ekstensif dan komprehensif dengan baik yakni pukul 06.00 WIB, 15.00
metode penyuluhan Tell Show Do. Tell WIB dan 20.00 WIB atau disesuaikan
berarti memberikan penjelasan kepada dengan jadwal keseharian anak.
siswa SDLB tentang kesehatan gigi e. Praktik menggosok gigi
dan mulut dengan bahasa yang mudah Praktik menggosok gigi merupakan
diterima. Show berarti kami fokuskan salah satu pelatihan yang diberikan
pada pengoptimalan perabaan mereka kepada siswa SDLB A-YKAB
terhadap media yang dipakai berupa Surakarta agar dapat melakukan gosok
dua jenis manekin gigi yang sehat dan gigi yang baik dan benar. Melalui
tidak sehat (berlubang) agar siswa perawatan ini diharapkan siswa dapat
dapat meraba kedua manekin tersebut melakukan gosok gigi secara mandiri
disertai visualisasi yang kami dan teratur tanpa merasa kesulitan
sampaikan sehingga mudah dalam kesehariannya. Metode yang
dibayangkan kondisi keduanya. Do dilakukan yakni dengan mengenalkan
berarti mengarahkan siswa untuk gerakan-gerakan sederhana dalam
melakukan yang telah diajarkan. Cara menyikat gigi, seperti gerakan naik
penyuluhan yang digunakan mudah turun pada gigi depan dan bulat-bulat
dimengerti, menarik dan pada gigi belakang.
mengikutsertakan keaktifan siswa. f. Pemeriksaan Lanjutan (Follow Up)
dan Pemeriksaan Evaluasi
Pemeriksaan lanjutan dan pemeriksaan komprehensif dengan metode
evaluasi dilakukan untuk mengontrol penyuluhan Tell Show Do. Selain itu,
keadaan gigi dan mulut setelah siswa dalam tiga kali tahap penyuluhan ini
SDLB A-YKAB mendapat program juga merupakan kegiatan penanaman
Quality Self Care and Home Care metode Quality Self Care pada siswa
sehingga dapat dilihat hasil perubahan disertai dengan permainan dan alat
tingkat kesehatan dan kebersihan peraga berupa manekin gigi dan
mulutnya. Metode yang dilakukan gambar gigi guna menunjang
menggunakan pemeriksaan OHI-S, pemahaman siswa. Dalam penanaman
def-t, dan DMF-T. metode Quality Self Care siswa
dituntut untuk dapat membedakan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN jenis, bentuk, dan fungsi gigi. Metode
Quality Self Care and Home Care menggosok gigi yang benar juga
merupakan teknik dental care yang diterapkan dalam metode Quality Self
berkualitas dan optimal dengan tujuan Care ini. Pada penyuluhan pada tahap
peningkatan kualitas kesehatan gigi dan awal, banyak siswa yang masih belum
mulut anak tunanetra. Kegiatan pengabdian mengerti bagaimana cara menggosok
ini mengambil tempat di SDLB A-YKAB gigi yang benar. Siswa dapat
Surakarta. Kegiatan yang telah terlaksana memahami dan mengingat konsep
adalah yang kami berikan setelah penyuluhan
a. Pemeriksaan awal dilakukan sebagai tahap kedua dan pada tahap ketiga
langkah untuk mengetahui keadaan siswa sudah mengalami
rongga mulut anak berkebutuhan perkembangan yang progresif
khusus sebelum pelaksanaan program pengetahuan menjaga kesehatan gigi
Quality Self Care and Home Care. dan mulutnya.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan c. Home visit dilakukan dalam rangka
50% siswa SDLB A-YKAB Surakarta penanaman metode Quality Home
memiliki tingkat kesehatan mulut Care pada orang tua siswa SDLB A-
sedang dengan nilai OHI-S rata-rata YKAB Surakarta. Metode Quality
2,3. Oral Hygiene Index-Simplified Home Care diawali dengan pembagian
(OHI-S) adalah indeks yang kuisioner untuk orang tua/wali sebagai
digunakan untuk menentukan tingkat pedoman untuk menentukan
kebersihan rongga mulut. Jika terdapat pelaksanaan program seperti latar
50% siswa SDLB A-YKAB Surakarta belakang orang tua, kebiasaan anak di
mempunyai tingkat kesehatan mulut rumah, keinginan orang tua dalam
sedang dengan nilai OHI-S rata-rata mendapatkan pengetahuan kesehatan
2,3, maka dapat dikatakan bahwa gigi melalui pemberian buku panduan
terdapat banyak sisa makanan pada pemeliharaan kesehatan gigi anak.
gigi maupun rongga mulut dan karang Dikenalkannya alat inovasi jam alarm
gigi yang dapat menyebabkan gigi yang dapat berbunyi tiga kali sehari
berlubang atau karies dan penyakit digunakan untuk mengingatkan waktu
periodontal. Angka def-t dan DMF-T menggosok gigi anak, dengan
yang ditemukan adalah 8, dapat menggunakan jam alarm di rumah
dikatakan bahwa rata-rata siswa SDLB baik orang tua maupun anak dengan
A-YKAB Surakarta lebih dari 8 mudah dapat mengetahui kapan waktu
giginya mengalami karies. untuk menggosok gigi. Buku panduan
b. Penyuluhan kesehatan mengenai cara mengenai cara perawatan kesehatan
merawat gigi dan mulut dengan benar gigi diberikan kepada orang tua dan
ditujukan langsung kepada siswa. diajarkan secara langsung bagaimana
Penyuluhan ini bertujuan untuk cara merawat gigi anak di rumah.
menumbuhkan keingintahuan serta Dengan metode Quality Home Care
motivasi siswa dalam menjaga yang telah diberikan, orang tua lebih
kesehatan gigi dan mulutnya. peduli terhadap kesehatan gigi
Penyuluhan ini menggunakan anaknya dan lebih teratur dalam
komunikasi verbal ekstensif dan melakukan pemantauan perawatan
kesehatan gigi anak berupa Pada pemeriksaan evaluasi pada bulan
menggosok gigi di rumah. keempat juga menunjukkan peningkatan
d. Praktik menggosok gigi dilakukan di yakni dengan hasil 75% siswa memiliki
sekolah dengan bantuan tim tingkat kesehatan mulut baik dengan nilai
pelaksana. Banyak siswa yang masih OHI-S rata-rata 0,8.
belum bisa menggosok gigi dengan
benar pada saat praktik pertama. 5. REFERENSI
Dalam praktik menggosok gigi [1] Welbury,R. 1997. Pediatric Dentistry.
diajarkan meliputi bagaimana cara Oxford University Press. Inggris.
memegang sikat gigi yang benar, cara [2] Newman, Takei, Klokkevold, Carranza.
menuangkan pasta gigi dan cara 2006. &DUUDQ]D¶V Clinical
menggosok gigi. Setelah praktik Periodontology. Edisi 10. Elsevier.
menggosok gigi yang ketiga sudah Canada.
terlihat siswa banyak yang dapat [3] Kementrian Kesehatan Republik
melakukan gosok gigi dengan baik Indonesia. 2011. Profil Kesehatan
dan benar. Indonesia 2010.
e. Pemeriksaan lanjutan (follow up) http://www.depkes.go.id/downloads/P
dilakukan setelah dikenalkannya ROFIL_KESEHATAN_INDONESIA_2
metode Quality Self Care pada anak 010.pdf. Diakses tanggal 28 Agustus
dan Quality Home Care pada orang 2013.
tua. Dari pemeriksaan lanjutan
didapatkan hasil 50% siswa SDLB A-
YKAB Surakarta memiliki tingkat
kesehatan mulut baik dengan nilai
OHI-S rata-rata 1. Hasil pemeriksaan
follow up diketahui meningkat dari
hasil pemeriksaan awal yakni nilai
OHI-S rata-rata 2,3. Pemeriksaan
evaluasi dilakukan setelah selesainnya
agenda Quality Self Care and Home
Care. Hasil pemeriksaan evaluasi
menunjukkan 75% siswa SDLB A-
YKAB Surakarta memiliki tingkat
kesehatan mulut baik dengan nilai
OHI-S rata-rata 0,8.

4. KESIMPULAN
Berdasarkan kegiatan pengabdian
yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa metode Quality Self Care and Home
Care yang digunakan untuk meningkatkan
kesehatan gigi dan mulut anak tunanetra
telah berhasil diterapkan pada siswa SDLB
A-YKAB Surakarta. Hal ini terlihat dari
hasil pemeriksaan awal yang menunjukkan
50% siswa memiliki tingkat kesehatan
mulut sedang dengan nilai OHI-S rata-rata
2,3, kemudian meningkat setelah dilakukan
pemeriksaan follow up yakni dengan hasil
50% siswa memiliki tingkat kesehatan
mulut baik dengan nilai OHI-S rata-rata 1
setelah diterapkannya metode Quality Self
Care and Home Care pada dua bulan
pertama.

Anda mungkin juga menyukai